Oleh :
5. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi
yaitu:
a) Suhu lingkungan
b) Ketinggian
c) Tempat kerja (polusi)
D. MACAM-MACAM GANGGUAN YANG MUNGKIN TERJADI
1. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen
dalam tubuh akibat defisiensi oksigen.
2. Perubahan Pola Nafas
- Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari
24x/ menit karena paru-paru terjadi emboli.
- Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ±
10x/ menit.
- Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi
metabolisme yang terlalu tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan
dalam sehingga terjadi jumlah peningkatan O2 dalam paru-paru.
- Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
- Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan
CO2 dengan cukup, serta tidak cukupnya jumlah udara yang
memasuki alveoli dalam penggunaan O2.
- Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
- Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi
duduk atau berdiri.
- Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada saluran nafas
3. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang
mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara
efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan
akibat infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit
persarafan.
4. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2
maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vascular
E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Menurut Tarwoto & Wartonah (2015) diantaranya:
a. Riwayat Keperawatan
1) Masalah keperawatan yang pernah dialami
2) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
3) Pernah mengalami batuk dengan sputum.
4) Pernah mengalami nyeri dada.
5) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala
di atas
b. Riwayat penyakit pernapasan
1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC,
dan lain-lain.
2) Bagaimana frekuensi setiap kejadian.
3) Riwayat kardiovaskuler
4) Pernah mengalami penyakit jantung ( gagal jantung, gagal
ventrikel kanan ,dll) atau peredaran darah
c. Pengkajian Fisik
1) Inpeksi
Mengamati tingkat kesadaran klien, penampilan umum,
postur tubuh, kondisi kulit dan membrane mukosa, dada, pola nafas
(frekuensi, kedalaman pernapasan, durasi inspirasi dan ekspirasi)
ekspirasi dada secara umum, adanya sianosis, deformitas dan
jaringan perut pada dada.
2) Palpasi
Dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa
mendatar diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya
fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya
menyebutkan “tujuh- tujuh” secara berulang. Perawat akan
merasakan adanya getaran pada telapak tangan nya. Normalnya
fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan akan
meningkat pada kondisi kosolidasi. Selain itu, palpasi juga
dilakukan untuk mengkaji temperature kulit, pengembangan dada,
adanya nyeri tekan, titik impuls maksimum abnormalitas massa dan
kelenjar sirkulasi perifer, denyut nadi, serta pengisian kapiler.
3) Perkusi
Dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara
didalam paru,. Perkusi sendiri dilakukan dengan jari tengah (tangan
non-dominan) pemeriksa mendatar diatas dada pasien. Kemudian
jari tersebut diketuk- ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah
atau jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya dada menghasilkan
bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit tertentu adanya
udara pada dada atau paru menimbulkan bunyi hipersonan atau
bunyi drum. Sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar apabila
perkusi dilakukan di atas area yang mengalami atelektasis.
4) Auskultasi
Auskultasi dilakukan langsung dengan menggunakan
stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada,
intensitas durasi, atau kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang
lebih valid atau akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari
satu kali. Pada pemeriksaan fisik paru, auskultasi dilakukan untuk
mendengar bunyi napas vasikuler, bronchial, bronkovasikular,
ronkhi, juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi napas serta
lokasi dan waktu terjadinya (Iqbal, 2005).
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan
gas daerah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
2) Tes struktur pernafasan: sinar x- dada, bronkoskopi, scan paru.
3) Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan
: kultur kerongkongan, sputum, uji kulit, torakontesis.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan
masalah oksigenasi adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Gangguan penyapihan ventilator
c. Gangguan pertukaran gas
d. Gangguan ventilasi sepontan
e. Pola nafas tidak efekti
3. RENCANA KEPERAWATAN
N DIGNOSA SLKI SIKI
O KEPERAWAT
AN
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan a) Auskultasi dada untuk karakter bunyi
nafas tidak keperawatan selama 3 x 24 napas atau adanya sekreat.
efektif jam bersihan jalan nafas b) Observasi jumlah dan karakter
teratasi dengan KH : sputum / aspirasi sekret
a) Tidak mengalami c) Gunakan oksigen, humidifikasi /
aspirasi nebuliser. Beri cairan tambahan
b) Mengeluarkan secret melalui IV sesuai indikasi.
secara efektif d) Dorong masukan cairan peroral
c) Mempunyai jalan (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam
napas yang paten toleransi jantung.
d) Irama dan frekuensi e) Lakukan penghisapan jalan napas
pernapasan dalam (suction).
batas normal f) Pantau pernapasan pasien.
e) Suara napas jernih
2. Ketidak Setelah dilakukan asuhan a) Manajemen jalan napas
efektifan pola keperawatan selama 3 x 24 b) Pengisapan jalan napas
nafas jam bersihan jalan nafas c) Bersihkan jalan napas buatan
teratasi dengan KH : d) Pantau pernapasan
a) Pernapasan optimal e) Pantau tanda-tanda vital
pada saat terpasang
ventilator mekanis
b) Kecepatan dan irama
pernapasan dalam
batas normal
c) Fungsi paru dalam
batas normal.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2017. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo. 2018. Asuhan keperawatanpada klien
dengan gangguan sistem hematologi. Salemba Medika :Jakarta.
Johnson, M., et all. 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition.New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2017, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2017. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2007-2008. Jakarta:
Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2008. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.