DISUSUN OLEH:
2023
1. PENGERTIAN SISTEM PERNAFASAN
B. FARING
Faring adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm. Dinding faring
disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot rangka yang
terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka kontraksi
maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk udara
dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat
bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing).
1) Nasofaring
Terletak di bawah dasar tengkorak, belakang dan atas palatum molle. Pada
bagian ini terdapat dua struktur penting yaitu adanya saluran yang menghubungkan
dengan tuba eustachius dan tuba auditory. Tuba Eustachii bermuara pada
nasofaring dan berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi
membrane timpani. Apabila tidak sama, telinga terasa sakit. Untuk membuka tuba
ini, orang harus menelan. Tuba auditory yang menghubungkan nasofaring dengan
telinga bagian tengah.
2) Orofaring
Merupakan bagian tengah farings antara palatum lunak dan tulang hyodi.
Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus digestif menyilang dimana orofaring
merupakan bagian dari kedua saluran ini. Orofaring terletak di belakang rongga
mulut dan permukaan belakang lidah. Dasar atau pangkal lidah berasal dari
dinding anterior orofaring, bagian orofaring ini memiliki fungsi pada sistem
pernapasan dan sistem pencernaan. Refleks menelan berawal dari orofaring
menimbulkan dua perubahan makanan terdorong masuk ke saluran cerna
(oesophagus) dan secara stimulant, katup menutup laring untuk mencegah
makanan masuk ke dalam saluran pernapasan. Orofaring dipisahkan dari mulut
oleh fauces. Fauces adalah tempat terdapatnya macam-macam tonsila, seperti
tonsila palatina, tonsila faringeal, dan tonsila lingual.
3) Laringofaring
Terletak di belakang larings. Laringofaring merupakan posisi terendah dari farings.
Pada bagian bawah laringofaring sistem respirasi menjadi terpisah dari sitem
digestif. Udara melalui bagian anterior ke dalam larings dan makanan lewat
posterior ke dalam esophagus melalui epiglottis yang fleksibel.
C. LARING
Laring merupakan saluran pernapasan yang terletak antara orofaring dan trakea.
Fungsi dari laring adalah sebagai jalan masuknya udara, membersihkan jalan
masuknya makanan ke esofagus dan sebagai produksi suara.
1) Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan.
2) Glotis : ostium antara pita suara dalam laring.
1) Kartilago tiroid (1 buah) terletak di depan jakun sangat jelas terlihat pada pria
2) Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker
3) Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin
4) Kartilago epiglotis (1 buah).
D. TRAKEA
Trakea merupakan batang tenggorokan lanjutan dari laring, terbentuk oleh 16-20
cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan. Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang
terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Dinding-dinding trakea
tersusun atas sel epitel bersilia yang menghasilkan lendir.
Lendir ini berfungsi untuk penyaringan lanjutan udara yang masuk, menjerat
partikel-partikel debu, serbuk sari dan kontaminan lainnya. Sel silia berdenyut akan
menggerakan mukus sehingga naik ke faring yang dapat ditelan atau dikeluarkan
melalui rongga mulut. Hal ini bertujuan untuk membersihkan saluran pernapasaan.
Trakea terletak di depan saluran esofagus, mengalami percabangan di bagian ujung
menuju ke paru-paru, yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan
disebut karina.
E. BRONKUS
1) Bronkus
a) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri disebut bronkus lobaris kanan (3
lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus).
b) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus
lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental.
c) Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf.
2) Bronkiolus
a) Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus.
b) Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas.
3) Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia).
4) Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori. Bronkiolus
respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan
jalan udara pertukaran gas.
F. PARU PARU
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar berada pada rongga
dada bagian atas, di bagian samping di batasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah
di batasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga dada
atau toraks Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar Setiap paru mempunyai apeks dan basis Paru kanan
lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris Paru kiri lebih kecil
dan terbagi menjadi 2 lobus Lobus-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa
segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.
G. ALVEOLUS
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup. Jumlahnya
200-500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli disokong oleh serat
kolagen, dan elastis halus. Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe I ), sel
alveolar besar ( sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe I) jumlahnya hanya
10% , menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II) jumlahnya 12 %,
menempati 5 % alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa alveolar, bentuknya
lebih tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin, memilki badan
berlamel.
Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar. Surfaktan ini fungsinya
untuk mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi. Jaringan diantara 2 lapis epitel
disebut interstisial. Mengandung serat, sel septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit.
Septa tipis diantara alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar disebut
makrofag alveolar. Pada perokok sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran.
Jumlah sel makrofag melebihi jumlah sel lainnya.
H. Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat elastin,
fibroblas, kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang melekat pada
dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri khas mengandung banyak kapiler dan
pembuluh limfe. Saraf adalah cabang n. frenikus dan n. interkostal.
B. Palpasi
Palpasi dada bertujuan mengkaji kulit pada dinding dada, adanya nyeri tekan,
masssa, kesimetrisan ekspansi paru dengan menggunakan telapak tangan atau jari
7 sehingga dapat merasakan getaran dinding dada dengan meminta pasien
mengucapkan tujuh puluh tujuh secara berulang –ulang .
Getaran yang diraskan disebut : vocal fremetus. Perabaan dilakukan diseluruh
permukaan dada (kiri,kanan depan, belakang) umumnya pemeriksaan ini bersifat
membandingkan bagian mana yang lebih bergetar atau kurang bergetar,adanya
kondisi pendataan paru akan terasa lebih bergetar, adanya kondisi pemadatan paru
akan terasa lebih bergetar seperti pnimonia,keganasan pada pleural effusion atau
pneumathorak akan terasa kurang bergetar.
C. Perkusi
Perkusi dinding thorak dengan cara mengetuk dengan jari tengah, tangan
kanan pada jari tengah tangan kiri yang ditempeklan erat pada dinding dada celah
interkostalis. Perkusi dinding thorak bertujuan untuk mengetahui batas jantung,
paru, serta suara jantung maupun paru.
Suara paru normal yang didapat dengan cara perkusi adalah resonan atau
sonor, seperti dug, dug dug, redup atau kurang resonan suara perkusi terdengar
bleg, bleg, bleg.
Pada kasus terjadnya konsolidasi paru seperti pneumonia, pekak atau datar
terdengar mengetuk paha sendiri seperti kasus adanya cairan rongga pleura,
perkusi hepar dan jantung . hiperesonan/tympani suara perkusi pada daerah
berongga terdapat banyak udara seperti lambung, pneumothorax dan coverna paru
terdengar dang, dang, dang.
1) Batas paru hepar : di ICS 4 sampai ICS ke 6
2) Batas atas kiri jantung ICS 2-3 8
3) Batas atas kanan jantung : ICS 2 linea sternalis kanan
4) Batas kiri bawah jantung line media clavicuralis ICS ke 5 kiri.
D. Auskultasi
Auskultasi paru adalah menedengarkan suara pada dinding thorax
menggunakan stetoskope karena sistematik dari atas ke bawah dan
membandngkan kiri maupun kanan suara yang didengar adalah :
1) Suara napas
a) Vesikuler : suara napas vesikuler terdengar di semua lapang paru yang
normal, bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspiasi.
b) Brancho vesikuler: tedrdengar di daerah percabangan bronchus dan trachea
sekitar sternum dari regio inter scapula maupun ICS 1: 2. Inspirasi sama
panjang dengan ekspirasi.
c) Brochial : terdengar di dzerah trachea dan suprasternal notch bersifat
kasar, nada tinggi, inspirasi lebih pendek, atau ekspirasi.
2) Suara tambahan
Pada pernapasan normal tidak ditemukan suara tambahan, jika ditemukan
suara tambahan indikasi ada kelainan,adapun suara tambahan adalah :
a) Rales/Krakles
Bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket saat saluran halus pernapasan
mengembang dan tidak hilang, suruh pasien batuk, sering ditemui pada
pasien dengan peradangan paru seperti TBC maupun pneumonia.
b) Ronchi Bunyi dengan nada rendah, sangat kasar terdengar baik inspirasi
maupun ekspirasi akibat terkumpulnya secret dalam trachea atau bronchus
sering ditemui pada pasien oedema paru, bronchitis.
c) Wheezing Bunyi musical terdengar “ngii...” yang bisa ditemukan pada fase
ekspirasi maupun ekspirasi akibat udara terjebak pada celah yang sempit
seperti oedema pada brochus.
d) Fleural Friction Rub Suatu bunyi terdengar kering akibat gesekan pleura
yang meradang, bunyi ini biasanya terdengar pada akhir inspirasi atau
awal ekspirasi, suara seperti gosokan amplas.
3. Vocal resonansi
Pemeriksaan mendengarkan dengan stethoscope secara sistematik disemua
lapang guru, membandingkan kanan dan kiri pasien diminta mengucapkan
tujuh puluh tujuh berulang-ulang.
a) Vokal resonan normal terdengar intensitas dan kualitas sama antara kanan
dan kiri.
b) Bronchophoni : terdengar jelas dan lebih keras dibandingkan sisi yang lain
umumnya akibat adanya konsolidasi.
c) Pectorilequy : suara terdengar jauh dan tidak jelas biasanya pada pasien
effusion atau atelektasis.
d) Egopony : suara terdengar bergema seperti hidungnya tersumbat.
6. FREKUENSI PERNAFASAN
Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas disebut
sebagai frekuensi pernapasan. Pada umumnya, frekuensi pernapasan manusia setiap
menitnya sebanyak 15-18 kali. Cepat atau lambatnya frekuensi pernapasan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
A. Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah frekuensi
pernapasannya. Hal ini berhubungan dengan energy yang dibutuhkan.
B. Jenis kelamin
Pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita. Kebutuhan akan oksigen serta produksi karbon
dioksida pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.
C. Suhu tubuh
Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka akan semakin cepat frekuensi
pernapasannya, hal ini berhubungan dengan penigkatan proses metabolisme yang
terjadi dalam tubuh.
D. Posisi atau kedudukan tubuh
Frekuensi pernapasan ketika sedang duduk akan berbeda dibandingkan dengan
ketika sedang berjongkok atatu berdiri. Hal ini berhubungan erat dengan energy
yang dibutuhkan oleh organ tubuh sebagai tumpuan berat tubuh.
E. Aktivitas
Seseorang yang aktivitas fisiknya tinggi seperti olahragawan akan membutuhkan
lebih banyak energi daripada orang yang dia matau santai, oleh karena itu,
frekuensi pernapasan orang tersebut juga lebih tinggi. Gerakan dan frekuensi
pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang terdapat di otak. Selain itu,
frekuensi pernapasan distimulus oleh konsentrasi karbondioksida (CO ₂) dalam
darah.
7. VOLUME UDARA PERNAFASAN
Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc.
Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Walaupun
demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai
3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi
senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital
adalah jumlah udara maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi
paru-parunya secara maksimum.
Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan
menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume
udara pernapasan (kapasitas tidal = ± 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara
yang keluar masuk pare-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa,
inspirasi maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara pernapasan
(expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume = 1500 cc).
Hb4 + O2 4 Hb O2
(oksihemoglobin)
Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2),
perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke
dalam arteri demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam
udara inspirasi.
Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya
104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang
tekanan O2 nya 104 mm hg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 – 40
mm hg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir
lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan di atas 45 mm hg, lebih
tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari jantung, CO2
mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm hg. Dari
arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.
Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga mempengaruhi
pH darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat.
a) Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim
anhidrase (7% dari seluruh CO2).
b) Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin
(23% dari seluruh CO2).
c) Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses
berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai
berikut.
CO2 + H2O Þ H2CO3 Þ H+ + HCO-3
C. Tuberkulosis (TBC)
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman
Mycobacterium tuberkulosis yang bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi
pada hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer. Bakteri ini menyerang paru-paru sehingga pada
bagian dalam alveolus terdapat bintil-bintil. Penyakit ini menyebabkan proses
difusi oksigen yang terganggu karena adanya bintik-bintik kecil pada dinding
alveolus.
D. Infuenza (flu)
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus infuenza. Penyakit ini timbul
dengan gejala bersin-bersin, demam, dan pilek.
E. Pneumonia
Pneumonia atau juga di sebut dengan Radang paru-paru merupakan suatu
penyakit pada paru-paru dimana pulmonary aveolus yang bertangggung jawab
menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-
paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab termasuk oleh infeksi bakteria,
virus, jamur, atau pasilan (parasit). Radang paru-paru dapat disebabkan oleh
bakteri streptococcus dan mycopalsma pneumoniae. Radang paru-paru juga dapat
disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau
sebagai akibat dari penyakit lainnya.Seperti kanker paru-paru atau berlebihan
minum alcohol.
F. Kanker Paru-paru
Penyakit ini merupakan salah satu yang paling berbahaya. Sel-sel kanker pada
paru-paru terus tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini lama kelamaan dapat
menyerang seluruh tubuh. Salah satu pemicu kanker paru-paru adalah kebiasaan
merokok. Merokok dapat memicu terjadinya kanker paru-paru dan kerusakan
paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn C. (2009). Anatomi Fisiologi. (Sri Yuliani Handoyo, penerjemah). Jakarta: PT
Gramedia
Black, Joice M, dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Edisi. 8, Vol. 3. (dr. Joko Mulyanto, M.Sc, penerjemah). Jakarta:
Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi. 2. (Agung Waluyo, penerjemah). Jakarta: EGC
Etiati, S. (2014). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta Pusat: Diponegoro 71