Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN : ASMA DI


INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT
ANGKATAN LAUT DR. MIDIYATO SURATANI
TANJUNGPINANG
A. Pengertian Asma
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh
factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat
timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di
bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
  Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak
sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas
saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik
tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan
seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Sundaru, 2013)
Kesimpulan asma merupakan gangguan pada saluran pernafasan yang dapat
menyebabkan seseorang sulit untuk bernafas dan dapat menyebabkan kematian
apabila tidak ditangani secara cepat.
B. Anatomi dan Fisologi

1. Hidung
Hidung atau naso atau  nasal merupakan saluran udara  yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum
nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk  menyaring  udara, 
debu,  dan  kotoran  yang  masuk  ke  dalam lubang hidung.
2. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di
belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di
sebelah belakang terdapat epiglotis( empang tenggorok) yang berfungsi
menutup laring pada waktu menelan makanan.
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai
ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.
Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang
biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang  rawan  yang 
berfungsi  pada  waktu  kita  menelan  makanan menutupi laring.
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi  oleh  selaput 
lendir  yang  berbulu  getar    yang  disebut  sel bersilia, hanya bergerak ke
arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan
ikat yang dilapisi oleh otot polos. Fungsi utama dari trakea adalah untuk
menyediakan saluran napas yang jelas untuk udara masuk dan keluar dari
paru-paru.
5. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada
2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai
struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus
itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru. Fungsi
utama bronkus mirip seperti “pipa” yang membawa masuk dan keluar udara
dari dan ke paru-paru. Bronkus tidak berfungsi sebagai tempat pertukaran gas
6. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Paru-paru dibagi dua yaitu
paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra
superior, lobus media, dan lobus inferior. Fungsi paru-paru adalah
 Sebagai organ respirasi Respirasi untuk pertukaran gas karbon
diaksida dan oksigen
 Karena saat bernapas kita mengeluarkan limbah karbon diaksida maka
fungsi paru-paru adalah bagian dari sistem ekskresi.
 Mengendalikan pH darah dengan cara mengubah tekanan karbon
dioksida.
 Menyaring gumpalan darah yang terbentuk dalam vena.
 Mempengaruhi konsentrasi beberapa zat biologis dan obat-obatan
yang digunakan dalam pengobatan dalam darah.
 Mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II oleh enzim
angiotensin-converting.
 Dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung jantung dari guncangan.

C. Klasifikasi
Asma terbagi menjadi alergi, idiopatik, nonalergik dan campuran:
1. Asma alergik/ekstrinsik,
Merupakan suatu jenis asma yang disebabkan oleh alergen (misalnya
bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan dan lain-lain).
Alergen yang paling umum alergen yang perantaraan penyebarannya
melalui udara (airbone) dan alergen yang muncul secara musiman
(seasonal). Bronkokontriksi terjadi karena dilepaskannya amin vasoaktif
dari sel mast mukosa bronkus, dipicu oleh imunoglobulin E. pasien
dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat pengobatan ekzema
atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan
asma. Gejala asma umumnya dimulai saat kanak-kanak namun akan
berkurang apabila setelah dewasa.
2. Idiopatik atau nonallergic asthma/instrinsik,
Merupakan jenis asma yang tidak berhubungan secara langsung
dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti commond cold, infeksi
saluran napas atas, aktivitas, emosi dan polusi lingkungan dapat
menimbulkan serangan asma. Beberapa agen farmakologi, antagonis beta-
adrenergik, dan agen sulfite (penyedap makanan) juga dapat berperan
sebagai faktor pencetus. Serangan asma idiopatik atau nonalergik dapat
menjadi lebih berat an sering kali dengan berjalannya waktu dapat
berkembang menjadi bronchitis dan emfisema. Pada beberapa pasien,
asma jenis ini dapat berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma
ini biasanya dimulai pada saat dewasa (> 35 tahun) dan lebih sering pada
perempuan. Asma jenis ini tidak begitu mendadak seperti asma ekstrinsik.
3. Asma campuran (mixed asthma),
Merupakan bentuk asma yang paling sering ditemukan. Terjadi pada
asma okupasional karena pajanan bahan tertentu di tempat kerja, misalnya
tepung gandum. Terjadi reaksi hipersensitivitas tipe III. Gejala timbul
beberapa jam sesudah pajanan. Reaksi bronkkus mungkin dipicu oleh
kompleks imun. Kadang-kadang dapat terjadi reaksi tipe I dan tipe III
secara bersamaan.
tingkat keparahan serangan asma akut
Hampir menyebabkan PaCO2 tinggi dan/atau membutuhkan bantuan alat
kematian ventilasi mekanik

Tanda-tanda klinis Pengukuran


Puncak aliran <
Perubahan tingkat kesadaran
33%
Saturasi
Kelelahan
Oksigen < 92%
Mengancam nyawa
Aritmia PaO2 < 8 kPa
(orang tertentu pada)
"Normal"
Rendah tekanan darah
PaCO2
Sianosis
Tidak ada aliran udara yang
terdengar
Upaya nafas buruk

Puncak aliran 33–50%


Frekuensi pernapasan ≥ 25 bernapas setiap
Sangat akut menit
(orang tertentu pada) Frekuensi denyut jantung ≥ 110 denyut setiap
menit
Tidak dapat menyelesaikan kalimat dalam satu
kali tarikan napas
Gejala memburuk
Puncak aliran 50–80% terbaik atau
Sedang
diperkirakan
Tidak ada fitur asma sangat berat

D. Etiologi
1. Factor ekstrinsik (asma imunologik/asma alergi)
 Reaksi antigen-antibodi
 Inhalasi allergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
2. Factor instrinsik (asma nonimunoligik/asma non alergi)
 Infeksi (influenza virus)
 Fisik ( cuaca dingin, perubahan temperature)
 Iritan : bahan kimia
 Polusi udara : karbondioksida,asap rokok, parfum
 Emosional : takut, cemas dan tegang
 Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi factor pencetus
( suriadi, 2011)
E. Manifestasi klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktifitas bronkus, obstruksi jalan nafas dapat refersible secara spontan maupun
dengan pengobatan gejala – gejala asma antara lain :
1.       Bising Mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoscop.
2.       Batuk produktif, sering pada malam hari
3.       Nafas atau dada seperti tertekan (Halim, 2012)
F. Patoflow
G. Komplikasi
 Pneumotorak
 Bronchitis
 Gagal Nafas
 Efisiema Subkutis
 Ateletasis
H. Penatalaksanaan medik dan keperawatan
a) Penatalaksanaan Medis
1) Terapi Obat
Penatalaksanaan medis pada penderita asma bisa dilakukan dengan
pengguaan obat-obatan asma dengan tujuan penyakit asma dapat
dikontrol dan dikendalikan.
Menurut AAAI (Amerika Academy of Allergy, Asthma &
Immunology) penggolongan obat asma (Hadibroto & Alam, 2006)
adalah sebagai berikut:
1. Obat-obat anti peradangan (preventer)
 Usaha pengendalian asma dalam jangka panjang
 Golongan obat ini mencegah dan mengurangi peradangan,
pembengkakan saluran napas, dan produksi lendir
 Cara kerjanya adalah dengan mengurangi sensitivitas saluran
pernapasan terhadap pemicu asma yang berupa alergen.
 Penggunaannya harus teratur dalam jangka panjang
 Daya kerja lambat/gradual, biasanya mengambil waktu sekitar
dua minggu baru terlihat efektivitasnya ayang terukur.
2. Obat-obat pelega gejala berjangka panjang
 Obat-obat pelega gejala berjangka panjang dalam nama generik
yang ada di pasaran adalah salmeterol hidroksi naftoat
(salmeterol xinafoate) dan teofilin (theophylline).
 Salmeterol
Obat ini adalah bronkodilator yang bekerja perlahan dimana
obat ini bekerja dengan mengendurkan oto-otot yang
mengelilingi saluran pernapasan. Obat ini paling efektif bila
dikombinasikan dengan suatu obat kortikosteroid hirup, dan
tidak dapat berfungsi sebagai pelega seketika dalam hal terjadi
serangan asma. Obat ini umumnya bekerja setelah setengah
jam dan daya kerjanya bertahan hingga 12 jam. Obat ini
disajikan dalam bentuk obat hirup dosis terukut dan obat hirup
bubuk kering. Obat ini tidak dapat digunakan untuk anak-anak
di bawah 12 tahun.
 Teofilin
Obat ini termasuk satu golongan dengan kafein (zat aktif yang
terdapat dalam secangkir kopi) dan termasuk bronkodilator
yang lama daya kerjanya. Efek samping obat ini sama seperti
kafein sehingga tidak dianturkan untuk pasien hiperaktif.
 Albuterol Sulfat atau Salbutamol.
Bronkolidarot yang paling populer dan disajikan dalam bentuk
obat hirup dosis terukur, obat hirup bubuk kering, larutan
untuk alat nebulizer, sirup, tablet biasa, tablet lepas-tunda
(extended-reliase).
3. Obat-obat pelega gejala asma (reliever/bronkodilator)
Misalnya salbutamol [Ventolin®], terbutaline [Bricanyl®],
formoterol [Foradil®, Oxis®], dan salmeterol [Serevent®] secara
cepat mengembalikan saluran napas yang menyempit yang terjadi
selama serangan asma ke kondisi semula. Obat pereda/pelega
biasanya tersedia dalam bentuk inhaler berwarna biru atau abu-
abu.
4. Obat-obatan kortikosteroid oral
Kortikosteroid oral adalah obat yang ampuh untuk mengatasi
pembengkakan dan peradangan yang mencetuskan serangan asma.
Obat ini membutuhkan enam hingga delapan jam untuk bekerja,
sehingga makin cepat digunakan makin cepat pula daya kerja yang
dirasakan.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita
asma adalah sebagai berikut, yaitu memberikan penyuluhan (pendidikan
kesehatan), pemberian cairan, fisiotherapy, dan beri O2 bila perlu.
I. Pemeriksaan Diagnostik
 Spirometri : melihat respon pengobatan dengan bronkodilator
 Pemeriksaasn sputum : sputum eisinofil sangat karakteristik untuk asma
 Uji profokasi bronkus : untuk menunjukkan adanya hiperaktifitas bronkus
 Foto torax : melihat komplikasi asama
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Primer Asma
a) Airway
Peningkatan sekresi pernafasan, bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b) Breathing
Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
Menggunakan otot aksesoris pernafasan. Kesulitan bernafas : diaforesis,
sianosis
c) Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi. Sakit kepala. Gangguan
tingkat kesadaran : ansietas, gelisah. Papiledema. Urin output meurun
d) Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan
neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2. Pengkajian Sekunder Asma
a) Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi
pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada
diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali
sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan
dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas
berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera
dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung
terus untuk waktu yang lama.
b) Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga
berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma,
meliputi pemeriksaan :
c) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan
suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir
dan posisi istirahat klien.
d) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi,
turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus,
ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut
di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.
e) Thorak
1) Inspeksi: Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan
adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot
Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
2) Palpasi: Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil
fremitus.
3) Perkusi: Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
4) Auskultasi: Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan
expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi
pernafasan dan Wheezing.
f) Sistem pernafasan
 Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras
dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian
menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa
kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
 Frekuensi pernapasan meningkat
 Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
 Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang
memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
 Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada
inspirasi bahkan mungkin lebih
 Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan: Hiperinflasi
paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior
rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor. Pernapasan
makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak
retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan
cuping hidung.
 Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat
dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak
terdengar(silent chest), sianosis.
g) Sistem kardiovaskuler
 Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
 Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan: takhikardi
makin hebat disertai dehidrasi. Timbul Pulsus paradoksusdimana
terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada
waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada asma
yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
 Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan
irama jantung.

B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN 


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler –
alveolar
3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
4. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.
5. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.

C. RENCANA KEPERAWATAN  ASMA 

N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA


INTERVENSI  (NIC)
O KEPERAWATAN HASIL  (NOC)
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan NIC :
tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 jam, Airway Management
berhubungan dengan
tachipnea, peningkatan
pasien mampu :  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
produksi mukus, Respiratory status : Ventilation atau jaw thrust bila perlu.
kekentalan sekresi dan Respiratory status : Airway patency  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
bronchospasme.
Aspiration Control, ventilasi
Dengan kriteria hasil :  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
 Mendemonstrasikan batuk jalan nafas buatan.
efektif dan suara nafas yang  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
bersih, tidak ada sianosis dan  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
dyspneu (mampu mengeluarkan tambahan
sputum, mampu bernafas dengan  Lakukan suction pada mayo
mudah, tidak ada pursed lips)
 Menunjukkan jalan nafas yang  Berikan bronkodilator bila perlu
paten.  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2

2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan NIC :


gas berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam,
dengan perubahan Airway Management
pasien mampu :
membran kapiler –
alveolar Respiratory Status : Gas exchange  Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau

Respiratory Status : ventilation jaw thrust bila perlu

Vital Sign Status  Posisikan pasien untuk memaksimalkan

Dengan kriteria hasil : ventilasi

 Mendemonstrasikan  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat

peningkatan ventilasi dan jalan nafas buatan

oksigenasi yang adekuat  Pasang mayo bila perlu

 Memelihara kebersihan paru  Lakukan fisioterapi dada jika perlu


paru dan bebas dari tanda tanda  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
distress pernafasan  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
 Mendemonstrasikan batuk tambahan
efektif dan suara nafas yang  Lakukan suction pada mayo
bersih, tidak ada sianosis dan  Berika bronkodilator bial perlu
dyspneu (mampu mengeluarkan  Barikan pelembab udara
sputum, mampu bernafas dengan  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
mudah, tidak ada pursed lips) keseimbangan.
 Tanda tanda vital dalam rentang  Monitor respirasi dan status O2
normal
Respiratory Monitoring
 Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi
 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
 Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
     
3 Pola Nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan NIC :
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam,
penyempitan bronkus Airway Management
pasien mampu :
Respiratory status : Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau

Respiratory status : Airway patency jaw thrust bila perlu

Vital sign Status  Posisikan pasien untuk memaksimalkan

Dengan Kriteria Hasil : ventilasi

 Mendemonstrasikan batuk  Lakukan suction pada mayo

efektif dan suara nafas yang  Berikan bronkodilator bila perlu


bersih, tidak ada sianosis dan  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
dyspneu (mampu mengeluarkan Lembab
sputum, mampu bernafas dengan  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
mudah, tidak ada pursed lips). keseimbangan.
 Menunjukkan jalan nafas yang  Monitor respirasi dan status O2
paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi Terapi Oksigen
pernafasan dalam rentang  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
normal, tidak ada suara nafas  Pertahankan jalan nafas yang paten
abnormal).  Atur peralatan oksigenasi
  Tanda Tanda vital dalam  Monitor aliran oksigen
rentang normal (tekanan darah,
 Pertahankan posisi pasien
nadi, pernafasan)

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri

4 Nyeri akut; ulu hati Setelah dilakukan tindakan NIC :


berhubungan dengan
keperawatan selama 3 x 24 jam,pasien
proses penyakit.
mampu :
Pain Level(tingkat nyeri), Pain Management

Pain control(control nyeri),  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

Comfort level(tingkat kenyamanan). termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

Dengan Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

 Mampu mengontrol nyeri (tahu  Observasi reaksi nonverbal dari

penyebab nyeri, mampu ketidaknyamanan.

menggunakan tehnik  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

nonfarmakologi untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.

mengurangi nyeri, mencari  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.


bantuan, Skala nyeri 1-2)  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
 Melaporkan bahwa nyeri  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
berkurang dengan menggunakan tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
manajemen nyeri lampau.
 Mampu mengenali nyeri (skala,  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
intensitas, frekuensi dan tanda menemukan dukungan.
nyeri)  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
 Menyatakan rasa nyaman nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
setelah nyeri berkurang kebisingan.
 Tanda vital dalam rentang  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
normal  Tingkatkan istirahat.
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil.
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri.

5 Cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan NIC :


dengan kesulitan
keperawatan selama 3 x 24 jam, Anxiety Reduction (penurunan kecemasan).
bernafas dan rasa takut
sufokasi. pasien mampu : Gunakan pendekatan yang menenangkan.
Anxiety control Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
Coping pasien.
Impulse control Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
Dengan Kriteria Hasil : selama prosedur.
 Klien mampu mengidentifikasi Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres.
dan mengungkapkan gejala Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
cemas mengurangi takut.
 Mengidentifikasi, Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
mengungkapkan dan ketakutan, persepsi Instruksikan pasien
menunjukkan tehnik untuk menggunakan teknik relaksasi.
mengontol cemas Barikan obat untuk mengurangi kecemasan.
 Vital sign dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Sundaru H. 2013 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu


Penyakit Dalam, FKUI/RSCM

Suriadi. 2011,Asuhan Keperawatan pada Anak,Jakarta : ISBN

Halim Danukusantoso, 2012. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit


Hipokrates , 2012

Anda mungkin juga menyukai