Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Paru-paru merupakan salah satu alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (alveoli). Alveoli terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel.Jika dibentang luas permukaan < 90 m2 , pada lapisan inilah terjadi
pertukaran udara, O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari dalam
darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini < 700.000.000 buah (paru-paru kiri
dan kanan). Paru-paru ini dibagi menjadi 2 yaitu paru-paru kanan yang terdiri
dari 3 lobus dan paru-paru kiri mempunyai 2 lobus. Letak paru-paru adalah pada
rongga dada tepatnya pada cavum mediastinum. Paru-paru dibungkus oleh dua
selaput halus yang disebut pleura visceral, sedangkan selaput yang berhubungan
langsung dengan rongga dada sebelah dalam adalah selaput fleur parietal.
Diantara pleura ini terdapat sedikit cairan, berfungsi untuk melicinkan permukaan
selaput fleura agar dapat bergerak akibat inspirasi dan ekspirasi, paru-paru akan
terlindungi dinding dada. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan menjadi 2
kapasitas yaitu kapasitas total yang mengandung arti jumlah udara dapat mengisi
paru-paru pada inspirasi sedalam-dalamnya. Sedangkan kapasitas vital adalah
jumlah udara dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal.
C. TINJAUAN MEDIS
Tinjauan medis pada gangguan oksigenasi yaitu salah satunya dengan terapi
oksigen. Terapi oksigen adalah pemberian oksigen lebih dari udara atmosfer atau
FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan
mencegah asidosis espiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas
dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90%.
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada sistem
pernapasan merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat karena 80%
diagnosis masalah pasien diperoleh dari anamnesis.
1) Identitas
a) Umur
Umur pasien yang mengalami gangguan kebutuhan oksigenasi banyak
menyerang diusia produktif 18-50 tahun dan anak anak dibawah usia 5
tahun.
b) Alamat
Kondisi permukiman atau tempat tinggal menjadi salah satu hal yang
penting dan perlu ditanya pada pasien dengan gangguan oksigenasi.
Karena gangguan kebutuhan oksigenasi sangat rentan dialami oleh mereka
yang bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh, rumah yang
lembab akibat kurang pencahayaan matahari, dan kurang adanya ventilasi.
c) Jenis Kelamin
Penderita gangguan kebutuhan oksigenasi banyak didapatkan pada jenis
kelamin laki-laki, karena pola hidup mereka seperti merokok.
d) Pekerjaan
Jenis pekerjaan dilingkungan industri dan berpolusi beresiko dapat
mengganggu system pernapasan (Muttaqin, 2012).
2) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah yang paling sering dirasakan mengganggu oleh klien
dengan gangguan kebutuhan oksigenasi. Keluhan utama yang sering muncul
pada klien gangguan kebutuhan oksigenasi adalah sebagai beikut:
a) Batuk
b) Peningkatan produksi sputum
c) Dispnea
d) Hemoptysis
e) Mengi
f) Chest pain
3) Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian riwayat penyakit saat ini seperti menanyakan tentang riwayat
penyakit sejak timbulnya keluhan hingga pasien meminta pertolongan. Misal
sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut
terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan pertama kali
timbul, apa yang dilakukan ketika keluhan ini terjadi, keadaan apa yang
memperberat atau memperingan keluhan, adakah usaha untuk mengatasi
keluhan ini sebelum meminta pertolongan, berhasil atau tidak usaha tersebut.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu memberikan data tentang informasi kesehatan klien.
Kaji klien tentang kondisi kronis manifestasi pernapasan, karena kondisi ini
memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru. Dapatkan pula
informasi tentang sejak kapan terjadi penyakit, apakah pasien pernah dirawat
sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami penyakit yang
berat, apakah pernah mempunyai keluhan yang sama.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian riwayat keluarga pada pasien dengan gangguan oksigenasi sangat
penting untuk mendukung keluhan dari penderita. Perlu dicari riwayat
keluarga yang memberikan predisposisi keluhan kepada pasien (Andarmoyo,
2012).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
a) Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)
b) Konjungtiva pucat (anemia)
c) Konjungtiva sianosis (hipoksemia)
2) Hidung
a) Pernapasan dengan cuping hidung
b) Membran mukosa sianosis (penurunan oksigen)
c) Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru
kronik)
3) Kulit
a) Sianosis perifer (vasokontriksi)
b) Sianosis secara umum (hipoksemia)
c) Penurunan turgor (dehidrasi)
d) kuku Sianosis perifer (kurangngnya suplai O2 ke perifer)
e) Clubbing finger ( hipoksemia kronik)
4) Dada dan Thoraks
a) Inspeksi
Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk, dan kesimetrisan
ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi pada dada bisa dikerjakan pada saat
bergerak aray pada saat diam. Amati juga pergerakan pernapasan klien.
Sedangkan untuk mengamati adanya kelainan tulang punggung baik
kifosis, skoliosis, maupun lordosis, akan lebih mudah dilakukan pada saat
bergerak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi (eupnea,
bradipnea, dan takipnea), sifat (pernapasan dada, diafragma, stoke, dll).
b) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada,
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikassi keadaan kulit, dan
mengetahui taktil fermitus. Kaji abnormalitas saat inspeksi seperti: masa,
lesi, dan bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien
mengeluh nyeri. Taktil fremitus (getaran pada dinding dada yang
dihasilkan ketika berbicara).
c) Perkusi
- Perkusi langsung
Perkusi langsung, yakni pemeriksaan memukul thoraks klien dengan
bagian palmar jaritengan keempatujung jari tangannya.
- Perkusi Tak Langsung
Perkusi tak langsung, yakni pemeriksa menempelkan suatu objek padat
yang disebut pleksimeter pada dada klien, lalu sebuah objek lain yang
disebut pleskor untuk memukul pleksimeter tadi, sehingga
menimbulkan suara. Suara perkusi pada klien tuberkulosis paru
biasanya hipersonor yaitu bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi udara.
d) Auskultasi
Biasanya pada penderita tuberkulosis paru didapatkan bunyi napas
tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat untuk
mendemonstrasikan daerah mana didapatkan adanya ronkhi (Andarmoyo,
2012).
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia: Personal and Environment Hygiene.
Ponorogo: Akademi Keperawatan Universitas Muhammadiyah.
NANDA NIC NOC. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
Saryono & Anggriyana Tri Widianti. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
Nuha Medika.
SDKI PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator
Diagnostik), Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator
Diagnostik), Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.