Fisiologi atau ilmu faal (dibaca fa-al) adalah salah satu dari cabang biologi yang
mepelajari berlangsungnya sistem kehidupan. Istilah fisiologi berasal dari bahasa
Yunani (physys dan logos yang berarti alam dan cerita). Sedangkan Morfologi atau
ilmu bentuk kata adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan dasar
bahasa sebagai satuan gramatikal yang mempelajari seluk-beluk kata serta
pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata baik fungsi
gramatikal maupun fungsi semantik.
Saat keadaan normal, volume paru-paru manusia mencapai 4500 cc, yang disebut
sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Pada keadaan normal,
kegiatan inspirasi dan ekspirasi dalam pernapasan hanya menggunakan 500 cc
volume udara pernapasan atau disebut kapasitas tidal.
Semakin baik kerja sistem pernapasan, berarti volume oksigen yang diperoleh
semakin banyak. Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital adalah bentuk
anatomi tubuh, posisi selama pengukuran kapasitas vital, kekuatan otot pernapasan
dan pengembangan paru dan rangka dada (compliance paru).
Pada saat bernapas perlahan dan dangkal akan terjadi kekurangan aliran udara ke
paru-paru. Hal ini menyebabkan kenaikan kadar karbondioksida di dalam aliran
darah dan penurunan kadar oksigen.
Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur yang terlibat dalam proses
respirasi eksternal, yaitu proses pertukaran oksigen (O 2) antara atmosfer dan darah
serta pertukaran karbondioksida (CO2) antara darah dan atmosfer. Struktur yang
membentuk sistem pernapasan dapat dibedakan menjadi struktur utama (principal
structure) dan struktur pelengkap (accessory structure). Yang termasuk struktur
utama sistem pernapasan adalah saluran udara pernapasan, yang terdiri dari jalan
napas dan saluran napas, serta paru (parenkim paru).
1) Trakea
2) Bronki
3) Bronkioli
1) Secara mekanik,
Yaitu pertahanan yang dilakukan dengan menyaring partikel yang ikut
terinhalasi bersama udara dan masuk saluran nafas bagian bawah (bronkus
dan bronkioli). Di hidung, tugas penyaring dilakukan oleh bulu-bulu hidung,
sedangkan di bronkus dilakukak reseptor yang terdapat pada otot polos yang
dapat berkontraksi apabila ada iritasi. Apabila rangsangan yang terjadi
berlebihan tubuh akan memberikan reaksi berupa bersin / batuk yang dapat
mengeluarkanbenda asing, termasuk partikel debu dari saluran napas bagian
atas maupun bronkus. Batuk merupakan mekanisme refleks yang sangat
penting untuk menjaga agar jalan napas tetap terbuka dengan cara
menyingkirkan hasil sekresi, selain itu juga menghalau benda asing yang
akan masuk ke dalam sistem pernapasan. Benda asing yang masuk ke dalam
saluran pernapasan dapat menyebabkan peradangan di dalam sistem
pernapasan.
2) Secara kimiawi,
Yaitu cairan dan silia dalam saluran napas secara fisik dapat memindahkan
partikel yang melekat di saluran napas, dengan gerakan silia yang
mucocilliary escalator ke laring. Cairan tersebut bersifat detoksisasi dan
bakterisid. Pada paru bagian perifier terjadi ekspresi cairan secara terus-
menerus dan perlahan-lahan dari bronkus ke alveoli melalui sistem limphatik.
Selanjutnya, makrofag alveolar memfagosit partikel yang ada di permukaan
alveoli.
3) Sistem imunitas,
Melalui proses biokimiawi (humoral dan seluler). Mekanisme respon imun
humoral memerlukan aktifitas limfosit B dan antibodi yang diproduksi oleh sel
plasma (sel plasma adalah hasil perkembangan dari limfosit B). Untuk
beberapa penyebab infeksi, mekanisme imun humoral memegang peran
utama sedangkan untuk beberapa infeksi lainnya, yang berperan utama
adalah sistem imun selular, namun kedua sistem ini bekerja sama dengan
erat. Mekanisme imun selular diperankan oleh limfosit T. Peran sistem imun
selular yang sangat penting adalah untuk melindungi tubuh melawan bakteri
yang tumbuh secara intraselular, seperti kuman Mycobacterium tuberculosis.
Ketiga sistem tsb saling berkait dan berkoordinasi dengan baik sehingga
partikel yang terinhalasi disaring berdasarkan pengendapan kemudian terjadi
mekanisme reaksi atau perpindahan partikel.
Debu (Dust)
Merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di
udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1-500 mikron. Dalam
kasus pencemaran udara baik luar maupun di dalam gedung (out door and indoor
pollution) debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan
untuk menunjukkan tingkat bahaya, baik terhadap lingkungan maupun terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja (k3). Partikel debu akan berada di udara dalam
waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk
ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan. Selain dapat membahayakan
terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat
mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi
partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan
ukurandan bentuk yang relatif berbeda-beda.
Debu adalah salah satu bentuk aerosol padat yang dihasilkan karena adanya proses
penghancuran, pengamplasan,tumbukan cepat, peledakan dan descreptitation
(pemecahan karena panas) dari material organik maupun anorganik seperti batu,
bijih batuan, logam, batubara, kayu dan bijih tanaman. Istilah debu di tempat kerja
adalah pertikular padat dengan ukuran diameter 0,1-25 mikron. Namun ada juga
yang menyatakan bahwa partikular di tempat kerja yang menjadi perhatian ada
padakisaran 0-100 mikron. Hanya debu yang berukuran kurang dari 5 mikron yang
dapat mencapai bagian dalam dari paru-paru atau alveoli. Berbagai faktor
berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau gangguan pada saluran napas akibat
debu. Faktor itu antara lain adalah faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk,
konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, lama paparan. Faktor individual meliputi
mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran napas dan faktor
imunologis.
Kayu, terutama menghirup debu halusnya, dapat memiliki banyak efek pada saluran
pernapasan seperti :
1. Hidung
a) Rhinitis (pilek)
b) Bersin yang keras
c) Hidung tersumbat
d) Hidung berdarah (mimisan)
e) Sangat jarang, kanker hidung (penyakit yang diakui industri yang terkait
dengan menghirup debu kayu keras)
2. Paru-paru
1) Asma
2) Penurunan fungsi paru
3) Yang jarang terjadi adalah alergi alveolitisekstrinsik (penyakit dengan
gejala ‘seperti flu’ yang dapat menyebabkan kerusakan paru-paru
progresif), misalnya ketika menggunakan kayu cedar merah barat, iroko.
Asma menjadi perhatian khusus. Debu kayu yang paling mengiritasi saluran
pernapasan dapat menimbulkan serangan asma pada penderita, meskipun
kontrol yang efektif dari tingkat debu biasanya meningkatlan masalah.
Beberapa debu kayu dapat menyebabkan asma sebagai reaksi alrgi tertentu.
Setelah peka, tubuh akan cepat bereaksi jika terkena, bahkan debu kecil
sekalipun. Tidak seperti iritasi dimana orang bisa bekerja dengan debu
setelah di kontrol di bawah tingkat dimana terjadi iritasi, orang yang menjadi
peka biasanya tidak akan dapat terus bekerja dengan debu, tidak peduli
seberapa rendah paparannya.
Penggunaan teknologi modern sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia kini, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat maka dapat
merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan teknologi modern tidak dapat
dihindarkan terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses
mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Namun
demikian, penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan
berbahaya akan terus meningkat sesuai denan kebutuhan industrialisasi. Hal
tersebut disamping memberikan kemudahan bagi suatu proses produksi,juga akan
menimbulkan efek samping yang akan timbul, seperti bertambahnya jumlah dan
ragam sumber bahaya bagi pengguna teknologi itu sendiri. Selain itu, faktor
lingkungan kerja yang tidak memenuhi standar k3, proses kerja tidak aman dan
sistem kerja yang komplek dan modern dapat menjadi ancaman tersendiri bagi K3
itu sendiri.
Menurut Hidayat (2000) dalam Atmaja, dkk (2007) Debu adalah partikel padat yang
terbentuk dari proses penghancuran, penanganan, grinding, impaksi cepat,
peledakan dan pemecahan material organik dan anorganik seperti batu, bijih metal,
batubara, kayu dan bijih-bijihan. Menurut penelitiannya, mengenai keluhan subjektif
gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh debu meliputi :
1) Batuk (54%),
2) Hidung tersumbat (37,5%),
3) Nyeri tenggorokan (37,5%),
4) Sesak napas (20,8%),
5) Bersin-bersin (62,5%),
6) Nyeri dada (25,0%)
Dan gangguan pernapasan paling banyak diderita oleh tenaga kerja adladh
Batuk Kering dan Berdahak.
Salah satu pekerja sektor informal adalah pekerja mebel kayu. Pekerja mebel kayu
adalah pekerja sektor informalyang menggunakan berbagai jens kayu sebagai
bahan baku utama dalam proses produksinya.pekerja pada kelompok ini merupakan
kelompok kerja yang tergolong pada “Underserved Working Population” dan belum
mendapatkan pelayanan kesehatan kerja seperti yang diharapkan. Hasil survey
yang dilakukan peneliti oleh Organisasi Buruh Internasional (International Labour
Organisation / ILO), menyebutkan sekitar 80% dari 2.068 orang pekerja informal
Indonesia tidak punya jaminan sosial (JamSos) apapun baik jamsos formal maupun
informal yang terpisah dari keluarga.
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi budaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja. Menurut ILO, setiap 15 detik 160 pekerja mengalami kecelakaan akibat
kerja. Setiap hari 6.300 orang meninggal akibat kecelakaan kerja atau penyakit
akibat hubungan pekerjaan dan diperkirakan lebih dari 2,3 juta kematian per tahun.
Lebih dari 337 juta per tahun kecelakaan terjadi pada pekerja pada saat bekerja
sehingga mengakibatkan banyak pekerja yang absen (tidak bekerja). Salah satu
bidang pekerjaan yang perlu mendapat perhatian adalah penyakit akibat kerja pada
pekerjaan mebel kayu. Gangguan pernapasan atau fungsi apru akibat kerja adalah
masalah yang paling umum terjadi di pabrik-pabrik atau industri, terutama dalam
sektor industri semen dan industri pengolahan kayu.
Menurut WHO, diperkirakan bahwa setidaknya 2 juta orang di seluruh dunia secara
rutin terpapar debu kayu saat bekerja. Papapran tertinggi secara umum dilaporkan
pada industri furnitur kayu dan manufaktur, khususnya pada mesin pengamplasan
dan operasi sejenis (dengan kadar debu kayu sering di atas 5mg/m 3).
Setiap orang yang pernah menggergaji papan (kayu) telah terkena paparan debu
kayu. Umumnya, ini dianggap tidak berbahaya dan bahkan banyak orang yang
terkena paparan debu kayu dalam jumlah besar tanpa masalah kesehatan. Namun,
sejumlah masalah kesehatan telah dikaitkan dengan paparan debu kayu. Efek bagi
kesehatan yang paling sering dilaporkan adalah ruam kulit (Dermatitis), iritasi mata
dan pernapasan, masalah alergi pernapasan, kanker hidung dan beberapa jenis
kanker lainnya.
Penyakit paru dan saluran napas masih merupakan masalah kesehatan dunia, baik
di negara-negara berkembang maupun negara-negara maju dengan pola penyakit
berbeda di setiap negara nya. Salah satu pola penyakit paru dengan angka
kesakitan dan kematian cukup tinggi adalah ISPA, termasuk juga di Indonesia.
Secara umum, paparan debu kayu dapat memperburuk fungsi paru, meningkatkan
prevalensi penyakit pernapasan, memperburuk adanya penyakit, insiden kanker
meningkat hingga kematian. Selain itu, kayu mengandung banyak mikroorganisme
(termasuk Fungi), racun dan zat-zat kimia sehingga debu kayu juga secara signifikan
dapat mempengaruhi kesehatan manusia.