Anda di halaman 1dari 20

Laboratorium Fisika Gelombang

Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penggunaan fotometer untuk pengukuran secara fotometri sangat banyak dan hampir
semua pemeriksaan kimia darah selalu menggunakan fotometer untuk menentukan kadar
suatu zat terlarut dalam serum.
Fotometri merupakan teknik pengukuran menggunakan sinar, yang diukur adalah
penyerapan sinar atau pelemahan sinar yang diberikan akibat interaksi reaksi antara sinar
dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada larutan zat warna yang akan ditentukan
kadarnya. Penyerapan disini biasanya disebut absorbsi dan nilainya berupa absorben dalam
angka desimal. Antara absorbsi dan transmisi sinar berbanding terbalik, semakin tinggi
absorbsi maka semakin rendah nilai transmisi sinar yang diterima.
Perangsangan ini ternyata tergantung pada panjang gelombang cahaya atau warna cahaya.
Mata ternyata sangat peka terhadap warna kuning dan kepekaan itu makin merosot untuk
warna-warna dengan panjang-gelombang makin panjang maupun makin pendek dari panjang
warna-warna kuning tersebut. Dari hasil penelitian , kepekaan tersebut adalah maksimum
untuk warna dengan panjang gelombang 5550 A.
Dalam pratikum ini percobaan ini dilakukan

1.2 Tujuan
1.
Untuk mengetahui intensitas cahaya.
2.
Untuk mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi panjang gelombang.
3.
Untuk membedakan Iluminasi dan Luminasi
4.
Untuk mengetahui aplikasi dari Radiophotometri.

BAB II

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

DASAR TEORI

Sifat yang membuat gelombang sebagai gejala fisika yang unik adalah prinsip superposisi,
sebagai contoh sifat ini memungkinkan dua gelombang yang bertemu di sebuah titik
menghasilkan gabungn di titk itu. Gangguan ini dapat lebih besar atau lebih keci daripada
gangguan yang dihasilkan masing-masing gelombang secara terpisah, namun sifat masingmasing gelombang dari paduan gelombang yang terpancar dari titik tumbukan itu sama
sekali tidak mempengaruhi

perubahan karena tumbukkan itu, untuk melihat perbedsaan

antara zat materi dan gelombang, bayangkan bila 2 mobil yang bertumbukkan.
Sifat gelombang yang penting dan istimewa ini menghasilkan jala interferensi dan
difraksi. Contoh interferensi yang paling sederhan dan lazim dikenal dengan percobaan duacelah young, suatu gelombang bidang monokromatik dijatuhkan pada suatu penghalang yang
mempunyai dua irisan celah( percobaan ini pertam kali dilakukan dengan cahaya tampak tapi
sebenarnya gelombang apapun dapat digunakan, tidk hanya gelombang elektromagnet lain,
seperti gelombang mikro, tetapi juga gelombang kanik, seperti gelombang air atau geombang
bunyi.
Kita dapat melihat bebrbagai benda karena cahaya yang mereka pantulkan. Pada suhu
ruang,

radiasi

termal

ini

paling

banyak

terdapat

dalam

daerah

spektrum

inframerah(maks10m), pada daerah mata kita tak lagi peka, bila benda tersebut kita
panasi, merekan akan mulai memancarkan cahaya tampak. Sebagai contoh, sepotong logam
yang dipanaskan, mula-mula tampak memijar dengan meman carkan warna merah tua, dan
bila suhunya terus dinaikkan warnanya berangsur-angsur berubah menjadi warna kuning.
Sayangnya radiasi yang dipancarkan benda biasa tak hanya bergantung pada suhu, tetapi pada
sifat-sifat lainnya. Seperti rupa benda, sifat permukaannya, bahan pembuatnya. Radiasinya
juga bergantung apakah pada apakah dia memantulakan atau tidak memantulkan radiasi dari
dari lingkungan sekitar yang jatuh padanya.
Fisika baru yang memberi tafsiran benar terhadap radiasi termalmini dikemukakan
oleh fisiwan Jerman, Max Plank. Plank mengemukakan bahwa sebuah atom yang bergetar
hanya dapat menyerap atau memancarkan energi kembali dalam bentuk buntelan-buntelan
energi( yang disebut kuanta). Bila energi kuanta berbanding lurus dengan frekuensi radiasi,
maka bila frekuensinya meningkat, energinya akan turut pula membesar.
Apabila tingkat-tingkat tenaga atom atau molekul itu halus sekali, artinya sangat rapat
satu sama lain, maka atom atau molekul itu sudah tentu boleh dikatakan memancarkan segala

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

warna cahaya dan berarti menampilkan spectrum cahaya yang kontinu. Spectrumkontinu
tersebut terjadi pada benda padat ataupun benda cair yang dipenaskan sampai membara pada
suhu yang amat tinggi.Sebaliknya, pemijaran gas dengan tekanan rendah akan menghasilkan
spectrum garis , yakni yang berwujud garis-garis warna, sebab tingkat-tingkat tenaga
atomnyaamat renggang. Apabila gas yang dipijarkan itu bertekanan agak tinggi, maka
diperoleh spectrum pita, yakni yang berwujud deretan pita-pita warna. Setiap pita warna itu
sebenarnya ialah bagian atau potongan spectrum kontinu. Spectrum pita demikian dihasilkan
oleh transisi tingkat-tingkat tenaga yang bersangkutan dengan gerakan vibrasi dan rotasi
molekul-molekul gas yang dipijarkan.
Menurut teori gelombang cahaya sebuah atom akan menyerap energi dari gelombang
elektromagnet yang datang, yang sebanding dengan luasnya yang menghadap ke gelombang
yang datang. Dan sebagai tangapan terhadap medan elektrik gelombang, elektron atom akan
bergeser hingga tercapai cukup energi untuk melepaskan sebuah elektron dari ikatan dengan
atomnya. Penambahan kecemaerlangan sumber cahaya memperbesar laju penyerapan energi,
karena medan elektriknya. Bertambah sehingga laju pemancaran elektron juga akan
bertambah yang sesuai dengan hasil pengamatan percobaan. Tetapi, penyerapan ini terjadi
pada semua panjang gelombang sehinggaa keberadaan panjang gelombang pancung sama
sekali bertentangan dengan gambaran panjang gelombang cahaya. Pada panjang gelombang
yang lebih besar dari pada , teori gelombang mengatakan bahwa seharusnya masih mungkin
bagi suatu gelombang elektromagnetik memberikan energi yang cukup. Guna melepaskan
elektron.
Dengan demikian, teori gelombang cahaya gagal meramalkan keberadaan panjang
gelombang pancung dan waktu tunda(delay time) yang teramati dalam percobaan. Teori efek
fotoelektrik yang benar barulah dikemukakan Einstein pada tahun 1905. Teorinya ini
didasarkan pada gagasan Planck tentang Kuantum Energi, tetapi ia mengembangkannya satu
langkah kedepan. Einstein menganggap bahwa kuantum energi bukan sifat-sifat istimewa dari
atom-atom dinding rongga radiator, tetapi merupakan sifat radiasi itu sendiri. Energi radiasi
elektromagnet bukannya diserap dalam bentuk aliran kontinu gelombang, melainkan dalam
butelan diskret kecil atau kuanta, yang kita sebut foton, sebuah foton adalh suatu kuantum
energi elektromagnet yang diserap atau dipancarkan, dan sejalan dengan usulan Planck, tiaptiap foton dari radiasi berfrekuensi v memiliki energi E=hv. Diman h adalah tetapan Planck,
dengan demikian foton-foton berfrekuensi tinggi memiliki emnergi yang lebih besar, energi
foton cahaya biru lebih besar daripada energi foton cahaya mera. Karena suatu gelombang

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

elektromagnetik klasik berenergi U memiliki momentum p=U/c

maka foton haruslah

memiliki momentum, dan sejalan denga rumus klasik, momentum sebuah atom berenergi E
adalah P=E/c.
Sebuah foton dengan demikian berprilaku sebagai sebuah partikel tanpa masa diam!
Tentu saja, Einstein menganggapnya benar pada awal teorinya; teori relativitas khusus tidak
memperkenankan kita menyusuli seberkas cahaya, karena itu gerak foton tidak pernah
dapat dihentikan. Sehingga terdapat hubungan langsung berikut antara panjang gelombang
dan momentum p=h/ .
Teori Einstein segera terbukti dapat menjelaskan semua fakta efek fotolistrik yang
diamati. Andaikanlah kita menganggap bahwa sebuah elektron terikat dalam logam dengan
energi W, yangb dikenal sebagai fungsi kerja(work funktion). Logam yang berbeda memiliki
fungsi kerja yang berbeda pula. Untuk mengeluarkan sebuah elektron dari permukaan suatu
logam, kita harus memasok energi sekurang-kurangnya sebesar W. Tidak terjadi efedk
fotolistrik. Untuk elektron yang berada jauh dibawah permukaan logam, dibutuhkan energi
yang jauh lenbih besar daripada W. dan beberapa diantaranya keluar dengan ennergi kinetik
yang lebih rendah.
Sebuah foton yang memasok energi sebesar W, yang adalah tempat yang sama dengan
energi yang dibutuhkan untuk melepaskan elektron, berkaitan denga cahaya yang panjang
gelombangnya sama dengan panjang gelombang pancung.
(Kenneth S. Krane. 1992)
E= I/r2 dalam satuan lux. Rumus tersebut dinamakan hukum dasar dari ilmu ukur
cahaya yang dapat dinyatakan dengan suatu definisi. kekuatan penerangan yang ditimbulkan
oleh sebuah sumber cahaya pada sebuah tabir perbandingan dengan kuadrat jarak dari sumber
cahya hingga tabir. Teknik penerangan, pada dewasa ini orang belum mengenal apa yang
dimaksud dengan teknik penerangan di dalam instalasi penerangan yang sebenarnya. Teknik
penerangan adalah suatu teori dan cara pemasangan lampu lampu penerangan baik apakah
itu dirumah rumah tingal , gedung gedung bioskop, gedung gedung instansi, toko,
dijalan jalan , dan lain lain sebaginya. Dimana kapasitetnya (watt) dari lampu itu harus
sesuai dengan luas ruangan serta warna dinding dalam ruangan yang dipergunakan ( misalnya
sebuah dinding yang berwarna putih, abu abu muda, kuning (cream), biru muda, hijau muda
dan sebagainya. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan adanya beberapa data data dari
situasi rungan serta letak dari bidang kerja dan benda benda yang terdpat di dalam rungan
tadi.

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

Prinsip kerja dari alat fotometer ialah sejumlah tertentu larutan logam disemprotkan ke
dalam nyala. Pelarut kemudian akan menguap meninggalkan serbuk garam halus yang
kemudian diatomkan. Intensitas emisi radiasi yang dipancarkan oleh unsur itu mempunyai
hubungan dengan konsentrasi dari unsur tersebut. Atom - atom akan mengalami eksitasi bila
mernyerap energi. Energi tersebut akan dipancarkan ketika atom tereksitasi dan kemudian
kembali ke keadaan dasar sehingga detektor dapat mendeteksi energi yang terpancar tersebut.
Alat fotometer pada prinsipnya memiliki kesamaan seperti spektrofotometer, yang
membedakan hanyalah penggunaan filter sebagai monokromatornya. Filter hanya digunakan
untuk meneruskan cahaya namun dapat juga menyerap sumber radiasi dari gelombang lain.
Penggunaan fotometer lebih sering digunakan untuk kebutuhan laboratorium klinis (analisa
darah).Fotometer terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
-Selang aspirator : Selang aspirator berfungsi sebagai penghisap larutan yang akan diukur
-Pompa peristatik: Pompa peristatik berfungsi untuk menyedot sampel yang berasal dari kuvet
ke saluran pembuangan. Fotometer merupakan peralatan dasar di laboratorium klinik untuk
mengukur intensitas atau kekuatan cahaya suatu larutan. Sebagian besar laboratorium klinik
menggunakan alat ini karena alat ini dapat menentukan kadar suatu bahan didalam cairan
tubuh seperti serum atau plasma. Polarimetri adalah meteode yang digunakan untuk analisis
komponen menggunakan polarimeter. Untuk menganalisis cahaya, fotometer bisa mengukur
cahaya setelah melalui filter atau melalui monokromator penentuan ditentukan panjang
gelombang.

(F.Suryatmo. 2002)

Secara umum, gelombang elektromagnetik dapat merambat ke segala arah di tiga


dimensi ruang. Namun, listrik dan medan magnet yang membentuk gelombang selalu tegak
lurus untuk arah di mana gelombang bepergian dan tegak lurus satu sama lain.
Namun, gelombang elektromagnetik yang sedikit lebih rumit karena fenomena
gelombang tergantung pada kedua medan listrik dan magnet. Alasan bahwa kita telah ditunda
sampai sekarang pembahasan gelombang elektromagnetik, meskipun mereka adalah salah
satu yang paling penting. contoh fenomena gelombang, adalah bahwa hubungan, antara listrik
dan magnetik. bidang bergantung pada arah di mana gelombang bepergian. Adalah jauh lebih
mudah untuk menuliskan solusi untuk gelombang berjalan daripada gelombang berdiri.
Salah satu fitur menarik dari gelombang cahaya adalah bahwa hal itu relatif mudah
untuk membaginya dan berkumpul kembali mereka. Fitur ini digunakan di banyak perangkat
optik, salah satu yang paling sederhana yang merupakan "interferometer," salah satu versi
yang (Michelson interferometer).

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

Yang penting adalah bahwa gelombang cahaya yang mencapai layar detektor adalah
jumlah dari dua komponen yang koheren dan belum telah bergerak dari jalan yang berbeda.
yang dimaksud "koheren" berarti dalam konteks ini frekuensi adalah sama, tetapi bahwa fase
gelombang berkorelasi.
Sekarang intensitas cahaya yang mencapai layar tergantung pada panjang relatif dari
dua jalur. panjang jalan yang berbeda akan menghasilkan fase yang berbeda. Jika dua
komponen yang di fase, amplitudo akan menambah dan layar akan cerah. Ini disebut
"konstruktif gangguan". Jika dua komponen yang 180 keluar dari fase, amplitudo akan
mengurangi dan layar akan gelap. Akan ada apa yang disebut "interferensi destruktif."
Ini terdengar agak tidak biasa, dan memang itu (setidaknya untuk gelombang elektromagnetik
klasik). Ada gelombang lain berpikir tentang interferometer yang membuatnya tampak jauh
lebih sedikit biasa. Seperti yang akan kita bahas beberapa kali dalam buku ini, dan Anda akan
belajar lebih banyak tentang kapan Anda mempelajari mekanika kuantum, cahaya tidak hanya
gelombang. Hal ini juga terdiri dari partikel individu foton cahaya. kita tidak melihat ini
kecuali kita mengubah intensitas gelombang cahaya. Namun pada kenyataannya, kita dapat
mengubah

intensitas

foton menyentuh

bawah

sehingga

kita

dapat

mendeteksi

individu

layar. Sekarang itu tidak begitu jelas apa yang terjadi. Sebuah foton

individu tidak dapat dibagi menjadi dua bagian di splitter balok dan balok assembler.
Energi foton ditentukan oleh frekuensi cahaya. Apabila tingkat-tingkat tenaga atom
atau molekul itu halus sekali, artinya sangat rapat satu sama lain, maka atom atau molekul itu
sudah tentu boleh dikatakan memancarkan segala warna cahaya dan berarti menampilkan
spectrum cahaya yang kontinu. Spectrumkontinu tersebut terjadi pada benda padat ataupun
benda cair yang dipenaskan sampai membara pada suhu yang amat tinggi. Sebaliknya,
pemijaran gas dengan tekanan rendah akan menghasilkan spectrum garis, yakni yang
berwujud garis-garis warna, sebab tingkat-tingkat tenaga atomnya amat renggang. Hal ini
tidak. Kita mungkin berpikir, oleh karena itu, bahwa foton individu harus pergi satu cara atau
yang lain. Namun demikian, ketika Percobaan dilakukan, jumlah foton mencapai layar
tergantung pada perbedaan panjang antara dua jalur hanya dalam cara yang Anda harapkan
dari deskripsi gelombang! Itu probabilitas bahwa foton akan memukul tempat yang diberikan
pada layar sebanding dengan intensitas dari gelombang klasik yang sesuai.
(Georgi Howard, 1993)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

3.1 Peralatan dan Komponen


3.1.1 Peralatan dan Fungsi
1. 1000 mm Flat rail
Berfungsi sebagai tempat pengatur jarak (track) dan tempat diletakkannnya lampu
pijar, sekat perisai cahaya, Optical Chopper (kipas) dan Photometry
2. Bola Lampu pijar
Berfungsi untuk sumber cahaya
3. Power Supplay
Berfungsi untuk memberikan sumber tegangan
4. Multimeter
Berfungsi untuk mengukur arus,hambatan arus, tahanan pada percobaan
radiophotometry berfungsi sebagai mengukur arus lampu
5. Sekat perisai cahaya yang dapat diatur
Berfungsi sebagai untuk memfokuskan cahaya yang dapat diatur
6. Kipas
Berfungsi untuk pemotong cahaya yang dapat dikontrol
7. Photometry
Berfungsi sebagai untuk mengukur tingkat intensitas energi cahaya
8. Amplifier Singel Phase
Berfungsi sebagai amplifier satu fasa
9. Optical Chopper
Berfungsi untuk memberikan sumber frekuensi
10. Jangka Sorong
Berfungsi mengukur diameter diafragma
11. Cok Sambung
Berfungsi sebagai penghubung ke arus PLN
12. Kabel Penghubung
Berfungsi untuk menghubungkan ke peralatan.
3.1.2 Bahan dan Fungsi
3.2 Prosedur Percobaan
- Dengan menggunakan Optical Chopper
I.
Untuk Jarak 3 atau 10 cm
1. Dipersiapkan peralatan yang akan digunakan.
2. Dirangkai semua peralatan dengan baik dan benar.
3. Disejajarkan lampu pijar, kipas, diafragma dan ditector pada rel.
4. Dihidupkan Scientific Indecendent lampu selama 10-20 menit sebelum dilakukan
5.
6.
7.
8.
9.

pengukuran.
Dihidupkan Optical Chopper with control electronics.
Dihidupkan Amplifier satu fase.
Diatur tegangan pada Power Supply sebesar 19.7 v
Diatur arus pada Power Supply sebesar 4.7 A
Diatur besar frekuensi pada Optical Chopper with control electronics sebesar 240

Hz
10. Diukur diameter diafragma dengan menggunakan jangka sorong sebesar 24 mm

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

11. Diatur jarak kipas Optical Chopper dari diafragma sejauh 3 cm atau 10 cm
12. Dicatat nilai tegangan keluaran yang tertera pada multimeter.
II.
1.
2.
3.
4.

Untuk Jarak 6 atau 20 cm


Dipersiapkan peralatan yang akan digunakan.
Dirangkai semua peralatan dengan baik dan benar.
Disejajarkan lampu pijar, kipas, diafragma dan ditector pada rel.
Dihidupkan Scientific Indecendent lamp selama 10-20 menit sebelum dilakukan

5.
6.
7.
8.
9.

pengukuran.
Dihidupkan Optical Chopper with control electronics.
Dihidupkan Amplifier satu fase.
Diatur tegangan pada Power Supply sebesar 19.7 v
Diatur arus pada Power Supply sebesar 4.7 A
Diatur besar frekuensi pada Optical Chopper with control electronics sebesar 240

Hz
10. Diukur diameter diafragma dengan menggunakan jangka sorong sebesar 24 mm
11. Diatur jarak kipas Optical Chopper dari diafragma sejauh 6 atau 20 cm
12. Dicatat nilai tegangan keluaran yang tertera pada multimeter.
III.
Untuk Jarak 9 atau 30 cm
1. Dipersiapkan peralatan yang akan digunakan.
2. Dirangkai semua peralatan dengan baik dan benar.
3. Disejajarkan lampu pijar, kipas, diafragma dan ditector pada rel.
4. Dihidupkan Scientific Indecendent lamp selama 10-20 menit sebelum dilakukan
5.
6.
7.
8.
9.

pengukuran.
Dihidupkan Optical Chopper with control electronics.
Dihidupkan Amplifier satu fase.
Diatur tegangan pada Power Supply sebesar 19.7 v
Diatur arus pada Power Supply sebesa 4.7 A
Diatur besar frekuensi pada Optical Chopper with control electronics sebesar 240

Hz
10. Diukur diameter diafragma dengan menggunakan jangka sorong sebesar 24 mm.
11. Diatur jarak kipas Optical Chopper dari diafragma sejauh 9 atau 30 cm
12. Dicatat nilai tegangan keluaran yang tertera pada multimeter.
IV.
1.
2.
3.
4.

Untuk Jarak 12 atau 40 cm


Dipersiapkan peralatan yang akan digunakan.
Dirangkai semua peralatan dengan baik dan benar.
Disejajarkan lampu pijar, kipas, diafragma dan ditector pada rel.
Dihidupkan Scientific Indecendent lamp selama 10-20 menit sebelum dilakukan

5.
6.
7.
8.
9.

pengukuran.
Dihidupkan Optical Chopper with control electronics.
Dihidupkan Amplifier satu fase.
Diatur tegangan pada Power Supply sebesar 19.7 v
Diatur arus pada Power Supply sebesar 4.7 A
Diatur besar frekuensi pada Optical Chopper with control electronics sebesar 240

Hz
10. Diukur diameter diafragma dengan menggunakan jangka sorong sebesar 24 mm.

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

11. Diatur jarak kipas Optical Chopper dari diafragma sejauh 12 atau 40 cm
12. Dicatat nilai tegangan keluaran yang tertera pada multimeter.
V.
1.
2.
3.
4.

Untuk Jarak 15 atau 50 cm


Dipersiapkan peralatan yang akan digunakan.
Dirangkai semua peralatan dengan baik dan benar.
Disejajarkan lampu pijar, kipas, diafragma dan ditector pada rel.
Dihidupkan Scientific Indecendent lamp selama 10-20 menit sebelum dilakukan

5.
6.
7.
8.
9.

pengukuran.
Dihidupkan Optical Chopper with control electronics.
Dihidupkan Amplifier satu fase.
Diatur tegangan pada Power Supply sebesar 19.7 v
Diatur arus pada Power Supply sebesar 4.7 A
Diatur besar frekuensi pada Optical Chopper with control electronics sebesar 240

Hz
10. Diukur diameter diafragma dengan menggunakan jangka sorong 24 mm
11. Diatur jarak kipas Optical Chopper dari diafragma sejauh 15 atau 50 cm
12. Dicatat nilai tegangan keluaran yang tertera pada multimeter.
I.

Tanpa menggunakan Optical Chopper


Untuk Jarak 3 atau 10 cm
1. Dipersiapkan peralatan yang akan digunakan.
2. Dirangkai semua peralatan dengan baik dan benar.
3. Disejajarkan lampu pijar, kipas, diafragma dan ditector pada rel.
4. Dihidupkan Scientific Indecendent lampu selama 10-20 menit sebelum dilakukan
5.
6.
7.
8.
9.

pengukuran.
Dimatikan Optical Chopper with control electronics.
Dihidupkan Amplifier satu fase.
Diatur tegangan pada Power Supply sebesar 19.7 v
Diatur arus pada Power Supply sebesar 4.7 A
Diatur besar frekuensi pada Optical Chopper with control electronics sebesar 240

Hz
10. Diukur diameter diafragma dengan menggunakan jangka sorong sebesar 24 mm
11. Diatur jarak kipas Optical Chopper dari diafragma sejauh 3 cm atau 10 cm
12. Dicatat nilai tegangan keluaran yang tertera pada multimeter.
II.
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk Jarak 6 atau 20 cm


Dipersiapkan peralatan yang akan digunakan.
Dirangkai semua peralatan dengan baik dan benar.
Disejajarkan lampu pijar, kipas, diafragma dan ditector pada rel.
Dimatikan Optical Chopper with control electronics.
Dihidupkan Scientific Indecendent lamp selama 10-20 menit sebelum dilakukan

pengukuran.
6. Dihidupkan Optical Chopper with control electronics.
7. Dihidupkan Amplifier satu fase.
8. Diatur tegangan pada Power Supply sebesar 19.7 v

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

9. Diatur arus pada Power Supply sebesar 4.7 A


10. Diatur besar frekuensi pada Optical Chopper with control electronics sebesar 240
Hz
11. Diukur diameter diafragma dengan menggunakan jangka sorong sebesar 24 mm
12. Diatur jarak kipas Optical Chopper dari diafragma sejauh 6 atau 20 cm
13. Dicatat nilai tegangan keluaran yang tertera pada multimeter.
III.
1.
2.
3.
4.

Untuk Jarak 9 atau 30 cm


Dipersiapkan peralatan yang akan digunakan.
Dirangkai semua peralatan dengan baik dan benar.
Disejajarkan lampu pijar, kipas, diafragma dan ditector pada rel.
Dihidupkan Scientific Indecendent lamp selama 10-20 menit sebelum dilakukan

5.
6.
7.
8.
9.

pengukuran.
Dimatikan Optical Chopper with control electronics.
Dihidupkan Amplifier satu fase.
Diatur tegangan pada Power Supply sebesar 19.7 v
Diatur arus pada Power Supply sebesa 4.7 A
Diatur besar frekuensi pada Optical Chopper with control electronics sebesar 240

Hz
10. Diukur diameter diafragma dengan menggunakan jangka sorong sebesar 24 mm.
11. Diatur jarak kipas Optical Chopper dari diafragma sejauh 9 atau 30 cm
12. Dicatat nilai tegangan keluaran yang tertera pada multimeter.
IV.
1.
2.
3.
4.

Untuk Jarak 12 atau 40 cm


Dipersiapkan peralatan yang akan digunakan.
Dirangkai semua peralatan dengan baik dan benar.
Disejajarkan lampu pijar, kipas, diafragma dan ditector pada rel.
Dihidupkan Scientific Indecendent lamp selama 10-20 menit sebelum dilakukan

5.
6.
7.
8.
9.

pengukuran.
Dimatikan Optical Chopper with control electronics.
Dihidupkan Amplifier satu fase.
Diatur tegangan pada Power Supply sebesar 19.7 v
Diatur arus pada Power Supply sebesar 4.7 A
Diatur besar frekuensi pada Optical Chopper with control electronics sebesar 240

Hz
10. Diukur diameter diafragma dengan menggunakan jangka sorong sebesar 24 mm.
11. Diatur jarak kipas Optical Chopper dari diafragma sejauh 12 atau 40 cm
12. Dicatat nilai tegangan keluaran yang tertera pada multimeter.
V.

Untuk Jarak 15 atau 50 cm


Dipersiapkan peralatan yang akan digunakan.
Dirangkai semua peralatan dengan baik dan benar.
Disejajarkan lampu pijar, kipas, diafragma dan ditector pada rel.
Dihidupkan Scientific Indecendent lamp selama 10-20 menit sebelum dilakukan
Pengukuran.
5. Dimatikan Optical Chopper with control electronics.
6. Dihidupkan Amplifier satu fase.
1.
2.
3.
4.

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

7. Diatur tegangan pada Power Supply sebesar 19.7 v


8. Diatur arus pada Power Supply sebesar 4.7 A
9. Diatur besar frekuensi pada Optical Chopper with control electronics sebesar 240
Hz
10. Diukur diameter diafragma dengan menggunakan jangka sorong 24 mm
11. Diatur jarak kipas Optical Chopper dari diafragma sejauh 15 atau 50 cm
12. Dicatat nilai tegangan keluaran yang tertera pada multimeter.
3.3

Gambar Percobaan

Power
Supply

Photometri
y

Lampu Pijar
1000 mm falt rail
Kabel
Penghubu
ng

Amplifier
Single
Phase
Multimeter Digital

Sekat
Perisai
Cahaya

Optical Chopper

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Percobaan
-

Arus
: 4.7 A
Tegangan : 19.7 V
Frekuensi : 240 Hz
Diameter : 24 mm
I.
Menggunakan Optical Chopper
Tabel I.
-

II.

Tabel II.

NO

X(cm)

V(mV)

No

X(cm)

V(V)

156.7

10

0.95

112.1

20

0.48

100.6

30

0.27

12

83.5

40

0.30

15

72.4

50

0.29

Tanpa Menggunakan Optical Chopper


Tabel I.
Tabel II.

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

NO

X(cm)

V(mV)

No

X(cm)

V(V)

4.16

10

3.01

3.69

20

1.86

3.17

30

1.24

12

2.73

40

0.87

15

2.13

50

0.66

Medan, 14 Maret 2016


Asisten,

Pratikan

(Andrianus Sembiring)
4.2 Analisa Data

(Triyandi Pratama)

1. Arus Cahaya
F=4xxI
-

Menentukan Nilai E
E = dF/d
= 4 Tc I / 4 Tc X2
E = I / X2
Tabel I.

Untuk X = 3 cm

Untuk X = 6 cm

E = I / X2 = 4.7 / (0.09)2 = 580.24

Untuk X = 12 cm

E = I / X2 = 4.7 / (0.06)2 = 1305.21

Untuk X = 9 cm

E = I / X2 = 4.7 / (0.03)2 = 5222.22

E = I / X2 = 4.7 / (0.12)2 = 326.38

Untuk X = 15 cm

E = I / X2 = 4.7 / (0.15)2 = 208.88

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

Tabel II.

Untuk X = 10 cm

Untuk X = 20 cm

E = I / X2 = 4.7 / (0.4)2 = 29.375

Untuk X = 50 cm

E = I / X2 = 4.7 / (0.3)2 = 52.2

Untuk X = 40 cm

E = I / X2 = 4.7 / (0.2)2 = 117.5

Untuk X = 30 cm

E = I / X2 = 4.7 / (0.1)2 = 470

E = I / X2 = 4.7 / (0.5)2 = 18.8

Menentukan Nilai B
B=I/A
A = R2
Tabel I.
Untuk A1 = 3.14 (0.03)2 =0.0028
B1 = 4.7 / 0.002826 =1663.12
Untuk A2 = 3.14 (0.06)2 = 0.0113
B2 = 4.7 / 0.011304 = 415.78
Untuk A3 = 3.14 (0.09)2 = 0.0254
B3 = 4.7 / 0.0254 = 185.03
Untuk A4 = 3.14 (0.12)2 = 0.0452
B4 = 4.7 / 0.0452 = 103.98
Untuk A5 = 3.14 (0.15)2 = 0.0707
B5 = 4.7 / 0.0707 = 66.47
Tabel II.
Untuk A1 = 3.14 (0.1)2 = 0.0314
B1 = 4.7 / 0.0314 = 149.68

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

Untuk A2 = 3.14 (0.2)2 = 0.1256


B2 = 4.7 / 0.1256 = 37.42
Untuk A3 = 3.14 (0.3)2 = 0.2826
B3 = 4.7 / 0.2826 = 16.63
Untuk A4 = 3.14 (0.4)2 = 0.5024
B4 = 4.7 / 0.5024 = 9.36
Untuk A5 = 3.14 (0.5)2 = 0.785
B5 = 4.7 / 0.785 = 5.98
2. Menentukan Daya Keluaran (Pout)
-

Untuk Percobaan Yang Menggunakan Optical Chopper


Pout = V I
Tabel I.

Untuk X = 3 cm
Pout = V I
= 156.7 (4.7) = 736.4

Untuk X = 6 cm
Pout = V I
= 112.1 (4.7) = 526.8

Untuk X = 9 cm
Pout = V I
= 100.6 (4.7) = 472.8

Untuk X = 12 cm
Pout = V I
= 83.5 (4.7) = 392.5

Untuk X = 15 cm
Pout = V I
= 72.4 (4.7) = 340.2

Tabel II.

Untuk X = 10 cm
Pout = V I

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

= 0.95 (4.7) = 4.47

Untuk X = 20 cm
Pout = V I
= 0.48 (4.7) = 2.26

Untuk X = 30 cm
Pout = V I
= 0.27 (4.7) = 1.269

Untuk X = 40 cm
Pout = V I
= 0.30 (4.7) = 1.41

Untuk X = 50 cm
Pout = V I
= 0.29 (4.7) = 1.36

Untuk Percobaan Tanpa Menggunakan Optical Chopper


Pout = V I
Tabel I.

Untuk X = 3 cm
Pout = V I
= 4.16 (4.7) = 19.6

Untuk X = 6 cm
Pout = V I
= 3.69 (4.7) = 17.3

Untuk X = 9 cm
Pout = V I
= 3.17 (4.7) = 14.9

Untuk X = 12 cm
Pout = V I
= 2.73 (4.7) = 12.9

Untuk X = 15 cm

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

Pout = V I
= 2.33(4.7) = 11
Tabel II.

Untuk X = 10 cm
Pout = V I
= 3.01 (4.7) = 14.2

Untuk X = 20 cm
Pout = V I
= 1.86 (4.7) = 8.6

Untuk X = 30 cm
Pout = V I
= 1.24 (4.7) = 5.9

Untuk X = 40 cm
Pout = V I
= 0.87 (4.7) = 4.1

Untuk X = 50 cm
Pout = V I
= 0.66 (4.7) = 3.1

3. Grafik Jarak vs Vout

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
1. Ada dua hal yang mengenai Intesitas cahaya:
Intensitas berbanding lurus dengan E02. Ini adalah sifat umum gelombang:
Intensitas berbanding lurus dengan kuadrat amplitudo. Sifat ini juga mencirikan
-

gelombang yang memberikan perilaku partikel.


Intensitas berflutuasi terhadap waktu. Dengan frekuensi v = ( / 2). Tentu saja
fluktuasi ini tidak biasa kita amati. Sebagai contoh: cahaya tampak memilik
frekuensi sebesar 1015 getaran per detik. Dan karena mata kita tidak mampu
memberikan reaksi secepat itu. Maka kita mengamati waktu rata-rata dari siklus

2.

yang jumlahnya banyak sekali.


Nilai panjang gelombang cahaya tidak bergantung pada intensitas sumber cahaya.
Tetapi hanya bergantung pada jenis logam yang digunakan sebagai permukaan
fotosensitif. Dibawah panjang gelombang cahaya, seberang sumber cahaya, selemah
apapun akan menyebabkan terjadinya pemancaran fotoelektron. Diatas panjang

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

gelombang cahaya tidak satu pun cahaya dapat menyebabkan terjadinya pemancaran
elektron.
3. Iluminasi adalah model refleksi atau model pencahayaan. Iluminasi menjelaskan
tentang interaksi antara sumber cahaya dan permukaan sumber cahaya. Sedangkan
luminasi adalah jumlah cahay yang dipantulkan atau diterukan suatu objek.
4. Aplikasi dari percobaan Radiphotometri: Laser Power, LED, Optical, dan Radiation
Hazar.
5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan selanjutnya mengetahui fungsi dari peralatan dan komponen
2. Sebaiknya praktikan selanjutnya mengetahui teori tentang fotometri
3. Sebaiknya praktikan selanjutnya memperhatikan asisten laboratorium dengan baik
ketika sedang praktikum.
4. Sebaiknya praktikan selanjutnya teliti dalam mencatat data
DAFTAR PUSTAKA

Suryatmo, F. 2002. Teknik Listrik Arus Searah. Jakarta : Bumi Aksara


Halaman

: 161 167

Krane, Kenneth S. 1992. Fisika Modern. Jakarta:Universitas Indonesia


Halaman

: 80-100

Howard, Georgi.1993. The Physics Of Waves. USA:Harvard University


Halaman

: 182-184

Laboratorium Fisika Gelombang


Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jl Bioteknologi No.1

Medan, 14 Maret 2016


Asisten,

Pratikan

(Andrianus Sembiring)

(Triyandi Pratama)

Anda mungkin juga menyukai