Anda di halaman 1dari 5

SINAR X

(Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Fisika Terpadu)

Oleh :

Anita Puji Pratiwi

NIM. 170210102060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
PEMBAHASAN

A. SINAR X

Radiasi adalah energi yang dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau
partikel. Radiasi yang ada disekitar kita ada 2 macam yaitu radiasi pengion dan radiasi non
pengion. Perbedaan dari kedua jenis radiasi ini tampak pada saat proses terjadinya ionisasi.
dikarenakan adanya transisi elektron dari atom satu ke atom lainnya. Radiasi pengion dapat
menyebabkan terjadinya ionisasi sedangkan hal ini tidak terjadi pada radiasi non pengion. Hal
tersebut dikarenakan radiasi pengion memiliki energi yang memadai untuk menyebabkan
terjadinya ionisasi.

Sinar X adalah radiasi elektromagnetik dengan rentang panjang gelombang kurang lebih
dari 0,01 hingga 10nm (energinya kurang lebih dari 100 eV hingga 100 keV). Sinar X dalah
salah satu bentuk gelombang elektromagnetik atau radiasi pengion yang pertama kali ditemukan
pada tahun 1895 oleh Wilhelm Conrad Roentgen. Sinar X biasa disebut sebagai sumber radiasi
buatan manusia yang dapat dikembangkan menjadi zat radioaktif, pesawat sinar-X, akselerator,
serta reaktor nuklir. Sinar X berasal dari suatu unsur radioaktif yang berhasil dibuat manusia
berdasarkan 2 peristiwa yaitu peristiwa reaksi inti antara nuklida stabil dengan neutron dalam
reaktor dan aktivasi neutron, dan peristiwa penembakan nuklida stabil dengan partikel atau ion
cepat pada alat pemercepat partikel seperti akselerator dan siklotron. Hasil dari kedua peristiwa
tersut akan menghasilkan sebuah radionuklida buatan yang dapat memancarkan radiasi alpha,
beta, gamma, atau neutron.

B. PROSES TERJADINYA SINAR X


Sinar X dipancarkan dalam transisi antara berbagai tingkat energi terisi yang lebih rendah
dari sebuah atom. Elektron-elektron tedalam terikat sedemikian kuatnya sehingga ukuran lebar
antara tingkat energinya memadai bagi pemancaran foton dalam rentang panjang gelombang
sinar X. Sebaliknya, ikatan elektron-elektron terluar relatif lemah dan lebar antara tingkat
energinya hanyalah beberapa elektron volt, dengan demikian transisi antara tingkat-tingkat ini
hanyalah memberikan foton dalam spektrum cahaya tampak.
Karena semua kulit terdalam sebuah atom terisi penuh, maka transisi sinar X tidak akan
pernah terjadi dalam keadaan normal. Hal ini juga terlihat apabila sebuah elektron 2p tidak dapat
bertransisi ke subkulit 1s karena semua atom setelah hydrogen memiliki 1s yang terisi penuh.
Untuk dapat mengamati transisi seperti ini, kita harus membebaskan sebuah elektron dari
subkulit 1s. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menembaki atom dengan berkas elektron (atau
partikel lain) yang dipercepat hingga mencapai energi yang cukup memadai untuk menendag
keluar sebuah elektron 1s setelah bertumbukan dengannya. Begitu kita berhasil membebaskan
satu elektron dari subkulit 1s, elektron dari suatu subkulit lebih tinggi akan segera bertransisi
untuk mengisi kekosongan tersebut, dengan memancarkan sebuah foton sinar X dalam proses ini.
Proses pembentukan sinar X terjadi dalam tabung sinar X (pesawat sinar X) dimana
terdapat filamen yang bertindak sebagai katoda dan sasaran yang bertindak sebagai anoda.
Tabung pesawat sinar X yang dibuat seperti sistem hama udara dimaksudkan agar elektron yang
berasal dari filamen yang tidak terhalang oleh molekul udara dalam perjalannya menuju anoda.
Jumlah elektron yang dihasilkan oleh filamen tergantung dari suhu filamen, dan suhu filamen
dikendalikan oleh arus filamen. Filamen yang dipanasi oleh arus listrik rendah menjadi sumber
elektron. Rangkaian pengatur arus terdiri dari trafo regulator, trafo filamen (step down), resistor
variabel, relay, dan filamen yang berada didalam tabung. Fungsi masing-masing pengatur arus
tersebut adalah, sebagai penstabil tegangan antara tegangan masuk dan keluar yang akan
dialirkan menuju trafo filamen. Trafo filamen (step down) untuk menurunkan tegangan yang
masuk, dan resistor variabel pengatur arus yang mengalir. Relay juga digunakan sebagai
pengetur arus yang menggunakan mikrokontroler. Makin besar arus filamen, akan semakin
tinggi dan berakibat makin banyak elektron yang dibebaskan per satuan waktu.
Elektron yang dibebaskan oleh filamen tertarik ke anoda oleh adanya beda potensial
yang besar atau tegangan tinggi antara katoda dan anoda yang dicatu oleh unit sember tegangan
tinggi (potensial katoda beberapa puluh hingga beberap ratus kV atau MV lebih rendah
dibandingkan potensial anoda). Tegangan yang diberikan diatur sedemikian rupa sehingga sinar
X yang dihasilkan akan dapat menembus objek. Elektron ini menembak sasaran yang umumnya
bernomor atom dan bertitik cair tinggi sehingga terjadilah bremsstrahlung. Dari proses ini
dihasikan sinar kontinyu karena diakibatkan perlambatan berkas elektron cepat dalam medan
magnet atom anoda yang mempunyai spektrum kontinyu.
Pada proses bremsstrahlung sinar X akan memiliki kemungkinan dialirkan ke segala arah.
Namun demikian, bagian dalam tabung atau disekitar tabung, misalnya logam penghantar anoda,
gelas tabung dan jaga rumah tabung yang biasanya terbuat dari logam berat menyerap sebagian
besar-besar sinar X yang dipancarkan sehigga sinar X yang keluar dari rumah tabung kecuali
yang engarah ke jendela tabung sudah sangat sedikit. Sinar X yang dimanfaatkan adalag berkas
yang mengarah ke jendela bagian yang paling tipis dari tabung. Selain proses bremsstrahlung,
dalam proses tumbukan ini juga dapat terjadi sinar X karakteristik. Sinar X ini dihasilkan akibat
transisi elektron dari orbit tinggi ke orbit rendah dari atom anoda. Transisi elektron terjadi akibat
adanya kekosongan electron setelah ditumbuk oleh electron berkecepatan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Zubaidah, dkk. 2015. Buku Pintar Nuklir. Badan Tenaga Nuklir Nasional : Serpong

Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press)

Suyatno, Ferry, Dwijo Harsono, Azizah Marwiana. 2011. Rancang Bangun Pemilih Arus
dan Pewaktu pada Sinar X Berbasis Mikrokontroler AT89S51. Jurnal Fisika
Nasional. Vol (5) (2)

Anda mungkin juga menyukai