Anda di halaman 1dari 31

PROSES OKSIGENASI

ENDAH SETYANINGRUM
TAHAPAN PROSES OKSIGENASI
Adl : Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan :
1. Ventilasi
merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, a l:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat,
maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah,
maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai
otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya
rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi,
kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontraksi sehingga dapat
menvebabkan vasokontraksi atau proses penyempitan.
d. Adanya refleks batuk dan muntah.
e. Adanva peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung
interveron dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah
complience recoil.
TAHAPAN PROSES OKSIGENASI
2. Difusi Gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO,
di kapiler dengan alveoli.

Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang tdr dr epitel alveoli &
interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O„ hal ini dapat terjadi sebagaimana
O, dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O, dlm rongga
alveoli lebih tinggi dari tekanan O, dalam darah vena pulmonalis, (masuk dlm darah
secara berdifusi) dan CO2 dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam
alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
TAHAPAN PROSES OKSIGENASI
3. Transportasi Gas

merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh


dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler.
Pada proses transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk
Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02
akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%),
dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada
pada darah (65%).

Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :


a. Kardiak output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi
denyut jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dll.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan
Oksigenasi
1. Saraf Otonomik
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf
otonom dapat memengaruhi kemampuan untuk
dilatasi dan konstraksi. Hal ini dapat terlihat baik oleh
simpatis maupun parasimpatis ketika terjadi
rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan
neurotransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan
noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi
dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang
berpengaruh pada bronkokonstriksi) karena pada
saluran pernapasan terdapat reseptor adrenergik dan
reseptor kolinergik.
Faktor-faktor yang Memengaruhi
Kebutuhan Oksigenasi
2. Hormonal dan Obat
Semua hormon termasuk derivat katekolamin dapat, melebarkan saluran
pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran
napas, seperti sulfas atropin, ekstrak Belladona dan obat yang
menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat
mempersempit saluran napas (bronkokontriksi), seperti obat yang
tergolong beta bloker nonselektif.

3. Alergi pada Saluran Napas


Faktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat
di dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benangsari bunga,
kapuk, makanan, dan lain-lain. lni menyebabkan bersin. Apabila ada
rangsangan di daerah nasal, batuk apabila di saluran napas bagian atas,
dan bronkokontriksi terjadi pada asma bronkial, dan jika terletak saluran
napas bagian bawah menyebabkan rhinitis.
Faktor-faktor yang Memengaruhi
Kebutuhan Oksigenasi
4. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi, mengingat usia organ dalam tubuh seiring dengan usia
perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur,
yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan.
Demikian juga setelah anak tumbuh menjadi dewasa kemampuan
kematangan organ seiring dengan bertambahnva usia.

5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigen seperti
faktor alergi, ketinggian, maupun suhu. Kondisi tersebut
memengaruhi kemampuan adaptasi.
Faktor-faktor yang Memengaruhi
Kebutuhan Oksigenasi
6. Faktor Perilaku
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku dalam
mengkonsumsi makanan (status nutrisi), seperti
orang obesitas dapat memengaruhi dalam proses
pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas
yang dapat mempengaruhi proses peningkatan
kebutuhan oksigenasi, perilaku merokok dapat
menyebabkan proses penyempitan pada
pembuluh darah, dan lain-lain.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya
pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat
defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan
oksigen di tingkat sel, tanda yang muncul seperti kulit
kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia
ini disebabkan karena menurunnya kadar Hb
menurunnya difusi O, dari alveoli ke dalam darah,
menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi
yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
2. Perubahan Pola Pernapasan
a. Tachypnea merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi melebihi 24
kali per menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis
atau terjadi emboli.
b. Bradypnea merupakan pola pernapasan yang ditandai dengan pola
lambat, kurang lebih 10 kali permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam
keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai dengan konsumsi
obat-obatan narkotika atau sedatif.
c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi
peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan
dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi, napas
pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain.
Keadaan demikian dapat disebabkan karena adanya infeksi,
ketidakseimbangan asam-basa atau gangguan psikologis. Apabila pasien
mengalami hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu
berkurangnya CO2 tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan
terhadap pusat pernapasan menurun.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
2. Perubahan Pola Pernapasan
d. Kusmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang
dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metaholik.
e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan
karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi
alveolar, serta tidak cukupnya dalam penggunaan oksigen dengan
ditandai adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi
atau ketidakseimbangan eletktrolit yang dapat terjadi akibat
atelektasis, otot-otot pernapasan lumpuh, depresi pusat
pernapasan, tahanan jalan udara pernapasan meningkat, tahanan
jaringan paru dan toraks menurun, compliance paru, dan toraks
menurun. Keadaan demikian dapat menyebabkan hiperkapnea
yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga paCO2 meningkat (akibat
hipoventilasi) akhirnya menyebabkan depresi susunan saraf pusat.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
2. Perubahan Pola Pernapasan
f. Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat: saat pernapasan. Hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja
berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
g. Orthopnea merupakan keesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri dan pola ini sering, ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif
paru.
h. Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mulamula naik
kemudian menurun dan berhenti dan kemudian mulai dari siklus baru.
i. Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru bergerak
berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan
atelektaksis.
j. Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes
akan tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan
selaput otak, tekanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.
k. Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena pe;nyempitan pada
saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea, atau
obstruksi laring.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi

3. Obstruksi Jalan Napas


Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi individu mengalami
ancaman pada kondisi pernapasannya terkait dengan
ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan oleh
sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi,
imobilisasi, stasis sekresi dan batuk tidak efektif karena penyakit
persarafan seperti CV/1 (cerebro vaskular accident), akibat. efek
pengobatan sedatif, dan lain-lain.
Tanda Klinis:
a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b. Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
4. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi individu mengalami penurunan gas baik
oksigen maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat
disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf,
depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru. Terjadinya gangguan
pertukaran gas ini menunjukkan penurunan kapasitas difusi yg antara lain
disebabkan oleh menurunnya luas permukaan difusi, menebalnya membran
alveolar kapiler, rasio ventilasi perfusi tidak baik dan dapat menyebabkan
pengangkutan CO2, dari paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam
bentuknya, keracunan CO2„ dan terganggunya aliran darah.
Tanda Klinis:
a. Dispnea pada usaha napas.
b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
c. Agitasi.
d. Lelah, letargi.
e. Meningkatnya tahanan vaskular paru.
f. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya paCO2
g. Sianosis.
ANATOMI & FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

Organ :
Hidung, faring, laring,
trakea, bronkus dan
bronkiolus /paru-paru

Fungsi :
Memperoleh atau
menyediakan oksigen
dan mengeluarkan CO2
(karbon dioksida) dari
tubuh
ORGAN PERNAFASAN
Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-
saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang
sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan
farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang
masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua
cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan,
sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh
kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi
dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale.
Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan
menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan
inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
ORGAN PERNAFASAN
Hidung
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum
nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale.
Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang
berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini
serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius
nervus cranialis olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang
kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan
dengan cavum nasi.

Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :


1. Lubang hidung
2. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
3. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media
dan diantara concha media dan inferior
4. Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
5. Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui
appertura nasalis posterior.
ORGAN PERNAFASAN
Faring (tekak)
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang
rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-
faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan
gabungan sistem respirasi dan pencernaan.
ORGAN PERNAFASAN
Laring (tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea,
dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.

Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:


1. cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago
arytenoidea
2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os.
Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica
vokalis
Cartilago tyroidea à berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun.
Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya
ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat
beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.
Membrana Tyroide à mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os
hyoideum.
Membrana cricothyroideum à menghubungkan batas bawah dengan cartilago
cricoidea.
ORGAN PERNAFASAN
Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar
lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago
thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping
epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan
masuk laring

Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar
dibelakang. Terletak dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan
dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu
inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea
pada setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan batas
bawahnya dengan cincin trachea I
ORGAN PERNAFASAN
Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis
cartilago cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian
posterio sudut piramid yang menonjol kedepan

Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-
sel silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.

Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak
di atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara
bagian dalam cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago
arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di
atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi
suara.
ORGAN PERNAFASAN
Otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan
thyroidea, yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan
dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut diinervasi oleh
nervus cranialis X (vagus).

Respirasi
Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga
udara dapat keluar-masuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis
terpisah lebar.

Fonasi
Suara dihasilkan oleh vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang
dihasilkan dimodifikasi oleh gerakan palatum molle, pipi, lidah, dan
bibir, dan resonansi tertentu oleh sinus udara cranialis.
ORGAN PERNAFASAN
Gambaran klinis
Laring dapat tersumbat oleh:
(a) benda asing, misalnya gumpalan makanan,
mainan kecil
(b) pembengkakan membrana mukosa,
misalnya setelah mengisap uap atau pada
reaksi alergi,
(c) infeksi, misalnya difteri,
(d) tumor, misalnya kanker pita suara.
ORGAN PERNAFASAN
Trachea atau batang tenggorok
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm
dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago
cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan
dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi
angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus
sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata
torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi
dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20
lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan
yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea,
selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
ORGAN PERNAFASAN
Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada
ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai
struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel
yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan
kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih
pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang
kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri,
disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang
dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah
arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa
cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kemudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis
tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkhiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya
adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli
pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan
sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang
disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat
sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris.
Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
ORGAN PERNAFASAN
Paru-Paru
terdapat dalam
rongga thoraks
pada bagian kiri
dan kanan.
ORGAN PERNAFASAN
Paru-paru memilki :
1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
4. dan basis. Terletak pada diafragma

paru-paru juga dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di
dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk
lubrikasi.
Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior
sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap
lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe,
arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
alveoli.
Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga
mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.
ORGAN PERNAFASAN
Suplai Darah
1. arteri pulmonalis
2. arteri bronkialis

Innervasi
1. Parasimpatis melalui nervus vagus
2. Simpatis mellaui truncus simpaticus
ORGAN PERNAFASAN
Sirkulasi Pulmonal
Paru-paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis dan arteri
pulmonalis. Darah di atrium kanan mengair keventrikel kanan melalui katup AV
lainnya, yang disebut katup semilunaris (trikuspidalis).
Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati katup keempat, katup
pulmonalis, kedalam arteri pulmonais. Arteri pulmonais bercabang-cabang
menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang masing-masing mengalir keparu
kanan dan kiri.
Di paru arteri pulmonalis bercabang-cabang berkali-kali menjadi erteriol dan
kemudian kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi kepada saluan pernapasan,
melalui sebuah alveolus, semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula,
dan venula menjadi vena. Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis
yang besar.
Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali keatrium kiri untuk menyelesaikan
siklus aliran darah. Jantung, sirkulasi sistemik, dan sirkulasi paru. Tekanan darah
pulmoner sekitar 15 mmHg. Fungsi sirkulasi paru adalah karbondioksida
dikeluarkan dari darah dan oksigen diserap, melalui siklus darah yang kontinyu
mengelilingi sirkulasi sistemik dan par, maka suplai oksigen dan pengeluaran zat-
zat sisa dapat berlangsung bagi semua sel.

Anda mungkin juga menyukai