Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah mempelajari materi perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
pengertian tentang sejarah dan teknik sederhana penentuan dimensi bumi

1.1 Sejarah Penentuan Dimensi Bumi

Geodesi adalah cabang ilmu matematika terapan, yang melalui pengukuran di


permukaan bumi, bertujuan menentukan (a) bentuk dan ukuran bumi, (b) posisi atau
koordinat suatu titik, (c) panjang dan arah garis, dan (d) mempelajari medan gravitasi bumi.
Penentuan bentuk dan ukuran bumi ini dilakukan oleh manusia dari zaman ke zaman.
Manusia berkepentingan dengan ketepatan ukuran dimensi bumi.
Dalam pandangan kuno, bumi ini dianggap bidang datar yang berbentuk seperti sebuah
piringan dan menjadi pusat dari seluruh alam semesta. Pythagoras (495 SM) adalah orang
pertama yang menyatakan bahwa bumi ini bukanlah pipih namun bulat seperti bola, yang
kemudian didukung oleh Aristoteles (340 SM) dan Archimedes (250 SM). Namun pernyataan
itu belum didasari penelitian dan pengukuran atas dimensi bumi melainkan hanya didasarkan
pada fakta a.l, pada waktu terjadi gerhana bulan, bayangan bumi berbentuk lingkaran, dan
pada waktu kapal menuju pantai, seolah-olah muncul dari bawah.
Kemudian Erastosthenes (250 SM) melakukan percobaan untuk menentukan keliling
bumi dengan cara sbb.: (lihat gambar 1.1):

Sinar matahari Sinar matahari

Tepat di
atas sumur

Sudut A = 7,2o
Tongkat
Bayangan Tongkat 5000 stadia
Sumur
Alexandria Syene

Gambar 1.1 Pengukuran Erastosthenes

Erastosthenes mendirikan tongkat di Alexandria dan membuat sumur di Syene. Jarak


antara ke dua lokasi itu 5000 stadia (1 stadia = 185 meter). Ketika matahari tepat di atas
sumur, diukurlah panjang bayangan tongkat. Dari harga tinggi tongkat dan panjang bayangan

1
diperoleh sudut = 7,2o. Karena sinar matahari yang jatuh ke bumi dianggap sejajar, maka
besar sudut ini sama dengan besar sudut di pusat A.

Alexandria

Sudut A = 7.2o
S
R
Syene
A

Gambar 1.2 Perhitungan Keliling Bumi

Berdasarkan data tersebut, Erastosthenes menghitung keliling bumi sbb:


Keliling Bumi 360 o
 .......................................................... (1.1)
S Sudut A o

360o
Keliling Bumi = x 5000 stadia  250.000 stadia  46.250 km
7,2o

Hasil perhitungan tersebut 16% lebih besar dari ukuran dewasa ini, yaitu sekitar 40.009 km.
Namun, kemampuan ilmuwan pada masa itu memperoleh angka hasil seperti itu sungguh
sangat mengagumkan.

KU

Busur Meridian Sumbu Minor


sebagai sumbu putar
BUMI
Bentuk elips diputar

KS

Gambar 1.3 Bentuk Bumi seperti Elips Putar

Ilmuwan terkemuka Huygens dan Newton berpendapat bahwa bumi ini sebetulnya
tidaklah benar-benar bulat seperti bola melainkan berbentuk seperti jeruk orange. Pendapat
itu diperkuat oleh hasil pengukuran busur meridian oleh para ahli dari Lembaga Pengetahuan
Perancis yang menyimpulkan bahwa bumi berbentuk elips putar (elipsoid) dengan sumbu
minor sebagai sumbu putar (gambar 1.3). Teknik yang digunakan adalah kombinasi

2
pengukuran astronomi dan triangulasi. Pengukuran astronomi adalah pengukuran untuk
mendapatkan posisi di bumi berdasarkan pengamatan benda langit (misalnya bintang).
Teknik triangulasi adalah teknik pengukuran di permukaan bumi dengan menggunakan
jaring-jaring segitiga untuk mendapatkan koordinat titik-titik sudut. Dalam pengukuran
triangulasi ini diukur seluruh sudut setiap segitiga. Pengukuran jarak hanya dilakukan pada
garis basis, umumnya pada awal dan akhir jaringan (lihat gambar 1.4, garis basis adalah PO
dan RS). Garis basis adalah garis di daerah relatif datar yang diukur jaraknya dengan sangat
teliti. melalui pengukuran sudut dan jarak ini dikombinasikan dengan pengukuran secara
astronomis dapatlah ditentukan koordinat titik-titik suatu jaring-jaring tersebut. Titik-titik sudut
triangulasi umumnya adalah tugu-tugu yang dipasang di puncak gunung atau bukit.
Pengukuran sudut lebih diutamakan pada masa itu sebab alat pengukur sudut teodolit yang
digunakan telah mampu mengamat sudut arah yang relatif jauh, sedangkan alat pengukur
jarak masih sederhana sehingga sulit mengukur jarak jauh secara langsung.
F
J
B
D H
P
S
Q
A R

C E I K
G
Gambar 1.4 Teknik Pengukuran Triangulasi

Teknik triangulasi pertama kali diperkenalkan oleh Schnellius pada tahun 1615 untuk
mencari panjang 1o busur meridian. Teknik ini dikerjakan di Belanda pada sekitar lintang rata-
rata 52o utara ekuator. Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa 1o busur meridian = 107,7 km.
Tahun 1669, Picard mendapat 1o busur meridian = 111,211 km dari pengukuran
triangulasi di Perancis pada lintang rata-rata 48o utara. Tahun 1736, Maupertius, Clairaut, dan
Celcius mendapat 1o busur meridian = 111,949 km dari pengukuran triangulasi di Lapland
pada lintang rata-rata 66o utara. Tahun 1735, Bouger dan Godin Lacondamina mendapat 1 o
busur meridian = 110,6 km dari pengukuran triangulasi di Peru pada lintang rata-rata 10 o. Di
samping hasil-hasil tersebut, banyak para ahli lainnya tercatat dalam sejarah penentuan
bentuk dan ukuran bumi.

1.2 Bidang Referensi Bumi

3
Dalam pengukuran dan pemetaan permukaan bumi diperlukan suatu bidang referensi
(disebut juga bidang datum atau bidang acuan) yang akan dijadikan sebagai landasan/dasar
dalam perhitungan dan penempatan posisi titik. Bidang acuan tersebut ada 3 (tiga) macam,
yang pemilihannya tergantung luas wilayah pemetaan dan ketelitian peta yang diinginkan,
yaitu bidang datar, bidang bola, dan bidang elipsoid.
Untuk keperluan praktis, pemetaan daerah dengan ukuran jarak maksimum kurang dari
55 km, dimana bumi masih dapat dianggap datar, maka dapat digunakan bidang acuan
bidang datar, sedangkan untuk ukuran jarak antara 55 km sampai dengan 100 km, dimana
kelengkungan bumi sudah mulai berpengaruh namun tidak terlalu besar, maka dapat
digunakan bidang bola. Untuk pemetaan dalam sistem yang mencakup wilayah lebih luas
dengan jarak maksimum lebih besar daripada 100 km, dimana kelengkungan bumi sudah
sangat berpengaruh, maka bidang acuan harus menggunakan bidang referensi elipsoid.
Teknologi penentuan posisi menggunakan GPS (Global Positioning System) yang sistem
koordinatnya berlaku secara internasional, menggunakan bidang referensi elipsoid.
Pengikatan titik antar pulau, penentuan batas antar negara, penentuan arah dari suatu titik ke
titik lain yang berjarak ribuan kilometer, memerlukan bidang referensi berbentuk elipsoid.
Oleh karena itu, ilmu tentang hitung proyeksi geodesi yang mempelajari tentang bidang
referensi bumi, perhitungan posisi di atas permukaan elipsoid, dan tentang proyeksi peta
harus dipahami dan dikuasai oleh para ahli dan praktisi di bidang survey dan pemetaan.
Dalam buku ini hanya dibahas mengenai bidang referensi bumi dan penentuan posisi di atas
bidang referensi elipsoid bumi.

1.3 Evaluasi

4
1. Jelaskan bagaimana teknik Erastothenes menentukan panjang keliling bumi.
2. Bagaimana cara Archimedes menunjukkan bahwa bumi itu bulat seperti bola.
3. Jika bumi dianggap sebagai bola dan diketahui besaran sebagai berikut:
A
Jarak busur kecil AB = 100.000 kilometer
Sudut  = 0o 53’ 51”
B
 O adalah pusat bola bumi
O
Hitunglah:
a. Keliling lingkaran bumi ABCA
b. Jari-jari bola bumi
c. Jarak busur kecil BC
d. Sudut kecil BOC
C

4. Seandainya anda diminta menentukan panjang keliling bumi, dimana bumi dianggap
berbentuk bola, jelaskan langkah-langkah yang akan anda lakukan (bahan diskusi).
5. Dalam pengukuran permukaan bumi diperlukan bidang referensi. Jelaskan kegunaan
bidang referensi.
6. Sebutkan 3 jenis bidang referensi bumi. Jelaskan perbedaan masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai