Anda di halaman 1dari 19

KEBUTUHAN OKSIGENASI

SMK KESEHATAN HAR-KAUSYAR


Ns. YULIANTIKA,S.Kep
A. Pengertian
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Otak masih mampu
mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen
berlangsung lebih dari 5 menit, maka terjadi kerusakan sel otak secara permanen.. Selain itu
oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel.
Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang
merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal.
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan
saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi
oksigen meningkat dalam tubuh. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2)
lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh.
B. Tujuan pemberian oksigenasi
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen
dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada, dan cara penghisapan lendir
(suction). Tujuan :
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi, kardiovaskuler,
dan keadaan hematologi.
C. Anatomi Sistem Pernapasan
1. Saluran Nafas Atas
a. Hidung
 Terdiri atas bagian eksternal dan internal
 Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
 Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut
septum
 Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
 Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir
secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
 Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
 Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
 Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghirup) karena reseptor
olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalandengan
pertambahan usia.
b. Faring
 Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring
 Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan
laring (laringofaring)
 Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif
c. Laring
 Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea
 Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
1) Epiglotis Adalah daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring
selama menelan
2) Glotis adalah ostium antara pita suara dalam laring
3) Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adam's apple)
4) Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring
(terletak di bawah kartilago tiroid)
5) Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago
tiroid
6) Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan
bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)
 Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
 Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batu
d. Trakea
 Disebut juga batang tenggorok
 Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
2. Saluran Nafas Bawah
a Bronkus
 Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
 Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
 Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus
lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
 Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental
yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
b Bronkiolus
 Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
 Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
c Bronkiolus Terminalis
 Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)
d. Bronkiolus respiratori
 Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
 Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas
konduksi dan jalan udara pertukaran gas
e. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
 Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar
 Dan kemudian menjadi alveoli
f. Alveoli
 Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
 Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas
70 m2
 Terdiri atas 3 tipe :
1) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
2) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps)
3) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis
dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
g. Paru-paru
 Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
 Terletak dalam rongga dada atau toraks
 Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar
 Setiap paru mempunyai apeks dan basis
 Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
 Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
 Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronkusnya
h. Pleura
 Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
 Terbagi mejadi 2 :
4) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
5) Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
 Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan,
juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
 Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
D. Fisiologi Sistem Pernapasan
Bernafas/pernapasan merupakan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen,
dinding abdomen, dan pusat pernapasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi
pernapasan antara 12-15 kali per menit. Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi
yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara
atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume
paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi
yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler
paru-paru. Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi
lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding
alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat
rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen
antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
b. Luas permukaan paru
c. Tebal membran respirasi
d. Jumlah darah
e. Keadaan/jumlah kapiler dara
f. Afinitas
g. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor
yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya
karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-
paru ke jaringan dan karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke
paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel
darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 %
ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)
e. Keadaan pembuluh darah
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi,
kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.
a. Sistem Respirasi
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah
pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi
abdomen, dinding abdomen dan pusat pernapasan di otak. Bernafas adalah
pergerakan udara dari atmosfer ke sel tubuh dan pengeluaran CO2 dari sel tubuh
sampai ke luar tubuh. Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi,
perfusi paru dan difusi.
b. Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung
untuk memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari
vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup
aorta. Kemudian dari aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui
arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian
dialirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam
ventrikel kanan melalui katup pulmonalis untuk kemudian dialirkan ke paru-paru
kanan dan kiri untuk berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke
atrium kiri dan bersikulasi secara sistemik berdampak pada kemampuan transport
gas oksigen dan karbon dioksida.
c. Hematologi
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksia
dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang
telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3 % oksigen larut dalam plasma. Setiap
sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat
molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigenasi
membentuk oksihemoglobin (HbO2). Afinitas atau ikatan Hb dengan O2 dipengaruhi
oleh suhu, ph, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah. Dengan demikian
besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan memengaruhi transport gas.
E. Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigen.
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
bagian atas.
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan
lain-lain.
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang
buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi
lemak menimbulkan arterioklerosis.
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
coroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi
pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dan permukaan laut.
Perubahan-perubahan fungsi jantung yang memengaruhi kebutuhan oksigenasi :
1. Gangguan kondiksi seperti distritmia (takikardia/bradikardia).
2. Perubahan cardiac output, menurunnya cardiac output seoerti pada pasien dekom
menimbulkan hipoksia jaringan.
3. Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah yang
mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.
4. Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari arteri
koroner ke miokardium.
F. Perubahan Fungsi pernapasan
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
a. Kecemasan
b. Infeksi/sepsis
c. Keracunan obat-obatan
d. Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolic.
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada
(chest pain), menurunkan konsentrasi, disorientasi , tinnitus.
2. Hipoventilasi
Hivoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi
pada keadaan atelektasis (kolaps paru). Tanda-tanda dan gejala pada keadaan
hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritmia,
ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi
atau meningkatkan penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh
:
a. Menurunnya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida.
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok
f. Kerusakan/gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan
clubbing.
G. Gangguan Oksigenasi
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya
gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologi dari organ-
organ respirasi. Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh karena
peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif, dan lain-lain. Gangguan tersebu akan 
menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis
besar, gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga. Yaitu:
1. Gangguan irama/frekuensi pernapasan
a. Gangguan irama pernafasan antara lain :
 Pernafasan 'cheyne-stokes' yaitu siklus pernafasan yang amplitudonya mula-
mula dangkal, makin naik kemudian makin menurun dan berhenti. Lalu
pernafasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernafasan ini biasanya
terjadi pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial,
overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis pernafasan ini terutama terdapat
pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki diatas permukaan laut dan pada
bayi saat tidur.
 Pernafasan 'biot' yaitu pernafasan yang mirip dengan pernafasan cheyne-
stokes, tetapi amplitudonya    rata dan disertai apnea, keadaan pernafasan ini
kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
 Pernafasan 'kussmaul' yaitu pernafasan yang jumlah dan kedalaman
meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernafasan ini dapat ditemukan
pada klien dengan asidosis metabolik dan gagal ginjal.
b. Gangguan frekuensi pernafasan
 Takipnea/ hipernea, yaitu frekuensi pernafasan yang jumlah nya meningkat
diatas frekuensi pernafasan normal.
 Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernafasan yang
jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernafasan normal .
2. Insufisiensi pernafasan
a Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
b Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus
c Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru.
d Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru
kejaringan.
3. Hipoksia.
Hipoksia adalah kekuranga oksigen dijaringan, istilah ini lebih tepat daripada
anoksia. Sebab jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia
dapat dibagi kedalam kelompok yaitu :
a. Hipoksemia
b. Hipoksia hipokinetik (stagnant anoksia/anoksia bendunga)
c. Overventilasi hipoksia
d. Hipoksia histotoksik
H. Masalah Keperawatan Berkaitan dengan Kebutuhan Oksigen
Masalah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan kebutuhan oksigen ini, antara
lain :
1. Tidak Efektifnya Jalan Napas
Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih,
misalnya karna adanya  sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan napas oleh
karena spasme bronkus, dan lain lain.
2. Tidak efektifnya Pola Napas
Tidak efektifnya pola napas ini merupakan suatu kondisi dimana pola napas, yaitu
inspirasi dan ekspirasi, menunjukkan tidak normal. Penyebab biasanya karena kelemahan
neuromuskular, adanya sumbatan ditrakeobronkhinal, kecemasan dan lain lain.
3. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan
antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran
gas antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena perubahan membran alveoli,
kondisi anemia, proses penyakit, dan lain-lain
4. Penurunan perfusi jaringan
Penurunan perfusi jaringan adalah suatu keadaan dimana sel kekurangan suplai nutrisi
dan oksigen. Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipovelemia, hipervolemia,
retensi karbon diogsida.
5. Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan untuk melakukan aktivirtasnya. Penyebabnya antara lain karena ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, produksi yang dihasilkan menurun, dan
lain-lain
6. Perubahan pola tidur
Gangguan kebutuhan oksigen  dapat mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan
bernafas (sesak nafas) menyebabkan seseorang tidak bisa tidur. Perubahan pola tidur juga
dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang dideritanya
7. Resiko terjadinya iskemik otak
Gangguan oksigenasi mengakibatkan suplai darah keotak berkurang. Hal tersebut
disebabkan oleh cardiac output yangmenurun, aliran darah keotak berkurang, gangguan
perfusi jaringan otak, dan lain-lain. Akibatnya, otak kekurangan oksigen  sehingga
beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.
I. Pemeriksaan Fungsi Paru Dengan Alat Spirometri
Respirasi (Pernapasan atau ventilasi) sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi.
Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut
kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran
normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan kapasitas paru diukur
dengan alat berupa spirometer atau spirometri, sedang hasil rekamannya disebut dengan
spirogram. Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi
sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat
bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari
volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong
alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas. Sedang sisanya sebanyak 30%
(150 ml) menetap di ruang rugi (anatomic dead space).
Volume total udara yang ditukarkan dalam satu menit disebut dengan minute volume
of respiration (MVR) atau juga biasa disebut menit vantilasi. MVR ini didapatkan dari hasil
kali antara volume tidal dan frekuensi pernapasan normal permenit. Rata-rata MVR dari 500
ml volume tidal sebanyak 12 kali pernapasan permenit adalah 6000 ml/menit.
Volume pernapasan yang melebihi volume tidal 500 ml dapat diperoleh dengan mengambil
nafas lebih dalam lagi. Penambahan udara ini biasa disebut volume cadangan inspirasi
(Inspiratory reserve volume) sebesar 3100 ml dari volume tidal sebelumnya, sehingga
volume tidal totalnya sebesar 3600 ml.
Meskipun paru dalam keadaan kosong setelah fase ekspirasi maksimal, akan tetapi
sesungguhnya paru-paru masih memiliki udara sisa yang disebut dengan volume residu
yang mempertahankan paru-paru dari keadaan kollaps, besarnya volume residu sekitar 1200
ml. Berikut cara pemeriksaan vital paru dengan alat spirometri :
1. Siapkan alat spirometri
2. Nyalakan alat terlebih dahulu dengan memencet tombol ON. Masukkan data seperti
umur, Seks , TB , BB .
3. Kemudian masukkan mouthpiece yang ada dalam alat spirometri kedalam mulutnya dan
tutuplah hidung dengan penjepit hidung.
4. Untuk mengatur pernapasan, bernapaslah terlebih dahulu dengan tenang sebelum
melakukan pemeriksaan.
5. Tekan tombol start jika sudah siap untuk memulai pengukuran.
6. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi
maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan dengan benar maka akan keluar data dan
kurva pada layar monitor spirometri.
7. Kemudian ulangi pengukuran dengan melanjutkan inspirasi dalam dan ekspirasi
maksimal.
8. Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva kemudian dilanjutkan
dengan mencetak hasil rekaman (tekan tombol print pada alat spirometri
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat
pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit Yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak,
eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada
bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga
kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
1) Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
2) Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter
tranversal (1:1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior
dan tranversal adalah (1 : 2)
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :
a. Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal
sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol
ke depan.
b. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan
dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter
antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya :
a. Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke
belakang.
b. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk
cekung.
c. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
3) Pola napas
a. eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien
tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya,
b. tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt,
atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16
x/mnt
c. apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
4) Kaji volume pernapasan
a. hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang
ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
b. hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai
dengan pernapasan yang lambat.
5) Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan
perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
6) Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler,
a. cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea.
b. kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot
yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan
diselingi periode apnea.
7) Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas
yang dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu
kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri
8) Perlu juga dikaji bunyi napas
a. stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas
bagian atas
b. stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi
c. wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,
d. rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat
inspirasi
e. ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat
ekspirasi.
9) Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami
a. batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,
b. non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
c. hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
10) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji  heart rate/denyut nadi
a. takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
b. bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.Juga perlu dikaji
tekanan darah
c. hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
d. hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
11) Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah
a. anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang
b. hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah
kurang
c. hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat
kelainan internal atau eksternal
d. cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit
akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb
e. clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan
oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus. Taktil vremitus adalah vibrasi yang
dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama seseorang berbicara.
Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena
bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien

1. Bersihan jalan napas tidak efektif


Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
 Bunyi napas yang abnormal
 Batuk produktif atau non produktif
 Cianosis
 Dispnea
 Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
 Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
 Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
 Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
 Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
 Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
 Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di
expektoran
 Immobilisasi
 Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
2. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak
adekuat. Tanda-tandanya :
 Dispnea
 Peningkatan kecepatan pernapasan
 Napas dangkal atau lambat
 Retraksi dada
 Pembesaran jari (clubbing finger)
 Pernapasan melalui mulut
 Penambahan diameter antero-posterior
 Cianosis, flail chest, ortopnea
 Vomitus
 Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab :
 Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
 Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat
anasthesi
 Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps
paru
 CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
 Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
 Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme
bronchial atau oedema
 Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
3. Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan
alkalosis respiratori. Tanda-tandanya :
 Dispnea,
 Abnormal gas darah arteri
 Hipoksia
 Gelisah
 Takikardia
 Sianosis
 Hipoksemia
 Tingkat kedalaman irama pernafasan abnormal
Kemungkinan penyebab :
 Penumpukan cairan dalam paru
 Gangguan pasokan oksigen
 Obstruksi saluran pernapasan
 Bronkhospasme
 Edema paru
 Pembedahan paru
C. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Intervensi:
a. Auskultasi dada bagian anterior dan posterior
Rasional : untuk mengetahui adanya penurunan atau  tidaknya ventilasi dan bunyi
tambahan.
b. Lakukan pengisapan jalan napas bila diperlukan
Rasional : Merangsang terjadinya batuk atau pembersihan jalan napas secara
mekanik pada pasien yang tak mampu batuk secara efektif dan penurunan
kesadaran
c. Pertahankan kaedekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi.
Rasional : memobilisasi keluarnya sputum
d. Instruksikan untuk batuk efektif & teknis napas dalam untuk memudahkan
keluarnya sekresi.
Rasional : memudahkan ekspansi maksimal paru atau jalan napas lebih kecil dan
membantu silia untuk mempermudah jalan napas
e. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator, analgesik
Rasional : Untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.
f. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi :mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator.
Rasional : untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret
g. Kolaborasi dengan bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain
mis : spiromerti iasentif, perkusi, drainase postural.
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan secret.

2. Pola napas tidak efektif


a. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi semi fowler
Rasional : Merangsang fungsi pernapasan atau ekspansi paru
b. Bantu klien untuk melakukan batuk efektif & napas dalam
Rasional : Meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas, sehingga mudah
untuk dikeluarkan
c. Berikan tambahan oksigen masker/ oksigen nasal sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi.
d. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian ekspektoran
Rasional : Membantu mengencerkan secret, sehingga mudah untuk dikeluarkan
3. Gangguan pertukaran gas
a. Berikan O2  sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar dan dapat memperbaiki
hipoksemia jaringan
b. Pantau GDA Pasien
Rasional : Nilai GDA yang normal menandakan pertukaran gas semakin membaik
c. Pantau pernapasan
Rasional : Untuk evaluasi distress pernapasan

Beberapa Metode pemenuhan kebutuhan oksigen


1. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-paru
melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat
melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan :
a. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
b. Nasal kateter, kanula, atau masker
c. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c. Cek flowmeter dan humidifier
d. Hidupkan tabung oksigen
e. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.
f. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
g. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan
lubrikan dan masukkan.
h. Catat pemberian dan lakukan observasi.
i. Cuci tangan
2. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri atas perkusi,
vibrasi dan postural drainage.
a. Perkusi
Disebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya, pada
dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.
Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding
bronkhus. Prosedur:
1) Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk
mengurangi ketidaknyamanan.
2) Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
3) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
4) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah cedera
seperti : mammae, sternum dan ginjal.
b. Vibrasi
Getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan
datar pada dinding dada klien. Tujuannya, vibrasi digunakan setelah perkusi untuk
meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Sering
dilakukan bergantian dengan perkusi. Prosedur:
1) Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang
akan di drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel
bersama dan ekstensi. Cara yang lain: tangan bisa diletakkan secara bersebelahan
2) Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan napas
secara lambat lewat mulut atau pursed lips.
3) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan
hampir semua tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh bawah. Hentikan
getaran jika klien melakukan inspirasi.
4) Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam tempat
sputum.
c. Postural drainage
Merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen
paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik utnuk
melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur
pada malam hari. Postural drainage harus lebih sering dilakukan apabila lendir klien
berubah warnanya menjadi kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:
1) Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi
2) Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
3) Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum melakukan
postural drainage
4) Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lendir.
Peralatan:
1) Bantal
2) Papan pengatur posisi
3) Tisu wajah
4) Segelas air
5) Sputum pol
Prosedur:
1) cuci tangan
2) pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian semua
area paru, data klinis dan chest X-ray.
3) Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
4) Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
5) Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan vibrasi dada
diatas area yang di drainage
6) Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila tidak bisa
batuk, lakukan suction. Tampung sputum di sputum spot.
7) Minta klien istirahat sebentar bila perlu
8) Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
9) Anjurkan klien minum sedikit air.
10) Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
11) Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
12) Cuci tangan
13) Dokumentasikan
3. Napas dalam dan batuk efektif
a. Napas dalam
Yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari atas pernapasan abdominal (diafragma) dan
purse lips breathing. Prosedur:
1) Atur posisi yang nyaman
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga
4) Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung samapi selama
inspirasi
5) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips braething) secara perlahan-
lahan
b. Batuk efektif
Yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
Prosedur:
1) Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik
2) Batukkan 2 kali. Pada saat batuk tekan dada dengan bantal. Tampung sekret pada
sputum pot.
3) Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat menyebabkan
fatigue dan hipoksia.
4. Suctioning (pengisapan lendir)
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi. Persiapan Alat dan Bahan :
a. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
b. Kateter pengisap lender
c. Pinset steril
d. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
e. Kasa steril
f. Kertas tisu
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
c. Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
d. Gunakan sarung tangan
e. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
f. Hidupkan mesin penghisap
g. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam kom berisi
akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
h. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
i. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
j. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
k. Lakukan hingga lendir bersih
l. Catat respon yang terjadi
m. Cuci tangan

Anda mungkin juga menyukai