Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN ASMA

OLEH :

KADEK SRI YASTINI


NIM. 23089142084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Asma bronchial adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme
akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus (Sari, 2013).
Asma merupakan bentuk inflamasi kronis yang terjadi pada saluran jalan napas
dengan memperlihatkan berbagai inflamasi sel dengan gejala hiperaktivitas bronkus
dalam berbagai tingkatan, obstruksi jalan napas, dan gejala pernapasan yang lain (mengi
dan sesak) (Arief Manjoer, dkk.2001 dalam Riyadi 2011).
Asma adalah kondisi paru-paru umum yang menyebabkan kesulitan bernapas. Ini
sering dimulai pada masa kanak-kanak, meskipun juga dapat berkembang pada orang
dewasa, dan mempengaruhi orang-orang dari segala usia. Asma disebabkan oleh
pembengkakan dan penyempitan tabung yang membawa udara ke dan dari paru-paru
(WHO, 2020).

B. Anatomi
Menurut Sarwadi & Linangkung (2016) anatomi sistem pernafasan terdiri atas:
1. Rongga Hidung
Rongga hidung berupa dua saluran sempit yang ditopang oleh beberapa tulang
yang didalamnya terdapat selaput lendir dan bulu hidung yang berfungsi untuk :
a. Menyaring debu maupun kotoran yang akan masuk bersama udara
b. Menyelaraskan antara suhu udara dengan suhu tubuh
c. Mengontrol kelembapan udara yang akan masuk ke tubuh
2. Faring
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan udara dengan makanan.
Faring berada di belakang rongga hidung dan mulut, di dalamnya terdapat dua
katup yaitu katup pangkal tenggorokan (epiglotis) dan katup penutup rongga
hidung (anak tekak). Fungsi anak tekak adalah untuk menutup faring jika saat
menelan makanan. Faring terdiri dari tiga bagian,yaitu : Nasofaring, Orofaring,
dan Laringofaring.
3. Laring (Pangkal Tenggorokan)
Laring berada diantara faring dan trakhea. Laring terdiri dari katup pangkal tenggorokan
(epiglotis), perisai tulang rawan dan gelang-gelang tulang rawan yang membentuk
jakun. Suara manusia dihasilkan oleh pita suara yang terletak di laring.
4. Trakhea
Bentuk batang tenggorokan seperti pipa bergelang-gelang, tulang rawan yang
panjangnya kurang lebih 10 cm, berada di bagian leher dan rongga dada. Fungsi
trakhea sebagai tempat lewatnya udara. Saat berbicara, epiglotis akan turun
menutupi saluran pernafasan dan akan terangkat ketika menelan makanan.
5. Bronkus (Cabang dari Tenggorokan)
Bronkus merupakan cabang dari trakhea yang bercabang menjadi dua, yaitu
bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus bercabang tiga menuju paru-paru kanan
dan bercabang dua menuju paru-paru kiri. Setiap cabang dari bronkus akan
bercabang lagi membentuk saluran yang lebih kecil yang disebut bronkiolus.
6. Bronkiolus
Cabang dari bronkus yang membentuk saluran kecil disebut bronkiolus. Cabang-
cabang dari bronkiolus akan semakin halus. Cabang-cabang paling halus dari
bronkiolus akan masuk ke gelembung paru-paru atau alveolus. Fungsi alveolus
ialah sebagai tempat oksigen untuk masuk kedalam darah dan melepaskan air dan
karbondioksida dari darah.
7. Alveolus
Saluran yang paling ujung dari alat pernafasan ialah alveolus, yang berupa
gelembung-gelembung udara. Alveolus mempunyai fungsi sebagai tempat
pertukaran gas, yaitu tempat masuknya oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan
karbondioksida dan air dari darah. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru
dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.
8. Paru-paru
Paru-paru terletak di rongga dada di bagian atas diafragma. Paru-paru tersusun
oleh dua bagian, yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri dari tiga
gelambir dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri dari dua gelambir. Paru-
paru berfungsi menjadi tempat terjadinya difusi oksigen ke dalam darah dan
pengeluaran karbondioksida dari darah. Selaput tipis yang berfungsi membungkus
paru-paru disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelubungi
paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis). Sedangkan selaput yang
langsung menyelubungi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
disebut pleura luar (pleura parietalis).
C. Manifestasi klinis
Menurut Naga (2014) serangan asma sering terjadi pada tengah malam dengan
batuk-batuk kering tanpa sputum. Penderita serta orang disekitarnya akan mendengar
suara napas mengi. Penderita juga merasakan adanya kontriksi di dalam dadanya.
Setelah beberapa jam kemudian, meskipun tanpa pengobatan, penderita akan
mengeluarkan sputum dan serangan akan berhenti. Warna sputum tampak keputih-
putihan dengan bentuk spiral yang bercabang-cabang dan banyak mengandung
eosinofil.
Salah satu komplikasi asma adalah adanya pneumonia. Pneumonia akan cepat
diketahui jika asma tersebut disertai dengan adanya demam tinggi. Gejala-gejala seperti
ini tidak akan menghilang begitu saja, bahkan bisa jadi tambah parah. Pada kondisi
seperti ini, penderita menjadi sangat gelisah, napas sangat sesak, pucat dan sianosis.
Nadi juga berdenyut cepat dan dapat hilang saat inspirasi. Saat asma menyerang, otot
pernapasan pembantu juga akan terasa lebih aktif, dan penderita merasakan sesak.
Apabila dilakukan pemeriksaan, dada tampak mengembang, perkusi paru hipersonor,
diafragma terletak sangat rendah dan hampir tidak bergerak saat terjadi pernafasan.
Pada penderita asma yang sangat berat, bising napas tidak terdengar. Ini merupakan satu
tanda bahaya karena penderita telah sampai pada kondisi yang disebut status asmatikus.

D. Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma diketahui dengan pasti
penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukkan dasar gejala asma yang inflamasi dan
respon saluran nafas berlebihan. Sebagai pemicu timbulnya serangan-serangan dapat
berupa infeksi (infeksi virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara),
inhalan (debu, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, bau asap), kegiatan fisik (olahraga
berat, kecapekan, tertawa terbahak-bahak), dan emosi. (Nurarif, 2015).

E. Patofisiologi
Proses terjadinya asma diawali dengan berbagai faktor pencetus seperti allergen,
stress, cuaca, dan berbagai macam faktor pencetus lain. Adanya faktor pencetus
menyebabkan antigen yang terikat Imunoglobulin E pada permukaan sel basofil
mengeluarkan mediator berupa histamin sehingga terjadi peningkatan permiabilitas
kapiler dan terjadinya edema mukosa.
Adanya edema menyebabkan produksi sekret meningkat dan terjadi kontriksi otot
polos. Adanya obstruksi pada jalan nafas menyebabkan respon tubuh berupa spasme
otot polos dan peningkatan sekresi kelenjar bronkus. Otot polos yang spasme
menyebabkan terjadi penyempitan proksimal dari bronkus pada tahap ekspirasi dan
inspirasi sehingga timbul adanya tanda dan gejala berupa mukus berlebih, batuk,
wheezing, dan sesak nafas. Keluhan tersebut merupakan bentuk adanya hambatan dalam
proses respirasi sehingga tekanan partial oksigen di alveoli menurun. Adanya
penyempitan atau obstruksi jalan nafas meningkatkan kerja otot pernafasan sehingga
penderita asma mengalami masalah ketidakefektifan pola nafas.
Peningkatan kerja otot pernafasan menurunkan nafsu makan sehingga
memunculkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Asma di
akibatkan oleh beberapafaktor pencetus yang berikatan dengan Imunoglobulin E (IgE)
pada permukaan sel basofil yang menyebabkan degranulasi sel mastocyte. Akibat
degranulasi tersebut mediator mengeluarkan histamin yang menyebabkan kontriksi otot
polos meningkat dan juga konsentrasi O2 dalam darah menurun, Apabila konsentrasi
O2 dalam darah menurun maka terjadi hipoksemia.
Adanya hipoksemia juga menyebabkan gangguan pertukaran gas dan gelisah yang
menyebabkan ansietas. Selain itu, akibat berkurangnya suplai darah dan oksigen ke
jantung terjadi penurunan cardiac output yang menyebabkan penurunan curah jantung.
Penurunan cardiac output tersebut dapat menurunkan tekanan darah dan menimbulkan
gejala kelemahan dan keletihan sehingga timbul intoleransi aktivitas (Nurarif dan
Kusuma, 2015).

F. Pathways
G. Klasifikasi
Asma dibagi manjadi dua tipe menurut Muttaqin (2012) yaitu:
1. Asma Tipe Atopik (Ekstrintik)
Asma yang dijumpai pada 70-80% penderita asma dan dipicu oleh reaksi alergi
terhadap alergen seperti debu dan lainnya. Pasien asma atopik mungkin datang
dengan riwayat terlebih dulu sudah mengalami gangguan atopik (alergi terhadap
obat-obatan atau makanan) sebelum mengalami sesak nafas yang dirangsang
terutama oleh stimulus fisik (udara dingin, bau bauan) yang mencurigakan sebagai
asma (Dahlan,2012).
2. Asma Tipe Non-Atopik (Instrintik)
Asma nonalergik (asma instrintik) adalah asma yang dicetuskan oleh faktor yang
tidak berhubungan dengan alergik. Ditandai oleh obstruksi dan inflamasi jalan
nafas yang sekurang-kurangnya reversible secara parsial terhadap pemberian obat,
namun gejala dari asma tipe ini tidak terkait dengan alergi. Gejalanya sama seperti
asma atopik (batuk, mengi, sesak dada), tetapi asma atopik dicetuskan oleh faktor
lain seperti udara dingin atau udara kering, hiperventilasi, asap. Asma non atopik
terjadi akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi saluran pernafasan bagian
atas, olahraga atau kegiatan jasmani yang berat, dan tekanan jiwa atau stres
psikologis (Dahlan 2012).

H. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita asma bronchial adalah : (Corwin, 2009).
1. Batuk, terutama dimalam hari.
2. Pernapasan yang dangkal dan cepat.
3. Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya mengi terdengar
hanya saat ekspirasi, kecuali kondisi pasien parah.Peningkatan usaha bernapas,
ditandai dengan retraksi dada, disertai perburukan kondisi, napas cuping hidung.
4. Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat udara yang
cukup.

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometer : dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inhaler)
2. Sputum : eosinofil meningkat
3. Eosinofil darah meningkat
Eosinofil adalah salah satu sel inflamasi allergen selain sel mast dan limfosit T,
yang berperan utama dalam proses inflamasi kronik saluran nafas penderita asma
Infiltrasi eosinofil di saluran napas, merupakan gambaran khas untuk penderita
asma. Inflamasi saluran napas ini dapat dinilai secara langsung dengan mengukur
jumlah eosinofil dan eosinophyllic cationic protein (ECP) atau secara tidak
langsung dengan mengukur eosinofil darah. Inhalasi alergen menyebabkan
peningkatan eosinofil 21 pada cairan bilasan bronkoalveolar lavage. Terdapat
hubungan langsung antara jumlah eosinofil pada darah perifer dan pada bilasan
bronkoalveolar lavage dengan hiperresponsif bronkus. Karena pentingnya peranan
sel-sel inflamasi terutama sel eosinofil didalam mencetuskan asma (Fadilah,
2017).
4. Uji kulit
5. Rongent dada yaitu patologis paru/komplikasi asma
6. AGD : terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia
(PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik)
7. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar
pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar. (Nurarif, 2015)

J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien asma dibagi menjadi penatalaksanaan farmakologis dan
nonfarmakologis.
1. Terapi farmakologis :
Berdasarkan penggunaannya, maka obat asma di bagi menjadi 2 golongan yaitu
pengobatan jangka panjang untuk mengontrol gejala asma, dan pengobatan cepat
(quick-relief medication) untuk mengatasi serangan akut asma. Beberapa obat
yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang antara lain : inhalasi steroid, β2
agonis aksi panjang. Sedangkan untuk pengobatan cepat sering digunakan suatu
bronkodilator β2 agonis aksi cepat, antikolinergik, Kortikosteroid oral.
2. Terapi Nonfarmakologi
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakit
asma sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus,
menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari Faktor Pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada pada
lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor
pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien.

H. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah proses pengumpulan data yang relevan dan berkesinambungan
tentang respon manusia, status kesehatan, kekuatan dan masalah klien (Dermawan,
2012).

Adapun komponen-komponen dalam pengkajian yaitu :


1. Pengumpulan Data
a. Identitas pasien/biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orangtua, pekerjaan orang tua, tanggal
masuk rumah sakit, nomor medrec, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab
Biodata penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dispnea (bisa
sampai sehari-hari atau berbulan-bulan), batuk, mengi (pada beberapa kasus
lebih banyak proksimal).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang yang mendukung keluhan utama
dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai sesak nafas yang
dialami klien secara PQRST menurut Rohman dan Walid (2012) yaitu :
P : Provokatus –Paliatif
Apa yang menyebabkan gejala, apa yang bisa memperberat, apa yang bisa
mengurangi.
Q : Qualitatif/quantitatif
Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala dirasakan.
R : Region
Dimana gejala dirasakan
S : Skala-Severity
Seberapa tingkat keparahan dirasakan, pada skala berapa.
T : Time
Kapan gejala mulai timbul, seberapa sering gejala dirasakan, tiba-tiba atau
bertahap, seberapa lama gejala dirasakan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya
infeksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan
polip hidung. Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen
yang dicurigai sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang
dilakukan untuk meringankan gejala asma (Muttaqin, 2012).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit
asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena
hipersensitivitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik
dan lingkungan (Muttaqin, 2012).
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kesehatan pada gangguan sistem pernafasaan : asma meliputi
pemeriksaan fisik umum secara persistem berdasarkan hasil obsevasi keadaan
umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pengkajian psikososial. Biasanya
pemeriksaan berfokus pada dengan pemeriksaan penyeluruh pada sistem
pernafasan yang dialami klien.
a. Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot-otot pembantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lendir
lengket dan posisi istirahat klien.
b. Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor
kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, serta adanya bekas
atau tanda urtikaria atau dermatitis. Pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam atau tidak.
c Kepala
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma,
adanya keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kejang ataupun hilang
kesadaran.
d. Mata
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang
dirasakan klien. Serta riwayat penyakit mata lainnya.
e. Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rinitis alergi dan fungsi
olfaktori.

f. Mulut dan laring


Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan
mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara.
g. Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesaran tiroid serta
penggunaan otot-otot pernafasan.
h. Thorax
1). Inspeksi
Dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah
disebabkan oleh udara dalam paru-paru susah untuk dikeluarkan
karena penyempitan jalan nafas. Frekuensi pernafasan meningkat dan
tampak penggunaan otot-otot tambahan.
2). Palpasi
Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
Pada asma, paru-paru penderita normal karena yang menjadi masalah
adalah jalan nafasnya yang menyempit.
3). Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah disebabkan karena kontraksi otot
polos yang mengakibatkan penyempitan jalan nafas sehingga udara
susah dikeluarkan dari paru-paru.
4). Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi
lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, bunyi pernafasan
wheezing atau tidak ada suara tambahan.
i. Kardiovaskuler
Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan
hiperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang
meningkat.
j. Abdomen
Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena
dapat merangsang serangan asma frekuensi pernafasan, serta adanya
konstipasi karena dapat nutrisi.

k. Ekstrimitas
Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada
extremitas karena dapat merangsang serangan asma
4. Aktivitas Sehari-hari (ADL)
a. Nutrisi
Untuk klien dengan asma sering mengalami mual dan muntah, nafsu makan
buruk/anoreksia.
b. Eliminasi
Pola eliminasi biasanya tidak terganggu.
c. Pola Istirahat
Pola istirahat tidak teratur karena klien mengalami sesak nafas.
d. Personal hygine
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas
sehari-hari.
e. Aktivitas
Aktivitas terbatas karena terjadi kelemahan otot.
5. Data Psikologi
Dengan keadaan klien seperti ini dapat terjadi depresi, ansientas, dan dapat terjadi
kemarahan akibat berpikir bahwa penyakitnya tak kunjung sembuh.
6. Data Spiritual
Bagaimana keyakinan klien akan kesehatannya, bagaimana persepsi klien
terhadap penyakitnya dihubungkan dengan kepercayaan yang dianut klien, dan
kaji kepercayaan klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
7. Data Sosial
Hubungan ketergantungan dengan orang lain karena ketidakmampuan melakukan
aktivitas mandiri, sendiri dan hubungan sosialisasi dengan keluarga.
8. Data Penunjang
a. Spirometer : dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inhaler)
b. Sputum : eosinofil meningkat
c. Eosinofil darah meningkat
d. Uji kulit
e. Rongent dada yaitu patologis paru/komplikasi asma
f. AGD : terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan
hipokapnia (PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan
hiperkapnia (PCO2 naik)
g. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior
membesar pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar.
(Nurarif, 2015)

I. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efeknya bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
2. Pola nafas tidak efefktif berhubungan dengan brokokonstriksi
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan supply oksigen
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
5. Keterbasan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
6. Kurangnya pengetahuan tentang proses-proses penyakitnya berhubungan dengan
kurang informasi
J. Intervensi dan Rasional

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. Tidak efektifnya
Setelah diberikan asuhan 1. Auskultasi bunyi nafas 1. Mengetahui adanya suara mengi
bersihan jalan keperawatan 3x24 jam dan ronchi karena obstruksi
nafas diharapkan jalan nafas kembali jalan nafas
berhubungan efektif 2. Ajarkan klien penggunaan 2. Memperbaiki ventilasi dan
dengan Kriteria hasil : pernafasan diafragma dan untuk menghasilkan sekresi
peningkatan 1. Sputum tidak ada batuk efektif tanpa menyebabkan sesak nafas
produksi sputum 2. Mengi dan ronchi tidak ada 3. Beri minum klien 6-8 gelas 3. Hidrasi membantu menurunkan
3. Sesak nafas berkurang atau per hari (air hangat) kekentalan sekret dan
hilang mempermudah pengeluaran
4. Tanda- tanda vital normal 4. Bantu dalam pemberian 4. Tindakan ini menambahkan air
TD = 90/60 – 140/90 mmHg tindakan inhaler dosis terukur dalam percabangan bronchial
RR = 16 – 24 x/mnt 5. Berikan obat sesuai indikasi : dan pada sekret memudahkan
S = 36 – 37 c bronkodilator, kromolin, pengeluaran sekret
N = 60 – 100 x/mnt kortikostroid, antimikrobial, 5. Merileksasikan otot halus dan
analgesik menurunkan kongesti lokal,
menurunkan spasme jalan nafas,
menurunkan edama mukosa,
menurunkan inflamasi jalan
nafas, mencegah reaksi
alergi/menghambat pengeluaran
histamin
2. Pola nafas tidak Setelah diberikan asuhan 1. Ajarkan klien pernafasan 1. Membantu klien
efektif keperawatan 3x24 jam diafragmatik dan pernafasan memperpanjang waktu ekspirasi
berhubungan diharapkan pola nafas pasien bibir
dengan kembali efektif 2. Berikan dorongan untuk 2. Memberikan jeda aktifitas,
bronkokonstriksi
Kriteria hasil : mengelilingi aktifitas dengan memungkinkan klien untuk
1. Tidak menggunakan otot periode istirahat. melakukan aktifitas, tanpa
bantu pernafasan distres berlebihan
2. Ekspansi dada kanan kiri 3. Berikan oksigen sesuai 3. Kekurangan oksigen yang
simetris indikasi berlangsung lama dapat
3. Tidak menggunakan cuping menyebabkan hipoksia
hidung 4. Observasi pengembangan para 4. Mengontrol sejauh mana
4. Tanda-tanda vital normal klien ekspansi paru
TD = 90/60 – 140/90 mmHg
RR = 16 – 24 x/mnt
S = 36 – 37 c
N = 60 – 100 x/mnt

3. Kerusakan Setelah diberikan asuhan 1. Pantau hasil gas darah arteri


1. Untuk mengindentifikasi
pertukaran gas keperawatan selama 3x24 jam kemajuan atau penyimpangan
berhubungan diharapkan perbaikan dalam dari susunan yang diharapkan
dengan pertukaran gas . 2. Berikan O2 sesuai indikasi 2. Kekurangan O2 yang
gangguan suplaiKriteria hasil : berlangsung lama dapat
O2. 1. Gas darah arteri dalam batas menyebabkan hipoxia
normal 3. Pertankan posisi fowler 3. Posisi ini akan memungkinkan
2. Warna kulit kemerahan. expansi paru yang lebih baik
3. Frekwensi pernafasan 16-24 4. Usahakan suhu udara sejuk 4. Udara sejuk memungkinkan
x/ menit. dan nyaman bernafas lebih mudah
4. Ronchi, wheezing tidak ada
4. Perubahan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji tingkat nutrisi klien 1. Mengindentifikasi kemajuan
nutrisi kurang keperawatan diharapkan selama atau penyimpangan dari tujuan
dari kebutuhan, 3x24 jam kebutuhan nutrisi yang diharapkan
tubuh terpenuhi 2. Berikan perawatan oral, buang 2. Rasa badan enak, bau dapat
berhubungan Kriteria hasil : sekret membuat mual dan muntah
dengan 1. Berat badan dalam batas 3. Berikan makan porsi kecil tapi 3. Memberikan kesempatan untuk
intake yang tidak normal sering meningkatkan masukan kalori
adekuat 2. Makan habis 1 porsi 4. Timbang berat badan tiap 1 4. Guna menentukan kebutuhan
3. Turgor kulit baik minggu kalori dan menyusun tujuan
berat badan.
5. Konsul ahli gizinutrisi 5. Metode makan dan kebutuhan
pendukung tim untuk kalori dirasakan pada
memberikan makanan yang situasi/kebutuhan individu untuk
mudah dicerna, secra nutrisi memberikan nutrisi maksimal
seimbang dengan upaya minimal
klien/penggunaan energi
5. Keterbatasan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji faktor yang menimbulkan 1. Menyediakan informasi tentang
aktivitas keperawatan selama 2x24 jam keletihan indikasi tingkat keletihan
berhubungan diharapkan pasien dapat 2. Bantu klien untuk membuat 2. Mendorong latihan dan
dengan beraktivitas tanpa keluhan sesak jadwal latihan di waktu luang aktivitas dalam batas-batas
ketidakseimbang
Kriteria hasil : yang di toleransi dan istirahat
an antara 1. Frekuensi pernafasan dan 3. Bantu klien dan keluarga 3. Untuk mengetahui kemampuan
suplai dan nadi normal untuk mengidentifikasi klien dalam beraktifitas
kebutuhan O2 2. RR : 16-20 x/menit. kekurangan dalam beraktivitas
4. Tingkatkan kemandirian dalam 4. Meningkatkan aktivitas
perawatan diri yang dapat ringan/sedang
ditoleransi, bantu jika
keletihan teradi
6. Kurang Setelah diberikan asuhan 1. Jelaskan proses penyakit klien 1. Menurunkan anxietas klien
pengetahuan keperawatan selama 1x24 jam 2. Jelaskan semua prosedur dan 2. Untuk memberikan aminan
tentang proses diharapkan pengetahuan klien apa yang dirasakan selama kepastian tentang langkah-
penyakitnya bertambah prosedur langkah tindakan yang akan
berhubungan Krieteria hasil : diberikan sehingga klien dan
dengan 1. Klien mengerti tentang keluarga mendapatkan informasi
kurangnya proses penyakitnya. yang lebih jelas
informasi 3. Berikan informasi faktual 3. Untuk memberikan aminan
mengenai diagnosis, tindakan kepastian tentang langkah-
prognosis langkah tindakan yang akan
diberikan sehingga klien dan
keluarga mendapatkan informasi
yang lebih jelas
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Hamzah, : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite
RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Baratawidjaja, K. (1990) “Asma Bronchiale”, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : FK
UI
Crockett, A. (1997) “Penanganan Asma dalam Penyakit Primer”, Jakarta : Hipocrates.
Crompton, G. (1980) “Diagnosis and Management of Respiratory Disease”, Blacwell Scientific
Publication.
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
LAPORAN KASUS

Asuhan Keperawatan Medika Bedah pada Ny. MM

Dengan Diagnosa Medis Asma Bronkiale

di Puskesmas Sawan I

Tanggal 2 Nopember 2023

Oleh:
KADEKSRI YASTINI
NIM : 23089142084

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK

2023/2024
Asuhan Keperawatan Medika Bedah pada Ny. MM

Dg Diagnosa Medis Asma Bronkiale di Puskesmas Kubutambahan I

Tanggal 2 Nopember 2023

No RM : 010333
Hari/tanggal : Rabu, 2 Nopember 2023
Tempat : Ruang UGD Puskesmas Kubutambahan I

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN:
Nama klien : Ny MM
Umur : 34 Tahun
Tempat tanggal lahir : Depeha, 5 Mei 1988
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Br.Dauh Pura
Tanggal MRS / Kunjungan : 4 Oktober 2023
Diagnose medis : Asma Bronkiale
Ruangan : Ruang UGD
Golongan Darah :B
Sumber informasi : Pasien dan keluarga pasien
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn WD
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki - Laki
Suku/bangsa : Bali/ Indonesia
Agama : Hindu
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Br.Dauh Pura
Hubungan dengan pasien : suami
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini (Nursing History)
1. Keluhan Utama
Sesak
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan batuk sejak 2 hari yang lalu, sesak, dahak sulit
dikeluarkan
3. Riwayat Penyakit
Pasien mengatakan batuk dan sesak sejak 3 hari yang lalu. pasien
mengatakan belum dapat minum obat atau memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan.
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit Yang Pernah Dialami
Penyebab : pasien mengatakan sering mengalami sesak setiap
kali batuk dan pilek
Riwayat Perawatan : pasien biasanya datang ke puskesmas setiap kali
ada keluhan sesak
Riwayat operasi : tidak ada
Riwayat pengobatan : tidak ada
2. Kecelakaan Yang Pernah Dialami
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
3. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan mempunyai alergi makanan yaitu udang dan muncul
kemerahan di area tubuh bila memakan udang.
E. Riwayat Psikologi dan Spiritual
1. Riwayat Psikologi
a. Tempat Tinggal :
Pasien tinggal bersama suami di br Panglan,pejeng
b. Lingkugan Rumah :
Pasien mengatakan tinggal di lingkungan yang aman dan nyaman
bersama anggota keluarga yang lain.
c. Hubungan Antar Keluarga :
Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
besar baik dari pihak suami maupun dari pihaknya.
d. Pengasuh Anak
Pasien mengatakan sudah mempunyai anak 2 .
Riwayat Spiritual
a. Support System :
Pasien mengatakan yang menjadi support system selama ini adalah
suaminya.
b. Kegiatan Kegamaan
Pasien mengatakan biasa sembahyang di rumah setiap hari dan di pura
tiap ada Odalan.
2. Riwayat Hospitalisasi
Pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit .

F. Pola Fungsi Kesehatan (11 Pola Fungsional Gordon)


1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Pasien mengatakan apabila penyakitnya kambuh selalu datang ke
puskesmas untuk memperoleh pengobatan yang tepat. Pasien merasa
penyakitnya murni karena kondisi medis.
2. Pola Nutrisi/metabolic
Pasien mengatakan sebelum dan setelah sakit makan 3 kali sehari
dengan porsi yang hampir sama dengan komposisi makanan yaitu nasi,
lauk pauk, sayur dan buah. Tidak dirasakan mual namun sedikit
mengalami penurunan nafsu makan. Tidak ada muntah dan tidak ada
penurunan berat badan yang drastis.
3. Pola eliminasi
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa BAK 5 – 6 kali sehari dengan
jumlah yang normal. Namun setelah sakit pasien mengatakan BAK lebih
sering dari biasanya karena lebih banyak minum air.
Sedangkan untuk BAB sebelum dan setelah sakit pasien mengatakan
BAB setiap 2 hari sekali dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau
ureum. Tidak ada darah
4. Pola aktivitas dan latihan
Pasien mengatakan sebelum dan setelah sakit biasa melakukan
aktivitas sehari – hari seperti makan/minum, mandi, berpakaian /
berdandan, toileting, berpindan tempat, berjalan dan naik tangga sendiri
tanpa bantuan orang lain.
5. Pola tidur dan istirahat
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa tidur dari pukul 11 malam hingga
5 pagi dan tidak pernah tidur siang. Namun setelah sakit pasien tidur dari
pukul 9 malam hingga 6 pagi tetapi sering terbangun karena terganggu
oleh batuk dan sesak.
6. Pola kognitif-perseptual
Sebelum sakit, pasien mengatakan tidak mengalami gangguan kognitif-
sensori seperti penglihatan, pendengaran, berbicara, mengingat dan
sebagainya.
Saat pengkajian kemampuan orientasi pasien baik. Kemampuan
mendengar dan penglihatan pasien normal.
Saat pengkajian pasien mengatakan nyeri di area tenggorokan saat batuk.
7. Pola persepsi diri/konsep diri
a. Persepsi Diri
Sebelum sakit, pasien mengatakan tidak mengalami keluhan terhadap
dirinya sendiri.
Setelah sakit pasien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya.
b. Konsep Diri
Sebelum sakit, pasien merupakan ibu rumah tangga yang berhubungan
baik dengan tetangganya
Selama sakit, pasien tidak merasa malu dengan penyakitnya. Pasien
ingin sembuh dan ingin bisa segera beraktivitas kembali seperti
biasanya.
8. Pola seksual dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 48 tahun dan masih aktif
berhubungan seksual dengan pasangan.
Pola peran-hubungan
Sebelum sakit, pasien mengatakan berhubungan baik dengan siapa saja -
Selama perawatan, pasien terlihat berhubungan dengan tenaga kesehatan
yang merawat..
9. Pola manajemen koping stress
Sebelum dan setelah sakit, pasien mengatakan lebih sering mengambil
keputusan bersama suaminya.
10. Pola keyakinan-nilai
Sebelum sakit, pasien mengatakan biasa sembahyang tiap hari. Selama
sakit, pasien mengatakan maturan canang dibantu oleh anaknya.

G. Pemeriksaan Fisik
Hari : Kamis
Tanggal : 2 Nopember 2023
Jam : 09.00 wita
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : composmentis
b. Penampilan Digabungkan dengan usia
Pasien berusia 48 tahun dan penampilannya sesuai dengan usianya.
c. Ekspresi wajah
Wajah pasien tampah meringis karena kondisi sesak yang
dirasakan.
d. Personal hygiene/Kebersihan Secara Umum
Pakaian pasien tampak bersih.
e. Vital Sign
TD : 130/86 mmHg;
Nadi : 96 x/m
Suhu : 36.5 oC
Pernafasan : 26 x/m

2. Pemeriksaan Fisik Head to Toe


a. Kulit / Integumen
Inspeksi : warna kulit normal, tekstur lembut,
Palpasi : turgor kulit elastis, suhu (akral) hangat, ,
b. Kepala dan Rambut
Inspeksi : bentuk normal, distribusi rambut merata, warna kulit
coklat, kebersihan kulit kepala bersih
Palpasi : massa abnormal tidak ada, krepitasi tidak ada, nyeri tekan
tidak ada.
c. Kuku
Inspeksi warna kuku merah, muda, bentuk normal.
Palpasi : CRT < 2 detik
d. Mata / Penglihatan
Inspeksi : bentuk simetris, konjungtiva merah muda, sclera normal,
fungsi penglihatan normal, palpebral normal, pendarahan
tidak ada
Palpasi nyeri tekan tidak ada
e. Hidung / Penciuman
Inspeksi : bentuk normal, pendarahan (-), penciuman normal
Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-)
f. Telinga / pendengaran
Inspeksi : bentuk normal simetris, gangguan pendengaran (-),
serumen cair, pendarahan (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
g. Mulut & Gigi
Inspeksi : warna bibir normal, mukosa bibir lembab, bentuk gigi
normal, warna putih.
h. Leher
Inspeksi : pembesaran tyroid (-),
Palpasi : nyeri (-)
i. Dada / thorax
Inspeksi : bentuk dada normal, warna kulit normal, ada retraksi
intercostae sedang, irama pernafasan cepat
Palpasi : masa abdomal tidak ada, krepitasi tidak ada, nyeri tekan
tidak ada
Perkusi : suara paru sonor
Auskultasi : suara nafas normal vesikuler, wheezing (+), ronchi (+)
j. Jantung
Inspeksi : bentuk normal, pulsasi ictus kordis tidak terlihat
Palpasi : pulsasi ictus kordis teraba namun tidak jelas
Perkusi : bunyi pekak sesuai batas jantung
Auskultasi : S1S2 tunggal, murmur (-)
k. Abdomen
Inspeksi : bentuk normal, kondisi kulit normal
Auskultasi : bising usus ada normal
Palpasi : edema tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Perkusi : tympani
l. Perinium Genital
tidak diperiksa
m. Ekstremitas atas dan Bawah
Inspeksi : bentuk normal
Palpasi : kekuatan otot 555/555, nyeri tekan (-), krepitasi (-)
3. Pengkajian Data Fokus (Pengkajian Sistem)
a. System respiratori
Pasien mengatakan batuk sejak 2 hari yang lalu, sesak, dahak sulit
dikeluarkan. Ada retraksi intercostae sedang, irama pernafasan cepat, RR
25 x per menit, wheezing (+), ronchi (+)
b. System kardiovaskuler
Pulsasi ictus kordis tidak terlihat dan tidak teraba, bunyi pekak sesuai
batas jantung, S1S2 tunggal, murmur (-), CRT < 2 detik
c. System gastroinstestinal
Sebelum dan setelah sakit pasien mengatakan BAB setiap 2 hari sekali
dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau ureum. Tidak ada darah,
bising usus ada normal
d. System urinary
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa BAK 5 – 6 kali sehari dengan
jumlah yang normal. Namun setelah sakit pasien mengatakan BAK lebih
sering dari biasanya karena lebih banyak minum air
e. System reproduksi
Tidak terkaji
f. System muskulosteletal
Pasien mengatakan sebelum dan setelah sakit biasa melakukan aktivitas
sehari – hari seperti makan/minum, mandi, berpakaian / berdandan,
toileting, berpindan tempat, berjalan dan naik tangga sendiri tanpa bantuan
orang lain. Bentuk ekstremitas atas dan bawah normal, kekuatan otot
555/555, nyeri tekan (-), krepitasi (-)
g. System neurologi
Sebelum sakit, pasien mengatakan tidak mengalami gangguan kognitif-
sensori seperti penglihatan, pendengaran, berbicara, mengingat dan
sebagainya.
Saat pengkajian kemampuan orientasi pasien baik. Kemampuan
mendengar dan penglihatan pasien normal.
Saat pengkajian pasien mengatakan nyeri di area tenggorokan saat batuk
4. Data Penunjang
a. Program terapi
Nebuliser ventolin 1 ampoule
Salbutamol tablet 2 x 2 mg PO
Ambroxol syrup 3 x 30 mg 2cth PO
b. Pemeriksaan Foto Rontgen
Tidak ada
c. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
Tidak ada

Tanggal 2 Nopember 2023


Yang Mengkaji,

Kadek Sri Yastini


NIM : 230891421084
H. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem

1 DS : Virus, bakteri, jamur Bersihan


Pasien mengatakan batuk (penyebab) jalan nafas
sejak 2 hari, dahak sulit tidak efektif
dikeluarkan
DO : Invasi saluran nafas atas
Pasien tampak batuk, Kuman berlebih di bronkus
ronchi (+),
Proses peradangan

Akumulasi sekret di bronkus

Bersihan jalan nafas tidak efektif


2 DS : Virus, bakteri, kontak allergen Pola nafas
Pasien mengatakan sesak (penyebab) tidak efektif
DO :
Respirasi 26 x / menit, Proses peradangan
wheezing (+), retraksi
intercostae sedang (+)
Penyempitan (kontraksi) saluran
nafas

Peningkatan ventilasi

Sesak

Pola Nafas tidak efektif


II. Diagnosa Keperawatan
A. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan dibuktikan dengan batuk 2 hari, dahak sulit dikeluarkan, ronchi
(+)
B. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
dibuktikan dengan dispnea, wheezing (+), retraksi intercostae (+)

III. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Tgl/jam Intervensi
No Keperawatan Hasil
1 Kamis, Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
2 Nopember nafas tidak intervensi keperawatan 1. Identifikasi
2023 efektif selama 1 x 5 jam maka kemampuan batuk
berhubungan diharapakan pernafasan 2. Atur posisi semi
Pukul 09.00 dengan sekresi meningkat dengan fowler / fowler
yang tertahan criteria hasil : 3. Jelaskan tujuan dan
dibuktikan prosedur batuk efektif
dengan batuk Bersihan jalan nafas 4. Kolaborasi pemberian
25hari, dahak 1. Batuk efektif (3 mukolitik atau
sulit sedang) ekspektoran
dikeluarkan, 2. Frekuensi nafas (4
ronchi (+) cukup membaik) Edukasi Fisioterapi Dada
1. Identifikasi
Kontrol gejala kemampuan pasien
1. Kemampuan dan keluarga
memonitor menerima informasi
munculnya gejala 2. Persiapan materi dan
secara mandiri (3 edukasi
sedang) 3. Jelaskan tujuan dan
prosedur fisioterapi
dada
4. Ajarkan
mengeluarkan secret
melalui pernafasan
dalam

2 Kamis, Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan respirasi


2 Nopember efektif intervensi keperawatan 1. Monitor frekuensi,
2023 berhubungan selama 1 x 5 jam maka irama, kedalaman,
dengan diharapkan pola nafas dan upaya napas
Pukul 10.00 hambatan upaya membaik dengan 2. Monitor pola napas
nafas dibuktikan criteria hasil : (seperti
dengan dispnea, 1. Dispnea (3 sedang) bradipnea,takipnea,
wheezing (+), 2. Frekuensi nafas (4 hiperventilasi,
retraksi cukup membaik) Kussmaul, Cheyne-
intercostae (+) Stokes, Biot,ataksik)
3. Auskultasi bunyi
napas
4. Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
5. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Manajemen Jalan Nafas
1. Monitor pola napas
(frekuensi,
kedalaman, usaha
napas)
2. Berikan oksigen, jika
perlu
3. Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
IV. Implementasi Keperawatan
No Tgl/jam Implementasi Respon / Evaluasi proses Nama
petugas
1 2 Memonitor frekuensi, DS : pasien mengatakan sesak Murdani
Nopember irama, kedalaman, dan DO : frekuensi nafas 26 x/menit,
2023 upaya napas retraksi intercostae (+)
09.00 wita
2 09.10 wita Memonitor pola napas DO : pola nafas takipnea
3 09.15 wita Mengatur posisi semi DO : pasien dalam posisi fowler
fowler / fowler di atas brankar
4 09.20 wita Memberikan oksigen DO : oksigen diberikan ke
pasien melalui nasal kanul 2 lpm
5 09.30 wita Mengauskultasi bunyi DO : Ronchi (+)
napas
6 09.35 wita Kolaborasi pemberian DO : Nebuliser 1 ampul ventolin
bronkodilator Ventolin 1 diberikan ke pasien
ampul nebulizer
7 09.35 wita Memonitor frekuensi, DS : pasien mengatakan sesak
irama, kedalaman, dan cukup berkurang
upaya napas DO : frekuensi nafas 22 x/menit,
retraksi intercostae (+), ronchi
(+)
8 09.45 wita Mengidentifikasi DS : Pasien mengatakan mampu
kemampuan batuk mengeluarkan dahak
DO : batuk produktif (+), pasien
tampak mampu mengeluarkan
dahak
9 13.00 wita Mendokumentasikan hasil DO : hasil pemantauan tercatat
pemantauan di rekam medis pasien
10 13.30 wita Mengidentifikasi DS : Pasien dan keluarga
kemampuan pasien dan mengatakan bisa dan mau
keluarga menerima mendengarkan informasi yang
informasi akan diberikan oleh perawat
DO : Keluarga pasien tampak
antusias ingin mendengarkan
informasi
11 13.35 wita Menjelaskan tujuan dan DS : Keluarga pasien
prosedur fisioterapi dada mengatakan mengerti dengan
yang disampaikan oleh perawat
dan bersedia melakukan
fisioterapi dada di rumah
DO : Keluarga tampak antusias
dalam menerima informasi dan
terlihat mengangguk anggukkan
kepala.
V. Evaluasi

Tgl/jam Diagnose Evaluasi Sumatif Nama


Keperawatan petugas
4 Oktober Bersihan jalan S : Pasien mengatakan sesak cukup berkurang dan Murdani
2023 nafas tidak bisa mengeluarkan dahak, Keluarga pasien
14.00 wita efektif mengatakan mengerti dengan yang disampaikan
berhubungan oleh perawat dan bersedia melakukan fisioterapi
dengan sekresi
yang tertahan dada di rumah
dibuktikan O : batuk produktif (+), pasien tampak mampu
dengan batuk 3 mengeluarkan dahak, ronchi (+)
hari, dahak sulit A : Tujuan tercapai sebagian
dikeluarkan, P : lanjutkan intervensi di rumah
ronchi (+)

Pola nafas tidak S : Pasien mengatakan sesak cukup berkurang


efektif O : frekuensi nafas 22 x/menit, retraksi intercostae
berhubungan (+)
dengan A : Tujuan tercapai
hambatan upaya
nafas dibuktikan P : Pertahankan kondisi pasien
dengan dispnea,
wheezing (+),
retraksi
intercostae (+)

Anda mungkin juga menyukai