Anda di halaman 1dari 24

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

DISUSUN OLEH:

Windy Nidya Sugiardi Amd. Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER

2023
1. PENGERTIAN SISTEM PERNAFASAN

Pernafasan (Respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung (oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut e`kspirasi.

Sistem respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk


kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalaui peran sistem
respirasi oksigen di ambil dari atmosfir, di transport masuk ke paru-paru dan terjadi
pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan di
difusi masuk kapiler darah untuk di manfaatkan oleh sel dalam proses metabolisme.

2. ANATOMI SISTEM PERNAFASAN


Berikut anatomi sistem pernafasan sebagai berikut :

A. RONGGA HIDUNG (Cavum Nasalis)

Hidung merupakan organ utama saluran pernapasan yang langsung berhubungan


dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya udara melalui
proses pernapasan. Selain itu hidung juga berfungsi untuk mempertahankan dan
menghangatkan udara yang masuk, sebagai filter dalam membersihkan benda asing
yang masuk dan berperan untuk resonansi suara, sebagai tempat reseptor alfaktorius.

Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak


(kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat
juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk
bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang
berfungsi menghangatkan udara yang masuk.

Struktur interior dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi :

1) Menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk


2) Mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau)
3) Modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan bergema.
Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang yang besar
pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung, superior pada rongga mulut)
rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa. Pada hidung di bagian
mukosa terdapat serabut-serabut syaraf atau respektor dari syaraf penciuman disebut
nervus olfaktorius

B. FARING

Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan


makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher.

Faring adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm. Dinding faring
disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot rangka yang
terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka kontraksi
maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk udara
dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat
bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing).

Faring dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Nasofaring
Terletak di bawah dasar tengkorak, belakang dan atas palatum molle. Pada
bagian ini terdapat dua struktur penting yaitu adanya saluran yang menghubungkan
dengan tuba eustachius dan tuba auditory. Tuba Eustachii bermuara pada
nasofaring dan berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi
membrane timpani. Apabila tidak sama, telinga terasa sakit. Untuk membuka tuba
ini, orang harus menelan. Tuba auditory yang menghubungkan nasofaring dengan
telinga bagian tengah.
2) Orofaring
Merupakan bagian tengah farings antara palatum lunak dan tulang hyodi.
Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus digestif menyilang dimana orofaring
merupakan bagian dari kedua saluran ini. Orofaring terletak di belakang rongga
mulut dan permukaan belakang lidah. Dasar atau pangkal lidah berasal dari
dinding anterior orofaring, bagian orofaring ini memiliki fungsi pada sistem
pernapasan dan sistem pencernaan. Refleks menelan berawal dari orofaring
menimbulkan dua perubahan makanan terdorong masuk ke saluran cerna
(oesophagus) dan secara stimulant, katup menutup laring untuk mencegah
makanan masuk ke dalam saluran pernapasan. Orofaring dipisahkan dari mulut
oleh fauces. Fauces adalah tempat terdapatnya macam-macam tonsila, seperti
tonsila palatina, tonsila faringeal, dan tonsila lingual.
3) Laringofaring
Terletak di belakang larings. Laringofaring merupakan posisi terendah dari farings.
Pada bagian bawah laringofaring sistem respirasi menjadi terpisah dari sitem
digestif. Udara melalui bagian anterior ke dalam larings dan makanan lewat
posterior ke dalam esophagus melalui epiglottis yang fleksibel.

C. LARING
Laring merupakan saluran pernapasan yang terletak antara orofaring dan trakea.
Fungsi dari laring adalah sebagai jalan masuknya udara, membersihkan jalan
masuknya makanan ke esofagus dan sebagai produksi suara.

Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :

1) Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan.
2) Glotis : ostium antara pita suara dalam laring.

Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain :

1) Kartilago tiroid (1 buah) terletak di depan jakun sangat jelas terlihat pada pria
2) Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker
3) Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin
4) Kartilago epiglotis (1 buah).

D. TRAKEA

Trakea merupakan batang tenggorokan lanjutan dari laring, terbentuk oleh 16-20
cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan. Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang
terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Dinding-dinding trakea
tersusun atas sel epitel bersilia yang menghasilkan lendir.
Lendir ini berfungsi untuk penyaringan lanjutan udara yang masuk, menjerat
partikel-partikel debu, serbuk sari dan kontaminan lainnya. Sel silia berdenyut akan
menggerakan mukus sehingga naik ke faring yang dapat ditelan atau dikeluarkan
melalui rongga mulut. Hal ini bertujuan untuk membersihkan saluran pernapasaan.
Trakea terletak di depan saluran esofagus, mengalami percabangan di bagian ujung
menuju ke paru-paru, yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan
disebut karina.

E. BRONKUS

Bronkus merupakan cabang dari trakea yang bercabang dua keparu-paru


kanan dan paru-paru kiri. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar diameternya.
Bronkus kiri lebih horizontal, lebih panjang dan lebih sempit.

1) Bronkus
a) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri disebut bronkus lobaris kanan (3
lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus).
b) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus
lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental.
c) Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf.

2) Bronkiolus
a) Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus.
b) Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas.

3) Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia).
4) Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori. Bronkiolus
respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan
jalan udara pertukaran gas.

F. PARU PARU

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar berada pada rongga
dada bagian atas, di bagian samping di batasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah
di batasi oleh diafragma yang berotot kuat.

Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga dada
atau toraks Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar Setiap paru mempunyai apeks dan basis Paru kanan
lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris Paru kiri lebih kecil
dan terbagi menjadi 2 lobus Lobus-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa
segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.

G. ALVEOLUS
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup. Jumlahnya
200-500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli disokong oleh serat
kolagen, dan elastis halus. Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe I ), sel
alveolar besar ( sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe I) jumlahnya hanya
10% , menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II) jumlahnya 12 %,
menempati 5 % alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa alveolar, bentuknya
lebih tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin, memilki badan
berlamel.
Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar. Surfaktan ini fungsinya
untuk mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi. Jaringan diantara 2 lapis epitel
disebut interstisial. Mengandung serat, sel septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit.
Septa tipis diantara alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar disebut
makrofag alveolar. Pada perokok sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran.
Jumlah sel makrofag melebihi jumlah sel lainnya.

H. Pleura

Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat elastin,
fibroblas, kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang melekat pada
dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri khas mengandung banyak kapiler dan
pembuluh limfe. Saraf adalah cabang n. frenikus dan n. interkostal.

3. FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN


A. Pernafasan Paru
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi
pada paru paru. Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernapas,
masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonar. Alveoli memisahkan okigen dari darah, oksigen kemudian menembus
membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung
dipompakan ke seluruh tubuh. Karbondioksida merupakan hasil buangan di dalam
paru yang menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui
pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.
Pernapasan pulmoner (paru) terdiri atas empat proses yaitu:
1) Ventilasi pulmone
gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru
darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari
seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang
tepat, yang bisa dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler.

Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika konsentrasinya


dalam darah merangsang pusat pernapasan pada otak, untuk memperbesar
kecepatan dalam pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran
CO2 lebih banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandunng
oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan, mengambil karbondioksida
untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernapasan eksterna.

B. Pernapasan sel Transpor gas paru-paru dan jaringan


Pergerakan gas O2 mengalir dari alveoli masuk ke dalam jaringan melalui
darah, sedangkan CO2 mengalir dari jaringan ke alveoli. Jumlah kedua gas yang
ditranspor ke jaringan dan dari jaringan secara keseluruhan tidak cukup bila O2
tidak larut dalam darah dan bergabung dengan protein membawa O2
(hemoglobin). Demikian juga CO2 yang larut masuk ke dalam serangkaian reaksi
kimia reversibel (rangkaian perubahan udara) yang mengubah menjadi senyawa
lain. Adanya hemoglobin menaikkan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah
sampai 70 kali dan reaksi CO2 menaikkan kadar CO2 dalam darah mnjadi 17 kali
Pengangkutan oksigen ke jaringan.
Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri dari paru-paru dan sistem
kardiovaskuler. Oksigen masuk ke jaringan bergantung pada jumlahnya yang
masuk ke dalam paru-paru, pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran
darah ke jaringan dan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah. Aliran darah
bergantung pada derajat konsentrasi dalam jaringan dan curah jantung. Jumlah O2
dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, hemoglobin, dan afinitas (daya
tarik) hemoglobin.
Transpor oksigen melalui lima tahap sebagai berikut:
1) Tahap I: oksigen atmosfer masuk ke dalam paru-paru. Pada waktu kita
menarik napas, tekanan parsial oksigen dalam atmosfer 159 mmHg. Dalam
alveoli komposisi udara berbeda dengan komposisi udara atmosfer, tekanan
parsial O2 dalam alveoli 105 mmHg.
2) Tahap II: darah mengalir dari jantung, menuju ke paru-paru untuk mengambil
oksigen yang berada dalam alveoli. Dalam darah ini terdapat oksigen dengan
tekanan parsial 40 mmHg. Karena adanya perbedaan tekanan parsial itu
apabila sampai pada pembuluh kapiler yang berhubungan dengan membran
alveoli maka oksigen yang berada dalam alveoli dapat berdifusi masuk ke
dalam pembuluh kapiler. Setelah terjadi proses difusi tekanan parsial oksigen
dalam pembuluh menjadi 100 mmHg.
3) Tahap III: oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah diedarkan
keseluruh tubuh. Ada dua mekanisme peredaran oksigen yaitu oksigen yang
larut dalam plasma darah yang merupakan bagian terbesar dan sebagian kecil
oksigen yang terikat pada hemoglobin dalam darah. Derajat kejenuhan
hemoglobin dengan O2 bergantung pada tekanan parsial CO2 atau pH. Jumlah
O2 yang diangkut ke jaringan bergantung pada jumlah hemoglobin dalam
darah.
4) Tahap IV: sebelum sampai pada sel yang membutuhkan, oksigen dibawa
melalui cairan interstisial dahulu. Tekanan parsial oksigen dalam cairan
interstisial 20 mmHg. Perbedaan tekanan oksigen dalam pembuluh darah arteri
(100 mmHg) dengan tekanan parsial oksigen dalam cairan interstisial (20
mmHg) menyebabkan terjadinya difusi oksigen yang cepat dari pembuluh
kapiler ke dalam cairan interstisial.
5) Tahap V: tekanan parsial oksigen dalam sel kira-kira antara 0-20 mmHg.
Oksigen dari cairan interstisial berdifusi masuk ke dalam sel. Dalam sel
oksigen ini digunakan untuk reaksi metabolisme yaitu reaksi oksidasi senyawa
yang berasal dari makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) menghasilkan
H2O, CO2 dan energi.
Reaksi hemoglobin dan oksigen. Dinamika reaksi hemoglobin sangat
cocok untuk mengangkut O2. Hemoglobin adalah protein yang terikat pada
rantai polipeptida, dibentuk porfirin dan satu atom besi ferro. Masing-masing
atom besi dapat mengikat secara reversible (perubahan arah) dengan satu
molekul O2. Besi berada dalam bentuk ferro sehingga reaksinya adalah
oksigenasi bukan oksidasi Transpor karbondioksida. Kelarutan CO2 dalam
darah kira-kira 20 kali kelarutan O2 sehingga terdapat lebih banyak CO2 dari
pada O2 dalam larutan sederhana.
CO2 berdifusi dalam sel darah merah dengan cepat mengalami hidrasi
menjadi H2CO2 karena adanya anhydrase (berkurangnya sekresi kerigat)
karbonat berdifusi ke dalam plasma. Penurunan kejenuhan hemoglobin
terhadap O2 bila darah melalui kapiler-kapiler jaringan. Sebagian dari CO2
dalam sel darah merah beraksi dengan gugus amino dari protein, hemoglobin
membentuk senyawa karbamino (senyawa karbondioksida). Besarnya
kenaikan kapasitas darah mengangkut CO2 ditunjukkan oleh selisih antara
garis kelarutan CO2 dan garis kadar total CO2 di antara 49 ml CO2 dalam
darah arterial 2,6 ml dalam senyawa karbamino dan 43,8 ml dalam HCO2.

C. Proses Pernafasan Inspirasi dan Ekspirasi


Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghirupan udara ini
disebut inspirasi dan penghembusannya disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru
terjadi pertukaran zat antara oksigen yang masuk kedalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah secara osmosis. CO2 dikeluarkan melalui traktus
respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler
vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju
ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), di sini terjadi
oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan
melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium
dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui
arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan
epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa
metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui
traktus urogenitalis dan Pernapasan terdiri dari 2 mekanisme yaitu inspirasi
(menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas).
Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur,
berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada
otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang
terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh karena
seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini berarti
bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri.
Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan
kekurangan dalam darah. Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat
rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar. Muskulus interkostalis yang
letaknya miring, setelah mendapat rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga
(kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan
vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan
tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang
dan masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi
cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada
menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau
pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan
paru-paru.

4. MEKANISME PERNAFASAN MANUSIA


Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
A. Pernafasan dada
Pada pernafasan dada otot yang berperan penting adalah otot antar tulang
rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk
luar yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk
dalam yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi
semula. Bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan
terangkat sehingga volume dada bertambah besar. Bertambah besarnya akan
menyebabkan tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga
dada luar. Karena tekanan kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara
mengalir dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses
’inspirasi’. Sedangkan pada proses ekspirasi terjadi apabila kontraksi dari otot
dalam, tulang rusuk kembali ke posisi semula dan menyebabkan tekanan udara
didalam tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam
rongga dada, dan aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut
’ekspirasi’.
B. Pernafasan perut
Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot
dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan
mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga
tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan
mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru- paru
(inspirasi). Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau
dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom.
Pada pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar
bergerak. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada orang-orang muda
dan pada perempuan. Pada pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma
turun naik, maka ini dinamakan pernapasan perut.
Kebanyakan pernapasan perut terdapat pada orang tua, karena tulang
rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat
kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas
2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernafasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam
alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.Masuk
keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara
dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar
rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan
dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar. Sehubungan dengan
organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi)dan pengeluaran udara
(ekspirasi)maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara
bersamaan.
5. PENGKAJIAN SISTEM PERNAFASAN
A. Inspeksi
Dada dikaji tentang postur bentuk, kesimetrisan serta warna kulit, perbandingan
bentuk dada anterior, posterior, dan transversal pada bayi 1 : 1, dewasa 1 : 2
bentuk abnormal pada kondisi tertentu.
1) Pigeon chest: bentuk dada seperti burung diameter transversal sempit, anterior
posterior, membesar atau lebar, tulang sternum menonjol kedepan.
2) Funnel chest : bentuk dada diameter sternum menyempit, anterior posterior
menyempit, transversal melebar.
3) Barrel chest : bentuk dada seperti tong, diameter anterior posterior transversal
memiliki perbandingan 1:1, juga amati kelainan tulang belakang seperti
kifosis, lordosis, dan scoliosis.

Pada pengkajian dada dengan inspeksi juga perhatikan:

1) Frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya bernapas.


2) Sifat bernapas : pernapasan perut atau dada
3) Adakah retraksi dada, jenis : retraksi ringan, sedang, dan berat
4) Ekspansi paru simetris ataukah tidak
5) Irama pernapasan : pernapasan cepat atau pernapasan dalam (pernapasan
kussmoul)
6) Pernapasan biot : pernapasan yang ritme maupun amplitudenya tidak teratur
diselingi periode apnea
7) Cheyne stokes : pernapasan dengan amplitude mula-mula kecil makin lama
makin besar kemudian mengecil lagi diselingi peripde apnea.

B. Palpasi
Palpasi dada bertujuan mengkaji kulit pada dinding dada, adanya nyeri tekan,
masssa, kesimetrisan ekspansi paru dengan menggunakan telapak tangan atau jari
7 sehingga dapat merasakan getaran dinding dada dengan meminta pasien
mengucapkan tujuh puluh tujuh secara berulang –ulang .
Getaran yang diraskan disebut : vocal fremetus. Perabaan dilakukan diseluruh
permukaan dada (kiri,kanan depan, belakang) umumnya pemeriksaan ini bersifat
membandingkan bagian mana yang lebih bergetar atau kurang bergetar,adanya
kondisi pendataan paru akan terasa lebih bergetar, adanya kondisi pemadatan paru
akan terasa lebih bergetar seperti pnimonia,keganasan pada pleural effusion atau
pneumathorak akan terasa kurang bergetar.

C. Perkusi
Perkusi dinding thorak dengan cara mengetuk dengan jari tengah, tangan
kanan pada jari tengah tangan kiri yang ditempeklan erat pada dinding dada celah
interkostalis. Perkusi dinding thorak bertujuan untuk mengetahui batas jantung,
paru, serta suara jantung maupun paru.
Suara paru normal yang didapat dengan cara perkusi adalah resonan atau
sonor, seperti dug, dug dug, redup atau kurang resonan suara perkusi terdengar
bleg, bleg, bleg.
Pada kasus terjadnya konsolidasi paru seperti pneumonia, pekak atau datar
terdengar mengetuk paha sendiri seperti kasus adanya cairan rongga pleura,
perkusi hepar dan jantung . hiperesonan/tympani suara perkusi pada daerah
berongga terdapat banyak udara seperti lambung, pneumothorax dan coverna paru
terdengar dang, dang, dang.
1) Batas paru hepar : di ICS 4 sampai ICS ke 6
2) Batas atas kiri jantung ICS 2-3 8
3) Batas atas kanan jantung : ICS 2 linea sternalis kanan
4) Batas kiri bawah jantung line media clavicuralis ICS ke 5 kiri.

D. Auskultasi
Auskultasi paru adalah menedengarkan suara pada dinding thorax
menggunakan stetoskope karena sistematik dari atas ke bawah dan
membandngkan kiri maupun kanan suara yang didengar adalah :
1) Suara napas
a) Vesikuler : suara napas vesikuler terdengar di semua lapang paru yang
normal, bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspiasi.
b) Brancho vesikuler: tedrdengar di daerah percabangan bronchus dan trachea
sekitar sternum dari regio inter scapula maupun ICS 1: 2. Inspirasi sama
panjang dengan ekspirasi.
c) Brochial : terdengar di dzerah trachea dan suprasternal notch bersifat
kasar, nada tinggi, inspirasi lebih pendek, atau ekspirasi.
2) Suara tambahan
Pada pernapasan normal tidak ditemukan suara tambahan, jika ditemukan
suara tambahan indikasi ada kelainan,adapun suara tambahan adalah :
a) Rales/Krakles
Bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket saat saluran halus pernapasan
mengembang dan tidak hilang, suruh pasien batuk, sering ditemui pada
pasien dengan peradangan paru seperti TBC maupun pneumonia.
b) Ronchi Bunyi dengan nada rendah, sangat kasar terdengar baik inspirasi
maupun ekspirasi akibat terkumpulnya secret dalam trachea atau bronchus
sering ditemui pada pasien oedema paru, bronchitis.
c) Wheezing Bunyi musical terdengar “ngii...” yang bisa ditemukan pada fase
ekspirasi maupun ekspirasi akibat udara terjebak pada celah yang sempit
seperti oedema pada brochus.
d) Fleural Friction Rub Suatu bunyi terdengar kering akibat gesekan pleura
yang meradang, bunyi ini biasanya terdengar pada akhir inspirasi atau
awal ekspirasi, suara seperti gosokan amplas.
3. Vocal resonansi
Pemeriksaan mendengarkan dengan stethoscope secara sistematik disemua
lapang guru, membandingkan kanan dan kiri pasien diminta mengucapkan
tujuh puluh tujuh berulang-ulang.
a) Vokal resonan normal terdengar intensitas dan kualitas sama antara kanan
dan kiri.
b) Bronchophoni : terdengar jelas dan lebih keras dibandingkan sisi yang lain
umumnya akibat adanya konsolidasi.
c) Pectorilequy : suara terdengar jauh dan tidak jelas biasanya pada pasien
effusion atau atelektasis.
d) Egopony : suara terdengar bergema seperti hidungnya tersumbat.

6. FREKUENSI PERNAFASAN
Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas disebut
sebagai frekuensi pernapasan. Pada umumnya, frekuensi pernapasan manusia setiap
menitnya sebanyak 15-18 kali. Cepat atau lambatnya frekuensi pernapasan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
A. Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah frekuensi
pernapasannya. Hal ini berhubungan dengan energy yang dibutuhkan.
B. Jenis kelamin
Pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita. Kebutuhan akan oksigen serta produksi karbon
dioksida pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.
C. Suhu tubuh
Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka akan semakin cepat frekuensi
pernapasannya, hal ini berhubungan dengan penigkatan proses metabolisme yang
terjadi dalam tubuh.
D. Posisi atau kedudukan tubuh
Frekuensi pernapasan ketika sedang duduk akan berbeda dibandingkan dengan
ketika sedang berjongkok atatu berdiri. Hal ini berhubungan erat dengan energy
yang dibutuhkan oleh organ tubuh sebagai tumpuan berat tubuh.
E. Aktivitas
Seseorang yang aktivitas fisiknya tinggi seperti olahragawan akan membutuhkan
lebih banyak energi daripada orang yang dia matau santai, oleh karena itu,
frekuensi pernapasan orang tersebut juga lebih tinggi. Gerakan dan frekuensi
pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang terdapat di otak. Selain itu,
frekuensi pernapasan distimulus oleh konsentrasi karbondioksida (CO ₂) dalam
darah.
7. VOLUME UDARA PERNAFASAN

Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc.
Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Walaupun
demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai
3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi
senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital
adalah jumlah udara maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi
paru-parunya secara maksimum.

Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan
menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume
udara pernapasan (kapasitas tidal = ± 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara
yang keluar masuk pare-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa,
inspirasi maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara pernapasan
(expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume = 1500 cc).

8. ENERGI DAN PERNAFASAN


Energi yang dihasilkan oleh proses pernapasan akan digunakan untuk
membentu kmolekul berenergi, yaitu ATP (Adenosin Tri Phospate). Selanjutnya,
molekul ATP akan disimpan dalam sel dan merupakan sumber energy utama untuk
aktivitas tubuh. ATP berasal dari perombakan senyawa organik seperti karbohidrat,
protein dan lemak. Gula(glukosa) dari pemecahan karbohidrat dalam tubuh diubah
terlebih dahulu menjadi senyawa fosfat yang dikatalisis oleh bantuan enzim
glukokinase. Selanjutnya senyawa fosfat diubah menjadi asam piruvat dan akhirnya
dibebaskan dalam bentuk H₂O dan CO₂ sebagai hasil samping oksidasi tersebut.
Proses respirasi sel dari bahan glukosa secaragaris besar, meliputi tiga tahapan, yaitu
proses glikosis, siklus Krebs, dan transfer elektron.Pada pekerja berat atau para atlit
yang beraktivitas tinggi, pembentukan energy dapat dilakukan secara anaerobic. Hal
ini disebabkan bila tubuh kekurangan suplai oksigen makaakan terjadi proses
perombakan asam piruvat menjadi asam laktat yang akan membentuk2 mol ATP.
9. PERTUKARAN O2 DAN CO2 DALAM PERNAFASAN
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada
kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh,
serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan.
Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan oksigen
dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang memiliki ukuran tubuh lebih
besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih banyak. Selanjutnya, seseorang
yang memiliki kebiasaan memakan lebih banyak daging akan membutuhkan lebih
banyak oksigen daripada seorang vegetarian.
Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari
(24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan
volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat
konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya
konsentrasi hemoglobin darah berkurang.
Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang
menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna
darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.
Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh
senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa
protein. Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihat-kan
menurut persamaan reaksi bolak-balik berikut ini :

Hb4 + O2 4 Hb O2

(oksihemoglobin)

Berwarna merah jernih

Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2),
perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke
dalam arteri demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam
udara inspirasi.

Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg,


sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen di
lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri
yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara
difusi.

Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya
104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang
tekanan O2 nya 104 mm hg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 – 40
mm hg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir
lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan di atas 45 mm hg, lebih
tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari jantung, CO2
mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm hg. Dari
arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.

Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen


pada jaringan? Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg dapat
mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada
sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan
hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah.

Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung


menurut reaksi kimia berikut:

C02 + H20 Þ (karbonat anhidrase) H2CO3

Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga mempengaruhi
pH darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat.

Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni


sebagai berikut.

a) Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim
anhidrase (7% dari seluruh CO2).
b) Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin
(23% dari seluruh CO2).
c) Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses
berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai
berikut.
CO2 + H2O Þ H2CO3 Þ H+ + HCO-3

Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya


gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat
disebabkan karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam
basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis.

10. GANGGUAN PADA SISTEM RESPIRASI


Sistem pernapasan manusia yang terdiri atas beberapa organ dapat mengalami
gangguan. Gangguan ini biasanya berupa kelainan atau penyakit. Penyakit atau
kelainan yang menyerang sistem pernapasan ini dapat menyebabkannya proses
pernapasan. Berikut adalah beberapa contoh gangguan pada system pernapasan
manusia.
A. Emfisema
Merupakan penyakit pada paru-paru. Paru-paru mengalami pembengkakan karena
pembuluh darahnya kemasukan udara.
B. Asma
Merupakan kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan oleh
alergi, seperti debu, bulu, ataupun rambut. Kelainan ini dapat diturunkan.
Kelainan ini juga dapat kambuh jika suhu lingkungan.

C. Tuberkulosis (TBC)
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman
Mycobacterium tuberkulosis yang bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi
pada hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer. Bakteri ini menyerang paru-paru sehingga pada
bagian dalam alveolus terdapat bintil-bintil. Penyakit ini menyebabkan proses
difusi oksigen yang terganggu karena adanya bintik-bintik kecil pada dinding
alveolus.
D. Infuenza (flu)
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus infuenza. Penyakit ini timbul
dengan gejala bersin-bersin, demam, dan pilek.
E. Pneumonia
Pneumonia atau juga di sebut dengan Radang paru-paru merupakan suatu
penyakit pada paru-paru dimana pulmonary aveolus yang bertangggung jawab
menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-
paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab termasuk oleh infeksi bakteria,
virus, jamur, atau pasilan (parasit). Radang paru-paru dapat disebabkan oleh
bakteri streptococcus dan mycopalsma pneumoniae. Radang paru-paru juga dapat
disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau
sebagai akibat dari penyakit lainnya.Seperti kanker paru-paru atau berlebihan
minum alcohol.
F. Kanker Paru-paru
Penyakit ini merupakan salah satu yang paling berbahaya. Sel-sel kanker pada
paru-paru terus tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini lama kelamaan dapat
menyerang seluruh tubuh. Salah satu pemicu kanker paru-paru adalah kebiasaan
merokok. Merokok dapat memicu terjadinya kanker paru-paru dan kerusakan
paru-paru.

11. Pemeriksaan Diagnostik


A. Pemeriksaan darah di laboratorium.
B. Pengambilan sampel dahak untuk diperiksa di laboratorium.
C. Pencitraan dengan x-ray atau CT scan untuk menilai kondisi paru-paru.

DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. (2009). Anatomi Fisiologi. (Sri Yuliani Handoyo, penerjemah). Jakarta: PT
Gramedia

Black, Joice M, dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Edisi. 8, Vol. 3. (dr. Joko Mulyanto, M.Sc, penerjemah). Jakarta:
Salemba Medika

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi. 2. (Agung Waluyo, penerjemah). Jakarta: EGC

Etiati, S. (2014). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta Pusat: Diponegoro 71

Anda mungkin juga menyukai