Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)

Diajukan guna memenuhi Tugas Pratik Klinik : Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing : Bangun Wijonarko , SST, M.Kes

Disusun oleh :

Amalia Sholiha

P27906120003

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang
bisa dicegah dan diatasi, yang dikarakterisir dengan keterbatasan aliran
udara yang menetap, yang biasanya bersifat progresif, dan terkait dengan
adanya respon imflamasi kronis saluran pernapasan dan paru-paru
terhadap gas atau partikel berbahaya. Serangan akut dan komorbiditas
berpengaruh terhadap keparahan penyakit secara keseluruhan (GOLD,
2016).
Pengertian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah
klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronchitis kronik,
bronkiektasis, emfisema dan asma yang merupakan kondisi ireversibel
yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk
dan keluar udara paru-paru. Penyakit Paru Obstruktif Kronik adalah suatu
penyakit yang menimbulkan obstruksi saluran termasuk di dalamnya
adalah asma, bronchitis kronis dan emfisema pulmonum (Halim, 2013).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik adalah kelainan paru yang di
tandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode
ekspirasi yang di sebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan
tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu.
Penyakit paru obstruktif menahun merupakan suatu istilah yang di
gunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan
di tandai oleh peningkatan risistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya (Fauci et al, 2013).
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan di tandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya (Irman, 2011).
PPOK adalah sebuah istilah keliru yang sering dikenakan pada
pasien yang menderita emfisema, bronkitis kronis, atau campuran dari
keduanya. Ada banyak pasien yang mengeluh bertambah sesak napas
dalam beberapa tahun dan ditemukan mengalami batuk kronis, toleransi
olahraga yang buruk, adanya obstruksi jalan napas, paru yang terlalu
mengembang dan gangguan pertukaran gas (John B. West, 2010).

2. Anatomi dan Fisiologi


a. Saluran Nafas Atas
1) Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal
menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang
dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi
vertikal yang sempit yang disebut septum rongga hidung dilapisi
dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung. Permukaan mukosa hidung
dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus
menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan
silia. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke
dan dari paru-paru. Hidung juga berfungsi sebagai penyaring
kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang
dihirup ke dalam paru-paru. Hidung juga bertanggung jawab
terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori terletak
dalam mukosa hidung dan fungsi ini berkurang sejalan dengan
pertambahan usia.
2) Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi
menjadi tiga region yaitu nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan
laring (laringofaring). Fungsi faring adalah untuk menyediakan
saluran pada traktus respiratorius dan digesi.
3) Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan paring dan trakea. Laring sering disebut sebagai
kotak suara dan terdiri atas :
a) Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah
laring selama menelan.
b) Glotis : ostium antara pita suara dalam laring.
c) Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari
kartilago ini membentuk jakun.
d) Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit
dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid).
e) Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara
dengan kartilago tiroid.
f) Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang
menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen
laring). Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan
terjadinya vokalisasi. Laring juga berfungsi melindungi jalan
nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu
4) Trakea
Disebut juga batang tenggorokan. Ujung trakea bercabang menjadi
dua bronkus yang disebut karina.
b. Saluran Nafas Bawah
1) Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri disebut bronkus lobaris
kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus
lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus
lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus
segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus
subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki :
arteri, limfatik dan saraf.
2) Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus,
bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi
lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi
bagian dalam jalan napas.
3) Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis
(yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia).
4) Bronkiolus Respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori.
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara
jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
5) Duktus Alveolar dan Sakus Alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus
alveolar dan sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli.
6) Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300
juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2,
terdiri atas 3 tipe :
a) Sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk
dinding alveoli.
b) Sel-sel alveolar tipe II adalah sel yang aktif secara metabolik
dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps).
c) Sel-sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-
sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.
c. Paru
Paru merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut terletak
dalam rongga dada atau toraks. Kedua paru dipisahkan oleh
mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah
besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru kanan lebih besar
dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris paru kiri lebih kecil
dan terbagi menjadi 2 lobus (lobos-lobus) tersebut terbagi lagi menjadi
beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.
d. Pleura
Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan
jaringan elastis terbagi menjadi 2 :
1) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada.
2) Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru.
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis.
Pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu
bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks
dengan paru-paru tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari
tekanan atmosfir. Hal ini untuk mencegah kolap paru-paru. Paru-paru
adalah organ penting dari respirasi, jumlahnya ada dua, terletak di
samping kanan dan kiri mediastinum, dan terpisah satu sama lain oleh
jantung dan organ lainnya dalam mediastinum. Paru-paru memiliki
area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m2 untuk pertukaran
udara (Faiz & Moffat, 2013).
Karakteristik paru-paru yaitu berpori, tekstur kenyal ringan,
mengapung di air dan sangat elastis. Permukaan paru-paru halus,
bersinar dan membentuk beberapa daerah polihedral, yang
menunjukkan lobulus organ masing-masing daerah dibatasi oleh garis-
garis yang lebih ringan (fisura). Paru kanan dibagi oleh fisura
transversa dan oblik menjadi tiga lobus: atas, tengah, dan bawah. Paru
kiri memiliki fisura oblik dan dua lobus (Gray, 2010).
e. Mekanisme bernapas
Perubahan ritme kapasitas volume rongga dada dipengaruhi oleh
kinerja otot-otot pernapasan. Pada pernapasan normal, saat inprirasi
otot interkostal eksternal berkontraksi, tulang kosta dan sternum akan
tertarik ke atas, karena tulang kosta pertama tidak bergerak. Diameter
anterior-posterior dari rongga dada bagian atas akan membesar dan
memperbesar diameter transversal rongga dada bagian bawah. Pada
saat inspirasi, diafragma berkontraksi sehingga turun, akibatnya
kapasitas rongga dada meningkat (Faiz & Moffat, 2013).
Akibatnya, tekanan antar permukaan pleura (dalam keadaan
normal negatif) menjadi lebih negatif: -2.5 menjadi -6 mmHg, lalu
jaringan elastis pada paru akan meregang dan paru akan mengembang
memenuhi kapasitas rongga dada. Pada saat ini tekanan udara di
alveolus adalah -1,5 mmHg (lebih rendah dari tekanan atmosfir).
Udara akan masuk ke dalam alveolus akibat perbedaa tekanan tersebut.
Sebaliknya, pada saat ekspirasi dalam pernapasan normal, otot
interkotal eksternal akan relaksas, tulang kosta dan sternum akan
turun, lebar dan dalamnya dada akan kurang, diafragma akan relaksasi,
melengkung naik, panjang rongga dada akan berkurang, kapasitas
rongga dada akan berkurang Tekanan antar permukaan permukaan
pleura menjadi kurang negatif dari -6 menjadi -2 mmHg.
Jaringan elastis paru akan kembali ke keadaan semula. Tekanan
udara pada alveolus saat ini adalah + 1,5 mmHg (lebih tinggi dari
tekanan udara). Udara akan terdorong keluar alveolus. Pada keadaan
pernafasan paksa, tepatnya saat inspirasi, otot cuping hidung dan otot
glotis akan berkontraksi untuk membantu masuknya udara ke dalam
paru-paru. Otot pada leher akan berkontraksi, tulang kosta pertama
akan bergerak ke atas (dan sternum bergerak naik dan ke depan).
Pada saat ekspirasi pada pernapasan paksa, otot interkostal internal
berkontraksi, sehingga tulang kosta akan menurun lebih dari
pernafasan normal. Otot abdominal juga berkontraksi untuk membantu
naiknya diafragma (Sherwood, 2011)
3. Etiologi
Menurut Ikawati (2016), etiologi penyakit paru obstruktif kronis terdapat
faktor paparan lingkungan. Beberapa faktor paparan lingkungan yaitu :
a. Merokok
Merokok yang merupakan penyebab utama dari PPOK, dengan
risiko 30 kali lebih besar pada perokok dibandingkan dengan bukan
merokok dan merupakan penyebab dari 85-95% kasus PPOK. Kurang
lebih 15-20% akan mengalami PPOK. Namun demikian, tidak semua
penderita PPOK adalah perokok.Sekitar 10% orang yang tidak merokok
mungkin menderita PPOK.
b. Pekerjaan
Para pekerja tambang emas atau batu bara dan pekerja yang
terpapar debu katun dan debu gandum mempunyai risiko yang lebih
besar daripada yang bekerja ditempat selain yang sudah disebutkan
diatas.
c. Polusi Udara
Pasien PPOK yang mempunyai disfungsi paru akan semakin
memburuk gejalanya dengan adanya polusi udara. Polusi ini bisa
berasal dari luar rumah seperti asam pabrik, asap kendaraan bermotor
maupun polusi yang berasal dari dalam rumah misalkan asap dapur.
d. Infeksi
Kolonisasi pada saluran pernapasan secara kronis merupakan suatu
pemicu imflamasi atau peradangan neutrofilik pada saluran nafas,
terlepas dari paparan rokok. Adanya kolonisasi bakteri menyebabkan
peningkatan kejadian imflamasi yang dapat diukur dari peningkatan
jumlah sputum, peningkatan frekuensi eksaserbasi, dan percepatan
penurunan fungsi paru, yang semua ini meningkatkan risiko kejadian
PPOK.
4. Manifestasi klinis
Gejala–gejala awal Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yang
bisa muncul setelah 5 – 10 tahun merokok adalah batuk yang berlendir.
Batuk biasanya ringan dan sering dianggap sebagai batuk normal seorang
perokok. Selain itu, sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek
dahak menjadi kuning atau hijau karena ada nanah akibat infeksi sekunder
oleh bakteri. Setelah beberapa lama gejala tersebut akan semakin sering
dirasakan.
Mengi/bengek pun bisa timbul sebagai salah satu gejala PPOK.
Pada usia sekitar 60 tahun sering timbul sesak nafas ketika bekerja dan
bertambah parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan
ketika melakukan kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi,
mencuci pakaian, berpakaian, dan menyiapkan makanan. Sekitar 30%
penderita mengalami penurunan berat badan karena setelah selesai mereka
sering mengalami sesak napas yang berat sehingga penderita sering tidak
mau makan. Gejala lain yang mungkin menyertai adalah pembengkakan
pada kaki akibat gagal jantung. Pada stadium akhir bisa terjadi sesak nafas
berat, yang bahkan timbul ketika penderita tengah beristirahat, yang
mengindikasikan adanya kegagalan pernapasan yang akut. (dr. Iskandar
junaidi, 2010).

5. Patofosiologi
Menurut Muttaqin,(2012) :

Obstruksi jalan napas menyebabkan reduksi aliran udara yang


beragam bergantung pada penyakit. Pada bronchitis kronis dan
bronchiolitis, terjadi penumpukan lendir dan sekresi yang sangat
banyak sehingga menyumbat jalan napas. Pada emfisema, obstruksi
pada pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi akibat kerusakan
dinding alveoli yang disebabkan oleh overekstensi ruang udara dalam paru
pada asma, jalan napas bronchial menyempit dan membatasi jumlah
udara yang mengalir ke dalam paru.

PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubugan dengan


interaksi genetic dengan lingkungan. Merokok, polusi udara, dan
paparan di tempat kerja merupakan faktor resiko penting yang
menunjang terjadinya penyakit ini. Prosesnya terjadi dalam rentang
lebih dari 20-30 tahun. PPOK juga ditemukan terjadi pada individu
yang tidak mempunyai enzim yang normal untuk mencegah
penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu.

PPOK merupakan kelainan dengan kemajuan lambat yang


membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menunjukkan omset gejala
klinisnya seperti, kerusakan fungsi paru. PPOK sering menjadi
simptomatik selama bertahun-ahun usia baya, tetapi insidennya
meningkat sejalan dengan peningkatan usia.

Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan nafas
dan mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini kelenjar-
kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya,
fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan serta terjadi
batuk, batuk dapat menetap selama kurang lebih 3 bulan berturut-turut.
Sebagai akibatnya bronkhiolus menjadi menyempit, berkelok-kelok dan
berobliterasi serta tersumbat karena metaplasia sel goblet dan berkurangnya
elastisitas paru Alveoli yang berdekatan dengan bronkhiolus dapat menjadi
rusak dan membentuk fibrosis mengakibatkan fungsi makrofag alveolar
yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk
bakteri, pasien kemudian menjadi rentan terkena infeksi, Infeksi merusak
dinding bronchial menyebabkan kehilangan struktur pendukungnya dan
menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat bronki.
Dinding bronkhial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat.
Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi tersebut menyebabkan alveoli yang
ada di sebelah distal menjadi kolaps.

Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi pernafasan dengan


penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio
volume residual terhadap kapasitas total paru sehingga terjadi kerusakan
campuran gas yang diinspirasi atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.

Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari


berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara. Ketidakseimbangan
ventilasi–perfusi ini menyebabkan hipoksemia atau menurunnya oksigenasi
dalam darah. Keseimbangan normal antara ventilasi alveolar dan perfusi
aliran darah kapiler pulmo menjadi terganggu. Dalam kondisi seperti ini,
perfusi menurun dan ventilasi tetap sama. Saluran pernafasan yang
terhalang mukus kental atau bronkospasma menyebabkan penurunan
ventilasi, akan tetapi perfusi akan tetap sama atau berkurang sedikit.
Berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara menyebabkan
perubahan pada pertukaran oksigen dan karbondioksida. Obstruksi jalan
nafas yang diakibatkan oleh semua perubahan patologis yang meningkatkan
resisten jalan nafas dapat merusak kemampuan paru-paru untuk melakukan
pertukaran oksigen atau karbondioksida. Akibatnya kadar oksigen menurun
dan kadar karbondioksida meningkat. Metabolisme menjadi terhambat
karena kurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh, tubuh melakukan
metabolisme anaerob yang mengakibatkan produksi ATP menurun dan
menyebabkan defisit energi. Akibatnya pasien lemah dan energi yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi juga menjadi berkurang yang
dapat menyebabkan anoreksia.

Selain itu, jalan nafas yang terhambat dapat mengurangi daerah


permukaan yang tersedia untuk pernafasan, akibat dari perubahan patologis
ini adalah hiperkapnia, hipoksemia dan asidosis respiratori. Hiperkapnia dan
hipoksemia menyebabkan vasokontriksi vascular pulmonari, peningkatan
resistensi vaskular pulmonary mengakibatkan hipertensi pembuluh
pulmonary yang meningkatkan tekanan vascular ventrikel kanan atau
dekompensasi ventrikel kanan. Faktor–faktor resiko di atas mendatangkan
proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding
bronkiolus terminalis.
Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus
terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi.
Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi
banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air
trapping). Hal ini lah yang menyebabkan adanya keluhan sesak nafas
dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan
menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase
ekspirasi. Fungsi–fungsi paru : ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun
perfusi darah akan mengalami gangguan. Obstruksi jalan nafas
menyebabkan reduksi aliran udara yang beragam bergantung pada penyakit.
Pada bronkhitis kronis dan bronkhialitis, terjadi penumpukan lendir dan
sekresi yang sangat banyak sehingga meyumbat jalan nafas. Pada
emfisiema, obtruksi pada pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi
akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh overekstensi ruang
udara dalam paru. Protokol pengobatan tertentu di gunakan dalam semua
kelainan ini, meski patofisiologi dari masing-masing kelainan ini
membutuhkan pendekatan spesifik.

Penyakit paru obtruktif kronik di anggap sebagai penyakit yang


berhubungan dengan interaksi genetik dengan lingkungan, merokok, polusi
udara, dan paparan di tempat kerja (terhadap batu bara, kapas, dan padi)
merupakan faktor resiko penting yang menunjang terjadi penyakit ini.
Prosesnya dapat teradi dalam rentang lebih dari 20-30 tahun.

PPOK juga ditemukan terjadi pada individu yang tidak mempunyai


enzim yang normal untuk mencegah penghancuran jaringan paru oleh enzim
tertentu. PPOK merupakan kelainan dengan kemajuan lambat yang
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk awitan (onset) gejala klinisnya
seperti kerusakan fungsi paru. PPOK sering menjadi simptomatik selama
tahun-tahun usia baya, tetapi insidennya meningkat sejalan dengan
peningkatan usia.
Meskipun aspek-aspek fungsi paru tertentu seperti kapasitas vital
(VC) dan volume eksparasi paksa (FEV) menurun sejalan dengan
peningkatan usia, PPOK dapat memburuk perubahan fisiologi ang berkaitan
dengan penuaan dan mengakibatkan obtruksi jalan nafas misalnya pada
bronkhitis serta kehilangan daya pengembangan (elastisitas) paru misalnya
pada emfisiema. Oleh karena itu, terdapat perubahan tambahan dalam rasio
ventilasi-perfusi pada klien lansia dengan PPOK. (Sumber : Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Penapasan, Arif Muttaqin
2015).

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pengukuran Fungsi Paru
1) Kapasitas inspirasi menurun.
2) Volume residu : meningkat pada emfisema, bronkhitis, dan asma.
3) FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif penyakit paru
obstruktif kronik.
4) FVC awal normal : menurun pada bronkhitis dan asma.
5) TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada
emfisema).
b. Analisa Gas Darah
PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada asma. Nilai
pH normal, asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) meningkat pada polisetimia
sekunder.
2) Jumlah darah merah meningkat.
3) Eosinofil dan total IgE serum meningkat.
4) Pulse oksimetri : SaO2 oksigenasi menurun.
5) Elektrolit menurun karena pemakaian obat diuretik.
d. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan gram kuman / kultur adanya infeksi campuran. Kuman
patogen yang biasa ditemukan adalah streptococcus pneumoniae,
hemophylus influenzae, dan moraxella catarrhalis
e. Pemeriksaan Radiologi Thoraks Foto (AP dan lateral)
Menunjukan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung, dan
bendungan area paru. Pada emfisema paru didapatkan diagpragma
dengan letak yang rendah dan mendatar, ruang udara retrosternal
˃ntung, (foto lateral), jantu memanjang dan menyempit.
f. Pemeriksaan Bronkhogram
Menunjukan di latasi bronkus kolap bronkhiale pada ekspirasi kuat.
g. EKG
h. Kelainan EKG yang paling awal terjadi adalah rotasi clock wise
jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal, terdapat deviasi aksis ke
kanan dan P-pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS
rendah. Di V1 rasio R/S lebi dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S kurang dari
1. Sering terdapat RBBB inkomplet (Arif Mutaqin, 2009).
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan pada PPOK dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Tujuan terapi
tersebut adalah mengurangi gejala, mencegah progresivitas penyakit,
mencegah dan mengatasi ekserbasasi dan komplikasi, menaikkan
keadaan fisik dan psikologis pasien, meningkatkan kualitas hidup dan
mengurangi angka kematian.
Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan cara
menghentikan kebiasaan merokok, meningkatkan toleransi paru
dengan olahraga dan latihan pernapasan serta memperbaiki nutrisi.
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangkan panjang
pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada
asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang bersifat irreversible
dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan
aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan penyakit.
b. Medis
1) Memelihara kepatenan jalan napas dengan menurunkan spasme
bronkhus dan membersihkan sekret yang berlebihan.
2) Memelihara keefektifan pertukaran gas.
3) Mencegah dan mengobati insfeksi saluran pernapasan.
4) Meningkatkan toleransi latihan.
5) Mencegah adanya komplikasi (gagal napas akut dan status
asmitikus).
6) Mencegah alergen / iritasi jalan napas.
7) Membebaskan adanya kecemasan dan mengobati depresi yang
sering menyertai adanya obstruksi jalan napas kronis.

8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :
a. Gagal napas
1) Gagal napas kronik : Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan
Pco2 > 60 mmHg, dan pH normal, penatalaksanaan :
a) Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2.
b) Bronkodilator adekuat.
c) Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau
waktu tidur.
d) Antioksidan
e) Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing.
2) Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh :
a) Sesak napas dengan atau tanpa sianosis.
b) Sputum bertambah dan purulen.
c) Demam
d) Kesadaran menurun.
b. Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan
terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang.
Pada kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai dengan
menurunnya kadar limposit darah.
c. Kor pulmonal
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai
gagal jantung kanan.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
a) Biodata klien
Nama, umur, jenis kelamin, no.med.rec, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, ruangan dan diagnosa medis.
b) Biodata penanggung jawab
Nama ayah dan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, suku I
bangsa, agama, alamat, hubungan dengan anak (kandung atau
adopsi).
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan yang sering dikeluhkan pada orang yang mengalami
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sesak, batuk,
nyeri dada, kesulitanbernafas, demam, terjadinya kelemahan
(Rohmad dan Walid, 2009:35).
b) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien PPOK mengeluhkan sesak napas, kelemahan
fisik, batuk yang disertai dengan adanya sputum.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya ada riwayat paparan gas berbahaya seperti merokok,
polusi udara, gas hasil pembakaran dan mempunyai riwayat
penyakit seperti asma (Ikawati 2016).
d) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ditemukan ada anggota keluarga yang mempunyai
riwayat alergi (asma) karna asma merupakan salah satu
penyebab dari PPOK.
3) Pola fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita PPOK terjadi perubahan persepsi dan
tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
PPOK. Biasanya terdapat riwayat merokok karena merokok
meningkatkan risiko terjadinya PPOK 30 kali lebih besar
(Ikawati, 2016).
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pada pasien PPOK terjadi penurunan nafsu makan.
c) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi biasanya tidak ada keluhan atau gangguan
d) Pola istirahat dan tidur
Pola tidur dan istirahat biasanya terganggu karena karena
sesak.
e) Pola aktifitas dan latihan
Pasien dengan PPOK biasanya mengalami penurunan toleransi
terhadap aktifitas. Aktifitas yang membutuhkan mengangkat
lengan keatas setinggi toraks dapat menyebabkan keletihan atau
distress pernafasan (Suzanne, 2001).
f) Pola persepsi dan konsep diri
Biasa nya pasien merasa cemas dan ketakutan dengan
kondisinya.
g) Pola sensori kognitif
Biasa nya tidak ditemukan gangguan pada sensori kognitif
h) Pola hubungan peran
Biasanya terjadi perubahan dalam hubungan intrapersonal
maupun interpersonal .
i) Pola penanggulangan stress
Biasanya proses penyakit membuat klien merasa tidak berdaya
sehingga menyebabkan pasien tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang adaptif.
j) Pola reproduksi seksual
Biasanya pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah
menikah akan mengalami perubahan.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya adanya perubahan status kesehatan dan penurunan
fungsi tubuh mempengaruhi pola ibadah pasien.
4) Pemeriksaan fisik
a) Gambaran umum : Biasanya kesadaran pasien composmentis
b) Kepala
Biasanya rambut tidak bersih karena pasien dengan PPOK
mengalami penurunan toleransi terhadap aktifitas termasuk
perawatan diri.
c) Mata : Biasanya mata simetris, sklera tidak ikterik
d) Telinga :Biasanya telinga cukup bersih,bentuk simetris dan
fungsi pendengaran normal
e) Hidung : Biasanya hidung simetris, hidung bersih
f) Leher : Biasanya tidak ditemukan benjolan.
g) Paru
Inspeksi : biasanya terlihat klien mempunya bentuk dada barrel
chest penggunaan otot bantu pernafasan
Palpasi : biasanya premitus kanan dan kiri melemah
Perkusi : bisanya hipersonor
Auskultasi : biasanya terdapat ronkhi dan wheezing sesuai
tingkat keparahan obstruktif
h) Jantung
Inspeksi : bisanya ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba
Auskultasi : biasanya irama jantung teratur
i) Abdomen
Inspeksi : biasanya tidak ada asites
Palpasi : biasanya hepar tidak teraba
Perkusi : biasanya timphany
Auskultasi : biasanya bising usus normal
j) Ekstremitas
biasanya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger)
sebagai dampak dari hipoksemia yang berkepanjangan
(Muttaqin, 2012).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas (D.0149)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi (D.0003)
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas :
kelemahan otot pernapasan (D.0005)
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan (D.0019)
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)
f. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer : penurunan kerja siliaris (D.0142)
g. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian (D.0080)
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1 Bersihan jalan napas tidak Bersihan jalan napas (L.01001) Manajemen Jalan Napas (I.01011)
efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan hipersekresi jalan keperawatan dalam waktu 3x24 jam - Monitor pola napas (frekuensi,
napas (D.0149) diharapkan kemampuan kedalaman, usaha napas)
membersihkan secret atau obstruksi - Monitor bunyi napas tambahan
jalan napas untuk mempertahankan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
jalan napas tetap paten meningkat ronkhi kering)
dengan kriteria hasil : - Monitor sputum (jumlah, warna,
- Frekuensi napas membaik (5) aroma)
- Pola napas membaik (5)
- Produksi sputum menurun (5) Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head tilt, chun lift
(jaw thrust jika dicurigai trauma
servikal)
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
- Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronchodilator, ekpektoran,
mukolitik, jika perlu
2 Gangguan pertukaran gas Pertukaran Gas (L.01003) Terapi Oksigen (I.01026)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
ketidakseimbangan keperawatan dalam waktu 3x24 jam - Monitor kecepatan aliran oksigen
ventilasi-perfusi (D.0003) diharapkan oksigenasi dan atau - Monitor posisi alat terapi oksigen
eliminasi karbondiaoksida oada - Monitor aliran oksigen secara
membrane alveolus-kapiler dalam periodic dan pastikan fraksi yang
batas normal dengan kriteria hasil : diberikan cukup
- Bunyi napas tambahan menurun - Monitor efektifitas terapi oksigen
(5) (mis. Oksimetri, AGD), jika perlu
- Napas cuping hidung menurun - Monitor kemampuan melepaskan
(5) oksigen saat makanan
- Pola napas membaik (5) - Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- PCO2 membaik (5) - Monitor tanda dan gejala
- PO2 membaik (5) toksikasi oksigen dan atelectasis
- pH arteri membaik (5) - Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen

Terapeutik
- Bersihkan secret pada mulut,
hidung dan trakea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan
napas
- Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien

Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen diruma

Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan atau tidur
3 Pola napas tidak efektif Pola Napas (L.01004) Pemantauan Respirasi (I.01014)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
hambatan upaya napas : keperawatan dalam waktu 3x24 jam - Monitor frekuensi irama,
kelemahan otot pernapasan diharapkan pola napas membaik kedalaman dan upaya napas
(D.0005) dengan kriteria hasil : - Monitor pola napas (seperti
- Penggunaan otot bantu bradipnea, takipnea,
pernapasan menurun (5) hiperventilasi, kussmaul, chayne-
- Pernapasan cuping hidung stokes, biot, ataksik)
menurun (5) - Monitor kemampuan batuk efektif
- Frekuensi napas membaik (5) - Monitor adanya produksi sputum
- Kedalaman napas membaik (5) - Monitor adanya sumbatan jalan
napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik
- Atur interval pemantauan
respirrasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
4 Defisit nutrisi berhubungan (L.03030) Status Nutrisi (I. 03119) Manajemen nutrisi
dengan ketidakmampuan Setelah dilakukan intervensi selama - Identifikasi perlunya
menelan makanan 3 x 24 jam, diharapkan keadekuatan penggunaan selang NGT
(D.0019) asupan nutrisi untuk memenuhi - Monitor asupan makanan
kebutuhan metabolisme membaik. - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Dengan kriteria hasil: menentukan jumlah kalori dan
- Porsi makanan yang dihabiskan jenis nutrisi yang dibutuhkan
4 (cukup meningkat)
- berat badan 4 (cukup membaik) (I. 03123) Pemantauan nutrisi
- indeks massa tubuh 4 (cukup - Monitor mual dan muntah
membaik) - Timbang BB
- frekuensi makan 4 (cukup
membaik)
- nafsu makan 4 (cukup membaik)
- membran mukosa 4 (cukup
membaik)
5 Intoleransi aktifitas (L.05047) Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi selama
Observasi
kelemahan, 3 x 24 jam, maka toleransi aktivitas
ketidakseimbangan antara meningkat, dengan kriteria hasil: - Identifkasi gangguan fungsi
suplai dan kebutuhan - Frekuensi nadi meningkat (5) tubuh yang mengakibatkan
oksigen (D.0056) - Keluhan lelah menurun (5) kelelahan
- Dispnea saat aktivitas menurun - Monitor kelelahan fisik dan
(5) emosional
- Dispnea setelah aktivitas - Monitor pola dan jam tidur
menurun (5) - Monitor lokasi dan
- Perasaan lemah menurun (5) ketidaknyamanan selama
- Tekanan darah membaik (5) melakukan aktivitas

Terapeutik

- Sediakan lingkungan nyaman


dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan

Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan

6 Resiko infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan
Observasi
ketidakadekuatan keperawatan dalam waktu 3x24 jam
pertahanan tubuh primer : diharapkan derajat infeksi - Monitor tanda dan gejala infeksi
penurunan kerja siliaris berdasarkan observasi atau sumber local dan sistemik
(D.0142) informasi menurun dengan kriteria
Terapeutik
hasil :
- Kebersihan tangan meningkat - Batasi jumlah pengunjung

(5) - Berikan perawatan kulit pada area

- Kebersihan badan meningkat edema

(5) - Cuci tangan sebelum dan sesudah

- Nafsu makan meningkat (5) kontak dengan pasien dan

- Demam menurun (5) lingkungan pasien

- Kemerahan menurun (5) - Pertahankan teknik aseptic pada

- Nyeri menurun (5) pasien berisiko tinggi

- Bengkak menurun (5) Edukasi


- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian imunisasi


jika perlu.
7 Ansietas berhubungan (L.09093 ) Tingkat Ansietas (I.09314)
dengan ancaman terhadap Setelah dilakukan tindakan Observasi :
kematian (D.0080) keperawatan selama 3x24 jam di - identifikasi saat tingkat ansietas
harapkan kondisi emosi dan berubah
pengalaman subyektif terhadap - Monitor tanda tanda ansietas
objek yang tidak jelas dan spesifik
akibat antisipasi bahaya yang Terapeutik
memungkinkan individu melakukan - Pahami situasi yang membuat
tindakan untuk menghadapi ansietas.
ancaman menurun. - Dengarkan dengan penuh
Dengan kriteria hasil : perhatian
- Verbalisasi kebingungan 5
(menurun) Edukasi :
- Verbalisasi khawatir akibat - Informasikan secara faktual
kondisi yang dihadapi 5 mengenai dignosis, pengobatan
(menurun) dan prognosis
- Perilaku gelisah 5 (menurun)
- Perilaku tegang 5 (menurun)
- Konsentrasi 5 (membaik)

DAFTAR PUSTAKA
Tinela, Sintya. 2017. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronis. http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id Diakses pada tanggal 11
januari 2021

Sugeny, Kacandra. 2018. Asuhan Keperawatan dengan penyakit paru obstruksi


kronik. http://repo.stikesperintis.ac.id Diakses pada tanggal 11 januari 2021

Amin dan Hardhi.2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


Nanda Nic Noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Chris tanto, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculapius

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III.


Jakarta Selatan : DPP PPNI.

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

I. BIODATA

Identitas pasien

Initial pasien : Tn.M

No. RM : 0020987

Usia : 52 Tahun

Tgl Pengkajian : 25 Januari 2021

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Status pernikahan: Menikah

Penanggung jawab

Initial : Ny. L

Usia : 46 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hub dg pasien : Anak


II. KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan sesak napas dan batuk lebih kurang 3 minggu yang lalu,
batuk klien berdahak.

III. RIWAYAT KESEHATAN

Riwayat kesehatan sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD kab. Tangerang pada tanggal 25 Januari

2021 pukul 09.30 WIB dengan keluhan sesak napas dan batuk lebih kurang

sejak 3 minggu yang lalu. Lalu pasien dipindahkan keruang rawat paru pada

tanggal 25 Januari 2021 pukul 16.00. Pada saat dilakukan pengkajian klien

mengatakan nafas sesak, sesak datang saat pasien beraktifitas dan hilang saat

istirahat, sesak datang tiba-tiba, klien mengatakan batuk disertai dahak dah

sulit dikeluarkan, pasien mengatakan letih. Dari hasil observasi didapat pasien

tampak sesak, gelisah, pasien menggunakan alat bantu pernapasan yaitu,

terpasang oksigen nasal kanul 5 L. Klien tampak batuk yang disertai dahak,

dahak berwarna kuning, kental, pasien tampak lemah, pada saat dilakukan

pengkajian didapatkan hasil TTV : TD = 100/60 mmHg, N = 85 kali/menit,

RR = 30 kali/menit, S = 36,2 0 C.

Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mengatakan sudah mempunyai riwayat PPOK dari tahun 2015 dan

sudah 3 kali masuk rumah sakit..


Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan dalam keluarga mereka tidak ada yang pernah menderita

penyakit seperti penyakit yang diderita pasien saat ini dan penyakit keturunan

seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Asma.

IV. AKTIVITAS/ ISTIRAHAT

Gejala (Subjektif)

............Pekerjaan pasien adalah seorang wiraswasta dengan aktivitas

kesehariannya yaitu berdagang di toko sembako miliknya dan memiliki hobi

membaca koran sebagai pengisi waktu luang. Perasaan bosan/ tidak puas

yang dimiliki pasien karena semenjak sakit aktivitas pasien terganggu

sehingga terdapat keterbatasan aktivitas yang terkadang dibantu karena

kondisi saat ini.

Tidur malam jam : 22.00 WIB, Tidur siang : 13.00 WIB, kebiasaan tidur lama

nya jika malam ± 6 jam, Siang ± 2 jam. Pasien tidak memiliki insomnia.

Tanda (Objektif)

Respons terhadap aktivitas yang teramati : pasien tampak lemas dan lelah.

Thorax :

I : Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada sama, memakai alat

bantu pernafasan dengan bahu, pernafasan cepat dan dangkal.

Pa : Tidak ada nyeri tekan,sama kanan dan kiri.


P : Sonor di kedua bagian dinding dada.

A : Ronkhi (+), Whezzing (+)

Kardiovaskular :

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, tidak ada nyeri tekan saat dilakukan

palpasi. Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran jantung,

CRT < 2 detik.

Perkusi : Saat diperkusi bunyi jantung redup.

Auskultasi : Tidak terdengar suara nafas tambahan, murmur (-), gallop (-)

Pernapasan : Irama napas cepat dan dangkal, pergerakan dada simetris,

terdapat otot bantu pernapasan dan tidak terdapat

pernapasan cuping hidung, RR : 30 x/menit.

Status menta : Pasien tampak latergi dan gelisah.

Pengkajian neuromuskular

Massa/ tonus otot : Tidak tampak terjadi hipotonus ataupun hipertonus

Postur : Normal, simetris Tremor : Tidak ada

Rentang gerak : ROM aktif dan pasif Kekuatan :


4 4
4 4
Deformitas : tidak tampak terjadi kelainan deformitas.

V. SIRKULASI

Gejala (Subjektif)

Riwayat tentang : pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi

Masalah jantung : tidak ada kelainan

Demam rematik : tidak ada

Edema mata kaki : tidak ada

Flebitis : tidak ada

Penyembuhan lambat : tidak ada

Klaudikasi : pasien mengatakan tidak nyeri atau tidak nyaman pada otot

ekstermitasnya.

Ekstremitas : Kesemutan tidak ada

Kebas : tidak da

Batuk/ hemoptisis : -

Perubahan frekuensi/ jumlah urine :

tidak ada perubahan frekuensi, jumlah urine 1000 cc (pasien terpasang

catheter)

Tanda (Objektif)

TD : 100/60 mmHg
Tekanan nadi : 85 x/menit

Gap auskultatori : tidak terjadi

Jantung (palpasi) : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran jantung, CRT

< 2 detik.

Getaran : Normal Dorongan : -

Bunyi jantung : lupdup, ( Frekuensi : 85 x/menit, Irama : teratur, Kualitas :

baik), Tidak terdengar suara nafas tambahan, murmur (-),

gallop (-)

Murmur : tidak ada

Bunyi napas : vesikuler

Distensi vena jugularis : tidak ada

Ekstremitas : suhu 36,0 0C

Warna : Sawo matang

Pengisian kapiler : < 2 detik

Tanda Homan’s : tidak ada

Varises : tidak ada

Abnormalitas kuku : tidak ada

Penyebaran/ kualitas rambut : penyebaran merata/ rambut tidak rontok


Warna : hitam

Bibir : tampak pucat

Membran mukosa : kering

Konjungiva : anemis

Sklera : tidak ikterik

Diaforesis : tidak terdapat pengeluaran keringat

INTEGRITAS EGO

Gejala (Subjektif)

Faktor stres : Pasien mengatakan stress karena kondisi nya saat

ini

Cara menangani stress : Pasien mengatakan dengan cara berdoa dan

sholat

Masalah-masalah finansial : Terkadang terjadi strees karena finansial karena

pengeluaran tidak sesuai dengan pemasukan

Status hubungan : Pasien mengatakan memiliki hubungan baik keluarga

nya, kerabat dan tetangga dilingkungan

sekitarnya.

Faktor-faktor budaya : Pasien mengatakan tidak ada faktor budaya yang

mempengaruhi tentang kondisi nya saat ini


Agama : Pasien beragama islam

Kegiatan keagamaan : Pasien mengatakan kegiatan keagamaan yang

dilakukan sesuai dengan ajaran dan keyanikannya

yaitu agama islam yaitu sholat 5 waktu, berdoa

dan mengaji

Gaya hidup : Pasien mengatakan masih memiliki kebiasaan merokok

walaupun semenjak sakit sudah dikurangi

Perasaan-perasaa : Pasien mengatakan khawatir dengan kondisi nya saat ini

Ketidakberdayaan : Aktifitas pasien terkadang dibantu oleh keluarganya

Keputusasaan : Pasien mencoba selalu ikhlas dengan cobaan yang

dihadapi

Tanda (Obyektif)

Status emosional : pasien tampak gelisah

ELIMINASI

Gejala (Subjektif)

Pola BAB : 1 x/hari

Penggunaan laksatif : tidak ada

Karakter fases : lembek

BAB terakhir : kemarin


Riwayat perdarahan : tidak ada

Hemoroid : tidak ada

Konstipasi : tidak ada

Diare : tidak ada

Pola BAK : ± 10 x/hari

Ikontimensia : ada

Karakter urine : khas urine

Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak ada

Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak ada

Penggunaan diuretik : tidak ada

Tanda (Objektif)

Abdomen : nyeri tekan tidak ada

Massa : tidak ada

Bising usus : 15 x/menit

Hemoroid : tidak ada

Perubahan kandungan kemih : tidak ada

BAK terlalu sering : tidak , ± 4x/hari


Setelah sakit : pasien terpasang catheter dan pampers

MAKANAN/ CAIRAN

Gejala (Subjektif)

Diit biasa (tipe) : makan padat

Jumlah makanan per hari : 2 x/hari

Makan terakhir/ masukan : hari ini pukul 07.00

Pola diit : tidak ada

Kehilangan selera makan : ada

Mual/ muntah : mual (+),

muntah (-)

Nyeri ulu hati/ salah cerna : ya

Alergi/ intoleransi makanan : tidak ada

Masalah-masalah mengunyah/ menelan : tidak ada

Gigi : Lengkap (32 buah)

Tandaa (Objektif)

Turgor kulit : lembab

Membran mukosa : kering

HIGIENE
Gejala (Subjektif)

Aktivitas sehari-hari : mandiri terkadang dibantu oleh keluarga tetapi

semenjak sakit aktivitas dibantu oleh keluarga

Mobilitas : sebelum sakit dapat mobilisasi degan baik tetapi

semenjak sakit aktivitas dibantu oleh keluarga

Hegiene : cukup bersih

Berpakaian : kurang rapih

Toileting : baik tetapi saat ini terpasang catheter dan pampers

Tanda (Objektif)

Penampilan umum : cukup baik

Cara berpakaian : kurang rapih

Kebiasaan pribadi : tidak ada

Bau badan : tidak ada

Kondisi kulit kepala : bersih

NEUROSENSORI

Gejala (Subjektif)

Rasa ingin pingsan/ pusing : ada

Sakit kepala : tidak ada


Kesemutan/ kebas/ kelemaha : tidak ada

Stroke : tidak ada riwayat stroke

Kejang : tidak ada riwayat kejang

Mata : Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, pupil isokor,

klien tidak pakai alat bantu penglihatan, sklera tidak ikterik.

Telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan, telinga ada

serumen, klien tidak pakai alat bantu pendengaran.

Tanda (Objektif)

Status mental : pasien tampak gelisah

Terorientasi/ disorientasi : tidak tampak disorientasi

Kesadaran : compos mentis

Kooperatif : pasien kooperaatif

NYERI/ KETIDAKNYAMANAN

Gejala (Subjektif)

Lokasi : ulu hati , intensitas (4)

Frekuensi : 1 x dalam 10 menit

Kualitas : tertusuk-tusuk

Durasi : 10-15 detik


Faktor-faktor pencetus : jika bergerak/beraktivitas

Cara menghilangkan, faktor-faktor yang berhubungan : tarik napas dalam

Tanda (Objektif)

Mengkerutkan muka : sewaktu nyeri timbul

Menjaga area yang sakit : ya

Respons emosional : cukup baik

Penyempitan fokus : tidak

PERNAPASAN

Gejala (Subjektif)

Dispnea yang berhubungan dengan batuk/ sputum : tidak ada, pasien mengalami

nafas cepat dan dangkal

Riwayat penyakit pernapasan : ada

Perokok : ya , Pak/ hari : ± 3 batang , lama dalam tahun : ± 32 tahun

Penggunaan alat bantu pernapasan : terpasang oksigen nasal kanul 5 lpm

Tanda (Objektif)

Pernapasan :

Frekuensi : 30 x/menit

Simetris : pergerakan simetris


Penggunaan otot-otot asesori : ada

Napas cuping hidung : tidak ada

Bunyi napas : Ronkhi (+), Whezzing (+).

KEAMANAN

Gejala (Subjektif)

Alergi/ sensitivitas : pasien mengatakan tidak memiliki alergi

Tanda (Objektif)

Tidak tampak terjadi alergi

SEKSUALITAS (Komponen dari Interaksi sosial)

Aktif melakukan hubungan seksual : normal

Penggunaaaaan alat kontrasepsi : ya , jenis : kondom

Pria

Gejala (Subjektif)

Rabas penis : tidak ada Gangguan prostat : tidak ada

Sirkumsisi : ya

Vasektomi : pasien tidak melakukan vasektomi

INTERAKSI SOSIAL

Gejala (Subjektif)
Status perkawinan : menikah

Lama : 27 Tahun

Hidup dengan : istri dan anaknya

Masalah-masalah/ stres : pasien mengatakan terkadang stress dengan kondisi nya saat

ini

Orang pendukung lain : kerabat/saudara

Peran dalam struktur keluarga : pasien mengatakan berperan sebagai kepala rumah

tangga

Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit/ kondisi :

pasien mengatakan khawatir dengan kondisi saat ini

Perubahan bicara : tidak ada perubahan bicara

penggunaan alat bantu komunikasi : tidak ada

Adanya laringektomi : tidak ada

Tanda (Objektif)

Bicara : jelas

Komunikasi verbal/ nonverbal dengan keluarga/ orang terdekat lain : normal

Pola interaksi keluarga (perilaku) : baik

PENYULUHAN/ PEMBELAJARAN

Gejala (Subjektif)

Bahasa dominan (khusus) : pasien menggunakan bahasa Indonesia

Tingkat pendidikan : SMA


Keyakinan kesehatan/ yang dilakukan : pasien mengatakan yakin dengan

pengobatan yang saat ini dijalani

Faktor resiko keluarga (tandai hubungan) : PPOK

PEMERIKSAAN PENUNJANG

DARAH LENGKAP

Tanggal : 25 Januari 2021, Pukul 09.30

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan Interprestasi


Hematologi
Hemoglobin 12,0 g/dl g/dl 14.00-18.00 Nilai Kritis
Leukosit 8,0 10^3/uL 4.0-10.5 Normal
RBC 3,81 10^6/uL 4.5-5.5 Nilai Kritis
HCT 534 % 40.0-48.0 Nilai Kritis

Analisa Gas Darah

PH 7.25 7.35-7.45 Nilai Kritis


PCO2 48.9 mmHg 35-45 Nilai Kritis
PO2 38.1 mmHg 80-100 Nilai Kritis
HCT 31.0 % Nilai Kritis

HB 10.4 g/dl Nilai kritis

HCO3 50.4 MmoI/L 21-28 Nilai kritis


SO2% 80.1 % 95-99 Nilai kritis

Analisa data

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1. DS : PPOK Gangguan
- Pasien mengatakan nafas pertukaran gas
sesak. Emfisema
- Pasien mengatakan sesak
datang saat beraktifitas dan Obstruksi pada
hilang saat istirahat. pertukaran oksigen
- Pasien mengatakan sesak dan karbondioksida
datang tiba – tiba. terjadi akibat
kerusakan dinding
DO : alveoli
- Pasien tampak sesak
- Pasien tampak gelisah Gangguan
- RR : 30 x/menit pergerakan udara
- SpO2 : 85 %. dari dan keluar paru
- Pasien tampak bernafas
cepat dan dangkal Peningkatan usahan
- Pasien tampak dan frekuensi
menggunakan otot bantu pernapasan,
pernapasan penggunaan otot
- bantu pernapasan

Analisa Gas Darah Peningkatan kerja


1. PH 7,616 pernapasan,
2. PCO2 48.9 mmHg hipoksemia secara
3. PO2 38.1 mmHg reversibel
4. HCO3 50.4 mmol/L
5. SO2% 80.0 % Gangguan
pertukaran gas
2. DS : PPOK Bersihan jalan
- Pasien mengatakan napas tidak
batuk yang disertai Bronchitis Kronis efektif
dahak dan sulit untuk
dikeluarkan. Penumpukan secret
- Pasien mengatakan dan lendir yang
nafas sesak.
- Pasien mengatakan
sesak datang saat tertahan dan
beraktifitas dan hilang menyumbat jalan
saat istirahat. napas
- Pasien mengatakan
sesak datang tiba – tiba. Gangguan
DO : pergerakan udara
- Pasien tampak sesak. dari dan keluar paru

- Pasien tampak gelisah.


- Pasien tampak bernafas Penurunan

cepat dan dangkal kemampuan batuk


efektif
- Pasien tampak
menggunakan otot
hipersekresi jalan
bantu pernapasan
napas
- Bunyi napas Wheezing
(+), Rhonki (+)
Bersihan jalan napas
tidak efektif
3. DS : Proses perjalanan Intoleransi aktifitas
- Klien mengatakan penyakit
badannya letih.
DO :
Semua aktifitas dibantu Respons sistematis dan
perawat dan keluarga psikologis

Lemas , lemah,
keletihan fisik

Intoleransi aktifitas

Diagnosis Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi (D.0003)

b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan

napas (D.0149)

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)

FORMAT

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien: Tn.M Nama Mahasiswa : Amalia Sholiha


Ruang : Penyakit Paru NIM : P27906120003

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


1. (D.0003) Pertukaran Gas Terapi Oksigen (I.01026)
(L.01003) Observasi
Gangguan pertukaran gas
Setelah dilakukan - Monitor kecepatan aliran
berhubungan dengan
tindakan keperawatan oksigen
ketidakseimbangan dalam waktu 1x24 jam - Monitor posisi alat terapi
diharapkan oksigenasi oksigen
ventilasi-perfusi
dan atau eliminasi - Monitor aliran oksigen
karbondiaoksida oada secara periodic dan pastikan
membrane alveolus- fraksi yang diberikan cukup
kapiler dalam batas - Monitor efektifitas terapi
normal dengan kriteria oksigen (Oksimetri, AGD)
hasil : - Monitor kemampuan
- Bunyi napas melepaskan oksigen saat
tambahan menurun makan
(5) - Monitor tanda-tanda
- Penggunaan otot hipoventilasi
menurun (5) - Monitor tanda dan gejala
- Keluhan sesak toksikasi oksigen dan
menurun (5) atelectasis
- Pola napas membaik - Monitor tingkat kecemasan
(5) akibat terapi oksigen
- PCO2 membaik (5) - Monitor integritas mukosa
- PO2 membaik (5) hidung akibat pemasangan
- pH arteri membaik (5) oksigen
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan
napas
- Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
- Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
- Bersihkan secret
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2. (D.0149) Bersihan jalan napas Manajemen Jalan Napas
Bersihan jalan napas (L.01001) (I.01011)
tidak efektif Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Monitor pola napas
hipersekresi jalan napas dalam waktu 1x24 jam (frekuensi, kedalaman, usaha
diharapkan kemampuan napas)
membersihkan secret atau - Monitor bunyi napas
obstruksi jalan napas tambahan (wheezing, ronkhi)
untuk mempertahankan - Monitor sputum (jumlah,
jalan napas tetap paten warna, aroma)
meningkat dengan Terapeutik
kriteria hasil : - Pertahankan kepatenan jalan
- Frekuensi napas napas dengan head tilt, chin
membaik (5) lift
- Pola napas membaik - Posisikan semi fowler atau
(5) fowler
- Batuk efektif - Berikan minum hangat
membaik (5) - Lakukan fisioterapi dada,
- Produksi sputum jika perlu
menurun (5) - Berikan oksigen sesuai
- Wheezing menurun anjuran
(5) Edukasi
- Ronchi menurun (5) - Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Ajarkan teknik rileksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
oksigen
- Kolaborasi pemberian
bronchodilator,
ekpektoran, mukolitik,
jika perlu
3 (D.0056) Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I. 05178)
Intoleransi aktifitas (L.05047)
Observasi
berhubungan dengan Setelah dilakukan
kelemahan, intervensi selama 1x24 - Identifkasi gangguan fungsi
ketidakseimbangan jam, maka toleransi tubuh yang mengakibatkan
antara suplai dan aktivitas meningkat, kelelahan
kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil: - Monitor kelelahan fisik dan
- Frekuensi nadi emosional
meningkat (5) - Monitor pola dan jam tidur
- Keluhan lelah - Monitor lokasi dan
menurun (5) ketidaknyamanan selama
- Dispnea saat aktivitas melakukan aktivitas
menurun (5)
Terapeutik
- Dispnea setelah
aktivitas menurun (5)
- Sediakan lingkungan
- Perasaan lemah
nyaman dan rendah
menurun (5)
stimulus (mis. cahaya,
- Tekanan darah
suara, kunjungan)
membaik (5)
- Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi

- Anjurkan tirah baring


- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan

FORMAT

PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien: Tn.M Nama Mahasiswa : Amalia Sholiha

Ruang : Penyakit Paru NIM : P27906120003


No. Diagnosa Hari/tanggal/ Implementasi Paraf
Jam
1. Gangguan Selasa/ Observasi Amalia
26-01-21/
- Melakukan monitoring
pertukaran gas 08.00
kecepatan aliran oksigen
berhubungan
- Melakukan monitoring alat
dengan terapi oksigen
- Melakukan monitoring
ketidakseimbangan
oksigen secara periodic dan
ventilasi-perfusi
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
- Melakukan monitoring
efektifitas terapi oksigen
(Oksimetri, AGD)
- Melakukan monitoring
tanda-tanda hipoventilasi
- Melakukan monitoring tanda
dan gejala toksikasi oksigen
dan atelectasis
- Melakukan monitoring
tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
Terapeutik
- Mempertahankan kepatenan
jalan napas
Kolaborasi
Melakukan kolaborasi
penentuan dosis oksigen
2. Bersihan jalan Selasa/ Observasi Amalia
26-01-21/
napas tidak efektif - Melakukan monitoring pola
08.15
berhubungan napas (frekuensi, kedalaman,
dengan usaha napas)
hipersekresi jalan - Melakukan monitoring bunyi
napas napas tambahan (wheezing,
ronkhi)
- Melakukan monitoring
sputum (jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik
- Mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan
melakukan head tilt, chin lift
- Memberikan posisi semi
fowler
- Memberikan minum hangat
- Melakukan fisioterapi dada
- Memberikan oksigen sesuai
anjuran
Edukasi
- Menganjurkan asupan cairan
adekuat ±2000cc/hari
- Mengajarkan teknik batuk
efektif
- Mengajarkan teknik
rileksasi
Kolaborasi
- Melakukan kolaborasi
pemberian oksigen

3 Intoleransi aktifitas Selasa / Observasi Amalia


26-01-21/
berhubungan 08.20 - Mengidentifkasi gangguan
dengan kelemahan, fungsi tubuh yang
ketidakseimbangan
mengakibatkan kelelahan
antara suplai dan - Melakukan monitoring
kebutuhan oksigen kelelahan fisik dan
emosional
- Melakukan monitoring pola
dan jam tidur
- Melakukan monitoring
lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas

Terapeutik

- Memberikan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
- Melakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
- Menganjurkan melakukan
distraksi istigfar dan
sholawat
- Memberikan fasilitas duduk
di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi

- Menganjurkan tirah baring


- Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Menganjurkan
menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Menganjurkan strategi
koping untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi

- Melakukan kolaborasi
dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan

Nama Pasien: Tn.M Nama Mahasiswa : Amalia Sholiha

Ruang : Penyakit Paru NIM : P27906120003

No. Dx Hari/tanggal/ Implementasi Hasil Paraf


Jam
1. Gangguan Selasa/ Observasi S: Amalia
26-01-21/ Pasien mengatakan masih
- Melakukan monitoring
pertukaran gas 09.00
sesak
kecepatan aliran
berhubungan
oksigen
O:
dengan - Melakukan monitoring
ketidakseimbangan alat terapi oksigen - Pasien tampak sesak
- Melakukan monitoring - Pasien terpasang
ventilasi-perfusi
oksigen secara periodic oksigen nasal kanul 5
dan pastikan fraksi lpm
yang diberikan cukup - TTV :
- Melakukan monitoring TD :
efektifitas terapi 110/70 mmHg
oksigen (Oksimetri, N : 84 x/menit
AGD) RR : 26 x/menit
- Melakukan monitoring S : 36,3 0C
tanda-tanda SPO2 : 90%
hipoventilasi
- Melakukan monitoring A :
tanda dan gejala masalah teratasi sebagian
toksikasi oksigen dan P :
atelectasis Lanjutkan intervensi
- Melakukan monitoring 1,3,4,6,7
tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
Terapeutik
- Mempertahankan
kepatenan jalan napas

2. Bersihan jalan selasa/ Observasi S:


26-01-21/
napas tidak efektif - Melakukan monitoring Pasien mengatakan secret
09.05
berhubungan pola napas (frekuensi, berkurang
dengan kedalaman, usaha O :
hipersekresi jalan napas) - Secret tampak
napas - Melakukan monitoring berkurang
bunyi napas tambahan - Masih tampak
(wheezing, ronkhi) terdengar suara
- Melakukan monitoring wheezing dan ronchi
sputum (jumlah, - RR : 26 x/menit
warna, aroma) SPO2 : 90%
Terapeutik - Pasien tampak bisa
- Mempertahankan melakukan batuk
kepatenan jalan napas efektif
dengan melakukan - Pasien tampak dapat
head tilt, chin lift melakukan teknik
- Memberikan posisi rileksasi
semi fowler - Terpasang oksigen
- Memberikan minum nasal kanul 5 lpm
hangat - Pasien dalam posisi
- Melakukan fisioterapi semi fowler
dada A:
- Memberikan oksigen Masalah teratasi sebagian
sesuai anjuran P:
Edukasi Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan asupan
cairan adekuat
±2000cc/hari
- Mengajarkan teknik
batuk efektif
- Mengajarkan teknik
rileksasi
Kolaborasi
- Melakukan kolaborasi
pemberian oksigen

2 Intoleransi aktifitas Selasa / Observasi S: Amalia


26-01-21/
Pasien mengatakan masih
berhubungan 09.10 - Mengidentifkasi
sedikit lemas, dan lelahjika
dengan kelemahan, gangguan fungsi
ketidakseimbangan melakukan aktivitas
tubuh yang
antara suplai dan mengakibatkan
O:
kebutuhan oksigen kelelahan
- Pasien tampak lemah
- Melakukan
dan letih
monitoring kelelahan
- Pasien tampak
fisik dan emosional
terbaring di tempat
- Melakukan
tidur dengan posisi
monitoring pola dan
semi fowler
jam tidur
- ADL dibantu
- Melakukan
A : masalah belum teratasi
monitoring lokasi dan
I : intervensi dilanjutkan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas

Terapeutik

- Memberikan
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
- Melakukan rentang
gerak pasif dan/atau
aktif
- Menganjurkan
melakukan distraksi
istigfar dan sholawat
- Memberikan fasilitas
duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan

EVALUASI / CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien: Tn.M Nama Mahasiswa : Amalia Sholiha

Ruang : Penyakit Paru NIM : P27906120003

No Dx Hari/Tangg Catatan Perkembangan Paraf


al/Jam
1. Gangguan Selasa/ S: Amalia
pertukaran gas 26-01-21/ Pasien mengatakan sesak berkurang
berhubungan 09.25
dengan O:
ketidakseimbanga - Pasien masih tampak sesak
n ventilasi- - Pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 lpm
perfusi - TTV :
TD :
110/60 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,1 0C
SPO2 : 95%

A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi 1,3,4,6,7
2. Bersihan jalan Selasa/ S: Amalia
napas tidak 26-01-21/ - Pasien mengatakan tidak ada secret
efektif - Pasien mengatakan sudah mampu melakukan
berhubungan batuk efektif mandiri
dengan O:
hipersekresi jalan - Secret tampak berkurang
napas - Masih tampak terdengar suara ronchi
- RR : 24 x/menit
SPO2 : 95%
- Pasien tampak bisa melakukan batuk efektif
- Pasien tampak dapat melakukan teknik
rileksasi
- Terpasang oksigen nasal kanul 3 lpm
- Pasien dalam posisi semi fowler
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi

3 Intoleransi Selasa/ S: Amalia


aktifitas 26-01-21/ Pasien mengatakan masih sedikit lemas, dan lelah
berhubungan jika melakukan aktivitas
dengan
kelemahan, O:
ketidakseimbanga - Pasien tampak lemah dan letih
n antara suplai - Pasien tampak terbaring di tempat tidur
dan kebutuhan dengan posisi semi fowler
oksigen - ADL dibantu
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lnajutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai