Anda di halaman 1dari 6

SPEKTRUM ATOM

1. Sinar X dan Cahaya Tampak

a. Sinar X

Sinar X ditemukan oleh ilmuwan fisika yang bernama Willhelm Roentgen pada tahun 1895.
Sinar-X dapat dikatakan sebagai sinar rrontgen, merupaakan salah satu bentuk dari radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang berorde A. yang berkisar antara 10 nanometer
ke 100 pikometer atau setara dengan frekuensi dalam rentang 30 petahertz - 30 exahertz
dan foton energi sekitar 100 eV - 100 Kev. Sinar X termasuk dalam suatu pancaran
gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar
ultraviolet, Namun, Sinar X bersifat heterogen dikarenakan memiliki panjang gelombang
yang sangat pendek sehingga sinar-X dapat menembus benda-benda. Sinar-X banyak
dimanfaatkan dalam bidang kesehatan seperti diagnosis gambar medis dan Kristalografi
sinar-X.

1. Sifat-sifat sinar-X

Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik antara lain daya tembus, pertebaran,
penyerapan, fluoresensi, ionisasi dan efek biologi.

 Daya tembus

Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang
sangat besar. Semakin tinggi tegangan tabung yang digunakan, maka akan semakin
besar daya tembusnya,dan sebaliknya. Daya tembus sinar-x dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain :

1. Energi sinar-x

2. Kosentrasi atau densitas dari objek yang ditembus, Makin banyak sinar-x yang
menembus objek maka makin banyak sinar-x sampai ke film maka makin hitam film.

3. Nomer Atom bahan

4. Tebal bahan yang dilalu

 Pertebaran

Ketika berkas sinar x melalui suatu bahan atau zat, maka berkas sinar tersebut akan
bertebaran keseluruh arah sehingga akan terbentuk radiasi hambur pada bahan atau zat
yang dilalui.

 Penyerapan
Sinar x dapat diserap oleh bahan atau zat yang sesuai dengan kepadatan bahan atau zat
tersebut. Semakin tinggi kepadatannya maka akan semakin besar penyerapannya, dan
sebaliknya.

 Fluoresensi

Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink sulfide
yang dapat memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :

1) Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya yang berlangsung sewaktu ada radiasi sinar
x saja.

2) Fosforisensi, yaitu pemendaran cahaya yang berlangsung beberapa saat walaupun


radiasi sinar x sudah dimatikan (after – glow).

 Ionisasi

Ionisasi partikel-partikel suatu bahan atau zat terjadi karena efek primer dari sinar-X yang
mengenai suatu bahan atau zat

 Efek Biologi

Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efekbiologi ini


dapat dimanfaatkan dalam pengobatan radioterapi.

Selain itu, sinar x tidak dapat dilihat dengan penglihatan mata, bergerak lurus dengan
kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya,hanya dapat difraksikan dengan kisi
kristal dab tidak dapag didifraksikan dengan lensa atau prisma, dapat diserap oleh timah
hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat yang memiliki
frekuensi gelombang yang tinggi.

2. Proses Terjadinya Sinar-X

Sinar X terbentuk saat elektron bebas melepaskan sebagian energinya saat berinteraksi
dengan elektron lain yang mengorbit. Adapun proses terjadinya sinar-x yaitu sebagai
berikut.
1. Katoda (Filamen) dipanaskan di atas 20.0000𝐶 dengan mengalirkan listrik dari
transformator sampai menyala sehingga elektron-elektron terlepas.

2. Dengan menggunakan tegangan tinggi, elektron dipercepat dan di arahkan menuju


anoda (target)

3. Di Anoda, elektron dihentukan secara mendadak sehingga terbentuk 99 % panas dan 1%


sinar X

4. Sinar X di arahkan keluar dari tabung melalui diafragma dan panas didinginkan melalui
radiator pendingin

Sinar-x berdasarkan proses kejadiannya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sinar-X
Bremsstranhlung dan sinar-X karakteristik. Pada saat sebelum menumbuk target, elektron
memiliki energi kinetik sebesar eV dan setelah mengenai target akan mengalami
perlambatan secara spontan sehingga Anoda (target) memancarkan radiasi (sinar X). Radiasi
yang dihasilkan dengan cara ini disebut Bremsstranhlung (perlambatan) atau disebut dengan
braking radiation. Adapun proses pembentukan sinar-X Bremsstranhlung yaitu

Pada waktu muatan (electron) yang bergerak dengan kecepatan tinggi (mengalami
percepatan), karena adanya beda potensial maka muatan (electron) akan memancarkan
radiasi elektromagnetik dan ketika energi electron cukup tinggi maka radiasi elektromagnetik
tersebut dalam range sinar-x. Dengan ini energi maksimum pada sinar-X sebesar : rumus

Spektrum sinar X, juga bisa dihasilkan karena adanya proses eksitasi spontan elektron untuk
mencapai ke stabilan dalam atom yang disebut dengan sinar-X karakteristik. Adapun proses
terbentuknya sinar-X karakteristik yaitu sebagai berikut.
Sinar-X karakteristik terjadi ketika elektron proyektil dengan energi kinetik yang tinggi dapat
berinteraksi dengan elektron dari tiap kulit atom. Elektron proyektil ini harus memiliki energi
kinetik yang cukup tinggi guna untuk melpaskan elektron pada kulit atom tertentu dari
orbitnya. Saat elektron dari kulit atom terlepas maka akan terjadi transisi dari orbit luar ke
orbit dalam. Energi yang dilepaskan saat terjadi transisi disebut dengan photon sinar-X
karakteristik. Energi photon sinar-X karakteristik bergantung pada besarnya energi elektron
proyektil yang digunakan untuk melepaskan elektron dari kulit atom tertentu dan
bergantung pada selisih energi ikat dari elektron transisi dengan energi ikat elektron yang
terlepas tersebut.

Pada saat elektron termal mengenai Anoda (Target), energi elektron termal akan
mengakibatkan beberapa elektron dalam atom target sehingga mengalami eksitasi
(berpindah dari tingkat energi rendah menuju energi yang lebih tinggi) atau terionisasi.
Atom-atom yang tereksitasi akan segera kembali ke keadaan dasar dalam waktu 10 pangkat
-8𝒔sambil memancarkan foton atau dikenal dengan sinar X.

Ka adalah spektrum garis sinar X karena transisi elektron tereksitasi dari n = 2 ke n = 1

K... adalah spektrum garis sinar X karena transisi elektron tereksitasi dari n = 3 ke n = 1K...
adalah spektrum garis sinar X karena transisi elektron tereksitas dari n = 4 ke n = 1. Dan
seterusnya.

Rumus rumus

Jika elektron-elektron di kulit K (n=1) berpindah, maka elektron-elektron dari tingkat energi
yang lebih tinggi akan jatuh ke kulit K dan menghasilkan deret garis Ka, K.. dan K.. dan
seterusnya. Perhatikanlah gambar, jika elektron-elektron pada kulit L (n=2) berpindah, maka
akan muncul deret garis yang lain yang disebut dengan deret L. Keadaan yang serupa terjadu
di transisi-transisi ke kulit M (n=3), yang akan menghasilkan deret M dan seterusnya.

Ketika spektrum atom berelektron banyak yang tereksitasi oleh berondongan elektron
tersebut diamati, kita akan menyaksikan suatu latar belakang bremsstrahlung mulus yang
memiliki pemutus panjang-gelombang terendah yang bersesuaian dengan tegangan
akselerasi maksimum, bersamaan dengan garis-garis tajam yang dihasilkan oleh transisi-
transisi Ka, K... dan seterusnya. Hal ini didapatkan bahwa setiap garis karakteristik sinar-X ini
tersusun dari sejumlah garis yang berdekatan. Pembagian garis-garis tersebut diperoleh dari
pembagian struktur halus di tingkat-tingkat energi atomik ( dengan pengecualian untuk kulit
K dimana n=1, L=0)

3. Hukum Morseley
Pada tahun 1913, ilmuwan fisika yang bernama H. Morseley menemukan bahwa percobaan
dengan mencoba berbagai bahan target sasaran dalam tabung sinar X dan menyimpulkan bahwa
frekwensi garis spektrum yang dihasilkan untuk deret

Rumuss..

Keterangan :

a = konstanta tergantung dari transisi

b = konstanta tergantung dari transisi ( b = 1 untuk garis K, b = 7,4 untuk garis L)

Z = Nomor atom

Transisi sinar X tanpa struktur halus

Transisi sinar-X dengan struktur halus

Teori atom Bohr tidak hanya dikembangkan untuk atom-atom yang tidak saling berinteraksi
dalam keadaan gas, melainkan juga mampu menjelaskan sifat-sifat atom di dalam material
padat yang atom-atomnya berinteraksi sangat kuat satu sama lainnya. Pertimbangan tersebut
digunakan untuk memproduksi transisi-transisi sinar X yang hanya berlangsung di antara ikatan
kuat elektron-elektron di dalamnya. Ketika atom-atom tersebut terikat secara bersama-sama
untuk membentuksuatu zat padat, tingkat energi elektron-elektron terluarnya akan berbeda
dibandingkan dengan keadaannya dalam wujud gas.

b. Cahaya Tampak

Spektrum cahaya tampak merupakan salah satu bagian yang sangat kecil dari spektrum lebar
gelombang elektromagnetik. Di luar rentang panjang gelombang cahaya tampak ini sekitar 400-
700 nanometer. Panjang gelombang cahaya tampak terpanjang adalah 700 nanometer yang
menimbulkan warna merah, sedangkan yang paling pendek adalah 400 nanometer yang
memberikan kesan warna ungu atau violet.

Seperti halnya pada pelangi, ketika cahaya putih matahari mengalami pembiasan oleh butiran air
maka akan terjadi pembelokkan berbagai macam cahaya berdasarkan panjang gelombangnya.
Cahaya matahari yang terlihat berwarna putih di mata manusia akan dipecah menjadi warna-
warna lain. Pada mata manusia akan muncul kesan dari berbagai warna seperti merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Warna-warna yang terbentuk di dalam pelangi disebut dengan
warna spektral, warna monokromatik, atau warna murni. Mengapa warna pelangi disebut
dengan warna spektral dan warna monokromatik? Warna pelangi disebut warna spektral
dikarenakan warna-warna tersebut muncul dalam spektrum gelombang elektromagnetik dan
merepresentasikan panjang gelombang tersendir,sedangkan warna pelangi disebut sebagai
warna monokromatik atau murni karena warna-warna tadi bukan merupakan hasil gabungan
antara warna lain.

Pada tahun 1884, Seorang guru matematika Swiss bernama J.J.Balmer melakukan percobaan dan
mendapatkan spektrum garis cahaya tampak dengan menggunakan Spektrometer pada gas
Hidrogen. Balmer menemukan empat spektrum garis pada cahaya tampak yaitu pada 410 nm,
434 nm, 486 nm, dan 656 nm yang ternyata cocok menggunakan perhitungan dengan rumus
sebagai berikut

2. Transisi spontan dan Laser

a. Transisi spontan

b. Laser

Anda mungkin juga menyukai