Anda di halaman 1dari 22

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pneumonia


1. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Gambar. 2 anatomi pernafasan


( Sumberhttp://www/google.com/image/respiratori )

Pernapasan adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang


dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²)
yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh
melalui paru.
Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil Oksigen
dari atmosfer kedalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon
dioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.Organ–
organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan
dalam keseimbanga asam basa, pertahanan tubuh melawan benda
asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah.
Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni
saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran
pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung – faring - laring -
trakea -bronkus - paru-paru (bronkiolus dan alveolus).

7
8

Adapun alat-alat pernapasan pada manusia adalah sebagai


berikut
a. Alat pernafasan atas
1) Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum
nasalis).Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya
terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar
keringat (kelenjar sudorifera).Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran
pernapasan.Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal
yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk
bersama udara.Juga terdapat konka yang mempunyai banyak
kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang
masuk.
Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan
kelembaban udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru
tidak terlalu kering ataupun terlalu lembab. Udara bebas tidak
hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang
lain. Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan
nitrogen (N2). Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga
merupakan indra pembau yang sangat sensitif. Dengan
kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup
gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang mungkin
mengandung bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga
hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke faring.
2) Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring
merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan
(nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang.
9

Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring


(tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis).Masuknya
udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar
dan terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan
masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan
pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf
kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan
berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan
gangguan kesehatan.
3) Laring
laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita
vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan
pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Laring
berparan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi
jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring
dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing ( gumpalan
makanan ), infeksi ( misalnya infeksi dan tumor).
b. Alat pernafasan bawah
1) Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak
sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak).Dinding
tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan,
dan pada bagian dalam rongga bersilia.Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran
pernapasan.
2) Bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu
bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa
bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus
bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih
10

besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan


sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi
bronkiolus.
3) Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di
bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian
bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.Paru-paru
ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang
terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang
terdiri atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut
pleura.Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-
paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang
rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga
berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-
paru.Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk
secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel
terhadap air dan zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan
elastik, dan pembuluh darah.Paru-paru berstruktur seperti
spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang
sangat lebar untuk pertukaran gas.
Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus
dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika
dibanding dengan bronkus.Bronkiolus ini memiliki gelembung-
gelembung halus yang disebut alveolus.Bronkiolus memiliki
dinding yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia.
Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan
persentasenya dalam campuran, terlepas dari keberadaan gas
11

lain (hukum Dalton). Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan,


tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung
mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia.Pada bagian
distal kemungkinan tidak bersilia.Bronkiolus berakhir pada
gugus kantung udara (alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa
kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga
menyerupai busa atau mirip sarang tawon.Oleh karena
alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler
darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.
(Evelyn Prince, 2014)
2. Pengertian
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang
disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi.Ia juga dikenali sebagai
pneumonitis, bronchopneumonia dan community-acquired pneumonia
(Mansjoer, 2003)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Dahlan, 2007).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agen infeksisus (Smeltzer & Bare, 2013)
Jadi pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus atau fungi yang menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
3. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddart (2013), penyebab dari pnemonia
adalah :
a. Bakteri
Streptococcus pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus
Influenza dan staphilococcus aureus.
12

b. Jamur
Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus,
Blastomcyes dermatitis, Cryptococcus, dan Candida sp.
c. Virus
Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza,
Adenovirus, Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Varisela dan rubella,
Chlamydia trachomatis, Mycoplasma Pneumoniae, Pneumocystis
carinii.
d. Kimiawi
Aspirasi hidrokarbon alifatik.
4. Klasifikasi
MenurutNgastiyah (2007), pneumonia dapat terjadi baik sebagai
penyakit primer maupun sebagai komplikasi dari beberapa penyakit
lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut:
a. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
b. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia loburalis.
c. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm
dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen
penyebabnya, virus, atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi
substansi asing. Pneumonia jarang terjadi yang mingkin terjadi karena
histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.
a. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia
bakterial. Terlihat pada anak dari semua kelompok umur, sering
dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah RSV untuk persentase
13

terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari ringan


seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat
berupa demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya
bersifat tidak produktif pada awal penyakit. Sedikit mengi atau
krekels terdengar auskultasi.
b. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi
terutama di musim gugur dan musim dingin, lebih menonjol di
tempat dengan konsidi hidup yang padat penduduk. Mungkin tiba-
tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam, mengigil
(pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia,
mialgia. Yang diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering,
keras. Pada awalnya batuk bersifat tidak produktif, kemudian
bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau bercak darah.
Krekels krepitasi halus di berbagai area paru.
c. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan
pneumonia streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe
pneumonia lain, mikro-organisme individual menghasilkan
gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya
didahului dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang
akut , demam, malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri
dada sering diperberat dengan nafas dalam, nyeri dapat menyebar
ke abdomen, menggigil, meningismus.
5. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinik pneumonia menurut Mansjoer (2003)adalah :
a. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam,
sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, anoreksia, keluhan
gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk,
takipneu, ekspektorasi sputum, cuping hidung, sesak napas,
merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar lebih suka
14

berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena


nyeri dada.
c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan
peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, dan ronkhi.
d. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak dada tertinggal
di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas
melemah, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura, kaku
kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi), nyeri
abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada
pneumonia lobus kanan bawah).
6. Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja,
dari bayi sampai usia lanjut. Pecandu alkohol, pasien pasca operasi,
orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi
virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah yang paling
berisiko.Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada
tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun,
misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri
pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ
paru.Dari jaringan paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh
tubuh melalui peredaran darah.Pneumonia adalah bagian dari penyakit
infeksi pneumokokus invasif yang merupakan sekelompok penyakit
karena bakteri streptococcus pneumoniae.Kuman pneumokokus dapat
menyerang paru selaput otak, atau masuk ke pembuluh darah hingga
mampu menginfiltrasi organ lainnya.infeksi pneumokokus invasif bias
berdampak pada kecacatan permanen berupa ketulian, gangguan
mental, kemunduran intelegensi, kelumpuhan, dan gangguan saraf,
hingga kematian. (Brunner dan Suddart, 2013)
15

7. Bagan Pathway Pneumonia

Virus, Bakteri, Jamur, Aspirasi

Terhirup

Bronchiolus

Stimulasi
Alveolus chemoreseptor
hipotalamus

Proses peradangan
Set poin
Konsentrasi
Eksudat & serous bertambah
protein cairan
masuk dalam alveoli
Produksi sputum alveoli
meningkat Respon
menggigil
SDM & leukosit PMN
Akumulasi sputum mengisi alveoli
Rangsang
batuk di jalan nafas Reaksi
Konsolidasi di peningkatan
alveoli Tekanan hidrostatik suhu tubuh
Nyeri pleurik Gangguan
ventilasi tekanan osmotik

Compliance Hipertermi
Gangguan paru menurun
rasa Ketidakefektifa
nyaman n bersihan Difusi
Evaporasi
nyeri jalan nafas Frekuensi nafas

Cairan tubuh
Akumulasi berkurang
Ketidakefektifan cairan di alveoli
pola nafas

Gangguan
Kurang
pertukaran
pengetahuan
gas
Susah tidur

Devisit
Volume
Cairan
Gangguan
pola tidur

Gambar 2.Bagan Pathway Pneumonia


16

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis
dengan predominan polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan
prognosis yang buruk.
2) Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-
100.000/mm. Protein di atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih
rendah dari glukosa darah.
b. Pemeriksaan mikrobiologik
1) Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus
atau sputum darah, aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
2) Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura
atau aspirasi paru.
c. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk
tiap mikroorganisme penyebab pneumonia.
1) Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi
dari infiltrasi ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata
(bronkopneumonia) kedua lapangan paru atau konsolidasi pada
satu lobus (pneumonia lobaris).
2) Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan
bronkopneumonia difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai
efudi pleura yang berat, kadang terdapat adenopati hilus.
3) Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas
pada permulaan penyakit. Infiltrat mula-mula berupa bercak-
bercak, kemudian memadat dan mengenai keseluruhan lobus
atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumnya
penekanan (65%), < 20% mengenai kedua paru.
17

Gambar 3. Hasil rontgen Pnemonia


(Sumber http//www.google.com/image/pneumonie)

9. Penatalaksanaan
Menurut (Mansjoer, 2003) penatalaksanaan untuk pneumonia
bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan
sputum mencakup:
a. Oksigen 1 – 2 L/menit
b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml
cairan
c. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikkan suhu, dan status
hidrasi
d. jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
e. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
f. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Antibiotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia
community base:
18

a. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian


b. kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital dapat Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari
dalam 2 kali pemberian, Amikasin 10 – 15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali
pemberian.

B. Konsep Dasar Keperawatan Pneumonia


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam,
2009).
Adapun pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien
pneumonia menurut Doengos, (2002) adalah :
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelelahan, Insomnia
Tanda ; Letargi, Penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya/GJK kronis
Tanda : takikardia, Penampilan kemerahan atau pucat
c. Integritas Ego
Gejala : Banyakya stressor, masalah finansial
d. Makanan/Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan,mual/muntah
Tanda : Distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering
dengan turgor buruk, Penampilan kakeksia(malnutrisi)
e. Neurosensori
Gejala :sakit kepala daerah frontal (influnza)
Tanda :perubahn mental (bingung, samnolen)
19

f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, Nyeri dada(pleuritik), meningkat oleh batuk,
nyeri dada subternal(influenza)mialgia,artralgia, nyeri tenggorokan
g. Pernafasan
Gejala : Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret.
Tanda : Adanya sputum atau secret, Perkusi pekak di atas area
yang konsolidasi , Bunyi nafas menurun atau tidak ada di atas area
yang terlibat , atau nafas yang bronchial, Warna pucat atau sianosis
bibir/kuku
h. Keamanan
Gejala : Demam (38,5oC-39,6oC)
Tanda : Berkeringat, Menggigil berulang, gementar, kemerahan
mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah (Nursalam, 2009).
Secara umum diagnosa keperawatan pada klien dengan
Pneumonia menurut Doengoes (2002) adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi,
peningkatan produksi secret
b. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
c. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang
diderita
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan kehilangan cairan
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
20

g. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


anoreksia dan intake inadekuat
h. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurang informasi
3. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu dokumen tulisan tangan dalam
menyelesaikan masalah tujuan dan intervensi. Perencanaan meliputi
pengembangan strategi desain untuk mencegah dan mengurangi
masalah pada diagnose keperawatan (Nursalam, 2009)
Adapun rencana keperawatan pada pasien infeksi pernafasan
akut menurut Doengoes (2002) adalah :
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi
pada saluran pernafasan, aadanya sekret
1) Tujuan: Pola nafas kembali efektif dengan
2) Kriteria: Usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai
oksigen ke paru-paru.
Intervensi:
1) Observasi tanda vital, adanya sianosis, serta pola, kedalaman
dalam pernafasan
Rasional: sebagai dasar dalam menentukan intervensi
selanjutnya
2) Berikan posisi yang nyaman pada pasien
Rasional : Semi fowler dapat meningkatkan ekspansi paru dan
memperbaiki ventilasi
3) Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
Rasional : Untuk memperbaiki ventilasi
4) Anjurkan untuk tidak memberikan minum selama periode
tachypnea.
Rasional : Agar tidak terjadi aspirasi
5) Kolaborasi dalam pemberian oksigen, nebulizer dan obat
bronkodilator
21

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Mengencerkan


sekret dan memudahkan pengeluaran secret.Pemberian obat
bronchodilator. Untuk vasodilatasi saluran pernapasan
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi,
peningkatan produksi sekret.
1) Tujuan : Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret
2) Kriteria Hasil : Jalan nafas yang bersih dan patent,
meningkatnya pengeluaran sekret, suara napas bersih.
Intervensi:
1) Kaji bersihan jalan napas klien
Rasional : Sebagai indikator dalam menentukan tindakan
selanjutnya
2) Auskultasi bunyi napas
Rasional : Ronchi menandakan adanya sekret pada jaan nafas
3) Berikan posisi yang nyaman
Rasional : Mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan
side lying position).
4) Lakukan suction sesuai indikasi
Rasional: membantu mengeluarkan secret
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan air minum yang hangat
Rasional: membantu mengencerkan dahak sehingga mudah
untuk dikelurkan
6) Kolaborasi dalam pemberian ekspectorant, antibiotik
Rasional : Untuk mengencerkan dahak. Mengobati infeksi
sehingga terjadi penurunan produksi sekret
c. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
1) Tujuan : Nyeri terkontrol atau menghilang
2) Kriteria Hasil : Nyeri terkontrol ditandai dengan klien
melaporkan nyeri menghilang, ekspresi wajah rileks, klien tidak
gelisah dan rewel
22

Intervensi :
1) Kaji nyeri yang dirasakan klien , perhatikan respon verbal dan
nonverbal
Rasional: sebagai indicator dalam menentukan intervensi
selajutnya
2) Anjurkan keluarga memberikan minum air hangat
Rasional: Mengurangi nyeri pada tenggoroka
3) Berikan lingkungan yang nyaman
Rasional: meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan
istirahat
4) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic dan ekspectoran
Rasional: Mengobati infeksi. Memudahkan pengeluaran sekret
sehingga mengurang rasa sakit saat batuk
d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang
diderita
1) Tujuan : Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan
peningkatan melakukan koping
2) Kriteria Hasil :keluarga mengajukan pertanyaan yang tepat,
mendiskusikan kondisi dan perawatan anggota keluarga yang
sakit dengan tenang, terlibat secara positif dalam perawatan
anak.
Intervensi:
1) Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi
dukungan
Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan tindakan
selanjutnya
2) Gali perasaan keluarga dan masalah sekitar hospitalisasi
Rasional: Mengetahui masalah dan perasaan yang dirasakan
oleh keluarga dan dapat mengurangi kecemasan
3) Berikan dukungan sesuai kebutuhan
23

Rasional: dukungan yang adekuat menghasilkan mekanisme


coping yang efektif
4) Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan
aktif dalam perawatan
Rasional: Dapat mengurangi rasa cemas pada keluarga.
5) Jelaskan terapi yang diberikan dan respon pasien terhadap
terapi yang diberikan.
Rasional: Peningkatan pengetahuan mengembangkan
kooperatif dan mengurangi kecemasan
e. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
1) Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
2) Kriteria hasil : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi
dengan proses infeksi hilang
Intervensi :
1) Kaji peningkatan suhu tubuh yang dialami oleh klien
Rasional: sebagai dasar dalam menentukan intervensi
selanutnya
2) Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Pemantauan tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.
3) Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres
dengan air pada daerah dahi dan ketiak
Rasional: Dengan memberikan kompres maka akan terjadi
proses konduksi / perpindahan panas dengan bahan perantara
4) Anjurkan keluarga untuk mempertahankan pemberian cairan
melalui rute oral sesuai indikasi
Rasional: Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan
tubuh meningkat.
5) Anjurkan keluarga untuk menghindari pakaian yang tebal dan
menyerap keringat
24

Rasional: Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk


pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiuretik
Rasional: Untuk mengontrol panas
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan kehilangan cairan
1) Tujuan : Volume cairan tetap seimbang
2) Kriteria Hasil : Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan
turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tanda-tanda vital
dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan tindakan
selanjutnya
2) Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Perubahan tanda-tanda vital merupakan indicator
terjadinya dehidrasi
3) Anjurkan orang tua untuk tetap memberikan cairan peroral
Rasional: Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
4) Jelaskan kepada orang tua pentingnya cairan yang adekuat
bagi tubuh
Rasional :Peningkatan pengetahuan mengembangkan
kooperatif orang tua dalam tindakan keperawatan
5) Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
1) Tujuan : Pola tidur kembali optimal
2) Kriteria Hasil : Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua
melaporkan anaknya sudah dapat tidur, klien nampak segar
Intervensi :
1) Kaji gangguan pola tidur yang dialami klien
25

Rasional: sebagai indikator dalam melakukan tindakan


selanjutnya
2) Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Mengurangi rangsangan suara yang dapat
menyebabkan klien tidak nyaman untuk tidur
3) Berikan bantal dan seprei yang bersih
Rasional: meningkatkan kenyamanan
4) Kolaborasi dalam pemberian obat sedative dan antibiotic
Rasional :membantu klien untuk istirahat. Mengobati infeksi
h. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, intake inadekuat
1) Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan
2) Kriteria Hasil : Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan
klien meningkat, porsi makan yang diberikan Nampak
dihabiska, tidak terjadi penurunan berat badan 15-20%
Intervensi :
1) Kaji status nutrisi klien
Rasional: Sebagai indikator dalam menentukan intervensi
selanjutnya
2) Timbang berat badan setiap hari
Rasional: Mengetahui perkembangan terapi
3) Berikan diet dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
4) Anjurkan keluarga untuk menyajikan makanan dalam keadaan
hangat
Rasional: Meningkatkan nafsu makan
5) Jelaskan kepada keluarga pentingnya nutrisi yang adekuat
dalam proses kesembuhan
Rasional : Peningkatan pengetahuan mengembangkan
kooperatif keluarga dalam pemberian tindakan
26

6) Kolaborasi dengan bagian gizi


Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien sesuai
kebutuhan
i. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurang informasi
1) Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga tentang proses
penyakit meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan
2) Kriteria Hasil : Pengetahuan klien dan keluarga meningkat
ditandai dengan klien dan keluarga mengerti tentang penyakit,
tampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam proses
perawatan
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses
penyakit anaknya
Rasional:sebagai dasar dalam menetukan tindakan selanjutnya
2) Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi
dengan memberikan penkes.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
keluarga
3) Bantu klien dan keluarga untuk mengembangkan rencana
asuhan keperawatan dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan
aktivitas yang sesuai
Rasional: Melibatkan keluarga dalam perencanaan dapat
meningkatkan pemahaman keluarga
4) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya tentang hal yang
belum dimengertinya
Rasional: Menghindari melewatkan hal yang tidak dijelaskan
dan belum dimengerti oleh keluarga
27

4. Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan adalah rencana inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan dan ditujukan untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. (Nursalam, 2009)
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang dibuat sebelumnya dengan mengupayakan rasa
aman, nyaman dan mempertimbangkan keselamatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
"kealpaan" yang terjadi selama tahapan pengkajian, analisa,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan.(Nursalam, 2009)
a. Pola nafas kembali efektif ditandai dengan usaha nafas kembali
normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
b. Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret ditandai dengan
jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran
sekret, suara napas bersih
c. Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri
menghilang, ekspresi wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel
d. Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan
melakukan koping ditandai dengan klien dan keluarga
mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi dan
perawatan dengan tenang, terlibat secara positif dalam
perawatan
e. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh ditandai dengan suhu
tubuh dalam batan norma, keluarga melaporkan anaknya tidak
demam
28

f. Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit baik,


membrane mukosa lembab, tanda-tanda vital dalam batas
normal
g. Pola tidur membaik ditandai dengan klien melaporkan sudah
dapat tidur, klien nampak segar.
h. Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien meningkat,
porsi makan yang diberikan nampak dihabiska, tidak terjadi
penurunan berat badan 15-20%
i. Pengetahuan klien dan keluarga meningkat ditandai dengan klien
dan keluarga mengerti tentang penyakitnya, tidak sering
bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan.

Anda mungkin juga menyukai