Anda di halaman 1dari 52

PATOFISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

Kelompok 6
– AULIA ULFA FIANI ( 1801087 )
– LILIS THREE FATMAWATI ( 1801100 )
– MUTHI KHAIRUNISA SIMBOLON ( 1801103 )
– NASYA APRILLA NARVIEKO ( 1801104 )
– SURYA NELLY NADYA PUTRI ( 1801117 )
– WEWI ALFAREZI ( 1801121 )
– WULAN SARI FIRMES PUTRI ( 1901

DOSEN PENGAMPU :
NOFRI HENDRI SANDI,M.Farm.Apt
ANATOMI DAN FISIOLOGI
SISTEM RESPIRASI
Pernapasan adalah peristiwa menghirup atau pergerakan udara
dari luar yang mengandung oksi-gen (O2) ke dalam tubuh atau paru-
paru serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbo
ndioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi ke luar dari tubuh.

Fungsi Sistem Respirasi:

 Sebagai sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas.


 Sistem pernapasan digunakan untuk membawa udara ke dalam
paru-paru di mana terjadi pertukaran gas.
 Berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk
mempertahankan homeostasis .
Organ Sistem Respirasi
Organ-Organ Sistem Respirasi

1. Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh sekat hidung
(septum oil) di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang
masuk ke dalam lubang hidung. Hidung terdiri dari
hidung luar dan nasi di belakang hidung luar.
Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur
udara, pengatur kelembaban udara (humidifikasi),
pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra
pencium.
Organ-Organ Sistem Respirasi

2. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan napas dan jalan
makanan. Terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga
hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring dibagi atas
tiga bagian:
 Nasofaring
 Orofaring
 langiofaring

3. Laring
Merupakan saluran pendek yang menghubungkan faring
dan trakea dan bertindak sebagai pembentuk suara.
Organ-Organ Sistem Respirasi

4. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin
yang terdiri dari tulang-tulang rawan . Panjang trakea 9-11 cm
dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos.

5. Paru-paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari g


elembung-gelembung (gelembung hawa alveoli). Gelembung- g
elembung alveolir ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Ba
nyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 bu
ah (paru kanan dan kiri).
1. Pleura
2. Bronkus
Pleura adalah membran Bronkus adalah cabang
tipis berlapis ganda yang batang tenggorakan
melapisi paru-paru. yang terletak setelah
tenggorokan (trachea)
sebelum paru-paru.

Bagian-bagian
paru-paru
4. Alveoli
3. Bronkiolus Alveoli merupakan kelompok terkecil
Bronkiolus adalah cabang dari bronkus yang disebut kantong alveolar di ujung
yang berfungsi untuk menyalurkan udara brokiolus.Setiap alveoli adalah rongga
dari bronkus ke alveoli. Bronkiolus juga berbentuk cekung yang dikelilingi oleh
berfungsi untuk mengontrol jumlah udara banyak kapiler kecil.Fungsi:tempat
yang masuk dan keluar saat proses pertukaran oksigen dan
bernapas langsung. karbondioksida.
FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

Pernapasan adalah peristiwa


menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta
menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi
keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini
disebut inspirasi dan menghembuskan
disebut ekspirasi.
Guna pernapasan:
 Mengambil O2 yang kemudian di bawa oleh darah ke seluruh
tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
 Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang
(karena tidak berguna lagi oleh tubuh).
 Menghangatkan dan melembabkan udara.

Pernapasan dalam keadaan normal


Orang dewasa : 16-24 kali/menit
Anak-anak kira-kira : 24 kali/menit
Bayi kira-kira : 30 kali/menit
Patofisiologi Sistem Pe
rnafasan
PATOFISIOLOGI ASM
A
ASMA
Kata asma (asthma) berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “terengah-engah”. Istilah asma
untuk menggambarkan kejadian pernapasan
yang pendek (shortness of breath).

Asma (bronkial) merupakan gangguan


inflamasi pada jalan nafas yang di tandai oleh
obstruksi aliran udara nafas dan respon jalan nafas
yang belebihan terhadap berbagai bentuk rangsangan.
Kondisi ini menyebabkan produksi mukus yang
berlebihan dan menumpuk, penyumbatan aliran udara,
dan penurunan ventilasi alveolus.
Penyakit ini merupakan salah satu bentuk
penyakit paru obstruktif menahun (PPOM), yaitu
penyakit paru jangka paru jangka panjang.
Faktor Resiko Asma

• Riwayat asma, yang mengisyaratkan • Alergi seperti Debu, Bulu hewan,


adanya kecenderungan genetik. Bahan beracun dan lainnya. .

• Pajanan yang berulang atau terus-menerus terhadap beberapa


rangsangan iritan, kemungkinan pada masa penting
perkembangan, juga dapat meningkatkan risiko penyakit ini.
Seperti terpajan asap rokok selama dalam rahim atau masa
kanak-kanak.

• Stress dan emosi berat • Jenis kelamin dan usia


GEJALA DAN TANDA-TANDA ASMA

Asma yang terjadi disertai gejala sianosis, konfusi, serta letargi menunjukan
awitan status asmatikus dan gagal nafas yang bisa membawa kematian.

TANDA DAN GEJALA ASMA MELIPUTI :


1. Dispnea yang bermakna.
2. Batuk, terutama di malam hari.
3. Pernapasan yang dangkal dan cepat.
4. Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya
mengi terdengar hanya saat ekspirasi, kecuali kondisi pasien
parah.
5. Peningkatan usaha bernapas, ditandai dengan retraksi dada,
disertai perburukan kondisi, napas cuping hidung.
6. Peningkatan usaha bernapas, ditandai dengan retraksi dada,
disertai perburukan kondisi, napas cuping hidung.
7. Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidakmampuan
mendapat udara yang cukup.
8. Udara terperangkap karena obstruksi aliran udara, terutama
terlihat selama ekspirasi pada pasien asma. Kondisi ini terlihat
dengan memanjangnya waktu ekspirasi.
9. Di antara serangan asmatik, individu biasanya asimtomatik.
Akan tetapi, dalam pemeriksaan perubahan fungsi paru mungkin
terlihat bahkan di antara serangan pada pasien yang memiliki
asma persisten.
PATOGENESIS ASMA

Mediator inflamasi utama pada reaksi asmatik adalah eosinophil,


salah satu jenis sel darah putih. Eosinofil terkonsentrasi di satu area
dan melepaskan zat kimia yang menstimulasi degranulasi sel-mast.
Eosinofil juga menarik jenis sel darah putih lainnya, termasuk basofil dan
neutrofil; menstimulasi produksi mukus; dan meningkatkan
pembengkakan serta edema jaringan. Respons inflamasi terjadi diawali
oleh stimulus, tetapi mungkin memerlukan waktu paling lama 12 jam
untuk memperlihatkan gejala.
Asma yang lebih akut adalah efek dari histamin kimiawi pada otot
polos bronkus. Histamin dilepaskan bersamaan dengan IgE yang
memediasi degranulaisi sel-mast dan dengan cepat menyebabkan
konstriksi dan spasme otot polos bronkiolus. Histamin juga menstimulasi
produksi mukus dan meningkatkan permeabilitas kapiler, selanjutnva
menyebabkan kongesti dan pembengkakan ruang instertisial paru.
Antibodi IgE, bertanggung jawab untuk serangan alergik, dapat
bereaksi secara berlebihan dalam merespons antigen asing, dengan
mengaktifkan kaskade inflamasi. Apa pun sumber hipersensitivitas, hasil
akhirnya adalah bronkospasme, produksi dan akumulasi mukus, edema,
dan obstruksi aliran udara.
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI ASMA

Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus


berkepanjangan yang mengancam jiwa yang tidak dapat dipulihkan
dengan pengobatan dapat terjadi pada beberapa individu. Pada
kasus ini, kerja pernapasan sangat meningkat. Apabila kerja
pernapasan meningkat, kebutuhan oksigen juga meningkat.
Situasi ini dapat menyebabkan pneumotoraks akibat
besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi. Apabila individu
kelelahan, dapat terjadi asidosis respiratorik, gagal napas, dan
kematian.
PERANGKAT DIAGNOSTIK

• Asma didiagnosis menggunakan spirometri,


alat yang mengukur dan mengidentifikasi
penurunan kapasitas vital dan penurunan laju
aliran ekspirasi puncak (maksimum).

• Untuk mengevaluasi gejala asma dirumah,


tersedia peak flowmeter. Dengan alat peak
flowmeter, FEV (forced flow rate) maksimum
yang disebut peak flow, diukur selama serangan
dan selama waktu diantara episode asmatik.
PATOFISIOLOGI
ISPA
ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah


infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru.
ISPA menyerang salah satu bagian dan atau
lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung
hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
KLASIFIKASI ISPA
menurut Depkes RI (2002) adalah :

1. ISPA ringan 3. ISPA berat


seseorang yang menderita gejala meliputi: kesadaran menurun,
ISPA ringan apabila ditemu nadi cepat atau tidak
kan gejala batuk,pilek dan 2. ISPA sedang teraba,nafsumakan menurun, bibir
sesak. apabila timbul gejala sesak nafas, dan ujung nadi membiru (sianosis)
suhu tubuh lebih dari 390C dan dan gelisah.
bila bernafas mengeluarkan suara
seperti mengorok..
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari
genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus,
Hemofillus, Bordetelia dan Korine bakterium. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan
lain-lain. ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang
masuk kesaluran nafas.
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) adalah faktor Demografi
yang terdiri dari 3 aspek yaitu :

 Jenis kelamin, bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki
laki lah yang banyak terserang penyakit ISPA.
 Usia, anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit
ISPA.
 Pendidikan, merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam
kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta
pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya
penanggulangannya.
GEJALA DAN TANDA-TANDA ISPA

Tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002)


adalah :
1. ISPA ringan 2. ISPA sedang 3. ISPA berat
• Batuk • Pernafasan lebih dari 50 kali per • Bibir atau kulit membiru.
• menit pada anak yang berumur • Lubang hidung kembang kempis
Serak
kurang dari satu tahun atau lebih dari • Anak tidak sadar atau kesadaran
• Pilek 40 kali per menit pada anak yang menurun.
• Panas atau demam, berumur satu tahun atau lebih. • Pernafasan berbunyi seperti
suhu badan lebih • Suhu lebih dari 39º C orang mengorok dan anak
dari 37 C • Tenggorokan berwarna merah. tampak gelisah.
• Timbul bercak-bercak merah pada • Sela iga tertarik ke dalam pada
kulit menyerupai bercak campak. waktu bernafas.
• Telinga sakit atau mengeluarkan • Nadi cepat lebih dari 160 kali per
nanah dari lubang telinga. menit atau tidak teraba.
• Pernafasan berbunyi seperti • Tenggorokan berwarna merah..
mengorok (mendengkur).
• Pernafasan berbunyi menciut-ciut
PATOGENESIS ISPA

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat
pada permukaan saluran nafas bergerak keatas mendorong virus ke arah faring atau dengan
suatu tangkapan reflex spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak
lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan. Iritasi virus pada kedua lapisan
tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran
pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada
dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal.
Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk.
Perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi
menjadi empat tahap, yaitu:

1) Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita


belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2) Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi
dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
3) Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala
penyakit. Timbul gejala demam dan batuk.
4) Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi
kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI ISPA

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis,


faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii,
hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru). Infeksi saluran
pernapasan parah dan menyebabkan dehidrasi yang signifikan,
kesulitan bernafas dengan oksigenasi buruk ( hipoksia ),
kebingungan yang signifikan, kelesuan, dan pembengkakan
napas pendek pada paru-paru kronis dan penyakit jantung
(chronic obstructive pulmonary disease atau COPD, gagal
jantung kongestif).
PERANGKAT DIAGNOSTIK

Diagnosis ISPA umumnya ditegakkan melalui anamnesa (wawancara


seputar riwayat penyakit dan gejala), pemeriksaan fisik, dan apabila diperlukan,
pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan fisik, suara napas akan diperiksa
untuk mengetahui apakah ada penumpukan cairan atau terjadinya peradangan
pada paru-paru. Hidung dan tenggorokan juga akan diperiksa. Pemeriksaan
tambahan yang mungkin dilakukan adalah prosedurpulse oxymetry.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa seberapa banyak oksigen yang
masuk ke paru-paru, dan biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami
kesulitan bernafas.
PATOFISIOLOGI BAT
UK
BATUK

Batuk merupakan mekanisme pertahanan diri paling efisi


en dalam membersihkan saluran nafas yang bertujuan untu
k menghilangkan mukus, zat beracun dan infeksi dari larin
g, trakhea, serta bronkus. Batuk juga bisa menjadi pert
anda utama terhadap penyakit pernafasan .
KLASIFIKASI BATUK
didasarkan pada ada dan tidaknya dahak yang diproduksi

BATUK PRODUKTIF BATUK TIDAK PRODUKTIF


Masyarakat umum Batuk tidak produktif atau batuk
menyebutnya dengan sebutan batuk tidak berdahak atau di sebut juga
berdahak. Batuk berdahak adalah batuk kering, merupakan batuk yang
batuk yang disertai dengan tidak dimaksudkan untuk
dihasilkannya dahak. Batuk membersihkan saluran nafas. jenis batuk
berdahak sangat mengganggu yang tidak disertai produksi dahak
karena terasa gatal dan dahak akan yang berlebihan. Batuk jenis ini
keluar seiring dengan batuk. biasanya di sebabkan oleh benda asing
Batuk jenis ini biasanya yang meng iritasi tenggorokan
disebabkan oleh alergi dan disertai ,rangsangan dari luar ataupun
flu. disebabkan efek samping obat.
KLASIFIKASI BATUK
berdasarkan berapa lama batuk tersebut bertahan :

1. Akut 3. Kronis
Batuk akut yaitu batuk yang Batuk kronis yaitu batuk yang
terjadi kurang dari 3 terjadi lebih dari 8 minggu, Batuk
minggu . biasanya yang berlangsung secara ber
disebabkan oleh infeksi 2. Sub akut terusan akan menyebabkan
saluran pernafasan atas Batuk subakut yaitu batuk kualitas hidup menurun yang
(ISPA) atau bisa juga yang terjadi selama 3-8 akan membawa kepada peng
karena pnemonia dan gagal minggu, bisa disebabkan oleh asingan sosial dan depresi
jantung kongestif. batuk pasca infeksi, bakteri klinikal. Penyebab sering dari
sinusitis maupun batuk karena batuk kronis adalah penyakit
asma. refluks gastro-
esofagus,rinosinusitis dan asma.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Reflek dapat ditimbulkan oleh :
• Rangsangan mekanis
• Adanya perubahan suhu mendadak penyebab batuk yang paling sering adalah :
• Rangsangan kimiawi, misalnya gas • Alergi dan asma
dan bau-bauan • Infeksi paru-paru
• Adanya peradangan atau infeksi • Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau
• Reaksi alergi bronchitis kronik, emphysema
• Sinusitis yang menyebabkan postnasal drip
• Penyakit paru seperti bronkietasis, tumor paru
• Gastroesophageal reflux disease (GERD) ini
artinya cairan lambung balik ke tenggorokan,
orangnya suka bertahak asam atau pahit
• Merokok
• Terpapar asap rokok (perokok pasif), poluton
udara
• Obat darah tinggi golongan ACE inhibitor
GEJALA
FAKTOR RESIKO
Gejala yang menyertai batuk pada
Penularan batuk biasanya melalui udara.
umumnya disebabkan oleh Batuk lebih sering menular terutama pada
pergantian musim dan musim penghujan.
influenza.gejala tersebut antara lain
Selain itu mekanisme pertahanan tubuh atau
demam yang tinggi disertai otot imun seseorang juga berpengaruh besar
terhadap penularan batuk.
tubuh yang kaku, bersin-bersin,
Factor resiko dari batuk :
hidung tersumbat, dan sakit  Alergi dan infeksi
tenggorokan. namun batuk berdahak  Jenis kelamin
juga timbul akibat  merokok

peradangan pada paru-paru.


PATOFISIOLOGI BATUK

Batuk adalah bentuk refleks pertahanan tubuh yang penting untuk meningkatkan penge
luaran sekresi mukus dan partikel lain dari jalan pernafasan serta melindungi terjadinya aspira
si terhadap masuknya benda asing. Setiap batuk terjadi melalui stimulasi refleks arkus yang k
ompleks. Hal ini diprakarsai oleh reseptor batuk yang berada pada trakea, carina, titik percaba
ngan saluran udara besar,
dan saluran udara yang lebih kecil di bagian distal, serta dalam faring. Laring dan reseptor t
racheobronchial memiliki respon yang baik terhadap rangsangan mekanis dan kimia. R
eseptor kimia yang peka terhadap panas, asam dan senyawa capsaicin akan memicu refleks ba
tuk melalui aktivasi reseptor tipe 1 vanilloid (capsaicin). Impuls dari reseptor batuk yang tel
ah dirangsang akan melintasi jalur aferen melalui saraf vagus ke pusat batuk di medula. P
usat batuk akan menghasilkan sinyal eferen yang bergerak menuruni vugus, saraf frenikus da
n saraf motorik tulang belakang untuk mengaktifkan otot-otot ekspirasi yang berguna me
mbantu batuk.
Komplikasi Dan Prognosis Batuk
• Anoreksia
• mual dan muntah
• Kardiovaskuler
• Muskuloskeletal
batuk-batuk yang hebat juga dapat menyebabkan terjadinya pneumotoraks,
pneumomediastinum, ruptur otot-otot dan bahkan fraktur iga. Komplikasi yang
sangat dramatis tetapi jarang terjadi adalah Cough syncope atau Tussive syncope.
Keadaan ini biasanya terjadi setelah batuk-batuk yang paroksisrnal dan kemudian
penderita akan kehilangan kesadaran selama ± 10 detik. Cough syncope terjadi
karena peningkatan tekanan serebrospinal secara nyata akibat peningkatan tekanan
intratoraks dan intraabdomen.
Komponen Refleks Batuk
Mekanisme batuk
PERANGKAT DIAGNOSTIK

Batuk berdahak Batuk kering


Sebagian besar penyebab batuk dapat Batuk kering biasanya merupakan salah
didiagnosis melalui pemeriksaan fisik sederhana. satu gejala dari suatu penyakit tertentu. Untuk
Tetapi jika batuk berlangsung lama dan berat, mengetahui penyakit atau kondisi
atau mempunyai gejala lain maka dokter akan penyebab batuk kering, dokter akan melakukan
menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan wawancara dan melakukan pemeriksaan fisik
penunjang tambahan seperti: pada pasien. Selain itu, ada pemeriksaan
 Pemeriksaan foto rontgen dada penunjang yang juga dibutuhkan untk menentu
 Pemeriksaan fungsi paru-paru kan diagnosis.
 Pemeriksaan darah  Foto rongent
 Analisis dahak (sputum)  Tes alergi
 Pulse oximetry, untuk mengukur kadar  Tes darah
oksigen dalam darah
 Analisa gas darah
PATOFISIOLOGI BRO
NKITIS
BRONKITIS
Bronkitis adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan adanya inflamasi pada
pembuluh bronkus, trakea dan bronkioli.
Inflamasi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit ruang
pembuluh dan menimbul kan sekresi dari
cairan inflamasi.
BRONKITIS

BRONKITIS AKUT BRONKITIS KRONIS


1. Bronkitis akut
Bronkitis akut adalah kondisi umum yang disebabkan oleh infeksi dan inhal
asi yang mengakibatkan inflamasi lapisan mukosa percabangan trakeobronkial. Pen
yebab infeksi paling umum dari bronkitis akut mencakup virus influenza, ade
novirus, rinovirus, dan organisme Mycoplasma pneumoniae. Bronkitis me nye
babkan sekret mukus berlebihan, bronki membengkak, disfungsi silia yang men
ghambat aliran udara ekspirasi.
1. Bronkitis kronik

Bronkitis kronik didefinisikan sebagai adanya mukus yang berlebihan pada


saluran pernapasan (bronchial tree) secara terus – menerus (kronik) dengan di sertai
batuk. Pengertian terus – menerus (kronik) adalah terjadi sepanjang hari selam
a tidak kurang dari tiga bulan dalam setahun dan telah berlangsung selama dua tahu
n berturut – turut.

Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang


efektif. Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis
kronik. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi
saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan mikoplasma yang luas
dapat menyebabkab episode bronkitis akut.
Etiologi dan Faktor Resiko
Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder,
polusi udara, alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan
infeksi jamur. Virus merupakan penyebab tersering bronkitis
FAKTOR RESIKO :
(90%), sedangkan sisanya (10%) oleh bakteri.Virus penyebab
 faktor usia
yang sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B, Parainfluenza,
 merokok
Respiratory Syncitial Virus (RSV), Rinovirus, adenovirus
 lingkungan
dan corona virus.
 genetik
 sosial ekonomi
Gejala dan Tanda
Tanda dan gejala bronkitis akut diawali dengan
manifestasi infeksi saturan pernafasan atas seperti
: Tanda utama bronkitis akut adalah
a) hidung berair batuk yang pada awalnya kering dan
b) tidak enak badan tidak produktif, namun kemudian
c) Menggigil berubah menjadi produktif, makin
d) pegal-pegal kerap, dan berdahak. Batuk umumnya
e) sakit kepala, dan terjadi selama 7 sampai 10 hari,
f) tenggorokan sakit. meskipun beberapa pasien mungkin
g) Kalau ada demam, jarang yang mencapai dengan
39oC, dan umumnya akan berakhir dalam bertahan berminggu-minggu atau
waktu 3-5 hari. Demam lebih sering dijumpai bahkan atau bahkan bulanan .
pada
infeksi adenovirus, virus influenza, dan
M. pneumoniae.
PATOFISIOLOGI
Bronkitis akut dikarakterisir oleh adanya infeksi pada cabang
trakeobronkial. Infeksi ini menyebabkan hiperemia dan edema pada
membran mukosa, yang kemudian menyebabkan peningkatan sekresi
dahak bronkial. Karena adanya perubahan pada membran mukosa ini,
maka terjadi kerusakan pada lapisan epitelia saluran nafas yang
menyebab kan berkurangnya fungsi pembersihan mukosiliar. Selain itu,
peningkatan sekresi dahak bronkial yang dapat menjadi kental dan liat,
makin mem perparah gangguan pembersihan mukosiliar. Apakah
perubahan ini bersifat permanen, belum diketahui, namun infeksi
pernafasan akut yang berulang dapat berkaitan dengan peningkatan hiper-
reaktivitas saluran nafas, atau terlibat dalam patogenesis asma atau PPOK .
Komplikasi

Perangkat Diagnostik
Komplikasi bronchitis dengan
kondisi kesehatan yang jelek:
1. Otitis media akut
2. Sinusitis maksilaris  Pemeriksaan sederhana
3. Pneumonia  Pemeriksaan Radiologis
4. Bronkhietasis  Analisis Gas Darah
5. PPOK (Penyakit Paru  Pemeriksaan EKG
Obstruksi Kronik)
6. Gagal napas
Thank you

Anda mungkin juga menyukai