Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN (KDM)

OKSIGENASI

Disusun Oleh
WENI CARINA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa :
Kasus Laporan Pendahuluan/Asuhan Keperawatan :
Ruang Praktik :
Rumah Sakit/ Lahan Praktik :

Jember, Januari 2023

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

…………………………………..… ………………………………………….
NIK/NIDN. NIK/NIDN.

KONSEP DASAR OKSIGENASI


A. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh,
salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh
sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas,
tubuh mengambil O₂dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh
tubuh (sel-selnya) melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya,
sisa pembakaran berupa CO₂ akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru
untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

B. Penyebab
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke
jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah
sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada
penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi
tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂.

b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi


Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan
penurunan kadar O₂ inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya,
tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan
massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti
kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit
otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran
hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin
yang membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh
produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru
menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan
atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing
(misal: makanan, permen dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut
akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.

d. Dewasa muda dan paruh baya


Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang
berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan
fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran
alveolus, dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang
menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan
kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat
ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan
pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja
pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut
jantung dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan
meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan
susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan
kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan
meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat
meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan
vaskulrisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang
terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan
ikatan Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa
memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan
udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang
tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi
pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah
akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan
lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau
bedak tabur berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar
zat-zat berbahaya.

C. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh
sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian
kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat
menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan
d. Adanya reflek batuk dan muntah
Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu
kemampuan paru untuk meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien
menerik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan co2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila
complience baik akan tetapi recoil terganggu maka co2 tidak dapat
dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula oblongata
dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki
kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam
batas 6 mmhg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan
bila PaCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler
paru dan co2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor :
a. Luasnya permukaan paru
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara
epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses
difusi apabila terjadi proses penebalan
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagai
mana o2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2
dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan o2 dalam darah vena
pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam
arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli
d. Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb
3. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan
tubuh c02, jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan
berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam
plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan dengan hb membentuk
karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian
menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah.
Normalnya 5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan
kardiak output (misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah)
akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan umumnya
jantung menkompensasi dengan menambahkan rata-rata
pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung
berpengaruh terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan
menyebabkan peningkatkan transport O2 (20 x kondisi normal).
Meningkatkan kardiak output dan penggunaan O2 oleh sel.

D. Anatomi
1. Sistem pernapasan Atas
a. Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses
penyaringan, humidifikasi dan penghangatan.
b. Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua, untuk udara dan
makanan. Faring terdiri atas nasoraing dan orofaring yang kaya akan
jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan
kuman patogenyang masuk bersama udara.
c. Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa
disebut jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring
berfungsi mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi
jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem Pernapasan Bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin
kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan
kiri. Di dalam paru, bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus
yang lebih kecil dan berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan
jalan napas tersebut membentuk pohon brokus.
b. Paru-paru
Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing
paru terdiri atas beberapa lobus (patu kanan 3 lobus dan paru kiri 2
lobus) dan dipasok oleh 1 bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas
serangkaian jalan napsa yang bercababg-cabang, yaitu alveolus,
pembuluh darah paru dan jaringan ikat elastis. Permukaan luar paru
dilapisi oleh kantong tertutuup berdinding ganda yang disebut pleura.
Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma,
sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara
ertutuup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal
membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral
membatasi permukaan luar paru. Di antara kedua lapisan tersebut
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah
friksi selama gerakan bernapas.
E. Patofisiologi
F. Pathway

G. Gangguan-Gangguan pada Fungsi Pernafasan


1. Perubahan Pola nafas
a. Takipnea
Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi
demam, asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus hiperkapnia atau
hipoksemia.
b. Bradipnea
Frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya terlihat
pada orang yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin dan
pada kasus alkalosis metabolic, dan lain-lain.
c. Apnea
Biasanya juga disebut dengan henti napas.
d. Hiperventilasi
Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini
terjad saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolic untuk
pembuangan karbondioksida.
e. Hipoventilasi
Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini
terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolic untuk penyaluran oksigen dan pembuangan
karbondioksida.
f. Pernapasan Kusmal
Salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolic.
g. Orthopnea
Ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau
berdiri.
h. Dispnea
Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas.

H. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang
, gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk
gangguan status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernapasan
7) Masalah penyakit paru masa lalu
8) Penggunaan obat
c. Adanya batuk dan penanganan
d. Kebiasaan merokok
e. Masalah pada fungsi kardiovaskuler
f. Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
g. Riwayat penggunaan medikasi’
h. Stressor yang dialami
i. Status atau kondisi kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum,
postur tubuh, kondisi kulit, dan membran mukosa, dada (kontur
rongga interkosta, diameter anteroposterior, struktur toraks,
pergerakan dinding dada), pola napas (frekuensi dan kedalaman
pernapasann, durasi inspirasi dan ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa
mendatar diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya
fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya
menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya, fremitus
taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat pada
kondisi konsolidasi.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk
organ dalam sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara
dalam paru. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung
perkusi.
d. Auskultasi
Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan
stetoskop. bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada,
intensitas, durasi dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik
, valid dan akurat, sebaiknya auskultasi dilakukan lebih dari satu
kali.
3. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status,
fungsi dan oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis
pemeriksaan diagnostik antara lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan
gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan
paru.
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit toraketensis.
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas (D.0001)
b. Pola nafas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
ditandai dengan dyspnea (D.0005)
c. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
(D.0005)
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi (D.0055)
J. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan
No.
SLKI SIKI
DX (SDKI)

1 Bersihan jalan nafas tidak Bersihan jalan nafas (L.01001) Manajaman jalan nafas (1.14509)
efektif b.d sekresi yang
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
tertahan yang ditandai dengan
selama 1x30 di harapkan bersihan jalan
batuk tidak efektif (D.0001) - Monitor pola nafas (frekuensi,,
nafas meningkat:.
kedalaman,usaha napas)
Kriteria hasil : - Monitor bunyi nafas tambahan (Mis ronki)

Indikator SA ST Terapeutik
Batuk efektif 1 5
- Posisikan semi fowler
Produksi sputum 1 5
- Berikan minuman hangat
Wheezing 1 5
- Ajarkan teknik batuk efektif
Gelisah 1 5
Frekuensi napas 1 5 Kolaborasi
Pola nafas 1 5
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,jika perlu.

2 Pola nafas tidak efektif Pola nafas (L.010003) Manajaman jalan nafas (1.14509)
(D.0005)
Setelah di lakukan tindakan keperawatan Observasi
1x30 di harapkan pola nafas baik:
- Monitor pola nafas (frekuesni,
Kriteria hasil: kedalaman,usaha napas)
- Monitor bunyi nafas tambahan (Mis
Indikator SA ST
wheezing)
Tekanan ekspirasi 1 5
Tekanan inspirasi 1 5 Terapeutik
Frekuensi napas 1 5
- Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
hea-tilt dan chin-lift
- Posisikan semi fowler
- Berikan minuman hangat

Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian bronkodilator,


ekspektoran, mukolitik,jika perlu
3 Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas (L01003) Pemantauan respirasi ( 1.01014)
(D.0003)
Tujuan : Observasi

Setelah di lakukan tindakan keperawatan - Monitor frekuensi irama dan kedalaman


1x30 di harapkan pertukaran gas membaik. dan upaya nafas
- Monitor pola nafas
Kriteria hasil:
- Monitor kemampuan batuk efektif
Indikator SA ST - Auskultasi bunyi nafas
Dipsnea 1 5
Terapeutik
Bunyi napas tambahan 1 5
Gelisah 1 5 - Atur interval pemantauan respirasi sesuai
Pola nafas 1 5 kondisi pasien.
Takikardi 1 5 - Memberikan terapi akupresure
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


4 Gangguan pola tidur (D0055) Pola tidur (L.05045) Dukungan tidur (1.05174)

Tujuan : Observasi

Setelah di lakukan tindakan keperawatan - Identifikasi pola aktivasi tidur


1x30 di harapkan pola tidur membaik. - Identifikasi penganggu tidur ( fisik atau
psikologis)
Kriteria hasil
Terapeutik
Kriteria Hasil SA ST
Keluhan sering terjaga 1 5 - Modifikasi lingkunagn ( mis. Pencahayaan,
Keluahn tidak puas tidur 1 5 kebisingan, suhu , matras dan tempat tidur).
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan
Keluhan pola tidur berubah 1 5
kenyamanan.
Keluhan istirahat tidak 1 5
cukup

Edukasi

- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama


sakit

Kolaborasi

- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara


non farmakologi lainnya.
K. Evaluasi
1. Klien mengatakan dapat bernapas dengan normal
2. Tidak adanya hambatan pada pola napas
DAFTAR PUSTAKA

Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.


Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol.
3, jakarta, EGC.
Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.
Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi.jakarta EGC.
Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC.
Tim Pokja, SDKI DPP.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator diagnortik.Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja, SLKI DPP SDKI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawtan.Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja, SIKI DPP SDKI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawtan.Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai