Disusun Oleh:
Kelompok 4
Grace Evelline Imanuela Rau 20101104004
Joshua Anumpitan Tatura 20101104011
a. Pengertian Sinar X
Sinar X ditemukan pada tahun 1895 oleh W.C. Rongen. Sinar tersebut merupakan
sejenis yang keluar dari sebuah tabung muatan (discharge tube), yang diberi nama sinar X.
Tabung tersebut mengandung gas dengan tekanan yang sangat rendah, yaitu 0,02 Torr.
Elektroda di dalam tabung tersebut dialiri listrik bertegangan tinggi sehingga menghasilkan
sinar electron pada katoda. Elektron ini menumbuk anoda sehingga mengemisikan sinar X.
(Setianingsih & Sutarno, 2018).
Sinar-X merupakan pancaran dari gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi dengan gelombang yang sangat
pendek. Sinar-X mempunyai sifat heterogen serta memiliki panjang gelombang yang
bervariasi dan tidak terlihat. perbedaan sinar-X dengan sinar elektromagnetik lainnya juga
terletak pada panjang gelombang (Stanford University, 2017). Sinar-X memiliki panjang
gelombang yaitu 1/10.000 cm panjang gelombang cahaya, karena memiliki panjang
gelombang yang pendek maka sinar-X dapat menembus benda-benda. Panjang gelombang
elektromagnetik dinyatakan dalam satuan angstrom 1A= cm. (1/100.000.000cm) (Rasad,
2015).
Hasil percobaan Charles Glover Varkla memberikan kesimpulan bahwa sinar X
adalah radiasi elektromagnetik transversal, seperti halnya cahaya tampak, tetapi dengan
panjang gelombang yang jauh lebih pendej. Jangkauan panjang gelombang sinar X
diperkirakan mulai dari panjang gelombang cahaya ungu hingga sinar gamma, yaitu 0,01 –
10 nm, frekuensi 3 x 10 16 Hz sampai 3 x 10 19 Hz dan energy 120 eV sampai 120keV
(Gambar 1). Sinar X dalam rentang 0.12 – 12 keV (10 to 0.10nm) termasuk sonar X lunak,
sedangkan 12 – 120keV (0.10 – 0.01 nm) termasuk sinar X keras.
Gambar 3. Hamburan Compton – hamburan sinar X oleh electron (Waseda dkk., 2011)
Elektron bebas selalu bergerak sehingga tidak ada gaya luar, akibatnya hamburan
Compton merupakan efek yang paling dominan. Namun demikian, intensitas hamburan
tersebut secara akurat digambarkan oleh rumus Thomson. Jika ada satu seri electron bebas,
maka panjang gelombang yang dihamburkan oleh electron-elektron tersebut berbeda-beda
sehingga tidak menyebabkan inteferensi.
b. Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik adalah efek yang timbul karena interaksi antara radiasi
elektromagnetik dengan elektron-elektron dalam atom bahan. Pada peristiwa ini energi foton
diserap seluruhnya oleh elektron yang terikat kuat oleh suatu atom sehingga elektron tersebut
terlepas dari ikatan inti atom elektron yang terlepas itu disebut “fotoelektron”. Karena
interaksinya terjadi dengan elektron yang terikat kuat, maka efek fotolistrik harus dianggap
sebagai interaksi atara foton dengan atom secara keseluruhan, bukan hanya dengan elektron
saja. Untuk itu lebih sering dikatakan bahwa efek fotolistrik merupakan interaksi antara foton
dengan awan elektron atom. Efek fotolistrik terutama terjadi pada foton berenergi rendah,
yaitu berkisar antara 0,01 MeV hingga 0,5 MeV, dan dominan pada energi foton dibawah 0,1
MeV. Radiasi elektromagnetik dengan energi fotonnnya kecil akan berinteraksi dengan
elektron-elektron yang berada di orbit luar atom. Semakin besar energi foton maka elektron-
elektron yang berada pada orbit lebih dalam akan dilepaskan. Efek fotolistrik ini umumnya
banyak terjadi pada materi dengan Z yang besar, seperti pada tembaga (Z = 29) atau timah
hitam (Z = 82).
Gambar 4. Efek fotolistrik (Bushong, 2013)
c. Hamburan Compton
Hamburan Compton terjadi karena foton dengan energi bertegangan tinggi
berinteraksi dengan elekton yang tidak terikat secara kuat oleh inti, yaitu elektron yang
berada pada kulit terluar dari atom. Elektron itu dilepaskan dari ikatan inti atom dan bergerak
dengan energi kinetik tertentu disertai foton lain dengan energi yang lebih rendah disertai
foton datang. Foton lain itu disebut foton hamburan dengan energi hµ’ dan terhambur dengan
sudut Θ terhambur dengan foton datang. Karena ada energi ikat elektron yang harus dilawan,
meskipun sangat kecil, hamburan Compton ini termasuk proses interaksi inelastik. Namun,
untuk mempermudah proses perhitungan maupun eksperimen, proses ini diperlukan sebagai
proses elastik. Kemungkinan terjadinya hamburan Compton berkurang bila energi foton
datang bertambah dan bila Z bahan bertambah, tetapi penurunan ini tidak secepat pada efek
fotolistrik. Dalam proses ini, setiap electron bertindak sebagai pusat hamburan, karena itu
sifat hamburan bahan bergantung terutama pada kerapatan elektron per satuan massa. Dalam
hamburan Compton ini, energi foton datang yang diserap atom diubah menjadi energi kinetik
elektron dan foton hamburan yang berenergi lebih rendah. Elektron selanjutnya akan
kehilangan energinya melalui proses ionisasi atom bahan.
Gambar 7. Arah hamburan sinar X tertentu oleh Kristal (Waseda dkk., 2011)
Max von Laue menemukan bahwa senyawa Kristal beraksi sebagai kisi difraksi 3
dimensi untuk panjang gelombang sinar X yang mirip dengan jarak bidang dalam kisi-kisi
Kristal tersebut. Difraksi sinar X terjadi akibat interferensi konstruktif sinar X monokromatik
pada Kristal.
Pada interferensi konstruktif, ketika 2 gelombang dalam fasa yang sama satu sama
lain, sehingga puncak dan lembah masing-masing gelombang dalam posisi yang sama serta
memiliki amplitude yang sama, akibatnya resultan gelombang merupakan dua kali amplitude
asalnya. Pada interferensi destruktif, ketika 2 gelombang dengan amplitude sama namun
dalam fasa yang berbeda, maka posisi puncak salah satu gelombang sama dengan posisi
lembah gelombang yang lain, akibatnya resultan gelombang saling meniadakan. Gambaran
interferensi konstruktif dan destruktif terdapat pada Gambar 8.
Gambar 8. Interferensi sinar X konstruktif (a) dan destruktif (b). (Leng, 2008)
f. Produksi Pasangan
Produksi pasangan terjadi karena interaksi antara foton dengan medan listrik dalam
inti atom berat dan terjadi disekitar partikel bermuatan. Dalam proses ini, dapat dianggap
bahwa foton berinteraksi dengan atom secara keseluruhan. Jika interaksi itu terjadi, maka
foton akan lenyap dan sebagai gantinya timbul pasangan dengan 0,51 MeV (m˳c²), maka
produksi pasangannya hanya dapat terjadi pada energi foton datang ≥ 1,02 MeV (2m˳c²).
Kedua partikel ini akan kehilangan energinya melalui proses ionisasi atom didalam bahan.
Positron yang terbentuk juga dapat berinteraksi dengan elektron dalam bahan melalui proses
anhilasi. Dalam proses ini, massa dari kedua partikel berubah menjadi dua foton dengan
energi masing-masing 0,51 MeV terpancar dengan arah yang saling berlawanan. Produksi
pasangan hanya penting untuk radiasi elektromagnetik energi tinggi, produksi pasangan
meningkat seiring dengan meningkatnya energi elektromagnetik yang datang. Proses ini juga
proposional dengan Z² bahan penyerap. Oleh karena itu, produksi pasangan ini lebih sering
terjadi pada bahan dengan nomor atom yang tinggi.
- Paparan radiasi dosis tinggi selama jangka waktu tertentu dapat menyebabkan
penyakit radiasi / sindrom radiasi akut (pingsan, kebingungan, mual, muntah, diare,
kerontokan pada rambut, luka pada kulit dan mulut, serta terjadinya perdarahan);Efek
jangka pendek (perubahan warna kulit, mual, muntah, diare, dan jumlah sel darah
rendah);
- Efek jangka panjang (mulut kering, kesulitan menelan, katarak, dan kerusakan pada
kulit);
- Melemahkan tulang;
- Menyebabkan gangguan anemia aplastik (kondisi kesehatan dimana tubuh berhenti
dalam memproduksi sel darah yang baru);
- Infertilitas;
- Pada wanita hamil (resiko semua jenis kanker, tumor sistem saraf, dan leukemia pada
janin saat ia telah lahir nantinya);
- Rusaknya kelenjar tiroid;
- Meningkatkan resiko terjangkitnya kanker;
- Meningkatkan resiko kerusakan genetik; dan
- Membunuh sel-sel dalam tubuh (baik sel kanker maupun sel sehat).
Setianingsih, T., & Sutarno. (2018). PRINSIP DASAR DAN APLIKASI METODE DIFRAKSI
SINAR-X. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Nelson, SA., 2010, X-Ray Crystalllography, Mineralogy, Tulane University,
http://www.tulane.edu/~sanelson/eens211/x-ray.pdf
Leng, Y., 2008, Materials characterization Intoduction to Microscopic and Technology, John
Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd.
Poltekes Kemenkes Semarang (online). Diakses pada 04 November 2023 dari
https://repository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB%202%20P1337430116015.pdf
Dr. Gondohutomo, Amino (2019). MANFAAT & BAHAYA SINAR X BAGI MANUSIA.
Diakses pada 05 November 2023 dari https://ppid.rs-amino.jatengprov.go.id/manfaat-
bahaya-sinar-x-bagi-manusia/