Di Susun Oleh:
NIM : 210104023
Di Susun Oleh:
NIM : 210104023
Menurut Sidharta (2008), sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap
bagian-bagian di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-
bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot oksipital, temporal dan frontal,
kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka
nyeri. Bangunan-bangunan intracranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama
dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada
basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Peransangan terhadap bagian-bagian itu dapat berupa : 1. Infeksi selaput otak :
meningitis, ensefalitis 2. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan
subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi. 3. Peregangan
selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalanlintasan liquor,
trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-
tiba atau cepat sekali. 4. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti
pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan
metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat
vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut). 5.
Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan
clusterheadache) dan radang (arteritis temporalis) 6. Gangguan terhadap otot-otot yang
mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis),baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang
mendesak gigi)dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psiko organik pada
keadaan depresi dan stress.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen kepala : mendeteksi fraktur dan penyimpangan struktur.
2. Rontgen sinus : Mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan mengidentifikasi
masalah-masalah struktur, malformasi rahang.
3. Pemeriksaan visual : ketajaman, lapang pandang, refraksi, membantu dalam
menentukan diagnosa banding.
4. CT scan Otak : Mendeteksi masa intracranial, perpindahan ventrikuler atau
hemoragi Intracranial.
5. Sinus : Mendeteksi adanya infeksi pada daerah sfenoldal dan etmoidal
6. MRI : Mendeteksi lesi/abnormalitas jaringan, memberikan informasi tentang
biokimia, fisiologis dan struktur anatomi.
7. Ekoensefalografi : mencatat perpindahan struktur otak akibat trauma, CSV
atau space occupaying lesion.
8. Elektroensefalografi : mencatat aktivitas otak selama berbagai aktivitas saat
episode sakit kepala.
9. Angeografi serebral : Mengidentifikasi lesivaskuler.
10. HSD : leukositosis menunjukkan infeksi, anemia dapat menstimulasi migren.
11. Laju sedimentasi : Mungkin normal, menetapkan ateritis temporal, meningkat
pada inflamasi.
12. Elektrolit : tidak seimbang, hiperkalsemia dapat menstimulasi migren.
13. Pungsi lumbal : Untuk mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan CSS,
adanya sel-sel abnormal dan infeksi.
F. PENATALAKSANAAN
1. Migren
a. Terapi Profilaksis
a) Menghindari pemicu
b) Menggunakan obat profilaksis secara teratur
c) Profilaksis: bukan analgesik, memperbaiki pengaturan proses fisiologis yang
mengontrol aliran darah dan aktivitas system syaraf
b. Terapi abortif menggunakan obat-obat penghilang nyeri dan/atau
vasokonstriktor. Obat-obat untuk terapi abortif
a) Analgesik ringan : aspirin (drug of choice), parasetamol
b) NSAIDS : Menghambat sintesis prostaglandin, agragasi platelet, dan
pelepasan 5-HT. Naproksen terbukti lebih baik dari ergotamine. Pilihan
lain : ibuprofen, ketorolac
c) Golongan triptan
1) Agonis reseptor 5-HT1D menyebabkan vasokonstriksi Menghambat
pelepasan takikinin, memblok inflamasi neurogenik Efikasinya setara
dengan dihidroergotamin, tetapi onsetnya lebih cepat
2) Sumatriptan oral lebih efektif dibandingkan ergotamin per oral
3) Ergotamin : Memblokade inflamasi neurogenik dengan menstimulasi
reseptor 5-HT1 presinapti. Pemberian IV dpt dilakukan untuk
serangan yang berat
4) Metoklopramid : Digunakan untuk mencegah mual muntah. Diberikan
15-30 min sebelum terapi antimigrain, dapat diulang setelah 4-6 jam
5) Kortikosteroid : Dapat mengurangi inflamasi. Analgesik opiate.
Contoh : butorphanol
G. PATHWAY
H. FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian meliputi :
1. Aktivitas / Istirahat
Lelah, letih, malaise, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia
2. Sirkulasi
Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal pucat, wajah tampak
kemerahan
3. Integritas ego
Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala
4. Makanan / Cairan
Mual / muntah , anoreksia selama nyeri
5. Neuro sensori
Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
6. Kenyamanan
Respon emosional/perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
7. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab peran
8. Pengkajian kegawat daruratan
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) -
(D.0077)
2. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan - (D.0056)
3. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (D.0019)
J. FOKUS INTERVENSI
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) -
(D.0077)
INTERVENSI :
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Mengidentifikasi skala nyeri
Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi
Relaksasi atau nafas dalam)
Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Mengcontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
2. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan - (D.0056)
INTERVENSI :
Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Melakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
Menganjurkan melakukan aktivitas secara berharap
3. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (D.0019)
K. DAFTAR PUSTAKA
https://baixardoc.com/preview/lp-chepalgia-5c6ac675cd18ee
Riskesdas 2018 Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. Satyanegara. 1998.
Ilmu Bedah Saraf / Satyanegara. Ed. 3. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.