Disusun oleh :
Amalia Sholiha
P27906120003
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
5. Patofosiologi
Menurut Muttaqin,(2012) :
Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan nafas
dan mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini kelenjar-
kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya,
fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan serta terjadi
batuk, batuk dapat menetap selama kurang lebih 3 bulan berturut-turut.
Sebagai akibatnya bronkhiolus menjadi menyempit, berkelok-kelok dan
berobliterasi serta tersumbat karena metaplasia sel goblet dan berkurangnya
elastisitas paru Alveoli yang berdekatan dengan bronkhiolus dapat menjadi
rusak dan membentuk fibrosis mengakibatkan fungsi makrofag alveolar
yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk
bakteri, pasien kemudian menjadi rentan terkena infeksi, Infeksi merusak
dinding bronchial menyebabkan kehilangan struktur pendukungnya dan
menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat bronki.
Dinding bronkhial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat.
Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi tersebut menyebabkan alveoli yang
ada di sebelah distal menjadi kolaps.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pengukuran Fungsi Paru
1) Kapasitas inspirasi menurun.
2) Volume residu : meningkat pada emfisema, bronkhitis, dan asma.
3) FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif penyakit paru
obstruktif kronik.
4) FVC awal normal : menurun pada bronkhitis dan asma.
5) TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada
emfisema).
b. Analisa Gas Darah
PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada asma. Nilai
pH normal, asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) meningkat pada polisetimia
sekunder.
2) Jumlah darah merah meningkat.
3) Eosinofil dan total IgE serum meningkat.
4) Pulse oksimetri : SaO2 oksigenasi menurun.
5) Elektrolit menurun karena pemakaian obat diuretik.
d. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan gram kuman / kultur adanya infeksi campuran. Kuman
patogen yang biasa ditemukan adalah streptococcus pneumoniae,
hemophylus influenzae, dan moraxella catarrhalis
e. Pemeriksaan Radiologi Thoraks Foto (AP dan lateral)
Menunjukan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung, dan
bendungan area paru. Pada emfisema paru didapatkan diagpragma
dengan letak yang rendah dan mendatar, ruang udara retrosternal
˃ntung, (foto lateral), jantu memanjang dan menyempit.
f. Pemeriksaan Bronkhogram
Menunjukan di latasi bronkus kolap bronkhiale pada ekspirasi kuat.
g. EKG
h. Kelainan EKG yang paling awal terjadi adalah rotasi clock wise
jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal, terdapat deviasi aksis ke
kanan dan P-pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS
rendah. Di V1 rasio R/S lebi dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S kurang dari
1. Sering terdapat RBBB inkomplet (Arif Mutaqin, 2009).
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan pada PPOK dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Tujuan terapi
tersebut adalah mengurangi gejala, mencegah progresivitas penyakit,
mencegah dan mengatasi ekserbasasi dan komplikasi, menaikkan
keadaan fisik dan psikologis pasien, meningkatkan kualitas hidup dan
mengurangi angka kematian.
Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan cara
menghentikan kebiasaan merokok, meningkatkan toleransi paru
dengan olahraga dan latihan pernapasan serta memperbaiki nutrisi.
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangkan panjang
pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada
asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang bersifat irreversible
dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan
aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan penyakit.
b. Medis
1) Memelihara kepatenan jalan napas dengan menurunkan spasme
bronkhus dan membersihkan sekret yang berlebihan.
2) Memelihara keefektifan pertukaran gas.
3) Mencegah dan mengobati insfeksi saluran pernapasan.
4) Meningkatkan toleransi latihan.
5) Mencegah adanya komplikasi (gagal napas akut dan status
asmitikus).
6) Mencegah alergen / iritasi jalan napas.
7) Membebaskan adanya kecemasan dan mengobati depresi yang
sering menyertai adanya obstruksi jalan napas kronis.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :
a. Gagal napas
1) Gagal napas kronik : Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan
Pco2 > 60 mmHg, dan pH normal, penatalaksanaan :
a) Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2.
b) Bronkodilator adekuat.
c) Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau
waktu tidur.
d) Antioksidan
e) Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing.
2) Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh :
a) Sesak napas dengan atau tanpa sianosis.
b) Sputum bertambah dan purulen.
c) Demam
d) Kesadaran menurun.
b. Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan
terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang.
Pada kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai dengan
menurunnya kadar limposit darah.
c. Kor pulmonal
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai
gagal jantung kanan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas (D.0149)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi (D.0003)
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas :
kelemahan otot pernapasan (D.0005)
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan (D.0019)
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)
f. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer : penurunan kerja siliaris (D.0142)
g. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian (D.0080)
3. Intervensi Keperawatan
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronchodilator, ekpektoran,
mukolitik, jika perlu
2 Gangguan pertukaran gas Pertukaran Gas (L.01003) Terapi Oksigen (I.01026)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
ketidakseimbangan keperawatan dalam waktu 3x24 jam - Monitor kecepatan aliran oksigen
ventilasi-perfusi (D.0003) diharapkan oksigenasi dan atau - Monitor posisi alat terapi oksigen
eliminasi karbondiaoksida oada - Monitor aliran oksigen secara
membrane alveolus-kapiler dalam periodic dan pastikan fraksi yang
batas normal dengan kriteria hasil : diberikan cukup
- Bunyi napas tambahan menurun - Monitor efektifitas terapi oksigen
(5) (mis. Oksimetri, AGD), jika perlu
- Napas cuping hidung menurun - Monitor kemampuan melepaskan
(5) oksigen saat makanan
- Pola napas membaik (5) - Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- PCO2 membaik (5) - Monitor tanda dan gejala
- PO2 membaik (5) toksikasi oksigen dan atelectasis
- pH arteri membaik (5) - Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
- Bersihkan secret pada mulut,
hidung dan trakea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan
napas
- Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen diruma
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan atau tidur
3 Pola napas tidak efektif Pola Napas (L.01004) Pemantauan Respirasi (I.01014)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
hambatan upaya napas : keperawatan dalam waktu 3x24 jam - Monitor frekuensi irama,
kelemahan otot pernapasan diharapkan pola napas membaik kedalaman dan upaya napas
(D.0005) dengan kriteria hasil : - Monitor pola napas (seperti
- Penggunaan otot bantu bradipnea, takipnea,
pernapasan menurun (5) hiperventilasi, kussmaul, chayne-
- Pernapasan cuping hidung stokes, biot, ataksik)
menurun (5) - Monitor kemampuan batuk efektif
- Frekuensi napas membaik (5) - Monitor adanya produksi sputum
- Kedalaman napas membaik (5) - Monitor adanya sumbatan jalan
napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan
respirrasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
4 Defisit nutrisi berhubungan (L.03030) Status Nutrisi (I. 03119) Manajemen nutrisi
dengan ketidakmampuan Setelah dilakukan intervensi selama - Identifikasi perlunya
menelan makanan 3 x 24 jam, diharapkan keadekuatan penggunaan selang NGT
(D.0019) asupan nutrisi untuk memenuhi - Monitor asupan makanan
kebutuhan metabolisme membaik. - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Dengan kriteria hasil: menentukan jumlah kalori dan
- Porsi makanan yang dihabiskan jenis nutrisi yang dibutuhkan
4 (cukup meningkat)
- berat badan 4 (cukup membaik) (I. 03123) Pemantauan nutrisi
- indeks massa tubuh 4 (cukup - Monitor mual dan muntah
membaik) - Timbang BB
- frekuensi makan 4 (cukup
membaik)
- nafsu makan 4 (cukup membaik)
- membran mukosa 4 (cukup
membaik)
5 Intoleransi aktifitas (L.05047) Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi selama
Observasi
kelemahan, 3 x 24 jam, maka toleransi aktivitas
ketidakseimbangan antara meningkat, dengan kriteria hasil: - Identifkasi gangguan fungsi
suplai dan kebutuhan - Frekuensi nadi meningkat (5) tubuh yang mengakibatkan
oksigen (D.0056) - Keluhan lelah menurun (5) kelelahan
- Dispnea saat aktivitas menurun - Monitor kelelahan fisik dan
(5) emosional
- Dispnea setelah aktivitas - Monitor pola dan jam tidur
menurun (5) - Monitor lokasi dan
- Perasaan lemah menurun (5) ketidaknyamanan selama
- Tekanan darah membaik (5) melakukan aktivitas
Terapeutik
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
Tinela, Sintya. 2017. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronis. http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id Diakses pada tanggal 11
januari 2021
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
I. BIODATA
Identitas pasien
No. RM : 0020987
Usia : 52 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Penanggung jawab
Initial : Ny. L
Usia : 46 Tahun
Pasien mengatakan sesak napas dan batuk lebih kurang 3 minggu yang lalu,
batuk klien berdahak.
2021 pukul 09.30 WIB dengan keluhan sesak napas dan batuk lebih kurang
sejak 3 minggu yang lalu. Lalu pasien dipindahkan keruang rawat paru pada
tanggal 25 Januari 2021 pukul 16.00. Pada saat dilakukan pengkajian klien
mengatakan nafas sesak, sesak datang saat pasien beraktifitas dan hilang saat
istirahat, sesak datang tiba-tiba, klien mengatakan batuk disertai dahak dah
sulit dikeluarkan, pasien mengatakan letih. Dari hasil observasi didapat pasien
terpasang oksigen nasal kanul 5 L. Klien tampak batuk yang disertai dahak,
dahak berwarna kuning, kental, pasien tampak lemah, pada saat dilakukan
RR = 30 kali/menit, S = 36,2 0 C.
Pasien mengatakan sudah mempunyai riwayat PPOK dari tahun 2015 dan
Pasien mengatakan dalam keluarga mereka tidak ada yang pernah menderita
penyakit seperti penyakit yang diderita pasien saat ini dan penyakit keturunan
Gejala (Subjektif)
membaca koran sebagai pengisi waktu luang. Perasaan bosan/ tidak puas
Tidur malam jam : 22.00 WIB, Tidur siang : 13.00 WIB, kebiasaan tidur lama
nya jika malam ± 6 jam, Siang ± 2 jam. Pasien tidak memiliki insomnia.
Tanda (Objektif)
Respons terhadap aktivitas yang teramati : pasien tampak lemas dan lelah.
Thorax :
I : Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada sama, memakai alat
Kardiovaskular :
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, tidak ada nyeri tekan saat dilakukan
Auskultasi : Tidak terdengar suara nafas tambahan, murmur (-), gallop (-)
Pengkajian neuromuskular
V. SIRKULASI
Gejala (Subjektif)
Klaudikasi : pasien mengatakan tidak nyeri atau tidak nyaman pada otot
ekstermitasnya.
Kebas : tidak da
Batuk/ hemoptisis : -
catheter)
Tanda (Objektif)
TD : 100/60 mmHg
Tekanan nadi : 85 x/menit
Jantung (palpasi) : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran jantung, CRT
< 2 detik.
gallop (-)
Konjungiva : anemis
INTEGRITAS EGO
Gejala (Subjektif)
ini
sholat
sekitarnya.
dan mengaji
dihadapi
Tanda (Obyektif)
ELIMINASI
Gejala (Subjektif)
Ikontimensia : ada
Tanda (Objektif)
MAKANAN/ CAIRAN
Gejala (Subjektif)
muntah (-)
Tandaa (Objektif)
HIGIENE
Gejala (Subjektif)
Tanda (Objektif)
NEUROSENSORI
Gejala (Subjektif)
Mata : Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, pupil isokor,
Telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan, telinga ada
Tanda (Objektif)
NYERI/ KETIDAKNYAMANAN
Gejala (Subjektif)
Kualitas : tertusuk-tusuk
Tanda (Objektif)
PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)
Dispnea yang berhubungan dengan batuk/ sputum : tidak ada, pasien mengalami
Tanda (Objektif)
Pernapasan :
Frekuensi : 30 x/menit
KEAMANAN
Gejala (Subjektif)
Tanda (Objektif)
Pria
Gejala (Subjektif)
Sirkumsisi : ya
INTERAKSI SOSIAL
Gejala (Subjektif)
Status perkawinan : menikah
Lama : 27 Tahun
Masalah-masalah/ stres : pasien mengatakan terkadang stress dengan kondisi nya saat
ini
Peran dalam struktur keluarga : pasien mengatakan berperan sebagai kepala rumah
tangga
Tanda (Objektif)
Bicara : jelas
PENYULUHAN/ PEMBELAJARAN
Gejala (Subjektif)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH LENGKAP
Analisa data
Lemas , lemah,
keletihan fisik
Intoleransi aktifitas
Diagnosis Keperawatan
ventilasi-perfusi (D.0003)
napas (D.0149)
FORMAT
Edukasi
Kolaborasi
FORMAT
Terapeutik
- Memberikan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
- Melakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
- Menganjurkan melakukan
distraksi istigfar dan
sholawat
- Memberikan fasilitas duduk
di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
Kolaborasi
- Melakukan kolaborasi
dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
Terapeutik
- Memberikan
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
- Melakukan rentang
gerak pasif dan/atau
aktif
- Menganjurkan
melakukan distraksi
istigfar dan sholawat
- Memberikan fasilitas
duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi 1,3,4,6,7
2. Bersihan jalan Selasa/ S: Amalia
napas tidak 26-01-21/ - Pasien mengatakan tidak ada secret
efektif - Pasien mengatakan sudah mampu melakukan
berhubungan batuk efektif mandiri
dengan O:
hipersekresi jalan - Secret tampak berkurang
napas - Masih tampak terdengar suara ronchi
- RR : 24 x/menit
SPO2 : 95%
- Pasien tampak bisa melakukan batuk efektif
- Pasien tampak dapat melakukan teknik
rileksasi
- Terpasang oksigen nasal kanul 3 lpm
- Pasien dalam posisi semi fowler
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi