Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI DAN ANAK DENGAN BRONKOPENUMONIA

OLEH :

EKA WAHYU RIFANI MEILIADEWI


P07120320004
PRODI NERS

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI ATAU ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA

A. Definisi

Bronkopneumonia adalah radang paru yang berasal dari cabang-cabang


tenggorok yang mengalami infeksi dan tersumbat oleh getah radang, menimbulkan
pemadatan-pemadatan bergerombol dalam lobulus paru yang berdekatan, biasanya terjadi
akibat batuk rejan, campak, influenza, tifus, dan sebagainya (Ramali Ahmad, 2000).
Bronkopenumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan
diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi (Sylvia
A Price dan Lorraine M.W, 2007).

Bronkopenumonia disebut juga pneumonia loburalis yaitu suatu


peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasamya mengenai
bronkioulus dan juga mengenai alveolus disekitarnya yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing
(Bennete, 2013).

B. Tanda dan Gejala

1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,


iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, dan keluhan gastrointestinal
2. Gejala umum pernafasan bawah berupa batuk buruk, ekspektorasi
spuntum, pernafasan cuping hidung, sesak, dan sianosis.
3. Tanda pneumonia berupa peningkatan frekuensi pernafasan, suara nafas
melemah, ronchi, wheezing
4. Tanda empyema berupa perkusi pekak, yeri dada, kaku kuduk, nyeri
abdomen
5. Infeksi ekstrapulmonal
C. Pathways

Bahan-bahanalergen dan
infeksius

Masuk kedalam tubuh


melaluisaluranpernafasan

Kumanterakumulasi
dialveoli

Kerusakanendotel
kapileralveoli

Inflamasidialveoli

Edemadialveoli Infeksipadaalveoli DirawatdiRS

Konsolidasipada Infeksi meluas


Cemas
paru
Machropagakan
Sekresi mucusdi
Penuruan kapasitas mengeluarkan
alveoli
vitalparu pirogen danendogen

Akumulasimucusdi
Ketidakseimbangan Hipotalamus
alveoli
ventilasidan perfusi
jaringan paru Hipertermi
Bersihanjalan napas

Hipoksemia tidakefektif
Gangguan pengaturan
suhutubuhhipertermi
Gangguan Mempengaruhi
pertukaran gas syaraffagus
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru.Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah (Bennete, 2013).
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit.Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan
bakterial.Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15.000-40.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED.Analisa gas
darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis respiratorik.Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura
atau darah bersifat invasif sehingga tidak rutin dilakukan (Bennete, 2013).

E. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2 macam, yaitu
penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012; Bradley et.al., 2011)
1. Penatalaksaan Umum
a.Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit  sampai sesak nafas hilang atau
PaO2pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c.Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a.Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan
pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti
awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu
tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan  amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis
(di wilayah dengan angka resistensi  penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan
menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
1. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan
epidemiologis
2. Berat ringan penyakit
3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari

F. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas.
2) Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Kadang disertai Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat
naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga
bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak
asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
f. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Nutrisi

3) Pemeriksaan persistem.
a.  Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan
cuping hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non
produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler,
kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya
yang bertambah sesak dan pilek.
c.  Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah.
Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum
memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d.  Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi.
e.  Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada
anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
2. Gangguan pertukaran gas b.d
3. Hipertermi b.d

H. Referensi
Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia.
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. (26 Agustus
2013)
Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R.,
Harrison C., Kaplan S.L., Mace S.E., McCracken Jr G.H., Moore
M.R., St Peter S.D., Stockwell J.A., and Swanson J.T. 2011. The
Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and
Children Older than 3 Months of Age : Clinical Practice Guidelines by
the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases
Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit IDAI
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Hasil
Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Potter, P.A. 1996. Pengkajian Kesehatan Ed. 3. Jakarta:EGC

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Jakarta: EGC; 2012.

Ramali, Ahmad, Kamus Kedokteran, Jakarta : PT. Djambata, 2000


Mengetahui ………………., ……………….
Pembimbing Praktik Mahasiswa

NIP. NIM.

Mengetahui
Pembimbing Akademik

NIP
H. RENCANA KEPERAWATAN
Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indoensia
No DIAGNOSA
(SLKI) (SIKI)
1 Ganggguan pertukaran gas SIKI SIKI
Penyebab Respirasi : Respirasi
 Ketidakseimbangan ventilasi- Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….. Pemantauan respirasi
perfusi x…. jam, maka Gangguan pertukaran gas 1. Observasi
 Penurunan membrane meningkat dengan kriteria hasil :  Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
alveolus-kapiler  Dispnea menurun dan upaya nafas
Gejala dan tanda mayor
Subjektif  Bunyi nafas tambahan menurun  Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
 dyspnea  Gelisah menurun takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
Objektif  PCO2 membaik cheyne-stokes, ataksisk)
 PCO2 meningkat/ menurun  PO2 membaik  Monitor saturasi oksigen
 PO2 menurun  Takikardia membaik  Auskultasi bunyi nafas
 Takikardia  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 pH arteri membaik
 pH arteri meningkat/menurun  Monitor nilai AGD
 bunyi napas tambahan
gejala dan tanda minor  Monitor hasil x-ray thoraks
subjektif 2. Terapeutik
 Pusing  Atur interval pemantauan respirasi
 Penglihatan kabur sesuai kondisi pasien
Objektif  Dokumentasikan hasil pemantauan
 Sianosis 3. Edukasi
 Diaphoresis  Jelaskan tujuan dan prosedur
 Gelisah
pemantauan
 Napas cuping hidung
 Pola nafas abnormal  Informasikan hasil pemantauan, jika
 Warna kulit abnormal perlu
 Kesadaran menurun
Kondisi klinis terkait Terapi oksigen
 PPOK 1. Observasi
 GJK Monitor kecepatan aliran oksigen
 Asma
Monitor alat terapi oksigen
 Pneumonia
Monitor aliran oksigen secara periodic
 Tuberkulosis paru
 Penyakit membrane hialin dan pastikan fraksi yang diberikan
 Asfiksia cukup
 PPHN Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
 Prematuritas Oksimetri, AGD), jika perlu
 Infeksi saluran nafas Monitor kemampuan melepaskan
oksigen saat makan
Monitor tanda tanda hipoventilasi
Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen dan atelektasis
Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
 Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
2. Terapeutik
Bersihkan secret pada mulut, hidung, dan
trakea, jika perlu
Siapkan dan atur peralatan pemberian
oksigen
Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien
3. Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
4. Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
2 Bersihan jalan nafas tidak efektif SIKI SIKI
Penyebab Respirasi Respirasi
Fisiologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Latihan batuk efektif
 Spasme jalan nafas selama …. X…. jam, maka bersihan jalan 1. Observasi
 Hipersekresi jalan nafas nafas meningkat dengan kriteria hasil :  Identifikasi kemampuan batuk
 Disfungsi neuromuscular  Batuk efektif meningkat  Monitor adanya retensi spuntum
 Benda asing dalam jalan nafas
 Produksi spuntum menurun  Monitor tanda dan gejala infeksi
 Adanya jalan nafas buatan
 Mengi menurun  Monitor input dan output cairan (mis.
 Sekresi yang tertahan
 Hyperplasia dinding jalan  Wheezing menurun Jumlah dan karakteristik)
nafas  Meconium (pada neonates) menurun 2. Terapeutik
 Proses infeksi  Frekusni nafas membaik  Atur posisi semi fowler
 Respon alergi  Pola nafas membaik  Buang secret pada tempat spuntum
 Efek agen farmakologis 3. Edukasi
Situasional
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
 Merokok aktif efektif
 Merokok pasif 4. Kolaborasi
 Terpajan polutan
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau
Gejala dan tanda mayor ekspektoran, jika perlu
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif Manajemen jalan nafas
 Batuk tidak efektif 1. Observasi
 Tidak mampu batuk
 Monitor pola nafas (frekuensi,
 Sputum berlebih
kedalaman, usaha nafas)
 Mengi, wheezing dan/atau
ronkhi kering  Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
 Meconium di jalan napas Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi)
(pada neontus) 2. Terapeutik
Gejala dan tanda minor  Posisikan semi fowler
Subjektif  Berikan minuman hangat
 Dyspnea
 Berikan oksigen
 Sulit bicara
 Ortopnea 3. Edukasi \
Objektif  Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari,
 Gelisah jika tidak kontraindikasi
 Sianosis  Ajarkan teknik batuk efektif
 Bunyi napas menurun 4. Kolaborasi
 Frekuensi napas berubah  Kolaborasi pemberian bronkodilator,
 Pola nafas berubah ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Kondisi klinis terkait
 Gullian bare syndrome Pemantauan respirasi
 Sclerosis multiple 1. Observasi
 Myasthenia gravis
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
 Prosedur diagnostic
dan upaya nafas
 Depresi system saraf pusat
 Cedera kepala  Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
 Stroke takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes, ataksisk)
 Kuadriplegia  Monitor saturasi oksigen
 Sindrom aspirasi meconium  Auskultasi bunyi nafas
 Infeksi saluran nafas  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray thoraks
2. Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
3 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemn hipertermia
selama …. X…. jam, maka termoregulasi 1. Observasi
Penyebab membaik dengan kriteria hasil :  identifikasi penyebab hipertermia (mis.
 Dehidrasi  menggigil menurun dhidrasi, terpapar lingkungan panas,
 Terpapar lingkungan panas  kulit merah menurun penggunaan incubator)
 Proses penyakit (mis. infeksi,  kejang menurun  monitor suhu tubuh
kanker)  konsusmsii oksigen menurun  monitor kadar elektrolit
 Ketidaksesuaian pakaian  pucat menurun  monitor haluran urine
dengan suhu lingkungan  takikardi menurun  monitor komplikasi akibat hipertermia
 Peningkatan laju metabolism  takipnea menurun 2. terapeutik
 Respon trauma  bradikardi menurun  sediakan lingkungan yang dingin
 Aktivitas berlebihan  hipoksia menurun  longgarkan atau lepas pakaian
 Penggunaan incubator  suhu tubuh membaik  basahi dan kipasi permukaan tubuh
 suhu kulit membaik  berikan cairan oral
Gejala dan tanda  ventilasi membaik  ganti linen apabila hiperhidorsis
Mayor  tekanan darah membaik (keringat berlebih)
Subjektif  pengisian kapiler membaik  lakukan pendinginan eksternal (mis.
 Tidak tersedia selimut hipotermia atau kompres
Objektif dingin pada dahi, leher, dada,
 Suhu tubuh diatas nilai normal abdomen, aksila)
Minor  hindari pemberian antipiretik atau
Subjektif aspirin
 Tidak tersedia  berikan oksigen, bila perlu
Obyektif 3. edukasi
 Kulit merah  anjurkan tirah baring
 Kejang 4. kolaborasi
 Takikardi  kolaborasi pemberian cairan dan
 Takipnea elektrolit intravena, jika perlu
 Kulit terasa hangat
1.
Kondisi klinis terkait
 Proses infeksi
 Hipertiroid
 Stroke
 Dehidrasi
 Trauma
 prematuritas

Anda mungkin juga menyukai