Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN MINGGU KE-4

DENGAN DIAGNOSA CHEPALGIA PADA TN. M DI RUANG


DEWADARU DI RSUD KARDINAH TEGAL

Di Susun Oleh:

DEA OKTRIA NUR

NIM : 210104023

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
TAHUN 2021/2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. M

DENGAN DIAGNOSA CHEPALGIA DI RUANG DEWADARU


DI RSUD KARDINAH TEGAL

Di Susun Oleh:

DEA OKTRIA NUR

NIM : 210104023

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
TAHUN 2021/2022
A. PENGERTIAN
Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utamamanusia.
Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapatmenunjukkan
penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi(migren),
tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut(Soemarmo,
2009).
Cephalgia (nyeri kepala) adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal.
Nyeri kepala biasanya merupakan suatu gejala dari penyakit dan dapat terjadi denganatau
tanpa adanya gangguan organik. Ada pendapat yang mengatakan bahwa nyeriwajah/nyeri
fasialis dan nyeri kepala berbeda, namun pendapat lain ada yangmenganggap wajah itu
sebagai bagian depan kepala yang tidak ditutupi rambut kepala.(Lionel, 2007)
Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakangmata
serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Chepalgia atau sakitkepala
adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala padakenyataannya
adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik(neurologi atau
penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka(sakit kepala
tegang) atau kombinasi respon tersebut (Weiner& Levitt, 2005).
B. ETIOLOGI
Menurut Papdi (2012) Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor resiko
yang umum yaitu:
1. Penggunaan obat yang berlebihan
Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan otak kesebuah keadaan
tereksasi, yang dapat memicu sakit kepala. Penggunaan obat yang berlebihan
dapat menyebabkan rebound sakit kepala (tambah parah setiap diobati).
2. Stress
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit
kepala kronis. Stress menyebabkan pembuluh darah di otak mengalami
penegangan sehingga menyebabkan sakit kepala.
3. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor resiko umum untuk sakit kepala. Karena
hanya sewaktu tidur kerja seluruh tubuh termasuk otak dapat beristirahat pula.
Kegiatan berlebihan
4. Kegiatan atau pekerjaan yang berlebihan dapat memicu datangnya sakit
kepala, termasuk hubungan seks. Kegiatan yang berlebihan dapat membuat
pembuluh darah di kepala dan leher mengalami pembengkakan.
5. Kafein
Sementara kafein telah ditujukan untuk meningkatkan efektifitas ketika
ditambahkan kebeberapa obat sakit kepala. Sama seperti obat sakit kepala
berlebihan dapat memperburuk gejala sakit kepala, kafein yang berlebihan juga
dapat menciptakan efek rebound (tambah parah setiap kali diobati).
6. Rokok
Rokok merupakan faktor resiko pemicu sakit kepala. Kandungan nikotin dalam
rokok dapat membuat pembuluh darah menyempit.
7. Alkohol
Alkohol menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak. Sama seperti rokok,
alkohol juga merupakan faktor resiko umum penyebab sakit kepala.
8. Penyakit atau infeksi seperti meningitis (infeksi selaput otak), saraf terjepit di
leher atau bahkan tumor.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri kepala dapat unilateral atau bilateral.
Nyeri terasa di bagian dalam mata atau pada sudut mata bagian dalam, lebih
sering didaerah fronto temporal .
2. Nyeri dapat menjalar di oksiput dan leher bagian atas atau bahkan leher
bagian bawah.
3. Ada sebagian kasus dimulai dengan nyeri yang terasa tumpul mulai di leher
bagian atas menjalar ke depan.
4. Kadang pada di seluruh kepala dan menjalar ke bawah sampai muka.
5. Nyeri tumpul dapat menjadi berdenyut-denyut yang semakin bertambah
sesuai dengan pulsasi dan selanjutnya konstan.
6. Penderita pucat, wajah lebih gelap dan bengkak di bawah mata.
7. Muka merah dan bengkak pada daerah yang sakit.
8. Kaki atau tangan berkeringat dan dingin.
9. Biasanya oliguria sebelum serangan dan poliuria setelah serangan.
10. Gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, dan lain-lain.
11. Kadang-kadang terdapat kelainan neurologik yang menyertai, timbul
12. kemudian atau mendahului serangan.
D. PATOFISIOLOGI DAN ANATOMI

Menurut Sidharta (2008), sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap
bagian-bagian di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-
bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot oksipital, temporal dan frontal,
kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka
nyeri. Bangunan-bangunan intracranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama
dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada
basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Peransangan terhadap bagian-bagian itu dapat berupa : 1. Infeksi selaput otak :
meningitis, ensefalitis 2. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan
subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi. 3. Peregangan
selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalanlintasan liquor,
trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-
tiba atau cepat sekali. 4. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti
pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan
metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat
vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut). 5.
Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan
clusterheadache) dan radang (arteritis temporalis) 6. Gangguan terhadap otot-otot yang
mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis),baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang
mendesak gigi)dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psiko organik pada
keadaan depresi dan stress.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen kepala : mendeteksi fraktur dan penyimpangan struktur.
2. Rontgen sinus : Mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan mengidentifikasi
masalah-masalah struktur, malformasi rahang.
3. Pemeriksaan visual : ketajaman, lapang pandang, refraksi, membantu dalam
menentukan diagnosa banding.
4. CT scan Otak : Mendeteksi masa intracranial, perpindahan ventrikuler atau
hemoragi Intracranial.
5. Sinus : Mendeteksi adanya infeksi pada daerah sfenoldal dan etmoidal
6. MRI : Mendeteksi lesi/abnormalitas jaringan, memberikan informasi tentang
biokimia, fisiologis dan struktur anatomi.
7. Ekoensefalografi : mencatat perpindahan struktur otak akibat trauma, CSV
atau space occupaying lesion.
8. Elektroensefalografi : mencatat aktivitas otak selama berbagai aktivitas saat
episode sakit kepala.
9. Angeografi serebral : Mengidentifikasi lesivaskuler.
10. HSD : leukositosis menunjukkan infeksi, anemia dapat menstimulasi migren.
11. Laju sedimentasi : Mungkin normal, menetapkan ateritis temporal, meningkat
pada inflamasi.
12. Elektrolit : tidak seimbang, hiperkalsemia dapat menstimulasi migren.
13. Pungsi lumbal : Untuk mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan CSS,
adanya sel-sel abnormal dan infeksi.

F. PENATALAKSANAAN
1. Migren
a. Terapi Profilaksis
a) Menghindari pemicu
b) Menggunakan obat profilaksis secara teratur
c) Profilaksis: bukan analgesik, memperbaiki pengaturan proses fisiologis yang
mengontrol aliran darah dan aktivitas system syaraf
b. Terapi abortif menggunakan obat-obat penghilang nyeri dan/atau
vasokonstriktor. Obat-obat untuk terapi abortif
a) Analgesik ringan : aspirin (drug of choice), parasetamol
b) NSAIDS : Menghambat sintesis prostaglandin, agragasi platelet, dan
pelepasan 5-HT. Naproksen terbukti lebih baik dari ergotamine. Pilihan
lain : ibuprofen, ketorolac
c) Golongan triptan
1) Agonis reseptor 5-HT1D menyebabkan vasokonstriksi Menghambat
pelepasan takikinin, memblok inflamasi neurogenik Efikasinya setara
dengan dihidroergotamin, tetapi onsetnya lebih cepat
2) Sumatriptan oral lebih efektif dibandingkan ergotamin per oral
3) Ergotamin : Memblokade inflamasi neurogenik dengan menstimulasi
reseptor 5-HT1 presinapti. Pemberian IV dpt dilakukan untuk
serangan yang berat
4) Metoklopramid : Digunakan untuk mencegah mual muntah. Diberikan
15-30 min sebelum terapi antimigrain, dapat diulang setelah 4-6 jam
5) Kortikosteroid : Dapat mengurangi inflamasi. Analgesik opiate.
Contoh : butorphanol
G. PATHWAY

H. FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian meliputi :
1. Aktivitas / Istirahat
Lelah, letih, malaise, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia
2. Sirkulasi
Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal pucat, wajah tampak
kemerahan
3. Integritas ego
Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala
4. Makanan / Cairan
Mual / muntah , anoreksia selama nyeri
5. Neuro sensori
Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
6. Kenyamanan
Respon emosional/perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
7. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab peran
8. Pengkajian kegawat daruratan
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) -
(D.0077)
2. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan - (D.0056)
3. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (D.0019)
J. FOKUS INTERVENSI
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) -
(D.0077)
INTERVENSI :
 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Mengidentifikasi skala nyeri
 Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi
Relaksasi atau nafas dalam)
 Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Mengcontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
2. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan - (D.0056)
INTERVENSI :
 Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
 Melakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
 Menganjurkan melakukan aktivitas secara berharap
3. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (D.0019)
K. DAFTAR PUSTAKA
https://baixardoc.com/preview/lp-chepalgia-5c6ac675cd18ee
Riskesdas 2018 Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. Satyanegara. 1998.
Ilmu Bedah Saraf / Satyanegara. Ed. 3. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai