Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DIARE
1. PENGKAJIAN

 Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperwatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah- masalah, keutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan( Effendy,1995).
 Carponito dan Moyet (2007) dalam buku konsep dasar keperawatan mengemukakan bahwa
pengkajian adalah tahap yang sistematis dalam pengumpulan data tentang individu, keluarga,
dan kelompok. Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap
kegitan, yang meliputi; pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan
masalah.
2. Tujuan pengkajian keperawatan
Tujuan khusus:
Informasi utama( inti) bagi pasien dan keluarga
Dasar menentukan diagnosa keperawatan
 Tujuan
Sumber informasi yang dapat membantu mendiagnosa masalah yang baru muncul
umum: Mendukung keputusan klinis agar tercapai tujuan dan tindakan yang sesuai

 Mengumpulkan Dasar menentukan kebutuhan pasien keluarga dan pengasuh pasien


Dasar menentukan kebutuhan pasien jika pulang
data yang Dasar pemilihan perawatan dan penentuan biaya perawatan
berhubungan Memproteksi hak-hak legal
dengan pasien Komponen sistem pelayanan pasien( dapat untuk menentukan kebutuhan staf perawat, biaya
untuk diagnosis perawatan pasien, dll).
keperawatan Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan respon klien yang unik terhadap masalah-masalah
dan akan ditegakkan menjadi diagnosis keperawatan yang mempengaruhi ranca intervensi
kekuatan keperawatan yang diperlukan
pasien dan Untuk menggabungkan danang organisasi data dan beberapa sumber yang dikumpulkan
rencana yang menjadi satu sehingga masalah kesehatan klien dapat dianalisis dan diidentifikasi
Untuk meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan untuk bertindak sebagai point
efektif dalam
referensi dalam mengukur perubahan yang terjadi pada kondisi kesehatan klien.
perawatan Untuk mengidentifikasi karakteristik sesuai respon dan kondisi kesehatan klien akan
pasien mempengaruhi rencana dan pemberian intervensi keperawatan
Untuk penyu play data yang cukup guna memberikan intervensi keperawatan yang sesuai
dengan kebutuhan klien.
Untuk memberikan dasar guna penulisan rencana asuhan keperawatan yang efektif
 Tujuan Pengkajian Menurut Fundamental Keperawatan

 Menetapkan dasar data tentang kebutuhan


 Menetapkan masalah kesehatan
 Menetapkan pengalaman yang berkaitan
 Menetapkan tujuan nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien
Tipe data

 Data dasar

Merupakan kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien
untuk mengelola kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari
media atau profesi kesehatan lainnya.
 Data fokus

Adalah data tentang perubahan perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatan serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilakukan pada klien
Sumber data

 Sumber data primer

Sumber data primer adalah data-data yang dikumpulkan dari klien


Yang dapat memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapinya
 Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dari orang terdekat Klien seperti
orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan klien
 Sumber data lainnya

Catatan klien ( perawatan atau rekan medis Klien) yang merupakan riwayat penyakit dan
perawatan klien di masa lalu.
Karakteristik data

 Lengkap

Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat.
Misalnya klien tidak mau makan kaji secara mendalam kenapa tidak mau makan (tidak cocok
makanannya, kondisi fisiknya menolak untuk makan/ patologi, atau sebab-sebab yang lain).
 Akurat dan nyata

Untuk menghindari kesehatan maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata untuk
membuktikan benar tidak apa yang telah didengar dilihat diamati dan diukur melalui
pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang sekiranya meragukan.
 Relevan

Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali data yang harus
dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk mengidentifikasi.
Teknik pengumpulan data

 Wawancara

Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya jawab berkaitan dengan masalah yang
dihadapi oleh klien biasanya juga disebut dengan anamnesa. Pengamatan atau observasi
 Pengamatan atau observasi

Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan Klien observasi dilakukan dengan
menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui Rabaan, sentuhan dan pendengaran
 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik berasal dari kata" Physical Examination" yang artinya memeriksa tubuh.
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari
suatu sistem atau suatu organ tubuh dengan cara melihat ( inspeksi), meraba ( palapasi),
mengetuk ( perkusi) dan mendengarkan (auskultasi).
JENIS PEMERIKSAAN FISIK

 Inspeksi

Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya
seperti: mata kuning, terdapat strum di leher, kulit ke biruan dan lain-lain
 Palpasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perombakan terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami
kelainan.Misalnya adanya tumor
 Perkusi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantuan seperti
refleks hammer untuk mengetahui reflek seseorang, juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan
fisik klien,
 Auskultasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah bunyi jantung, suara nafas dan bising usus.(Rober
Priharjo,S,Kp,M,SC,RM,2006,hal:25).
PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM DIAMBIL DARI SUMBER BUKU
PENGKAJIAN FISIK KEPERAWATAN FISIK EDISI 2

 Pemeriksaan kepala dan leher

KEPALA
Cara kerja :
 Atur posisi pasien duduk atau berdiri
 Bila pakai kaca mata dilepas
 Lakukan inspeksi rambut dan rasakan
keadaan rambut, serta kulit dan tulang
kepala
 Inspeksi keaadan muka pasien secara
sistematis
MATA

Kelopak mata
Bola mata
 Amati kelopak mata, catat adanya kelainan: ptosis,
 Cara kerja entro/ekstropion, alis mata rontok, lesi, xantelasma
 Inspeksi keadaan bola mata, catat adanya  Dengan adanya palpasi catat adanya nyeri tekan dan
kelainan: endo/eskoptelmos,strabismus. keadaan benjolan klopak mata.
 Anjurkan pasien memandang lurus kedepan, catat
adanya kelainan nistagomus.
 Bedakan antara bola mata antara kanan dan kiri
 Luruskan jari dan dekatan dengan jarak 15-30 cm.
 Beritahu pasien untuk mengikuti gerakan jari, dan
gerakkan jari pada 8 arah untuk mengetahui
fungsi otak gerak mata
Konjungtiva, selera dan kornea Pemeriksaan tajam penglihatan
 Beritahu pasien untuk melihat lurus kedepan  Siapkan alat: snelen cart dan letakkan dengan jarak 6
meter dari pasien
 Tekan dibawah kelopak mata kebawah, amati
konjungtiva dan catat adanya 30 kelainan :  Atur posisi pasien duduk/ berdiri, beritahu pasien untuk
anemia/pucat. (normal: tidak anemis) menebak huruf yang ditunjuk perawat
 Perawat berdiri disebelah kanan alat, pasien diminta
 Kemudian amati selera, catat adanya kelaian: icterus,
untuk menutup salah satu mata ( atau dengan alat
vaskularisasi, lesi/benjilan (normal: putih)
penutup)
 Kemudian amati selera, catat adanya kelainan:  Kemudian minta pasien untuk menebak huruf mulai dari
kekeruhan (normal: putih transparan dan jernih) atas sampai bawah
 Tentukan tajam penglihatan pasien

Pemeriksaan pupil
 Beritahu pasien pandangan lurus kedepan  Pemeriksaan lapang penglihatan

 Dengan menggunakan penlight, sentermata dari arah  Perawat berdiri di depan pasien
lateral ke medial  Bagian yang tidak di periksa ditutup
 Catat dan amati perubahan pupil : lebar pupil, reflex  Beritahu pasien untuk melihat lurus kedepan (melihat
pupil menurun, bandingkan kanan dan kiri. Normal : jari)
reflex pupil baik, isokor, diameter 3mm. Abnormal :
refleks pupil menurun, anisorok, medriasis/meiosis  Gerakkan jari ke samping kiri dan kanan

 Jelaskan kepada pasien, agar memberitahu saat tidak


melihat.
TELINGA
 Pemeriksaan daun telinga, lubang telinga, dan  Pemeriksaan fungsi pendengaran
membrane timpani 1. Voice test (test bisik)
 Atur posisi duduk pasien
Dengan suara bilangan
 Perawat berdiri disebelah sisi pasien, amati daun telinga  Perawat dibelakang pasien dengan jarak 4-6 meter.
dan catat= adanya lesi/benjolan
 Bagian telinga yang tidak diperiksa ditutup.
 Gerakkan daun telinga kebelakang atas, amati lubang
 Bisikan suatu bilangan (tujuh enam).
telinga luar, catat= adanya lesi, cerumen dan cairan
yang keluar  Beritahu pasien untuk mengulangi bilangan tersebut.
 Gerakkan daun telinga, tekan tragus dan catat adanya  Bandingkan telinga kanan dan kiri.
nyeri telinga
Dengan suara arloji
 Masukan speculum telinga, dengan lampu
 Pegang arloji dismping telinga pasien
kepala/othoskop amati lubang telinga dan catat adanya=
cerumen atau cairan, adanya benjolan dan tanda radang  Berotahu pasien menyatakan apakah mendengar arloji atau
tidak
 Kemudian perhatikan membran timpani, catat= warna,
bentuk, dan keutuhannya ( normal : warna putih  Kemudian jauhkan, sampai pasien tidak mendengar.
mengkilat/transparan kebiruan, datar dan utuh ) (normal : masih terdengar pada jarak 30cm)
 Lakukan produksi 1-6 pada sisi telinga yang lain  Lakukan pada kedua sisi telinga dan bandingkan
2. Test garputala  Test audiometri
Rinne test
Pemeriksaan fungsi keseimbangan
 Perawat duduk disebelah sisi pasien
 Test Romberg
 Getaran garputala, dengan menekan jari garputala dengan dua jari
tangan  Test fistula
 Letakan pangkal garputala pada tulang mastoid, dan jelaskan pada
pasien agar memberitahu bila tidak merasakan getaran  Test kalori
 Bila pasien tidak merasakan getaran, dekatkan ujung jari garputala
pada lubang telinga,dan anjurkan pasien agar memberitahu
mendengar suara getaran atau tidak (normal : pasien masih
mendengar saat ujung garputala didekatan pada lubang telinga)
Webber test
 Gerakkan garputala
 Letakkan pangkal garputala ditengah tengah dahi pasien
 Tanyakan kepada pasien, sebelah mana telinga lebih mendengar
keras (lateralisasi kanan/kiri). (normal : getaran didengar sama
antara kanan dan kiri)
Swabach test
 Getarkkan garputala
 Letakkan ujung jari garputala pada lubang telinga pasien
 Kemudian sampai pasien tidak mendengar, lalu bandingkan
dengan pemeriksa
HIDUNG DAN SINUS

Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan Pemeriksaan potensi hidung
sinus sinus
 Duduklah dihadapan pasien
 Pemeriksa duduk dihadapab pasien
 Tekan salah satu lubang hidung, beritahu pasien
 Amati bentuk dan kulit hidung, catat : kesimetrisan, untuk menghenbuskan napas lewat hidung
adanya benjolan, tanda radang, dan bentuk khusus
hidung  Lakukan bergantian, suruh pasien merasakan apakah
ada hambatan, dan bandingkan kanan dan kiri
 Palpasi hidung, catat : kelenturan dan adanya nyeri
 Pemeriksaan fungsi pembau
 Palpasi 4 sinus hiding ( frontalis, etmoidalis, spenoidasi,
maksilaris) catat : adanya nyeri tekan  Mata pasien dipejamkan
Pemeriksaan potensi hidung  Salah satu hidung ditekan
 Pemeriksa duduk dihadapan pasien

 Pakai lampu kepala dan elevasikan ujung hidung dengan


jari
 Amati lubang hidung luar, catat : benjolan, tanda radang
pada batas lubang hidung, keadaan septum nasi
 Masukkan spikulum hidung, amati lubang hidung bagian
dalam, catat : benjolan tanda radang pada batas lubang
hidung, keadaan septum nasi
MULUT DAN TONSIL

 Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa

 Amati bibir, catat : merah, cyanosis, lessi, kering, massa/ benjolan, sumbing

 Buka mulut pasien, catat : kebersihan dan bau mulut, lesi mukosa

 Amati gigi, catat : kebersihan gigi, caries gigi, gigi berlubang

 Minta pasien menjulurkan lidah, catat : kesimetrisan, lesi warna

 Tekan lidah dengan sulip lidah, minta pasien membunyikan huruf ‘a’ amati ovala, catat :kesimetrian dan
tanda radang
 Amati tonsil tanpa dan dengan alat cermin, catat :pembesaran dan tanda radang tonsil
LEHER

Kelenjar thyroid  JVP (tekanan vena jagularis)


 Inspeksi : pasien tengadah sedikit, telan ludah, catat :  Posisi penderita berbaring setengah duduk, batasan
bentuk dan kesimetrian atas denyut vena jagularis, beritahu pasien merubah
posisi ke duduk dan amati palpasi denyut vena
 Palpasi : pasien duduk dan periksa dibelakang, jari
( normal : saat duduk setinggi manubrium sternum )
tengah dan keduan telunjuk tangan ditempatkan pada
kedua istimus, raba disepanjang trachea mulai dari  Atau
tulang krokoid dab samping, catat : adanya benjolan,
konsidstensi, bentuk, ukuran  Posisi penderita berbaring setengah duduk, tentukan
titik nol ( titik setinggi manubrium sternum ) dan
 Aukustasi : tempatkan sisi bell pada kelenjar thyroid, letakkan penggaris diatasnnya, tentukan batas atas
catat : adanya bising (normal : tidak terdapat) denyut vena dengan penggaris ( normal : tidak lebih
dari 4 cm )
Trachea
 Inspeksi : pemeriksa disamping kanan pasien,
Bising arteri carotis
tempelkan jari tengah pada bagian bawah trachea,  Tentukan letak denyut nadi carotis (dari tengah leher
raba keatas dan kesamping, catat : letak trachea, geser keseimbangan), letakkan sisi bell stetoskop di
kesimetrisan, tanda oliver ( pada saat denyut jantung, daerah arteri carotis adanya bising. ( normal ada
trachea tertarik kebawah ) bising )
PEMERIKSAAN THORAX DAN PARU

 Palpasi
Inspeksi  Cara kerja :
 Atur posisi pasien duduk atau baring
Cara kerja :
 Lakukan palpasi daerah thorax, catat : adanya nyeri,
 Posisi pasien dapat duduk atau berbaring benjolan, (tentukan konsistensi, besar, mobilitas, dll)
 Darah arah atas ditentukan kesimetrisan dada.(noromal,simetris)  Dengan posisi baring/semi fowler,letakan kedua tangan ke
dada,sehingga kedua ibu jari berada di atas prosesus
 Dari arah samping dan belakang tentukan bentuk dada xhypoideus,pasien diminta napas biasa,catat,:gerak napas
simetris atau tidak dan tentukan daya kembang
 Dada arah depan,cacat gerakan nafas dan tanda tanda sesak nafas paru(normal : 3-5cm) Atau
 Nafas :gerak nafas simestis 16-24 kali,abdominal/thorakoabnorminal,tidak  Dengan posisi duduk merunduk,letakkan kedua tangan
ada pengguna otot nafas dan retraksi intercostae Abnormal pada punggung bawah scapula ,tentukan:kesimetrisan
gerak dada,daya kembang paru.
 Dari arah depan tentukan adanya pelebaran pena dada,normalnya : tidak  Letakan kedua dengan posisi tangan agak ke atas ,minta
ada pasien untuk bersuara(77) tentukan getaran suara dan
bedakan kanan dan kiri. menurut : konsolidai
paru,pneumonia,TBC,tumor paru,ada massa
paru.Meningkat:Pleura
efusi,emfsema,parubfibrotik,converne paru.
 Fremitus biasanya lebih menonjol didaerah interscapula
dari pada bidang paru-paru yang lebih rendah,sering lebih
menonjol disisi kanan dari pada kiri,dan menghilang kan
dibawah diafragma,fremitus taktil berguna untuk
penilaian awal dari kondisi paru,selanjutnya konfirmasi
temuaan pada saat auskultasi suara nafas.
Perkusi
Cara kerja:
 Atur posisi pasien berbaring atau setengah duduk

 Gunakan teknik perkusi,dan tentukan batas-batas paru

 Lakukan perkusi secara merata pada daerah paru,catat adanya peubahan suara prekusi.

Normal: sonor atau resonan (dug)


Abnormal:
 Hyperesonan : menggedang (dang) : thorax berisi udara,kapitas

 Kurang resonan (deg) : fibrosis,infiltrate,pleur menebal

 Redup (bleg) : fibrosis berat, endapan paru

 Pekak : sepertibunyi pada paha ; pada tumor paru,fibrosis


PEMERIKSAAN JANTUNG

Inspeksi
 Cara kerja :
 Buka pakaian pasien dan atur posisi terlentang,kepala ditinggikan 15-30
 Pemeriksaan berdiri di sebelah kanan setinggi bahu pasien
 Motivasi pasien tenang dan bernapas biasa.
 Amati dan catat bentuk percodial jantung.
1. Normal: datar dan simetris pada kedua sisi.
2. Abnormal : cekung,cembung (bulging precordial)
 Amati dan catat pulpasi apeks cordis.
1. Normal : napas pada ICS 5 MCL selebar 1-2cm (selebar ibu jari). Sulit dilihat : payudara besar,dinding thorax
yang tebal,emfisien,dan sfusi pericard
2. Abnormal :bergeser kea rah lateroinferior,lebar lebih dari 2cm nampak meningkat dan bergetar (trill)
 Amati dan catat pulsasi daerah aorta,pulmona,trikuspidalis,dan ephygastrik.
1. Normal : hanya pada daerah ictus.
 Amati dan catat pulsasi denyut vena jagularis.
1. Normal : tidak ada denyut vena precordial. Denyut vena haya dapat dilihat pada vena jagularis internal dan
eksternal.
Auskulatasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Irama dan frekuensi jantung
Normal : regular (ritmis) dengan frekuensi 60-100x/menit
2. Intensitas bunyi jantung
Normal :
~Di daerah mital dan trikuspidalis intensitas BJ 1 akan lebih tinggi dari BJ 2
~Di daerah pulmonal dan aorta intensitas BJ 1 akan lebih rendah dari BJ 2
3. Sifat bunyi jantung
Normal :
~Bersifat tunggal
~Terbelah atau terpisah dikondisikan atau (normal splitting)
4. Adanya bising mur-mur jantung
Adalah bunyi jantung (bergemuruh) yang di bangkitkan oleh aliran turbulensi (pusaran abnormal) dan aliran darah dalam jantung dan pembuluh darah.
Normal : tidak terdapt murmur
Abnormal : terdapat murmur kelainan katup,shurt atau pirau
5. Irama gallop ( gallop ritme)
Adalah ritme dimana terdengar bunyi S3/S4 secara jelas pada dyastolik,yang disebabkan karena darah mengalir ke vantrikel yang lebih dari normal,sehingga terjadi pengisian yang cepat pada
ventrikel.
Normal : tidak terdapt gallop ritme
Abnormal :
~Gallop ventrikuler ( gallopS3 )
~Gallop atrium atau gallop presystolic (gsllop S4)
~Gallop dapat terjadi S3 dan S4 (hors gallop)
6. Periksa stetoslop dengan menggosok sisi membrane dengan tangan
7. Tempelkan stetoskop pada sisi membrane pada daerah pulmonal,kemudian ke daerah aorta. Simak bunyi jantung terutama BJ2, catat : sifat,kualitas,disbanding dengan BJ1,splitting BJ2,dan
murmur BJ2.
8. Tempelkan stetoskop pada sisi membrane pada daerah tricus,kemudian ke daerah mitral, Simak bunyi jantung terutam BJ1,catat : sifat,kualitas disbanding dengan BJ2,splitting BJ1 murmur
BJ1,frekuensi DJ,irama gollop.
9. Bila ada mur mur ulangi lagi ke empat daerah,catat mana yang paling jelas
10. Geser ke daerah ephigastrik,catat adanya bising aorta.
Palpasi Perkusi
Cara kerja : Cara kerja :
1. Dengan menggunakan 3 jari tangan dan dengan 1. Lakukan perkusi mulai intercostal 2 kiri dari lateral
tekanan ringan,palpasi daerah aorta, pulmo dan (ant.axila line) menuju medial,catat perubahan perkusi
triskuspidalis. Catat : adanya pilsasi titiknormal tidak redup.
ada pulsasi.
2. Geser jari ke ICS 3 kiri kemudahan sampai ICS 6,
2. Geser pada daerah mitral,catat : pulsasi,tentukan lakukan perkusi dan catat perubahan suara perkusi
letak,lebar,adanya thrill,lith/haeva. redap.
Normal-tebal di ICS V MCL selebar 1-2cm (1 jari). 3. Tentukan batas – batas jantung
Abnormal-ictus bergeser kea rah latero-inferior,ada
thrill/lift
3. Geser pada daerah ephigasterik,tentukan besar
denyutan
Normal : teraba, sulit teraba.
Abnormal : mudah-meningkat
PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK

Inspeksi Palpasi
1. Posisi pasien duduk,pakaian atas atau
dibuka,kedua tangan rileks disisi tubuh Cara kerja :
2. Mulai inspeksi bentuk,ukuran dan kesimetrisan 1. Lakukan palpasi pada aerola, catat : adanya
payudara keluaran, jumlah,warna,bau, konsistensi dan
3. Insfeksi, dan catat adanya : benjolan tanda nyeri.
radang dan lesi 2. Palpasi daerah ketiak terutama daerah limfe nodi,
4. Insfeksi areola mama, catat : warna, Catat : adanya benjolan, nyeri tekan
datar/benjolan/masuk kedalam, tanda radang
dan lesi 3. Lakukan palpasi payudara dengan 3 jari tangan
memutar searah jarum jam kearah areola. Catat :
5. Buka lengan pasien, amati ketiak, catat: lesi, nyeri dan adanya benjolan
benjolan dan tanda radang.
4. Bila ada benjolan tentukan konsistensi, besar,
mobilisasinya.
PEMERIKSAAN ABDOMEN

 Insfeksi  Auskultasi
Cara kerja :
1. Kandung kencing dalam keadaan kosong

2. Posisi berbaring, bantal dikepala dan lutut sedikit fleksi


Cara kerja :
3. Kedua lengan, disamping atau didada 1. Gunakan stetoskop sisi membran dan
4. Mintailah penderita untuk menunjukkan daerah sakit untuk
hangatkan dulu.
dilakukan pemeriksaan terakhir
2. Lakukan auskultasi pada satu tempat saja
5. Lakukan insfeksi, dan perhatikan keadaan kulit dan (kwadaran kanan bawah), catat bising dan
permukaan perut. peristaltik usus.
6. Strie berwarna ungu- syndrome chusing
3. kan abdomen, catat gerakan air (tanda
7. Pelebaran vena abdomen- chirrosis
ascites)
8. Dinding perut tebal- odema
4. Letakkan stetoskop pada daerah
9. Berbintil atau ada lesi- neurofibroma
ephigastrik, catat bising aorta.
10. Ada masa/benjolan abnormal- tumor

11. Perhatikan bentuk perut

12. Perhatikan denyutan pada dinding perut

13. Perhatikan umbilicus, catat adanya tanda radang dan hernia


 Perkusi  Palpasi

Cara kerja : Cara kerja :


1. Lakukan perkusi dari kuadran kanan atas memutar 1. Beritahu pasien untuk bernapas dengan mulut,
searah jarum jam, catat adanya perubahan suara. lutut sedikit fleksi.
2. Lakukan perkusi di daerah hepar untuk 2. Lakukan palpasi perlahan dengan tekanan ringan,
menentukan batas dan tanda pembesaran hepar, pada seluruh daerah perut.
cara :
3. Tentukan ketegangan, adanya nyeri tekan, dan
 Lakukan perkusi pada MCL kanan bawah umbilicus adanya masa superficial atau masa feses yang
ke atas sampai terdengar bunyi redup, untuk mengeras.
menentukan batas bawah hepar.
4. Lanjutkan dengan pemeriksaan organ.
 Lakukan perkusi daerah paru kebawah, untuk
menentukan batas atas.
 Lakukan perkusi disekitar daerah satu dan dua untuk
menetukan batas-batas hepar yang lain.

Anda mungkin juga menyukai