Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI

NAZWA NAZMAHAL
4338114201220220

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HORIZON KARAWANG
Jln. Raya Pangkal Perjuangan KM 1 By Pass Karawang
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Laporan Pendahuluan
Kebutuhan Oksigenasi

B. Konsep Dasar Kebutuhan Oksigenasi


1. Pengertian
Oksigenasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan O2 dan
mengeluarkan O2. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.
Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya
pasien akan meninggal (Kusnanto, 2016).
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup O2 setiap kali bernapas dari atmosfer. Oksigen (O2) untuk
kemudian diedarkan keseluruh jaringan tubuh (Sulistyo Andarmoyo, 2012).

2. Fisiologi
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui
saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume
rongga dada naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu
gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses
ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada
naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga
tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh
beberapa faktor :
- Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer.
- Semakin tingginya suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin
rendah.
- Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
- Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang di sebut dengan compliance.
- Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO²
atau kontraksinya paru-paru.

b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler
paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
o Luasnya permukaan paru-paru.
o Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial.
o Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.
o Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi
karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada
tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
o Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat
HB.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke
jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
- Kurah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
- Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar
Hb.

3. Penyebab
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke
jaringanadalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-
waktu apabilaterdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita
anemia atau pada saatyang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat
mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂
b. Penurunan Konsentrasi O₂ Inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan
kadar O₂ inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibatkehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerusyang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya,
tubuh mulaimemecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan
massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti
kehamilan,obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit
otot, penyakit susunansaraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin
yangditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang
membatasi ujungsaluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh
produksi surfaktan yang masihsedikit karena kemampuan paru
menyintesis surfaktan baru berkembang padatrimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan
atas, sepertifaringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing
(misal: makanan, permendan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut
akibatkebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang
berolahraga,merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung dan paru padakelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan
fungsinormal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran
alveolus, dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang
menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan
kadar O₂
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi
paru,sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot
pernapasan yangakan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung
dankedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan
kebutuhanoksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
menggangguoksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan
susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan
kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan
meperidin, dapatmendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsangaktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat. Selainitu, kecemasan juga dapat
meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigenseseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi
perifer
dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok
bisamengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
4. Faktor Lingkungan

a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan
Hb danO₂ Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi
kebutuhan oksigenseseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehinggatekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang
tinggal di dataran tinggicenderung mengalami peningkatan frekuensi
pernapasan dan denyut jantung.Sebaliknya, pada dataran yang rendah
akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit
kepala, pusing,batuk, tersedak, dan berbagai gangguan
pernapasan lain pada orang yangmenghisapnya. Para pekerja di pabrik
asbes atau bedak tabur berisiko tinggimenderita penyakit paru akibat
terpapar zat-zat berbahaya.

4. Tanda dan Gejala


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas
tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung),
dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh
menunjukan posisi 3 poin, napas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2018).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu
takikardi, hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia,
kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman),
hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi,
irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2018).
5. Pemeriksaan
A. Pemeriksaan Fisik
a) Hidung dan sinus
1) Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa
(warna bengkak, eksudat, darah), keseimbangan hidung .
2) Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b) Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c) Trakea
Palpasi : dengan cara berdiri kesamping kanan pasien, letakkan jari
tengah pada bagian bawah trakea dan raba trakea ke atas, kebawah
dan sampai sehingga kedudukan trakea dapat diketahui.
d) Thoraks
Inspeksi :
1) Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan
kronis klavikulanya menjadi elevasi keatas.
2) Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa
3) Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan atau frekuensi
4) Status frekuensi
e) Pola napas
1) Pernapsan normal dimana kecepatan 16-24 kali/menit, klien
tenang, diam dan tidak butuh tenaga untukmelakukannya
2) Trachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih
dari 24 kali/menit atau bradipneayaitu pernapasan yang lambat,
dan frekuensinya kurang dari 16 kali/menit
3) Apnea yaitu keadaan dimana terhentinya pernapasan.
f) Kaji volume pernapasan
1) Hiperventilasi yaitu bertambahnyajumlah udara dalam paru-
paru yang di tandai dengan pernapasan yang panjang
2) Hipoventilasi yaitu kurangnya udara dalam paruparu yang
ditandai dengan pernapasan yang lambat.
g) Perlu juga di kaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu
sesak napas dalam kebutuhan oksigen tidak terpenuhi atau artopnea
yaitu kemampuan bernapas hanya dalam posisi duduk atauberdiri.
h) Perlu juga dikaji bunyi napas
1) Tertop/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan
napas bagian atas 25
2) Stride yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat
inspirasi
3) Wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul
4) Rales yaitu bunyi yang mendesak ataubergelombang dan
didengar saat inspirasi
5) Ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dankering serta di dengar
saat ekspirasi.

B. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran
gas secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane
kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-
proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.

f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung
dan kontraksi paru.
h. CT-SCAN
i. Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

6. Penatalaksanaan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1. Pembersihan jalan nafas
2. Latihan batuk efektif
3. Suctioning
4. Jalan nafas buatan
b. Pola Napas Tidak efektif
1. Atur posisi pasien ( semi fowler )
2. Pemberian oksigen
3. Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
1. Atur posisi pasien ( posisi fowler )
2. Pemberian oksigen
3. Suctioning
d. Gangguan Ventilasi Spontan
1. Pemberian oksigen
C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik
secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu
dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya (
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa muncul antara lain batuk, peningkatan
produksi sputum, dispnea, hemoptisis, nyeri dada, ronchi (+), demam,
kejang, sianosis daerah mulut, hidung, muntah, dan diare.
1) Batuk (cough)
Batuk merupakan gejala utama dan merupakan gangguan yang
paling sering di keluhkan. Tanyakan pada klien batuk bersifat
produktif atau non produktif.
2) Peningkatan produksi sputum
Sputum merupakan suatu subtansi yang keluar bersama dengan
batuk. Lakukan pengkajian terkait warna, konsistensi, bau, dan
jumlah dari sputum.
3) Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi klien yang merasa kesulitan
untuk bernafas. Perawat harus menanyakan kemampuan klien
untuk melakukan aktivitas.
4) Homoptisis
Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut dengan di
batukan. Perawat harus mengkaji darimana sumber darah.
5) Nyeri dada
Nyeri dada dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru-
paru. Gambaran lengkap mengenai nyeri dada dapat menolong
perawat untuk membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal,
kardiak, dan gastrointestinal.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Riwayat merokok
2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
3) Alergi
4) Tempat tinggal
d. Riwayat kesehatan keluarga
1) Penyakit infeksi tertentu
2) Kelainan alergis
3) Klien bronkitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi
udaranya tinggi.

Diagnosa keperawatan Data subjektif Data objektif

Bersihan Jalan Nafas tidak - Dispnea - Batuk tidak efektif


efektif - Sulit bicara - Tidak mampu batuk
- Ortopnea - Sputum berlebih
- Mengi, wheezing
dan/atau ronkhi
kering
- Mekonium di jalan
napas (pada
neonatus)
- Gelisah
- Sianosia
- Bunyi napas
menurun
- Frekuensi napas
berubah
- Pola napas berubah

Pola napas tidak efektif - Dispnea - Penggunaan otot


- Ortopnea bantu pernapasan
- Fase ekspirasi
memanjang
- Pola napas abnormal
(mis. Takipnea,
bradypnea,
hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-
stokes)
- Pernapasan pursed-
lip
- Pernapasan cuping
hidung
- Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
- Ventilasi semenit
menurun
- Kapasitas vital
menurun
- Tekanan ekspirasi
menurun
- Tekanan inspirasi
menurun
- Ekskursi dada
berubah

Gangguan pertukaran gas - Dispnea - PCO2


- Pusing meningkat/menurun
- Penglihatan - PO2 menurun
kabur - Takikardi
- pH arteri
meningkat/menurun
- Bunyi napas
tambahan
- Sianosis
- Diaforesis
- Gelisah
- Napas cuping hidung
- Pola napas abnormal
(cepat/lambat,
regular/ireguler,
dalam/dangkal)
- Warna kulit
abnormal (mis.
Pucat, kebiruan)
- Kesadaran menurun

Gangguan ventilasi - Dispnea - Penggunaan otot


bantu napas
spontan
meningkat
- Volume tidak
menurun
- PCO² meningkat
- PO² menurun
- SaO² menurun
- Gelisah
- Takikardi
2. Diagnosa Keperawatan
- Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
- Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas ( nyeri saat
bernapas)
- Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
- Gangguan ventilasi spontan b.d kelelahan otot pernapasan

3. Perencanaan Keperawatan
Diagniosa yang diangkat :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
2) Pola nafas tidak efektif
3) Gangguan pertukaran gas
4) Gangguan ventilasi spontan

Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Observasi


tidak efektif asuhan keperawatan selama
- Identifikasi
3 x 24 jam diharapkan
kemampuan batuk
bersihan jalan nafas
- Monitor adanya
meningkat dengan kriteria
resistensi sputum
hasil :
- Monitor tanda dan
Bersihan Jalan Nafas (L.
gejala infeksi saluran
010001)
napas
- Batuk efektif
- Monitor input dan
- Produksi sputum
output cairan (mis.
- Mengi
Jumlah dan
- Wheezing
karakteristik)
- Mekonium (pada
neonatus)
- Dispnea Terapeutik
- Ortopnea
- Atur posisi semi-
- Sulit bicara
Fowler atau Fowler
- Sianosis
- Pasang perlak dan
- Gelisah
bengkok di pangkuan
- Frekuensi napas
pasien
- Pola napas
- Buang sekret pada
tempat sputum

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan


prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarif nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
- Anjurkan mengulang
tarik napas dalam
hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
ke-3

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Observasi
efektif selama 3 x 24 jam
- Memonitor pola napas
diharapkan pola napas
(frekuensi, kedalaman,
tidak efektif dapat
usaha napas)
membaik dengan kriteria
- Memonitor bunyi napas
hasil :
tambahan
Pola Nafas (L.01004)
( mis.gurgling, mengi,
- Dispnea
wheezing, rongki
- Penggunaan otot
kering)
bantu napas
- Memonitor sputum
- Pemanjangan fase
(jumlah,warna, aroma)
ekspirasi
- Ortopnea Terapeutik

- Pernapasan pursed- - Pertahankan kepatenan


lip jalan napas dengan
- Pernapasan cuping head-tilt dan chin-lift
hidung (jaw-thrust jika curiga
- Frekuensi napas trauma servikal)
- Kedalaman napas - Posisikan semi-fowler
- Ekskursi dada atau fowler
- Ventilasi semenit - Berikan minum hangat
- Kapasitas vital - Lakukan fisioterapi
- Diameter thoraks dada, jika perlu
anterior-posterior - Lakukan penghisapan
- Tekanan ekspirasi lendirkurang dari 15
- Tekanan inspirasi detik
- Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
- Berikan oksigen, jika
perlu

Edukasi

- Anjurkan asupan cairan


2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Observasi


gas keperawatan selama 3x24
- Memonitor frekuensi
jam diharapkan gangguan
irama, kedalaman, dan
pertukaran gas dapat
upaya napas
meningkat dengan kriteria
- Memonitor pola napas
hasil :
(seperti bradipnea,
Pertukaran Gas takipnea, hiperventilasi,
(L.01003) kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik)
- Tingkat kesadaran
- Memonitor kemampuan
- Dispnea
batuk efektif
- Bunyi napas
- Memonitor adanya
tambahan
produksi sputum
- Takikardia
- Memonitor adanya
- Pusing
sumbatan jalan napas
- Penglihatan kabur
- Palpasi kesimetrisan
- Diaforesis ekspansi paru
- Gelisah - Auskultasi bunyi napas
- Napas cuping - Monitor saturasi
hidung oksigen
- PCO² - Monitor nilai AGD
- PO² - Monitor hasil x-ray
- pH arteri toraks
- Sianosis
Terapeutik
- Pola napas
- Warna kulit - Atur interval
pemantawan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantawan
- Informasikan hasil
pemantawan, jika perlu

Gangguan ventilasi Setelah dilakukan tindakan Observasi


spontan selama 3x24 jam
- Identifikasi adanya
diharapakan gangguan
kelelahan otot bantu
ventilasi spontan dapat
napas
meningkat dengan kriteria
- Identifikasi efek
haisl :
perubahan posisi
Ventilasi Spontan
terhadap status
(L.01007)
pernapasan
- Dispnea
- Monitor status respirasi
- Penggunaan otot
dan oksigenasi
bantu napas
(mis,frekuensi dan
- Takikardia
kedalaman napas,
- Gelisah penggunaan otot bantu
- Volume tidal napas, bunyi napas
- PCO² tambahan, saturasi
- PO² oksigen)
- PO²
Terapeutik

- Pertahankan kepatenan
jalan napas
- Berikan posisi semi
fowler atau fowler
- Fasilitasi mengubah
posisi senyaman
mungkin
- Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan (mis,
nasal kanul, masker
wajah, masker
rebreathing atau non
rebreathing)
- Gunakan bag-valve
mask, jika perlu

Edukasi

- Ajarkan melakukan
teknik relaksasi napas
dalam
- Ajarkan mengubah
posisi secara sendiri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
bronkhodilator, jika
perlu

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. (2012). “Buku Saku Diagnosis


Keperawatan”. Edisi 13. Jakarta: EGC.
Potter, Patricia A, Perry, Anne Griffin. (2005). “Buku Ajar
Fundamental Keperawatan”. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Tarwonto dan Wartonah. (2006). “Kebutuhan Dasar Manusia dan
Asuhan Keperawatan”. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). ”Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia”. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai