OLEH :
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Definisi
Bahan-bahanalergen dan
infeksius
Kumanterakumulasi
dialveoli
Kerusakanendotel
kapileralveoli
Inflamasidialveoli
Akumulasimucusdi
Ketidakseimbangan Hipotalamus
alveoli
ventilasidan perfusi
jaringan paru Hipertermi
Bersihanjalan napas
Hipoksemia tidakefektif
Gangguan pengaturan
suhutubuhhipertermi
Gangguan Mempengaruhi
pertukaran gas syaraffagus
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru.Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah (Bennete, 2013).
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit.Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan
bakterial.Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat
15.000-40.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED.Analisa gas
darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis respiratorik.Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura
atau darah bersifat invasif sehingga tidak rutin dilakukan (Bennete, 2013).
E. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2 macam, yaitu
penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012; Bradley et.al., 2011)
1. Penatalaksaan Umum
a.Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau
PaO2pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c.Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a.Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan
pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti
awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu
tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis
(di wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan
menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
1. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan
epidemiologis
2. Berat ringan penyakit
3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari
F. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas.
2) Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Kadang disertai Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat
naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga
bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak
asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
f. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Nutrisi
3) Pemeriksaan persistem.
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan
cuping hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non
produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler,
kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya
yang bertambah sesak dan pilek.
c. Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah.
Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum
memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d. Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi.
e. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada
anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
2. Gangguan pertukaran gas b.d
3. Hipertermi b.d
H. Referensi
Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia.
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. (26 Agustus
2013)
Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R.,
Harrison C., Kaplan S.L., Mace S.E., McCracken Jr G.H., Moore
M.R., St Peter S.D., Stockwell J.A., and Swanson J.T. 2011. The
Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and
Children Older than 3 Months of Age : Clinical Practice Guidelines by
the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases
Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit IDAI
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Hasil
Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Potter, P.A. 1996. Pengkajian Kesehatan Ed. 3. Jakarta:EGC
NIP. NIM.
Mengetahui
Pembimbing Akademik
NIP
H. RENCANA KEPERAWATAN
Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indoensia
No DIAGNOSA
(SLKI) (SIKI)
1 Ganggguan pertukaran gas SIKI SIKI
Penyebab Respirasi : Respirasi
Ketidakseimbangan ventilasi- Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….. Pemantauan respirasi
perfusi x…. jam, maka Gangguan pertukaran gas 1. Observasi
Penurunan membrane meningkat dengan kriteria hasil : Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
alveolus-kapiler Dispnea menurun dan upaya nafas
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Bunyi nafas tambahan menurun Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
dyspnea Gelisah menurun takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
Objektif PCO2 membaik cheyne-stokes, ataksisk)
PCO2 meningkat/ menurun PO2 membaik Monitor saturasi oksigen
PO2 menurun Takikardia membaik Auskultasi bunyi nafas
Takikardia Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
pH arteri membaik
pH arteri meningkat/menurun Monitor nilai AGD
bunyi napas tambahan
gejala dan tanda minor Monitor hasil x-ray thoraks
subjektif 2. Terapeutik
Pusing Atur interval pemantauan respirasi
Penglihatan kabur sesuai kondisi pasien
Objektif Dokumentasikan hasil pemantauan
Sianosis 3. Edukasi
Diaphoresis Jelaskan tujuan dan prosedur
Gelisah
pemantauan
Napas cuping hidung
Pola nafas abnormal Informasikan hasil pemantauan, jika
Warna kulit abnormal perlu
Kesadaran menurun
Kondisi klinis terkait Terapi oksigen
PPOK 1. Observasi
GJK Monitor kecepatan aliran oksigen
Asma
Monitor alat terapi oksigen
Pneumonia
Monitor aliran oksigen secara periodic
Tuberkulosis paru
Penyakit membrane hialin dan pastikan fraksi yang diberikan
Asfiksia cukup
PPHN Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
Prematuritas Oksimetri, AGD), jika perlu
Infeksi saluran nafas Monitor kemampuan melepaskan
oksigen saat makan
Monitor tanda tanda hipoventilasi
Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen dan atelektasis
Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
2. Terapeutik
Bersihkan secret pada mulut, hidung, dan
trakea, jika perlu
Siapkan dan atur peralatan pemberian
oksigen
Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien
3. Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
4. Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
2 Bersihan jalan nafas tidak efektif SIKI SIKI
Penyebab Respirasi Respirasi
Fisiologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Latihan batuk efektif
Spasme jalan nafas selama …. X…. jam, maka bersihan jalan 1. Observasi
Hipersekresi jalan nafas nafas meningkat dengan kriteria hasil : Identifikasi kemampuan batuk
Disfungsi neuromuscular Batuk efektif meningkat Monitor adanya retensi spuntum
Benda asing dalam jalan nafas
Produksi spuntum menurun Monitor tanda dan gejala infeksi
Adanya jalan nafas buatan
Mengi menurun Monitor input dan output cairan (mis.
Sekresi yang tertahan
Hyperplasia dinding jalan Wheezing menurun Jumlah dan karakteristik)
nafas Meconium (pada neonates) menurun 2. Terapeutik
Proses infeksi Frekusni nafas membaik Atur posisi semi fowler
Respon alergi Pola nafas membaik Buang secret pada tempat spuntum
Efek agen farmakologis 3. Edukasi
Situasional
Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
Merokok aktif efektif
Merokok pasif 4. Kolaborasi
Terpajan polutan
Kolaborasi pemberian mukolitik atau
Gejala dan tanda mayor ekspektoran, jika perlu
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif Manajemen jalan nafas
Batuk tidak efektif 1. Observasi
Tidak mampu batuk
Monitor pola nafas (frekuensi,
Sputum berlebih
kedalaman, usaha nafas)
Mengi, wheezing dan/atau
ronkhi kering Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
Meconium di jalan napas Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi)
(pada neontus) 2. Terapeutik
Gejala dan tanda minor Posisikan semi fowler
Subjektif Berikan minuman hangat
Dyspnea
Berikan oksigen
Sulit bicara
Ortopnea 3. Edukasi \
Objektif Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari,
Gelisah jika tidak kontraindikasi
Sianosis Ajarkan teknik batuk efektif
Bunyi napas menurun 4. Kolaborasi
Frekuensi napas berubah Kolaborasi pemberian bronkodilator,
Pola nafas berubah ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Kondisi klinis terkait
Gullian bare syndrome Pemantauan respirasi
Sclerosis multiple 1. Observasi
Myasthenia gravis
Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
Prosedur diagnostic
dan upaya nafas
Depresi system saraf pusat
Cedera kepala Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
Stroke takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes, ataksisk)
Kuadriplegia Monitor saturasi oksigen
Sindrom aspirasi meconium Auskultasi bunyi nafas
Infeksi saluran nafas Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray thoraks
2. Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
3 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemn hipertermia
selama …. X…. jam, maka termoregulasi 1. Observasi
Penyebab membaik dengan kriteria hasil : identifikasi penyebab hipertermia (mis.
Dehidrasi menggigil menurun dhidrasi, terpapar lingkungan panas,
Terpapar lingkungan panas kulit merah menurun penggunaan incubator)
Proses penyakit (mis. infeksi, kejang menurun monitor suhu tubuh
kanker) konsusmsii oksigen menurun monitor kadar elektrolit
Ketidaksesuaian pakaian pucat menurun monitor haluran urine
dengan suhu lingkungan takikardi menurun monitor komplikasi akibat hipertermia
Peningkatan laju metabolism takipnea menurun 2. terapeutik
Respon trauma bradikardi menurun sediakan lingkungan yang dingin
Aktivitas berlebihan hipoksia menurun longgarkan atau lepas pakaian
Penggunaan incubator suhu tubuh membaik basahi dan kipasi permukaan tubuh
suhu kulit membaik berikan cairan oral
Gejala dan tanda ventilasi membaik ganti linen apabila hiperhidorsis
Mayor tekanan darah membaik (keringat berlebih)
Subjektif pengisian kapiler membaik lakukan pendinginan eksternal (mis.
Tidak tersedia selimut hipotermia atau kompres
Objektif dingin pada dahi, leher, dada,
Suhu tubuh diatas nilai normal abdomen, aksila)
Minor hindari pemberian antipiretik atau
Subjektif aspirin
Tidak tersedia berikan oksigen, bila perlu
Obyektif 3. edukasi
Kulit merah anjurkan tirah baring
Kejang 4. kolaborasi
Takikardi kolaborasi pemberian cairan dan
Takipnea elektrolit intravena, jika perlu
Kulit terasa hangat
1.
Kondisi klinis terkait
Proses infeksi
Hipertiroid
Stroke
Dehidrasi
Trauma
prematuritas