RESPIRASI DISTRES
SINDROM
Kelompok 1 :
RDS adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-
tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau
memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik (Stark,2002).
B. Etiologi
Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan pengembangan kurang
sempurna.
Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam proteinaceous
filtrat serum (saringan serum protein), di fagosit oleh makrofag.
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh
alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana
dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut
menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)
menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan
terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerosakan sel dan selanjutnya
menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan.
Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak nafas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang
ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada,
dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir.
Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu:
Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara.
Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara
terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi
paru.
Alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan
jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas. keempat, seluruh thorax sangat opaque
(white lung) sehingga jantung tak dapat dilihat.
Gejala utama Gawat napas / distress respirasi pada neonatus yaitu :
Takipnea : laju napas > 60 kali per menit (normal laju napas 40 kali per menit)
Sianosis sentral pada suhu kamaryang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan
dengan x-ray thorak yang spesifik
Retraksi : cekungan pada sternum dan kosta pada saat inspirasi
Grunting : suara merintih saat ekspirasi
Pernapasan cuping hidung
E. Penatalaksanaan
Memberikan lingkungan yang optimal.
Pemberian oksigen.
Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan homeostasis dan menghindarkan dehidrasi.
Pemberian antibiotic.
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) tindakan untuk mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi:
Mencegah hipotermia.
Pengkajian fisik dilakukan secara sistematik dengan penekanan khusus pada pengkajian
pernafasan. RDS dapat dikaji dengan mengobservasi takipnea, retraksi substernal, kreleks
inspirasi, mengorok ekspiratori, pernafasan cuping hidung dan adanya sianosis (Wong, 2003).
Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolus kapiler d/d dipsnea, PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, ph
arteri abnormal, bunyi napas tambahan (D.0003)
3. INTERVENSI
Setelah diberikan Asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pertukaran gas meningkat dengan kriteria hasil :
Dispnea menurun
PCO2 membaik
PO2 membaik
Takikardia membaik
b) Intervensi
Pelaksanaan implementasi yang dilakukan pada masalah gangguan pertukaran gas yaitu:
Mendokumentasikan hasilpemantauan,
Memberikan oksigen
Evaluasi keperawatan dengan masalah gangguan pertukaran gas menurut (Tim Pokja DPP PPNI SlKI,
2018) :
Dispnea menurun
PCO2 membaik
PO2 membaik
Takikardia membaik
pH arteri membaik