Oleh:
Nama : Bella Insan p
NIM : P20620521029
Kelas : 2-A profesi Ners
F.Pmeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik untuk pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis menurut
Doenges (2010) antara lain :
1. Sinar x dada dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru, mendatarnya diafragma,
peningkatan area udara retrosternal, penurunan tanda vaskularisasi atau bula (emfisema),
peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkhitis), hasil normal selama periode remisi (asma).
2. Tes fungsi paru untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah
fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan
untuk mengevaluasi efek terapi misalnya bronkodilator.
3. Peningkatan pada luasnya bronkhitis dan kadang-kadang pada asma, penurunan
emfisema.
4. Kapasitas inspirasi menurun pada emfisema.
5. Volume residu meningkat pada emfisema, bronchitis kronis dan asma.
6. Forced Expiratory Volume (FEV1) atau FVC. Rasio volume ekspirasi kuat dengan
kapasitas vital kuat menurun pada bronchitis dan asma.
7. Analisa Gas Darah (AGD) memperkirakan progresi proses penyakit kronis misalnya
paling sering PaO2 menurun, dan PaCO2 normal atau meningkat (bronkhitis kronis dan
emfisema) tetapi sering menurun pada asma, pH normal atau asidosis, alkalosis respiratorik
ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma).
8. Bronkogram dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi, kolaps
bronkhial pada ekspirasi kuat (emfisema), pembesaran duktus mukosa yang terlihat pada
bronkus.
9. Hemoglobin meningkat (emfisema luas), peningkatan eosinofil (asma).
10. Kimia darah antara lain alfa satu antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi
dan diagnosa emfisema primer.
11. Sputum, kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen,
pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui keganasan atau gangguan alergi
12. Elektrokardiogram (EKG). Deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P (asma berat),
disritmia atrial (bronchitis), peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF (bronchitis,
emfisema), aksis vertikal QRS (emfisema).
13. Elaktrokardiogram (EKG) latihan, tes stress membantu dalam mengkaji derajat
disfungsi paru, mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator, perencanaan atau evaluasi
program latihan.
G.Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernapasan
Pada sistem pernapasan klien mengalami hiperventilasi dengan frekuensi pernapasan lebih
dari normal, terjadi pernapasan cuping hidung atau dispnea, terdapat otot bantu
pernapasan, pernapasan cepat dan dangkal, batuk produktif yang berlebihan, sianosis pada
pemeriksaan auskultasi ada ronki dan wheezing, adakah ronki basah, nyaring, halus, atau
sedang pada pemeriksaan perkusi biasanya hiper resonan pada area paru.
b) Sistem Kardiovaskuler
Kaji keadaan jantung yaitu : tanda-tanda aritmia, sianosis, kegagalan jantung, hipertensi
atau hipotensi. Anemia juga mungkin terjadi dan dapat menyebabkan hipokalemia serta
kelemahan karna suplai oksigen ke jaringan tidak adekuat.
c) Sitem Gastrointestinal
Klien PPOK akan merasakan mual muntah, nausea, lemah dan penurunan nafsu makan
sehingga mengalami penurunan BB
d) Sistem Genitourinaria
Adanya nocturi, poliuria, warna urin pekat atau tidak
e) Sistem Endokrin
Pengkajian pada daerah leher,apakah ada pembengkakan maupun massa, lakukan palpasi
pada kelenjer tiroid
f) Sistem Persarafan
Adakah penurunan kesadaran, disorientasi dan bingung. Perasaan sakit kepala, pusing dan
perubahan tingkah laku.
g) Sistem Integuemen
Jika klien kekurangan oksigen maka kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka membran mukosa akan tampak kering. Adanya sianosis pada daerah bibir atau
perifer, suhu dapat meningkat atau berkeringat.
h) Sistem Muskuloskletal
Penurunan kekuatan otot, lemah, pegal, lemas pada persendiaan. Mengalami keterbatasan
gerak, ekstremitas mengalami kesemutan dan odema.
i) Sistem Penglihatan
Pengkajian bentuk mata, konjungtiva, pupil, pergerakan bola mata, lapang pandang. Serta
kaji bila ada peningkatan intra okuler
j) Wicara dan THT
pengkajian pada lubang telinga, membran timpani, masalah pada pendengaran dan
penciuman. Letak septum hidung serta kaji kemampuan bicara
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d produksi sputum yang masi produktif
penyakitnya.