Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

Dosen Pembimbing :

Rita Dwi Hartanti, M. Kep.,Ns. Sp. Kep. M. B.

Disusun Oleh :

Fatchul Ferdiyanto (202002040038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2020
A. PENGERTIAN
Oksigen adalah gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara
terus menerus. Oksigen diperoleh daiatmosfer melalui proses bernapas (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada
tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh (Kristina,
2013 dalam Saryono & Widianti, 2010).
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen diatmosfer, kemudian
oksigen masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut,
faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti
trakea, bronkus utama, bronkussekunder, bronkus tersier (segmental), terminal
bronkiolus, dan selanjutnya masuk ke alveoli. Selain itu untuk jalan masuknya udara
ke organ pernapasan bagian bawah, organ pernapasan bagian atas juga berfungsi
untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke pernapasan
bagian atas juga berfungsi untuk pertukataran gas, proteksi terhaadap benda asing
yang akan masuk ke pernapasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan
melembabkan gas. Sementara itu, fungsi organ pernapasan bagian bawah, selain
sebagai tempat untuk masuknya osigen, berperan juga dalam proses difusi
gas (Tarwoto & Wartonah, 2010).

B. TINJAUAN ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Anatomi Sistem Pernafasan
Organ pernapasan pada manusia yaitu meliputi :
a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang, dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat
bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang
masuk ke dalam lubang hidung.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan
dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga
hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan
organ-organ lain adalah ke atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan dengan
rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah
terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian
vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal
tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya
disebut epiglotis, yang terdiri dari 9 tulang rawan yang berfungsi pada waktu
kita menelan makanan menutupi laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang
berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang
trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi
oleh otot polos.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai
struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus
itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru.Bronkus
kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8
cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping
dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus
bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli).
Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat
gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan
paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap
lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus
superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil
bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah
segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap
segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah
bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali,
cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm. Letak paru-paru di rongga dada
datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada
bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan
terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada
pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.
Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru
dapat berkembang kempis dan jugaterdapat sedikit cairan (eksudat) yang
berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan
antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas .
2. Fisiologi Sistem Pernapasan
Nares anterior adalah saluran-saluran di lubang hidung. Saluran-saluran itu
bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) hidung.
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah dan
bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lendir semua sinus yang
mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Faring (tekak) adalah pipa
berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungan esofagus pada
ketinggian tulang rawan terikoid. Maka letaknya di belakang hidung, di belakang
mulut dan di belakang laring. Laring (tengkorak) terletak di depan bagian
terendah faring yang memisahkan dari kolumna vertebra. Laring terdiri dari
lapisan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran. Yang
terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid dan disebelah depannya terdapat
benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu didepan leher.
Trakhea atau batang tenggorakan kira-kira sembilan sentimeter
panjangnya. Trakhea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak
lengkap berupa cicin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa.
Trakhea dilapisan oleh selaput lendir yang terdiri dari epithelium bersilia dan sel
cangkir. Trakhea servikalis yang berjalan melalui leher, disilang oleh istmus
kelenjar tiroid, yaitu belahan dari kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakhea.
Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel
yang sama. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri,
sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang
disebut brinchus lobus atas cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat
dibawah arteri disebut bronchus lobus bawah.

Paru-paru merupakan salah satu alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (alveoli). Alveoli terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel.Jika dibentang luas permukaan < 90 m2 , pada lapisan inilah terjadi
pertukaran udara, O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari dalam
darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini < 700.000.000 buah (paru-paru kiri
dan kanan). Paru-paru ini dibagi menjadi 2 yaitu paru-paru kanan yang terdiri
dari 3 lobus dan paru-paru kiri mempunyai 2 lobus. Letak paru-paru adalah pada
rongga dada tepatnya pada cavum mediastinum. Paru-paru dibungkus oleh dua
selaput halus yang disebut pleura visceral, sedangkan selaput yang berhubungan
langsung dengan rongga dada sebelah dalam adalah selaput fleur parietal.
Diantara pleura ini terdapat sedikit cairan, berfungsi untuk melicinkan permukaan
selaput fleura agar dapat bergerak akibat inspirasi dan ekspirasi, paru-paru akan
terlindungi dinding dada. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan menjadi 2
kapasitas yaitu kapasitas total yang mengandung arti jumlah udara dapat mengisi
paru-paru pada inspirasi sedalam-dalamnya. Sedangkan kapasitas vital adalah
jumlah udara dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal.

Dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak


kurang lebih 5 liter. Waktu ekspirasi di dalam paru-paru dapat masih tertinggal <
3 liter udara. Pada waktu kita bernafas biasa udara yang masuk ke dalam paru-
paru 2.600 CM3 atau 2 ½ M jumlah pernafasan. Dalam keadaan normal orang
dewasa 16-18 x/menit anak-anak 24 x/menit dan bayi 30 x/menit. Dalam keadaan
tertentu keadaan tersebut akan berubah, misalnya akibat dari suatu penyakit
pernafasan bisa bertambah cepat atau sebaliknya.

C. TINJAUAN MEDIS
Tinjauan medis pada gangguan oksigenasi yaitu salah satunya dengan terapi
oksigen. Terapi oksigen adalah pemberian oksigen lebih dari udara atmosfer atau
FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan
mencegah asidosis espiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas
dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90%.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. Faktor fisiologis  
a. Penurunan kapasitas membawa oksigen 
b. Penurunan konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi
2. Faktor perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara.Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas
yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter
dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal.
Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanju usia juga
terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola nafas. Tahap perkembangan klien
dan proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenasi jaringan : Bayi
Premature, Bayi dan Todler, Anak Usia Sekolah dan Remaja, Dewasa muda dan
dewasa pertengahan dan Lansia.
3. Faktor lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan populasi mempengaruhi oksigenasi, makin tinggi
daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju
pernafasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernafasan yang
meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigenasi juga meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan dan
yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi
kebutuhan akan oksigen.
4. Gaya hidup  
Aktivitas dan laihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernafasan dan
denyut jantung, demikian juga suplai oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit
paru.
5. Status kesehatan  
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernafasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke
sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernafasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen adalah anemia, karena hemoglobin
berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke sel dan dari sel.
6. Narkotika   
Narkotika seperti morfin dapat menurunkan laju dan kedalaman pernafasan ketika
depresi pusat pernafasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat
narkotik analgetik, perawat harus mampu memantau laju dan kedalaman
pernafasan.
7. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan  
Fungsi pernafasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi pernafasan yaitu :
a.Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b.Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c.Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan sel jaringan
8. Perubahan pola nafas  
Pernafasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernafasan ini sama jaraknya
dan sedikit perbedaan kedalamanya. Bernafas yang sulit disebut dypsnue (sesak).
Kadang-kadang terdapat nafas cuping hidung karena usaha inspirasi yang
meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopnea yaitu ketidakmampuan untuk
benafas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
9. Obstruksi jalan nafas
Obstruksi jalan nafas lengkap atau sebagian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernafasan disebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan nafas bagian atas meliputi :
hidung, faring, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti
makanan, karena lidah yang jatuh ke belakang (orthipharing) bila individu tidak
sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran nafas. Obstruksi jalan nafas dibagian
bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran nafas bronkus dan
paru-paru. Mempertahankan jalan nafas yang terbuka merupakan intervensi
keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Obstruksi
sebagian jalan nafas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi
(inspirasi).

E. MEKANISME / PROSES KERJA


Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu:
1. Ventilasi, proses keluar masuknya udara ke paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml.
2. Perfusi paru, adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir
dalam arteri pulmonaris dari ventrikel jantung.
3. Difusi, adalah pergerakan molekul dan area dengan konsentrasi tinggi ke area
konsentrasi rendah.
Proses oksigenasi dimulai dari rongga hidung – faring – laring - trakea - bronkus -
bronkeolus - alveolus - paru – paru. Pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida
terjadi di alveuolus dan sel jaringan tubuh melalui proses difusi. Oksigen akan
berdisfusi masuk kedalam darah kapiler yang menyelubungi alveolus. Kemudian,
oksigen akan diikat oleh tekanan persial. Pada waktu tekanan udara luar suatu
atmosfer (760 mmHg) besarnya tekanan oksigen dapat berdisfusi ke sel-sel jaringan
tubuh. Proses difusi berlangsung sederhana, yaitu hanya dengan gerakan molekul -
molekul secara bebas melalui membran sel dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Kemudian oksigen diangkut oleh plasma darah dan Hemoglobin (Hb).

F. KELUHAN-KELUHAN YANG SERING MUNCUL


Keluhan-keluhan yang sering muncul pada pasien dengan gangguan oksigenasi yaitu :
1. Batuk
2. Peningkatan poduksi sputum
3. Dispnea
4. Hemoptysis
5. Mengi
6. Chest pain

G. TANDA DAN GEJALA


Adanya penurunan tekanan inspirasi atau ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas
vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi
gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis, warna
kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika
bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2013).

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada sistem
pernapasan merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat karena 80%
diagnosis masalah pasien diperoleh dari anamnesis.
1) Identitas
a) Umur
Umur pasien yang mengalami gangguan kebutuhan oksigenasi banyak
menyerang diusia produktif 18-50 tahun dan anak anak dibawah usia 5
tahun.
b) Alamat
Kondisi permukiman atau tempat tinggal menjadi salah satu hal yang
penting dan perlu ditanya pada pasien dengan gangguan oksigenasi.
Karena gangguan kebutuhan oksigenasi sangat rentan dialami oleh mereka
yang bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh, rumah yang
lembab akibat kurang pencahayaan matahari, dan kurang adanya ventilasi.
c) Jenis Kelamin
Penderita gangguan kebutuhan oksigenasi banyak didapatkan pada jenis
kelamin laki-laki, karena pola hidup mereka seperti merokok.
d) Pekerjaan
Jenis pekerjaan dilingkungan industri dan berpolusi beresiko dapat
mengganggu system pernapasan (Muttaqin, 2012).
2) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah yang paling sering dirasakan mengganggu oleh klien
dengan gangguan kebutuhan oksigenasi. Keluhan utama yang sering muncul
pada klien gangguan kebutuhan oksigenasi adalah sebagai beikut:
a) Batuk
b) Peningkatan produksi sputum
c) Dispnea
d) Hemoptysis
e) Mengi
f) Chest pain
3) Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian riwayat penyakit saat ini seperti menanyakan tentang riwayat
penyakit sejak timbulnya keluhan hingga pasien meminta pertolongan. Misal
sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut
terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan pertama kali
timbul, apa yang dilakukan ketika keluhan ini terjadi, keadaan apa yang
memperberat atau memperingan keluhan, adakah usaha untuk mengatasi
keluhan ini sebelum meminta pertolongan, berhasil atau tidak usaha tersebut.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu memberikan data tentang informasi kesehatan klien.
Kaji klien tentang kondisi kronis manifestasi pernapasan, karena kondisi ini
memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru. Dapatkan pula
informasi tentang sejak kapan terjadi penyakit, apakah pasien pernah dirawat
sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami penyakit yang
berat, apakah pernah mempunyai keluhan yang sama.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian riwayat keluarga pada pasien dengan gangguan oksigenasi sangat
penting untuk mendukung keluhan dari penderita. Perlu dicari riwayat
keluarga yang memberikan predisposisi keluhan kepada pasien (Andarmoyo,
2012).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
a) Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)
b) Konjungtiva pucat (anemia)
c) Konjungtiva sianosis (hipoksemia)
2) Hidung
a) Pernapasan dengan cuping hidung
b) Membran mukosa sianosis (penurunan oksigen)
c) Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru
kronik)
3) Kulit
a) Sianosis perifer (vasokontriksi)
b) Sianosis secara umum (hipoksemia)
c) Penurunan turgor (dehidrasi)
d) kuku Sianosis perifer (kurangngnya suplai O2 ke perifer)
e) Clubbing finger ( hipoksemia kronik)
4) Dada dan Thoraks
a) Inspeksi
Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk, dan kesimetrisan
ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi pada dada bisa dikerjakan pada saat
bergerak aray pada saat diam. Amati juga pergerakan pernapasan klien.
Sedangkan untuk mengamati adanya kelainan tulang punggung baik
kifosis, skoliosis, maupun lordosis, akan lebih mudah dilakukan pada saat
bergerak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi (eupnea,
bradipnea, dan takipnea), sifat (pernapasan dada, diafragma, stoke, dll).
b) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada,
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikassi keadaan kulit, dan
mengetahui taktil fermitus. Kaji abnormalitas saat inspeksi seperti: masa,
lesi, dan bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien
mengeluh nyeri. Taktil fremitus (getaran pada dinding dada yang
dihasilkan ketika berbicara).
c) Perkusi
- Perkusi langsung
Perkusi langsung, yakni pemeriksaan memukul thoraks klien dengan
bagian palmar jaritengan keempatujung jari tangannya.
- Perkusi Tak Langsung
Perkusi tak langsung, yakni pemeriksa menempelkan suatu objek padat
yang disebut pleksimeter pada dada klien, lalu sebuah objek lain yang
disebut pleskor untuk memukul pleksimeter tadi, sehingga
menimbulkan suara. Suara perkusi pada klien tuberkulosis paru
biasanya hipersonor yaitu bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi udara.
d) Auskultasi
Biasanya pada penderita tuberkulosis paru didapatkan bunyi napas
tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat untuk
mendemonstrasikan daerah mana didapatkan adanya ronkhi (Andarmoyo,
2012).

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan:
a. Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau
influenza.
b. Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
c. Sumbatan jalan nafas karena benda asing
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan:
a. Lemahnya otot pernafasan
b. Penurunan ekspansi paru
c. Kecemasan
3. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan:
a. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b. Perubahan membran alveolus-kapiler (SDKI, 2016)
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan sputum.
b. Pola nafas tidak efektif b/d lemahnya otot pernapasan.
c. Gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan permukaan paru.

No Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
Dx
1 Setelah dilakukan 1. Auskultasi dada 1. Pernafasan rochi,
tindakan keperawatan untuk karakter bunyi wheezing menunjukkan
selama 3 x 24 jam nafas dan adanya tertahannya secret
diharapkan bersihan jalan secret. obstruksi jalan nafas
napas efektif sesuai 2. Berikan air minum 2. Membantu mengencerkan
dengan kriteria: hangat secret
3. Beri posisi yang 3. Memudahkan pasien untuk
1. Menunjukkan jalan
nyaman seperti bernafas
nafas bersih
posisi semi fowler 4. Pakaian yang ketat
2. Suara nafas normal
4. Sarankan keluarga menyulitkan pasien untuk
tanpa suara
agar tidak bernafas
tambahan
memakaikan 5. Kelembapan
3. Tidak ada
pakaian ketat mempermudah
penggunaan otot
kepada pasien pengeluaran dan
bantu nafas
5. Kolaborasi mencegah pembentukan
4. Mampu melakukan
penggunaan mucus tebal pada bronkus
perbaikan bersihan
nebulizer dan membantu pernafasan
jalan nafas
2 Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi 1. Mengetahui frekuensi
tindakan keperawatan pernafasan pasien. pernafasan paasien
selama 3 X 24 jam 2. Tinggikan kepala 2. Duduk tinggi
diharapkan pola napas dan bantu memungkinkan ekpansi
efektif dengan kriteria : mengubah posisi. paru dan memudahkan
3. Ajarkan teknik pernafasan
1. Menunjukkkan pola
bernafas dan 3. HE dapat memberikan
nafas efektif dengan
relaksasi yang benar pengetahuan pada pasien
frekuensi nafas 16-
4. Kolaborasikan tentang teknik bernafas
20 kali/menit dan
dalam pemberian 4. Pengobatan mempercepat
irama teratur
obat penyembuhan dan
2. Mampu
memperbaiki pola nafas
menunjukkan
perilaku
peningkatan fungsi
paru       
3 Setelah dilakukan 1. Auskultasi dada 1. Weezing atau
tindakan keperawatan untuk karakter mengiindikasi
selama 3 X 24 jam bunyi nafas dan akumulasisekret/ketidakm
diharapkan pertukaran adanya secret. ampuan membersihkan
gas dapat dipertahankan 2. Beri posisi yang jalan napas  sehingga otot
dengan kriteria : nyaman seperti aksesori digunakan dan
posisi semi fowler kerja pernapasan
1. Menunjukkan
3. Anjurkan untuk meningkat.
perbaikan ventilasi
bedrest, batasi dan 2. Memudahkan pasien
dan oksigenasi
bantu aktivitas untuk bernafas
jaringan
sesuai kebutuhan
2. Tidak ada sianosis
4. Ajarkan teknik
bernafas
-          dan  relaksasi yang 3. Mengurangi konsumsi
benar. oksigen pada periode
5. Kolaborasikan respirasi.
terapi oksigen 4. HE dapat memberikan
pengetahuan pada pasien
tentang teknik bernafas
5. memaksimalkan sediaan
oksigen khususnya
ventilasi menurun
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia: Personal and Environment Hygiene.
Ponorogo: Akademi Keperawatan Universitas Muhammadiyah.

Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA NIC NOC. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.

Saryono & Anggriyana Tri Widianti. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
Nuha Medika.

SDKI PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator
Diagnostik), Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator
Diagnostik), Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai