Anda di halaman 1dari 10

ANALISA TINDAKAN

TERAPI NEBULIZER
DI RUANG LAVENDER RSUD KARDINAH KOTA TEGAL

Oleh :
KHARISMA LALA DEWI
NIM 220104048

PRAKTEK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DASAR


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2022/2023
1. Nama Jenis Tindakan Keperawatan
Terapi Nebulizer
2. Indikasi Tindakan Keperawatan
a. Bronkospasme akut
b. Produksi mukus berlebihan
c. Batuk dan sesak napas
d. Epiglotiitis

3. Rasionalisasi Tindakan Keperawatan


Mencegah pengeringan membran mukosa dan membantu pengenceran secret

4. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi sistem pernafasan

1) Hidung
Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan
dan indra penciuman. Bentuk dan stuktur hidung menyerupai piramida atau
kerucut dengan alasnya pada prosesus palatinus osis maksilaris dan pars
horizontal osis palatum. Dalam keadaan normal, udara masuk dalam sistem
pernapasan, melalui rongga hidung. Vestibulum rongga hidung berisi serabut-
serabut halus. Epitel vestibulum berisi rambut-rambut halus yang mencegah
masuknya benda-benda asing yang menggangu proses pernapasan.
Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung di belakang
eksterna. Hidung eksterna terdiri dari kartilago sebelah bawah dan tulang
hidung disebelah atas ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan pada bagian
dalamnya dengan membran mukosa. Hidung terdiri dari dua kavum nasi yang
dipisahkan oleh septum nasi (sekat rongga hidung). Didalam hidung terdapat
bulu-bulu halus yang berfungsi untuk menyaring udara, debu dan kotoran-
kotoran yang masuk ke dalam hidung.
2) Faring
Faring adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus antara
basis kranii dan vertebrae servikalis VI. Di antara basis kranii dan esofagus
berisi jaringan ikat digunakan untuk tempat lewat alat-alat di daerah faring.
Faring (tekak) adalah pipa berotot yang bermula dari dasar tenggorokan dan
berakhir sampai persambungannya dengan esofagus dan batas tulang rawan
krikoid. Faring terdiri atas tiga bagian yang dinamai berdasarkan letaknya,
yakni nasofaring (dibelakang hidung), orofaring (dibelakang mulut), dan
laringofaring (dibelakang laring). Faring merupakan tempat persimpangan
antara jalan pernapasan dan jalan makan.
3) Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan yang
dilengkapi dengan otot, membran, jaringan ikat, dan ligamentum. Sebelah atas
pintu masuk laring membentuk tepi epiglotis, lipatan dari efiglotis aritenoid
dan pita interaritenoid, dan sebelah bawah tepi bawah kartilago krikoid. Tepi
tulang dari pita suara asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis. Bagian
atas disebut supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis. Laring terletak
diantara faring dan trakea. Berdasarkan letak vertebra servikalis, laring berada
di ruas ke-4 atau ke-5 dan berakhir di vertebra servikalis ruas ke-6. Laring
disusunoleh 9 kartilago yang disatukan oleh ligamen dan ot rangka pada
tulang hioid di bagian atas dan trakea dibawahnya. Laring menghubungkan
faring dan trakea. Laring yang dikenal sebagai kotak suara (voice box) atau
pangkal tenggorok mempuanyai bentuk seperti tabung pendek dengan bagian
besar diatas dan menyempit ke bawah. Laring merupakan rangkaian cincin
tulang rawan yang dihubungkan dengan otot dan mengandung pita suara.
Laring berhubungan dengan fonasi dan berfungsi sebagai pelindung. Epiglotis
berfungsi menutup laring saat menelan.
4) Trakea
Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C
yang dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput,
terletak diantara vertebrae servikalis VI sampai tepi bawah kartilago krikoidae
vertebrata torakalis V. Panjangnya sekitar 13 cm dan diameter 2,5 cm, dilapisi
oleh otot polos, mempunyai dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok-
balok hialin yang mempertahankan trakea tetap terbuka. Trakea adalah sebuah
tabung yang berdiameter 2,5 cm dengan panjang 11 cm. Trakea terletak
setelah laring dan memanjang ke bawah setara dengan vertebra torakalis ke-5.
Ujung trakea bagian baawah bercabang menjadi dua bronkus kanan dan kiri.
Trakea merupakan bagian saluran pernapasan yang bentuknya seperti tabung
dan merupakan lanjutan laring, dan merupakan saluran udara sejati,
panjangnya kira-kira 10 cm. Dinding trakea terdiri dari otot polos yang
ditunjang oleh sejumlah 16-20 cincin tulang rawan yang bentuknya seperti
hurup C. Trakea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai
dengan 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang dibentuk seperti kuku
kuda (huruf C). Panjang trakea lebih kurang 9-11 cm.
5) Bronkus
Bronkus (cabang tenggorokan) merupakan lanjutan dari trakea, terdapat
pada ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur
sama dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan
berjalan kebawah kearah tampuk paru-paru. Bronkus mengadakan pendekatan
pada lobus pernafasan, struktur dalam bronkus berbeda dengan diluar bronkus.
Seluruh gabungan otot menekan bagian yang melaui cabang-cabang tulang
rawan yang makin sempit dan semakin kecil yang disebut brokiolus. Dari tiap-
tiap bronkiolus masuk ke dalam lobus dan bercabang lebih banyakdengan
diameter 0,5 mm, bronkus yanng terakhir membangkitkan pernapasan
brokiolus membuka dengan cara melepaskan udara ke permukaan pernapasan
paru-paru. Pernapasan bronkiolus membuka dengan cara memperluas ruangan
pembuluh alveoli dimana terjadi pertukaran udara (oksigen dengan karbon
dioksida).
Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakea. Bronkus kiri dan
kanan tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan arahnya
hampir vertikal dengan trakea. Sebaliknya, bronkus kiri lebih panjang, lebih
sempit, dan sudutnya pun lebih runcing. Bentuk anatomi yang khusus ini
memiliki implikasi klinis tersendiri seperti jika ada benda asing yang
terinhalasi, maka benda itu lebih memungkinkan berada di bronkus kana di
bandingkan bronkus kiri karena arah dan lebarnya. Struktur mikrodkopis
bronkus mirip dengan trakea. Bronkus primer kiri lebih horizontal, lebih
panjang dan lebih kecil dari bronkus kanan. Maka benda-benda asing yang
terhisap lebih sering dan lebih mudah masuk ke bronkus kanan.
6) Pulmo
Paru-paru merupakan organ utama sistem pernapasan yang berda di dalam
rongga dada, terdiri atas paru kanan dan paru kiri. Paru-paru dibungkus
kantung yang dibentuk oleh pleura paritalis dan pleura viseralis. Di antara paru
kanan dan paru kiri terdapat mediasternum yang berisi jantung, aorta, dan
arteri besar, pembuluh darah vena besara, trakea. Kelenjar timus, saraf,
jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Kedua paru sangat lunak
dan elastis, mampu mengembang dan mengempis secara bergantian. Sifat
elastis paru disebabkan oleh adanya serat-serat jaringan ikat elastis dan
tegangan permukaan alveolus. Paru-paru berwarna biru keabu-abuan dan
berbintik-bintik akibat dari partikel-partikel debu yang masuk dimakan
fagosit, banyak ditemukan pada pekerja tambang. Masing-masing paru
mempunyai apeks yang tumpul menjorok keatas, masuk ke leher kira-kira 2,5
cm diatas klavikula. Fasies kostalis yang koveks berhubungan dengan dinding
dada dan fasies mediastinalis yang konkaf membentuk perikardium. Sekitar
pertengahan permukaan kiri terdapat hilus pulmonalis suatu lekukan dimana
bronkus, pembuluh darah, dan saraf masuk paru-paru membentuk radiks
pulmonalis.
Paru-paru terdiri dari paru-paru kanan (lobus superior, medial dan
inferior), 10 segmen. Paru-paru kiri (lobus superior, dan inferior), 10 segmen.
Paru-paru terletak di dlam rongga dada atau rongga thoraks, paru-paru
dibungkus oleh sepalut yang disebut pleura, terbagi atas dua lapisan yaitu,
pleura parietalis (bagian luar, yang melapisi rongga dada). Pleura viseralis
(bagian dalam, yang menyelubungi seriap paru-paru). Celah antara pleura
parietalis dan pleura viseralis disebut kavum pleura yang normalnya hampa
udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis secara sempurna,
didalamnya juga terdapat sedikit cairan yang berfungsi untuk melumasi
permukaan pleura serta menghindarkan gersekan antara paru-paru dengan
dinding dada pada waktu bernafas atau bergerak.
7) Sinus Pleura
Tidak seluruh kantung dibentuk oleh lapisan pleura diisi secara sempurna
oleh paru-paru, baik kearah bawah maupun kearah depan. Terdapat kavum
pleura yang dibentuk hanya oleh lapisan pleura parietalis saja, rongga ini
disebut sinus pleura (recessus pleura).
8) Ligamentum Pulmonal
Radiks pulmonalis : bagian depan, atas, dan belakang ditutupi oleh
pertemuan parietalis dan pleura viseralis. Sebelah bawah radiks yang berasal
dari depan dan belakang bergabung membentuk lipatan yang disebut
ligamentum pulmonal. Ligamentum ini terdapat diantara bagian bawah fasies
mediastinalis dan perikordiuim dan berakhir pada pinggir yang bundar.
b. Fisiologi sistem Pernafasan
1) Ventilasi
Ventilasi adalah gerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Gerakan
dalam pernafasan adalah ekspansi dan inspirasi. Pada inspirasi otot diafragma
berkontraksi dan kuabh dari diafragma menurun, pada waktu yang bersamaan
otot-otot interkostal interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit
ke arah luar. Dengan gerakan seperti ini ruang didalam dada meluas, tekanan
dalam alveoli menurun dan udara memasuki paru-paru.
Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi.
Diafragma naik, dinding-dinding dada jatuh kedalam dan ruamg di dalam dada
hilang. Pada pernafasan normal yang tenang terjadi sekitas 16 kali permenit.
Ekspirasi diikuti dengan terhentinya sejenak. Kedalaman dan jumlah dari
gerakan pernafasan sebegian besar dikendalikan secara biokimiawi
2) Difusi
Difusi adalah gerakan diantara udara dan karbondioksida didalam alveoli dan
darah didalam kapiler sekitarnya. Gas-gas melewati hampir secara seketika
siantara alveoli dan darah dengan cara difusi. Dalam cara difusi ini gas
mengalir dari tempat yang tinggi tekanan partialnya ke tempat lain yang lebih
rendah tekanan parsialnya.
3) Transportasi gas dalam darah
Transport : pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah. Oksigen
ditrasportasi dalam darah: dalam sel-sel darah merah; oksigen bergabung
dengan hemoglobin utuk membentuk oksihemoglobin, yang berwarna merah
terang. Dalam plasma: sebagian oksigen terlarut dalam plasma.
4) Pertukaran gas dalam jaringan
Metabolisme jaringan meliputi pertukaran oksigen dan karbondioksida
diantara darah dan jaringan.

5. Alat dan Bahan


a. Set nebulizer
b. Obat bronkodilator
c. Bengkok 1 buah
d. Tissue
e. Spuit 5 cc
f. Aquades

6. Prinsip Tindakan Keperawatan


Prinsip pemberian terapi nebulizer adalah bersih
7. Prosedur Tindakan Keperawatan
PROSEDUR TINDAKAN
Tahap PraInteraksi
1) Mengecek program terapi
2) Mencuci tangan
3) Menyiapkan alat
Tahap Orientasi
4) Memberikan salam dan sapa nama pasien
5) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
6) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
Tahap Kerja
7) Menjaga privacy pasien
8) Mengatur pasien dalam posisi duduk
9) Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set nebulizer
10) Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
11) Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik
12) Memasukkan obat sesuai dosis
13) Memasang masker pada pasien
14) Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis
15) Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue

Tahap Terminasi
16) Melakukan evaluasi tindakan
17) Berpamitan dengan pasien/keluarga
18) Membereskan alat
19) Mencuci tangan
20) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

8. Respon Objektif dan Subjektif


a. Respon obyektif :
 Pasien tampak kooperatif
 Pasien tampak lebih nyaman
 RR : 20x/menit
b. Respon subyektif :
 Pasien bersedia untuk dilakukan terapi nebulizer
 Pasien mengatakan sesahnya sudah berkurang
 Pasien mengatakan dahaknya mudah untuk dikeluarkan

9. Menganalisis keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan


Berdasarkan analisa tindakan yang telah dilakukan berada dalam kategori berhasil hal
ini dikarenakan hamper keseluruhan prosedur tindakan dilakukan oleh perawat.
10. Refleksi diri dari kekurangan tindakan keperawatan yang telah dilakukan
a. Kekurangan selama fase pra interaksi
Tidak menjelaskan prosedur tindakan secara lengkap
b. Kekurangan selama fase kerja
Tidak tenang
c. Kekurangan selama fase terminasi
Tidak menanyakan kenyamanan pasien
d. Kekurangan selama fase setelah interaksi
Tidak menjelaskan prosedur pelaksanaan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC
Carpenito, L. J. (2019). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik, Edisi
9. Jakarta: EGC
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A., C,(2020).Rencana Asuhan
Keperawatan pedoman untuk Perencanaan Keperawatan
Pasien.Edisi:3.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai