DISUSUN OLEH :
NAMA : Henrika Meylina Setya Yanti
NPM : 22.14901.14.14
DOSEN PEMBIMBING :Ns. Mareta Akhriansyah,S.Kep.,M.Kep
1. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian Asma
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan
aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus,
dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktifitas terhadap rangsangan
tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini
bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul
disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia
di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb,
2011).
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran
n a p a s y a n g m e l i b a t k a n banyak sel dan elemennya. & inflamasi
kronik menyebabkan peningkatan hiper responsilitas saluran napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada
terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari. pisodik tersebut
berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan
seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Sundaru,
2013).
Kesimpulan asma merupakan gangguan pada saluran
pernafasan yang dapat m e n y e b a b k a n s e s e o r a n g s u l i t u n t u k
b e r n a f a s d a n d a p a t m e n y e b a b k a n k e m a t i a n apabila tidak
ditangani secara cepat.
B. Anatomi dan Fisiologi
1) Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi, dipisahkan oleh sekat hidung
(septum nasi didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
2) Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak,
di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher
di sebelah belakang terdapat epiglotis (empang tenggorok yang
berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
3) Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan berti
ndak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai
ketinggian vertebra seringkali dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.
dangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan
yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang
rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan
menutupi laring.
4) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang- tulang rawan
yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C)sebelah dalam diliputi
oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,
hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di
belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Fungsi
utama dari trakea adalah untuk menyediakan saluran napas
yang jelas untuk udara masuk dan keluar dari paru-paru.
5) Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari
trakea, ada 2 buah y a n g t e r d a p a t p a d a k e t i n g g i a n
vertebr torakalis IV dan V,
m e m p u n y a i s t r u k t u r serupa dengan trakea dan dilapisi oleh
jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping ke arah tampuk paru-paru. Fungsi utama bronkus mirip seperti
“Pipa” yang membawa masuk dan keluar udara dari dan ke paru-paru.
Bronkus tidak berfungsi sebagai tempat pertukaran gas.
6) Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa atau alveoli).Paru-paru dibagi dua yaitu
paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru) lobus pulmo dekstra
superior, lobus media, dan lobus inferior.
a) Fungsi paru-paru yang pertama adalah sebagai organ
respirasi. Respirasi untuk pertukaran gas karbondiaksida dan
oksigen.
b) Karena saat bernapas kita mengeluarkan limbah karbondiaksida maka
fungsi paru-paru adalah bagian dari sistem ekskresi.
c) Mengendalikan Ph darah dengan cara mengubah tekanan
karbondioksida.
d) Menyaring gumpalan darah yang terbentuk dalam vena.
e) Mempengaruhi konsentrasi beberapa zat biologis dan obat-obatan yang
digunakan dalam pengobatan dalam darah.
f) Mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II oleh enzim
angiotensin-converting.
g) Dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung jantung dari guncangan.
C. Etiologi
1) Factor ekstrinsik (asma imunologik/asma alergi)
- Reaksi antigen antibodi
- Inhalasi allergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
2) Factor instrinsik (asma nonimunoligik/asma non alergi)
- Infeksi (Influenza virus)
- Fisik ( cuaca dingin, perubahan temperatur)
- Iritan : bahan kimia
- Polusi udara : karbondioksida,asap rokok, parfum
- Emosional : takut, cemas dan tegang
- Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi factor pencetus ( suriadi,
2011)
D. Pathway
Faktor pencetus
Alergi Idiopatik
Bronko Kontriksi
- Sesak nafas
- Bersihan jalan nafas tidak efektif
- PK : Hipoglikemia
- Intoleransi aktivitas
- Cemas
- Kurang Pengetahuan
(Almazini, 2012)
E. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktifitas bronkus,obstruksi jalan nafas dapat refersible
secara spontan maupun dengan pengobatan gejala-gejala asma antara
lain :
1) Bising Mengi (wheezing yang terdengar dengan atau tanpa stetoscop)
2) Batuk produktif, sering pada malam hari
3) Nafas atau dada seperti tertekan (Halim, 2012)
F. Komplikasi
1) Pneumotorak
2) Bronchitis
3) gagal nafas
4) efisiema subkutis
5) Aateletasis
G. Pemeri'saan Diagnostik
1) Spirometri
Melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
2) pemeriksaasn sputum
sputum eisinofil sangat karakteristik untuk asma
3) uji profokasi bronkus
untuk menunjukkan adanya hiperaktifitas bronkus
4) foto torax
melihat komplikasi asma
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma
Berat. Jakarta : Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Halim Danukusantoso, 2012. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit:
Hipokrates
- Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
- Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan
ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan
bunyi pernapasan dan wheezing.
c) Sistem pernafasan
1) Bentuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian
menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa
kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang
memanjang disertai ronchi kering dan wheezing
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada
inspirasi bahkan mungkin lebih.
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan :
- Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar
hipersonor.
- Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan
otot-otot bantu napas (antar iga, stemokleidomastoideus) sehingga
tampak retraksi suprasternal , supraclavicula dan sela iga serta
pernapasan cuping hidung.
7) Pada keadaan yang lebuh berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal xdengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar
(silent chest), sianosis
d) Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan :
- Takikardi makin hebat disertai dehidrasi.
- Timbul pulsus paradoksus dimana terjadi penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak
lebih daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10
mmHg atau lebih.
- Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan
irama jantung.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea,
peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-
alveoli
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus
4. Nyeri akut, ulu hati berhubungan dengan proses penyakit
5. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufoksi.
C. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA DEFINISI PENYEBAB TANDA DAN TANDA DAN KONDISI KLINIS
O GEJALA GEJALA MINOR TERKAIT
MAYOR
1. Bersihan Ketidakmamp Fisiologis Subjektif : Subjektif : 1. Gullian Barre
jalan nafas uan 1. Spasme jalan (Tidak a.Dispnea Syndrome
tidak efektif membersihkan nafas tersedia) b. Sulit bicara2. Sklerosis multiple
(0001) sekret atau 2. Hipersekresi c.Ortopnea 3. Myasthenia gravis
obstruksi jalan jalan napas Objektif: 4. Prosedur diagnostik
napas untuk 3. Disfungsi a.Batuk tidak Objektif : (mis.bronkoskopi,
mempertahank neuromuskule efektif a.Gelisah transesophageal
an jalan napas r b. Tidak b. Sianosis echocardiography
tetap paten 4. Benda asing mampu c. Bunyi napas (TEE))
dalam jalan batuk menurun 5. Depresi sistem saraf
nafas c. Sputum d. Frekuensi pusat
5. Adanya jalan berlebih nafas 6. Cedera Kepala
nafas buatan d. Mengi,whe berubah 7. Stroke
6. Sekresi yang ezing Pola napas 8. Kuadriplegia
tertahan dan/atau berubah 9. Sindrom aspirasi
7. Hiperplasia ronkhi mekonium
dinding jalan kering Infeksi saluran
nafas e. Mekonium napas
8. Proses infeksi dijalan
9. Respon alergi napas (pada
10. Efek agen neonatus)
farmakologis
(mis
anastesi)
Situasi :
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
Terpajan
polutan