Anda di halaman 1dari 18

ASTRONOMI

GEOMETRI BOLA, TATA KOORDINAT GEOGRAFIS, DAN TATA


KOORDINAT HORIZON

Dosen pengampu :

Drs. Singgih Bektiarso, M.Pd.

Lailatul Nuraini, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Anita Puji Pratiwi 170210102060

Maghfira Amalia Kaulyn 170210102064

Amanda Ecka Lindaningrum 170210102068

PENDIDIKAN FISIKA – PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
1. GEOMETRI BOLA

Geometri bola atau sperichal Geometry merupakan geometri dua dimensi dari
permukaan bola. Pada geometri bola, titik didefinisikan seperti pada geometri
datar, sedangkan "garis lurus" didefinisikan sebagai "lintasan terpendek antara dua
titik" yang disebut geodesik. Pada permukaan bola, geodesik adalah bagian dari
sebuah lingkaran besar sehingga dengan demikian sebuah sudut dibentuk oleh dua
buah lingkaran besar. Geometri bola melahirkan sebuah konsep trigonometri baru
yang disebut sebagai trigonometri bola yang berbeda dari trigonometri biasa
(sebagai contoh, dalam sebuah segitiga bola, jumlah semua sudutnya lebih dari
180 derajad). Ilmu geometri bola banyak digunakan dalam navigasi dan astronomi
bola. Penentuan arah kiblat misalnya, banyak menggunakan konsep-konsep
geometri bola.

Dalam geometri bola, lingkaran besar (Great Circle) adalah lingkaran pada
permukaan sebuah bola yang memiliki keliling yang sama dengan keliling bola
tersebut. Dengan kata lain, lingkaran besar pada sebuah bola adalah lingkaran
yang memiliki pusat yang sama dengan pusat bola tersebut. Lingkaran
besar(Great Circle) merupakan lingkaran yang dibentuk oleh perpotongan sebuah
bidang yang melewati pusat sebuah bola dengan permukaan bola tersebut. Selain
itu, dapat juga diartikan sebagai lingkaran terbesar yang dapat dibuat pada sebuah
permukaan bola. Sebuah lingkaran besar pada sebuah bola pasti akan memotong
bola tersebut menjadi dua bagian sama besar. Lingkaran apapun pada permukaan
bola yang tidak memotong bola menjadi dua bagian sama besar disebut sebagai
lingkaran kecil(smallcircle). Lingkaran besar dan lingkaran kecil dapat melewati
dua buah titik yang sama pada permukaan bola. Contoh lingkaran besar pada bola
bumi adalah garis khatulistiwa (garis lintang 0 derajat) dan semua garis bujur.
Garis lintang selain 0 dearajat bukan merupakan lingkaran besar, melainkan
lingkaran kecil karena pusat lingkaran dari garis lintang tidak berimpit dengan
pusat bumi.
Jarak terpendek yang menghubungkan dua buah tempat di permukaan Bumi
pasti dibentuk oleh sebuah busur lingkaran besar Bumi. Jarak terpendek ini
disebut sebagai sebuah geodesik Bumi.

Gambar 1. Geometri Bola


Sumber : Rachman, 2014

Pada kasus bola langit, lingkaran ekliptika dan lingkaran ekuator langit
adalah sebuah lingkaran besar dari bola langit.Ekliptika adalah jalur yang dilalui
oleh suatu benda dalam mengelilingi suatu titik pusat sistem koordinat tertentu.
Ekliptika pada benda langit merupakan suatu bidang edar berupa garis khayal
yang menjadi jalur lintasan benda-benda langit dalam mengelilingi suatu titik
pusat sistem tata surya. Seandainya bumi dijadikan sebagai titik pusat sistem
koordinat, maka ekliptika merupakan bidang edar yang dilalui oleh benda-benda
langit seperti planet dan matahari untuk mengelilingi bumi. Dan bila matahari
dijadikan sebagai titik pusat sistem koordinat, maka ekliptika merupakan bidang
yang terbentuk sebagai lintasan orbit bumi yang berbentuk elips dengan matahari
berada pada titik pusat elips tersebut.
Gambar 2. Lingkaran Ekliptika dan Lingkaran Ekuator
Sumber : gaia.ac.uk

1.1. Besar Sudut pada Geometri Bola


Besar sudut geometri bola ditentukan oleh perpotongan dua
lingkaran besar. Yang dapat di uraikan sebagai berikut :

Gambar 3. Geometri bola


Sumber : Wijaya, 2016
a. Sudut A : sudut yang terbentuk antara greatcircle yang memuat titik
A dan B dengan greatcircle yang memuat titik A dan C
b. Sudut B : sudut yang terbentuk antara greatcircle yang memuat titik
B dan A dengan greatcircle yang memuat titik B dan C
c. Sudut C : sudut yang terbentuk antara greatcircle yang memuat titik
C dan B dengan greatcircle yang memuat titik C dan A
1.2. Aturan Trigonometri Geometri Bola

Gambar 4. Aturan trigonometri Geometri Bola


Sumber : Wijaya, 2016
Keterangan :
A : titik singgung bola O dengan bidang yang memuat ADE
AOD : perpanjangan greatcircle yang memuat AOB
AOE : perpanjangan greatcircle yang memuat AOC
Ukuran sisi a sama dengan besar sudut BOC
Ukuran b sama dengan sudut AOC
Ukuran c sama dengan sudut AOB
Segitiga ABC adalah suatu geometri bola yang berpusat di O. Sisi
a adalah bagian dari lingkaran besar atau greatcircle yang berpusat di O
dan melalui titik B dan C. Oleh karena itu, panjang ukuran sisi a
dinyatakan dengan besar sudut BOC. Begitu juga dengan sisi b dan c
yang dinyatakan dengan ukuran sudut AOC dan AOB. ADadalah garis
singgung dari greatcircleAC di titik A dan AE adalah garis singgung
greatcircleAC di titik A. Oleh karena itu jari-jari OA tegak lurus dengan
AD dan AE. Jika greatcircle AB diperluas maka AD akan terletak pada
perluasan greatcircleAB dan perpanjangan jari-jari OB akan
berpotongan dengan AD di titik D. Secara analog akan diperoleh bahwa
jari-jari OC berpotongan dengan AE di titik E. Dalam
sphericalgeometry, sudut BAC adalah sudut yang terbentuk antara
greatcircleABand AC di titik A, sehingga BAC = DAE.

2. TATA KOORDINAT GEOGRAFIS

Pada pembahasan tata koordinat geografis ini akan dibagi menjadi 3 subbab.
Diantaranya yaitu Bola langit, tata koordinat geografis, serta konsep lintang dan
bujur. Berikut pembahasannya :

A. BOLA LANGIT

Bola langit adalah suatu ruang berbentuk bola dimana semua benda langit
tampak atau diproyeksikan pada bidang melengkung tersebut. Bola langit bersifat
egocentris (Pengamat selalu menjadi titik pusatnya). Pada dasarnya bola langit
merupakan proyeksi dari bola bumi ke langit. Lintang dan bujur pada bola bumi
diproyeksikan ke langit menjadi lintang dan bujur langit. Ekuator bumi menjadi
ekuator langit. Sebagaimana posisi bumi, bola langit juga dapat dibedakan
menjadi 3 jenis :

 Bola langit vertikal jika pengamat di ekuator.


 Bola langit miring jika pengamat di antara ekuator dengan kutub.
 Bola langit horizontal jika pengamat di kutub bumi.
Sumber : slideshare.net

Sumber : slideshare.net
Sehingga untuk menentukan letak suatu benda langit kita membutuhkan
beberapa koordinat. Koordinat pada benda langit ada 4 yaitu :

1. Tata Koordinat Geografis


2. Tata Koordinat Horizon
3. Tata Koordinat Katulistiwa
4. Tata Koordinat ekliptika.

B. TATA KOORDINAT GEOGRAFIS

Kita telah mempelajari apa itu geometri bola pada sub bab sebelumnya,
sehingga dengan berbekal pengetahuan dari geometri bola kita dapat mempelajari
apa yang dimaksud dengan tata koordinat geografis. Seperti yang telah diketahui
pada geometri bola terdapat istilah yang disebut dengan lingkaran besar (Great
Circle) merupakan lingkaran yang dibentuk oleh perpotongan sebuah bidang yang
melewati pusat sebuah bola dengan permukaan bola tersebut. Dalam tata
koordinat geografis Great Circle dapat dilihat pada lingkaran besar pada bola
bumi yang merupakan garis khatulistiwa (garis lintang 0 derajat). Garis lintang
selain 0 derajat bukan merupakan lingkaran besar, melainkan lingkaran kecil
karena pusat lingkaran dari garis lintang tidak berimpit dengan pusat bumi.
Sehingga dengan menggunakan geometri bola kita akan lebih mudah mengetahui
posisi di permukaan benda-benda langit. Contohnya kita akan lebih mudah
mengetahui posisi di permukaan bumi dengan koordinat bola, karena permukaan
bumi lebih menyerupai bola daripada kotak.

Dengan begitu tata koordinat geografis dalam bidang astronomi ini akan
mempelajari tentang sistem koordinat benda-benda langit. Tata koordinat
geografis adalah sistem koordinat yang digunakan untuk menunjukkan suatu titik
atau tempat berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Tata koordinat georafis
pada benda-benda langit terdiri dari lingkaran kecil, lingkaran besar, lingkaran
bujur, dan lingkaran lintang. Dalam koordinat geografis lingkaran besar inilah
yang disebut dengan Great Circle yang membentang di Khatulistiwa dan semua
lingkaran bujur.

Sumber : staffnew.uny.ac.id

Sesuai dengan gambar diatas, tata letak koordinat geografis ditentukan


oleh garis/linstasan yang berupa lingkaran, yang terdiri dari yang melintang dan
membujur. Dengan adanya lingkaran tersebut kita dapat menentukan letak
geografis dan kedudukan suatu tempat di bumi dapat ditentukan dengan sistem
koordinat “bujur dan lintang” geografis. Begitu pula dengan koordinat di suatu
titik di bidang permukaan bola langit dapat ditentukan dengan menetapkan
lingkaran dasar dan titik asal koordinat. Begitu juga dengan komet di langit,
beserta bintang-bintang, galaksi dan bermacam objek lainnya, mereka semua
memiliki “alamat” tertentu yang tidak mungkin kembar satu sama lain. Alamat
yang dimaksud di sini adalah koordinat. Komponen pada koordinat geografis,
yaitu :
a) Lingkaran Dasar Utama
Komponen lingkaran dasar utama pada tata koordinat geografis adalah
salah satu dari lingkaran besar. Lingkaran besar ini sering juga disebut dengan
lingkaran Ekuator/lingkaran khatulistiwa yang berada di tengah bola/benda langit.
Lingkaran ekuator ini membagi benda langit menjadi 2 kutub yaitu kutub utara
dan kutub selatan, dimana kedua kutub ini juga termasuk dalam salah satu
komponen tata koordinat geografis.

b) Kutub-Kutub: Kutub Utara (KU) dan Kutub Selatan (KS)

Kutub utara dan kutub selatan adalah suatu wilayah yang terbagi karena
adanya garis equator. Kutub-kutub ini dapat ditentukan dengan cara:

 Kutub Utara Langit

Karena dibumi itu tidak ada titik yang kekal terhadap bola langit, maka
diambilah suatu titik dekat bintang polaris (bintang yang paling terang/bintang
utara) dari rasi bintang Ursa minor (salah satu rasi bintang diutara), yang hampir–
hampir tidak mengikuti perputaran sehari–hari bintang sejati lainnya, untuk
ditetapkan sebagai titik pangkal. Peredaran semu ini disebabkan oleh rotasi bumi
pada porosnya. Dan titik yang tak ikut berputar ini disebut kutub utara langit.
Jarak bintang polaris dari bumi kira-kira 430 tahun cahaya.

 Kutub Selatan Langit

Kutub Selatan Langit adalah titik yang dapat dicari dengan rasi bintang
layang–layang, yang menunnjukkan arah selatan, orang Jawa menyebutnya
dengan nama bintang Gubug Penceng.

c) Lingkaran Dasar ke-2 ( Lingkaran Bujur)

Lingkaran dasar ke-2 merupakan lingkaran besar yang melalui meridian


pengamat. Atau bisa disebut juga dengan lingkaran bujur atau meridian. Meridian
adalah sebuah garis khayal pada permukaan bumi, tempat kedudukan titik-titik
dengan bujur yang sama yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan.

d) Lingkaran Lintang

Lingkaran Lintang adalah garis khayal melintang secara horizontal yang


berada diantara dua kutub. Garis lintang selain 0 derajat bukan merupakan
lingkaran besar, melainkan lingkaran kecil karena pusat lingkaran dari garis
lintang tidak berimpit dengan pusat bumi. Garis lintang bumi yang berada di
belahan bumi utara disebut dengan garis lintang utara yang besarnya 0⁰ sampai
90⁰ LU. Sedangkan Garis lintang bumi yang berada di belahan bumi selatan
disebut dengan garis lintang selatan yang besarnya 0⁰ sampai 90⁰ LS. Semakin ke
utara atau ke selatan bentuk lingkaran lintang semakin kecil. Bahkan pada daerah
90⁰ LU dan 90⁰ LS ini berupa titik, bukan lagi berupa lingkaran, karena berada
tepat di kutub utara dan selatan.

e) Titik Acuan ( Titik Asal)

Titik acuan atau yang sering disebut dengan titik asal adalah suatu titik
yang menunjukkan titik 0⁰ pada garis lintang dan bujur. Contohnya, titik acuan
pada bumi yaitu berada pada Khatulistiwa (0⁰) pada garis lintang dan berada di
Greenwich (0⁰) pada garis bujur.

f) Koordinat I dan Koordinat II

Koordinat I dan II adalah suatu acuan untuk menentukan letak dari suatu
tempat ditinjau dari garis lintang dan bujurnya. Koordiant I dapat kita tentukan
dengan melihat garis bujurnya, sedangkan koordinat II dapat kita tentukan dengan
melihat garis lintangnya. Pada bumi koordinat I berdasarkan bujur atau meridian
memberikan 2 arah yaitu arah timur Greenwich atau BT dan kearah barat
Greenwich atau BB. Koordinat II juga memiliki 2 arah yaitu arah ke utara atau LS
dan arah keselatan atau LU. Kutub utara pada koordinat II terletak di 90⁰ di LU
dan kutub selatan berada di 90⁰ di LS.

C. KONSEP LINTANG DAN BUJUR

Konsep ini digunkan untuk menentukan suatu titik berdasarkan garis lintang
dan bujurnya. Dengan berpacu pada garis lintang ekuator kita dapat menentukan
suatu wilayah dibumi. Caranya dengan melihat contoh gambar dibawah ini.
Pengamat berada di titik equator garis lintang, kemudian jika kita berpindah ke
arah utara sampai dititik manapun maka kita berada dititik LU tempat kita
berhenti. Contohnya pada titik merah digambar ini, jadi kita berpindah dari
lintang ekuator 0⁰ menuju ke utara 30⁰ , tempat kita sekarang adalah di titik 30⁰
LU. Begitupula jika kita bergerak keselatan

Sumber : quura.com

Dengan berpacu pada garis bujur yang berada di meridian prima kita dapat
menentukan suatu wilayah dibumi. Caranya dengan melihat contoh gambar
dibawah ini. Pengamat berada di titik Greenwich, kemudian jika kita berpindah ke
arah barat atau timur sampai dititik manapun maka kita akan berada dititik BT
atau BB tempat kita berhenti. Contohnya pada titik merah digambar bawah ini,
jadi kita berpindah dari lintang meridian 0⁰ menuju ke barat 30⁰ , tempat kita
sekarang adalah di titik 30⁰ BB. Begitupula jika kita bergerak ketimur

Sumber : sites.google.com.
3. TATA KOORDINAT HORIZON

Horizon nampak di segala penjuru mengelilingi permukaan bumi yang


terjauh dari pandangan mata. Dan karena horizon nampak di segala penjuru, maka
terlihat suatu lingkaran raksasa yang biasa disebut dengan lingkaran horizon. Pada
tata koordinat horizon, letak bintang ditentukan hanya berdasarkan pandangan
pengamat saja. Tata koordinat horizon tidak dapat menggambarkan lintasan
peredaran semu bintang, dan letak bintang selalu berubah sejalan dengan waktu.
Namun, tata koordinat horizon penting dalam hal pengukuran adsorbsi cahaya
bintang.

Tata koordinat Horizontal merupakan tata koordinat langit yang paling


kuno dan paling alamiah bagi para pengamat. Tata koordinat ini sangat
bergantung pada letak pengamat di permukaan bumi. Oleh karena itu, tata
koordinat ini tidak dapat digunakan sebagai katalog. Dalam tata koordinat ini,
letak benda-benda angkasa ditengarai dengan dua macam bilangan, keduanya
merupakan sudut : sudut ketinggian (altitud) dan sudut azimut. Sudut altitud
ditandai dengan simbol a. Sementara sudut azimut dengan A. Bidang horizon
tempat kita berada dijadikan bidang acuan. Hal inilah yang menyebabkan tata
koordinat ini dinamakan tata koordinat ini. Bujur suatu bintang dinyatakan dengan
azimut (Az).

Setiap tempat di bumi, memiliki horizon berbeda-beda yang disebabkan


oleh bentuk bumi yang bulat. Titik-titik kutubnya adalah titik Zenith dan Nadir.
Lingkaran lintang terbesar adalah lingkaran horizon. Pada lingkaran horizon ada 4
titik kardinal, yaitu Timur, Barat, Utara dan Selatan. Lingkaran lintang lain sejajar
dengan horizon. Lingkaran-lingkaran bujurnya adalah lingkaran vertikal yang
melalui zenith dan nadir, tegak lurus terhadap lingkaran horizon. Koordinat suatu
bintang dalam tata koordinat horizon dinyatakan sebagai Azimut (bujur) dan
Tinggi (lintang).
Gambar 6. Koordinat horizon

Sumber : geografi-geografi.blogspot.com

Azimut umumnya diukur dari selatan ke arah barat sampai pada proyeksi
bintang itu di horizon, seperti pada gambar azimut bintang adalah 220°. Gambar 7
menunjukkan kepada kita bahwa sudut lintang tempat kita berada menentukan
arah kutub langit. Cara menentukan letak kutub langit ditunjukkan dalam gambar
8 berikut.
Gambar 7.

Gambar 8. Bidang horizon

Bidang horizon tempat kita berada di bumi dianggap membagi kulit bola
langit menjadi dua bagian sama besar, bagian atas dan bagian bawah. Garis lurus
yang melalui pusat kulit bola langit dan tegak lurus terhadap bidang horizon
menembus kulit bola langit di dua titik yaitu titik Zenit (di atas bidang horizon)
dan titik Nadir (di bawah bidang horizon). Setengah lingkaran besar yang
menghubungkan arah utara bidang horizon dan arah selatan bidang horizon
melalui zenit disebut garis meridian pengamat.
Gambar 9. Meridian pengamat

Bintang-bintang dan benda-benda angkasa yang berada di kulit bola langit


di atas bidang horizon sajalah yang dapat dilihat oleh pengamat yang memiliki
horizon itu. Gambar diatas memperlihatkan situasi pengamatan bintang dari
tempat yang memiliki lintang 45° LU. Pada Gambar tersebut tampak bahwa
terdapat bintang-bintang yang selalu terlihat dari titik pengamatan (tidak pernah
terbenam). Bintang semacam ini disebut bintang sirkumpolar. Tentu, ada juga
bintang-bintang yang tidak pernah terlihat dari titik pengamatan itu.

Penentuan nilai altitud dan azimuth dari sebuah objek yang relatif mudah
menjadi kelebihan sistem koordinat ini. Untuk menentukan altitud, kita bisa
gunakan sextant, sedangkan untuk menentukan azimuth kita dapat gunakan
kompas. Titik acuan koordinatnya (horison dan titik utara atau selatan) pun jelas
dan dapat kita tentukan dengan mudah. Hal ini jauh lebih mudah Jika
dibandingkan dengan menentukan titik gamma, ekuator langit, asensiorekta dan
deklinasi pada sistem koordinat ekuatorial.

Altitud (a) menunjukkan ketinggian bintang dari horison. Apabila sebuah


bintang baru terbit atau tenggelam, ketinggiannya dari horison adalah 0 derajat.
Dan bintang yang berada di zenith memiliki altitud 90 derajat. Azimuth (A)
menyatakan sudut yang dibentuk antara bintang dengan titik utara atau selatan.
Pengamat yang berada di belahan bumi utara menghitung azimuth bintang dari
titik utara ke arah timur (searah putaran jarum jam). Sedangkan pengamat yang
berada di belahan bumi selatan menghitung azimuth bintang dari titik selatan ke
arah timur (berlawanan arah putaran jarum jam). Besarnya azimuth adalah dari 0
derajat hingga 360 derajat.

Sebagai contoh, untuk pengamat yang berada di Semarang (selatan


khatulistiwa), sebuah bintang yang berada 45 derajat di atas titik utara memiliki
azimuth 180 derajat. Sedangkan bagi pengamat yang ada di Aceh misalnya,
bintang yang berada 45 derajat di atas titik utara memiliki azimuth 0 derajat (Lihat
juga gambar di bawah).

Sementara kekurangan sistem koordinat ini adalah bahwa, seperti yang


sudah saya sebutkan di atas, koordinat alt-azimuth hanya berlaku lokal (di sekitar
pengamat) saja. Ketinggian dan azimuth sebuah bintang pada saat yang sama akan
memiliki nilai yang berbeda jika dilihat dari tempat yang jauh. Misalkan seorang
pengamat di Semarang ingin memberitahukan sebuah objek yang ditemukannya
kepada pengamat lain di Bandung dengan memberikan koordinat alt-azimuth
objek tersebut, maka pengamat di Bandung akan kesulitan menemukan objek
yang dimaksud.
DAFTAR PUSTAKA

Green, Robin. M. 1985. Spherical Astronomy. Cambridge: Cambrige University


Press
Smart, W. M. 1977. Textbookon Spherical Astronomy. Cambridge: Cambrige
University Press
Padil, H. Abbas. Dasar-dasar ilmu falak dan tata ordinat : bola langit dan
peredaran matahari. Jurnal Al-Daulah Vol. 2 No. 2 (2013) : 195-214
Rachman, Abd. 2014. Konsep Segitiga Bola dan Arah Kiblat. Bandung : LAPAN

Anda mungkin juga menyukai