Anda di halaman 1dari 19

LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Merkuri (atau air raksa) merupakan zat yang memiliki koefisiensi ekspansi beberapa
kali lebih besar dari koefisiensi ekspansi kaca, sehingga saat suhu meningkat merkuri naik ke
atas tabung memberikan metode harga dan akurasi relatif rendah untuk mengukur suhu.
Merkuri juga memiliki keuntungan tidak membasahi kaca, dan karenanya, bersih melintasi
tabung kaca, tanpa meninggalkan tetesan atau lapisan pada tabung.
Jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan suhu berat benda
tertentu dapat dihitung seperti persamaannya yang telah ditetapkan. Seperti biasa perawatan
harus dilakukan dalam memilih unit yang benar. Jawaban negatif mengindikasikan ekstraksi
panas atau kehilangan panas. Perhitungan perpindahan panas secara konveksi dalam praktek
tidak semudah perpindahan panas secara konduksi. Perlu dicatat bahwa dalam praktek
pilihan yang tepat untuk h sangat sulit karena ketergantungan pada beberapa variabel (seperti
densitas, viskositas, dan panas spesifik). Radiasi panas tergantung pada warna permukaan,
tekstur, dan bentuk.
Plat datar dengan fluks panas konstan, ada kalanya kasus yang dianalisis adalah plat
datar dengan fluks panas yang konstan. Defenisi fluks adalah laju aliran panas persatuan luas
atau disimbolkan q”. Kasus-kasus seperti ini misalnya dapat dijumpai pada plat datar yang
dikenai sinar matahari. Apa yang terjadi bila dua sistem pada temperatur yang berbeda
diletakkan bersama merupakan pengalaman yang paling dikenal dalam peradaban. Telah
diketahui bahwa temperatur akhir yang dicapai oleh kedua sistem itu ada diantara kedua
temperatur awal. Sampai permulaan abad kesembilan belas, gejala yang seperti itu, yang
termasuk dalam kalorimetri, dijelaskan dengan mengambil postulat adanya zat atau bentuk
materi yang disebut kalorik, atau kalor dalam benda.

a. Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai rata-rata intensitas yang dihasilkan lampu halogen 75 watt
2. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas dengan jarak dan waktu
3. Untuk mengetahui sifat-sifat radiasi pada plat datar berwarna hitam dan merah
4. Untuk mengetahui aplikasi dari sifat penyerapan kalor pada plat datar khususnya
berwarna hitam
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB II

LANDASAN TEORI

Jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan suhu berat benda tertentu
dapat dihitung seperti persamaannya yang telah ditetapkan. Seperti biasa perawatan harus
dilakukan dalam memilih unit yang benar. Jawaban negatif mengindikasikan ekstraksi panas atau
kehilangan panas. Perhitungan perpindahan panas secara konveksi dalam praktek tidak semudah
perpindahan panas secara konduksi. Perlu dicatat bahwa dalam praktek pilihan yang tepat untuk h
sangat sulit karena ketergantungan pada beberapa variabel (seperti densitas, viskositas, dan panas
spesifik). Radiasi panas tergantung pada warna permukaan, tekstur, dan bentuk.
Karena itu, ditambah informasi dari hubungan dasar untuk transfer energi panas radiasi
diberikan dibawah ini harus menjadi faktor masukan, dan perpindahan panas radiasi.
Q = WC (T 2−T 1 )...........................................................................................................(2.1)
−kA (T 2−T 1 )
Q = .................................................................................................................
L
(2.2)
Q = ha(T 2−T 1 )..............................................................................................................(2.3)
Q = CA (T 42−T 41 )...........................................................................................................(2.4)
Ekspansi linear material adalah perubahan dimensi liner karena perubahan suhu dan dapat
dihitung dengan rumus berikut :
L2=L1 [1+ a ( T 2−T 1 ) ]..............................................................................................(2.5)
Ekspansi volume dalam suatu material akibat perubahan suhu diberikan oleh :
V 2=V 1 [1+b ( T 2−T 1) ]..............................................................................................(2.6)
Merkuri (atau air raksa) merupakan zat yang memiliki koefisiensi ekspansi beberapa kali lebih
besar dari koefisiensi ekspansi kaca, sehingga saat suhu meningkat merkuri naik ke atas tabung
memberikan metode harga dan akurasi relatif rendah untuk mengukur suhu. Ditemukannya
termometer digital yang memudahkan pembacaan telah mengakibatkan termometer merkuri
banyak ditinggalkan. Merkuri juga memiliki keuntungan tidak membasahi kaca, dan karenanya,
bersih melintasi tabung kaca, tanpa meninggalkan tetesan atau lapisan pada tabung. Rentang
operasi termometer merkuri sekitar −300 F sampai 8000 F (−35 0 C sampai 450 0 C) {titik beku
raksa 38℉ [−38 ℃ ]}. Toksisitas merkuri, memudahkan kerusakan, mengenalkan harga yang
efektif, dan akurat. Ditemukannya termometer digital yang memudahkan pembacaan telah
mengakibatkan termometer merkuri banyak ditinggalkan. Cairan dalam perangkat kaca
beroperasi pada prinsip yang sama dengan termometer digital. Termometer ini akurat dan dengan
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
cairan yang berbeda (masing-masing jenis cair memiliki rentang operasi terbatas) dapat memiliki
rentang operasi sekitar -300℉ sampai 600℉ (-170℃ sampai 330℃). (Sutarno, 2014)
Apa yang terjadi bila dua sistem pada temperatur yang berbeda diletakkan bersama merupakan
pengalaman yang paling dikenal dalam peradaban. Telah diketahui bahwa temperatur akhir yang
dicapai oleh kedua sistem itu ada diantara kedua temperatur awal. Sampai permulaan abad
kesembilan belas, gejala yang seperti itu, yang termasuk dalam kalorimetri, dijelaskan dengan
mengambil postulat adanya zat atau bentuk materi yang disebut kalorik, atau kalor dalam benda.
Orang percaya bahwa benda pada temperatur tinggi mengandung banyak kalori dan benda pada
temperatur rendah mempunyai sedikit saja kalori. Bila dua benda dipersentuhkan, benda yang
lebih banyak kalorinya akan kehilangan sebagian kalorinya karena diberikan pada benda lain,
sehingga nilai temperatur akhirnya ada diantaranya. Jadi, kita mengambil definisi kalorimetrik
dari kalor sebagai sesuatu yang berpindah antara sistem dan lingkungannya akibat adanya
perbedaan temperatur saja. Jelaslah bahwa dinding adiabat adalah dinding yang tidak ditembus
kalor, atau disebut juga penyekat kalor, sedangkan dinding diaterm adalah penghantar kalor.
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa keputusan untuk menyatakan apakah perubahan
keadaan tertentu menyangkut pelaksanaan kerja atau pemindahan kalor memerlukan jawaban
tegas pada pertanyaan berikut ini : Apa sistemnya, dan apa lingkungannya ? Jika kita andaikan
tidak ada gesekan pada poros katrol dan tidak ada hambatan listrik dalam pembangkit listrik dan
kawat penghubungnya, maka kita mempunyai gawai yang keadaan termodinamik sistemnya,
terdiri atas air dan hambat, bisa diubah dengan cara mekanis murni, misalnya dengan melakukan
kerja. Namun, jika hambat dipandang sebagai suatu sistem dan air sebagai lingkungannya, maka
terdapat pemindahan kalor dari hambat akibat adanya perbedaan temperatur antara hambat dan
air. Selain itu, jika sebagian kecil air dipandang sebagai sistem, dengan sisa bagian air yang lain
dipandang sebagai lingkungannya, maka ada juga pemindahan kalor.
Dengan memandang sistem gabungan yang terdiri atas air dan hambat, lingkungannya
tidak mengandung benda yang temperaturnya berbeda dari sistem sehingga tidak ada kalor yang
dipindahkan antara sistem gabungan ini dengan lingkungannya. (Dittman, 1986)
Ketika menyebutkan kata konduksi, kita harus segera menyulap konsep atom dan aktivitas
molekuler karena proses pada level ini menopang mode perpindahan panas ini. Konduksi dapat
dipandang sebagai transfer energi dari lebih energik ke yang kurang energik dari suatu zat karena
interaksi antar partikel. Mekanisme fisik konduksi paling mudah dijelaskan dengan
mempertimbangkan gas dan gas menggunakan ide-ide yang akrab dari latar belakang
termodinamika. Pertimbangkan gas dimana suatu suhu gradien temperatur ada, dan menganggap
bahwa tidak ada gerakan massal, atau makroskopis. Gas dapat menempati ruang antara dua
permukaan yang dipertahankan pada suhu yang berbeda. Energi ini terkait dengan translasi acak,
seperti serta gerakan rotasi dan getaran internal, dari molekul. Suhu yang lebih tinggi dikaitkan
dengan energi molekul yang lebih tinggi. Saat bersebelahan molekul bertabrakan, seperti yang
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
terus-menerus mereka lakukan, transfer energi dari yang lebih energik untuk molekul yang
kurang energik harus terjadi. Dihadapan gradien suhu, energi transfer dengan konduksi kemudian
harus terjadi ke arah penurunan suhu. Ini akan benar bahkan tanpa adanya tabrakan. Bidang
hipotesis terus-menerus dilintasi oleh molekul-molekul dari atas dan bawah karena acak gerakan.
Namun, molekul dari atas dikaitkan dengan suhu yang lebih tinggi daripada itu dari bawah,
dalam hal ini harus ada transfer energi bersih dalam arah x positif. Tabrakan antar
molekulmeningkatkan transfer energi ini. Kami dapat berbicara tentang transfer energi dengan
gerak molekul acak sebagai difusi energi. Situasinya hampir sama dengan dalam cairan,
meskipun molekulnya lebih dekat spasi dan interaksi molekular lebih kuat dan lebih sering.
Demikian dalam solid, konduksi dapat dikaitkan dengan aktivitas atom bentuk getaran kisi. Yang
terlihat modern adalah untuk menganggap transfer energi ke gelombang kisi yang disebabkan
oleh gerakan atom. Dalam listrik non konduktor, transfer energi secara ekslusif melalui
gelombang kisi ini ; dalam sebuah konduktor itu juga karena gerakan translasi elektron bebas.
Contoh perpindahan panas konduksi adalah leguin. Ujung sendok logam yang terbuka
tiba-tiba direndam dalam secangkir kopi panas yang akhirnya menghangat karena konduksi
energi melalui sendok. Pada hari musim dingin, ada kehilangan energi yang signifikan dari
pemanas ruang ke udara luar. Kehilangan ini karena perpindahan panas konduksi melalui dinding
yang memisahkan udara ruang dari udara luar. Proses perpindahan panas dapat dikuantifikasi
dalam hal persamaan laju yang sesuai. Ini persamaan d mekanika, dan teknik pertanian, berbagai
persoalan memerlukanapat dapat digunakan untuk menghitung energi yang ditransfer per satuan
waktu. Untuk konduksi panas, persamaan laju dikenal sebagai hukum Fourier. Untuk yang satu
dimensi dinding bidang, memiliki distribusi sushu T(x), persamaan laju dituliskan sebagai :
dT
q nx =−k .....................................................................................................................(2.7)
dx
Parameter k adalah properti transportasi yang dikenal sebagai konduktivitas termal dT/dx, ity
(W/mK) dan merupakan karakteristik dari bahan dinding. Tanda minus adalah konsekuensi dari
fakta bahwa panas adalah ditransfer ke arah penurunan suhu. Dimana distribusi suhu linier,
gradien suhu dapat dinyatakan sebagai papan diudara. Udara yang membuat kontak dengan
dengan komponen mengalami suatu suhu dan karenanya pengurangan kepadatan. Karena
sekarang lebih ringan daripada udara pembulatan, gaya apung mendorong gerakan vertikal yang
darinya udara hangat naik papan diganti dengan aliran udara ambien yang lebih dingin.
Sementara kami menganggap konvejsi paksa murni, kondisi yang terkait dengan campuran
(gabungan) paksa dan alami konveksi mungkin ada. Dalam hal ini, aliran yang diinduksi apung
akan normal aliran paksa dapat memiliki efek signifikan pada perpindahan panas konveksi dari
komponen. Konveksi campuran akan terjadi jika kipas digunakan untuk memaksa udara ke atas
diantara papan sirkuit, dengan demikian membantu aliran daya apung, atau ke bawah, dengan
demikian menentang aliran daya apung. Telah digambarkan mode perpindahan panas konveksi
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
sebagai transfer energi yang terjadi dalam cairan karena efek gabungan konduksi dan gerakan
cairan curah. Energi yang sedang ditransfer adalah energi fluida, atau termal internal. Namun,
untuk proses konveksi, ada disamping itu, pertukaran panas laten. Pertukaran panas laten ini
umumnya dikaitkan dengan perubahan fasa diantara cairan dan keadaan uap dari fluida. Udara
yang membuat kontak dengan dengan komponen mengalami suatu suhu dan karenanya
pengurangan kepadatan. Karena sekarang lebih ringan daripada udara pembulatan, gaya apung
mendorong gerakan vertikal yang darinya udara hangat naik papan diganti dengan aliran udara
ambien yang lebih dingin. Sementara kami menganggap konvejsi paksa murni, kondisi yang
terkait dengan campuran (gabungan) paksa dan alami konveksi mungkin ada. Dua kasus
khusus yang menarik adalah mendidih dan memadatkan tion. Contohnya, perpindahan panas
hasil konveksi dari gerakan fluida yang diinduksi oleh uap bles dihasilkan dibagian bawah panci
air mendidih atau oleh kondensasi uap air dipermukaan luar pipa air dingin. Mode perpindahan
panas konveksi terdiri dari dua mekanisme. Selain energi transfer karena gerakan molekul acak
(difusi) energi juga ditransfer ke bulk, atau makroskopik, gerakan cairan. Gerakan fluida ini
dikaitkan dengan fakta bahwa, dimana saja instan, sejumlah besar molekul bergerak secara
kolektif atau sebagai hasil proses agregasi. Gerakan seperti itu, adanya gradien suhu,
berkontribusi terhadap perpindahan panas. Karena molekul dalam agregat mempertahankan
gerakan acak mereka, transfer panas total kemudian disebabkan oleh transisi transportasi oleh
energi dengan gerakan acak dari molekul dan oleh gerakan massal cairan.
Istilah konveksi biasanya digunakan merujuk pada transisi komulatif ini. Dan istilah
konveksi mengacu pada transportasi karena gerakan cairan curah. Konsekuensi dari interaksi
cairan-permukaan tion adalah pengembangan suatu daerah dalam fluida yang kecepatannya
bervariasi dari nol dipermukaan ke nilai hingga terkait dengan aliran. Daerah aliran ini diketahui
sebagai lapisan batas hidrodinamik, atau kecepatan. Apalagi jika permukaan dan aliran
temperatur berbeda, akan ada daerah fluida yang bervariasi daripada ke dalam aliran luar.
Wilayah ini disebut dengan lapisan batas termal, mungkin lebih kecil, lebih besar, atau ukuran
yang sama seperti yang melaluinya kecepatan bervariasi. Dalam kasus apapun, jika perpindahan
panas konveksi akan terjadi dari permukaan ke aliran luar. Modus perpindahan panas konveksi
dipertahankan baik oleh gerakan molekul acak dan oleh ferakan sebagian besar fluida didalam
lapisan batas. Kontribusi karena acak gerak molekul (difusi) mendominasi didekat permukaan
dimana kecepatan fluida rendah. Bahkan, pada antarmuka antara permukaan dan fluida kecepatan
fluida adalah nol, dan panas ditransfer oleh mekanisme ini saja. Kontribusi karena gerakan asal
cairan curah dari fakta bahwa lapisan batas tumbuh sebagai aliran berlangsung di arah-x.
Akibatnya, panas yang dilakukan ke lapisan ini tersapu ke hilir dan akhirnya dipindahkan
ke fluida diluar lapisan batas. Apresiasi fenomena batas-batas sangat penting untuk memahami
perpindahan panas konveksi. Terlepas dari sifat proses perpindahan panas konveksi, tingkat yang
sesuai dengan persamaan :
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
q n=h( T s−T ∞)...........................................................................................................(2.8)
dimana q n, konveksi panas (W/m 2) , sebanding denganperbedaan suhu wajah dan fluida, masing-
masing Ts dan T. Ungkapan ini dikenal sebagai Newton hukum pendingin, dan parameter h (W/
m 2−¿K) disebut koefisien perpindahan panas konveksi cient. Koefisien ini tergantung pada
kondisi dilapisan batas, yang dipengaruhi oleh permukaan geometri, sifat gerak fluida, dan
bermacam-macam termodinamika fluida, dan properti transportasi. Radiasi termal adalah energi
yang dipancarkan oleh materi yang berada pada suhu bukan nol. Meskipun akan fokus pada
radiasi dari permukaan padat, emisi juga dapat terjadi dari cairan dan gas. Terlepas dari bentuk
masalah, emisi dapat dikaitkan dengan perubahan dalam konfigurasi elektron atau molekul
penyusunnya. Energi radiasi bidang diangkut oleh gelombang elektromagnetik (atau
alternatifnya, foton). Saat transfer energi dengan konduksi atau konveksi membutuhkan
kehadiran media material, radiasi. Bahkan, transfer energi terjadi paling efisien dari ruang hampa.
Radiasi itu dipancarkan oleh permukaan berasal dari energi panas materi yang dibatsi oleh
permukaan, dan tingkat dimana energi dilepaskan per satuan luas (W/m 2 ¿ disebut permukaan
emissive kekuatan (E). Ada batas atas untuk daya emisi, yang ditentukan oleh Stefan-Boltzmann.
Eb =σ T 4s .......................................................................................................................(2.9)
dimana Ts alah suhu absolut (K) dari permukaan dan merupakan Stefan-Boltzmann konstan.
Permukaan seperti itu disebut radiator ideal atau benda hitam. Aliran oanas yang dipancarkan
oleh permukaan nyata lebih kecil daripada aliran hitam pada suhu yang sama diberikan :
Eb =εσ T 4s ....................................................................................................................(2.10)
dimana ε adalah sifat radiasi permukaan yang disebut emisivitas. Dalam jangkauan, sifat ini
memberikan ukuran seberapa efisien suatu permukaan energi relatif terhadap benda hitam.
Radiasi juga dapat terjadi pada permukaan dari lingkungannya. Radiasinya mungkin
berasal dari sumber khusus, seperti matahari, atau dari permukaan lain yang permukaannya
menarik terbuka, memudahkan pembacaan telah mengakibatkan termometer merkuri banyak
ditinggalkan. Terlepas dari sumber (s), kami mentapkan tingkat dimana semua itu radiasi adalah
insiden dalam satuan luas sebagai iradiasi G. (Bergman, 2011)
Hasil percobaan menunjukkan bahwa, untuk memberikan perbandingan dari ∆ x dan A, Q
memenuhi perkaliannya disetiap daerahnya. Juga memberikan perbandingan untuk ∆ θ, Q

∆θ
memenuhi rasio menunjukkan bahwa hasil ∆ θ dan ∆ x adalah kecil.
∆x
Suatu zat dengan konduktivitas panas yang besar dikenal sebagai koduktor termal dan
satu dengan nilai k yang kecil sebagai isolator termal. Akan diperlihatkan di artikel berikutnya
bahwa nilai numerik k tergantung pada sejumlah faktor, salah satunya adalah suhu. Elemen
volume dari suatu bahan konduksi dapat berbeda dalam konduktivitas termal.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Namun, jika perbedaan suhu antara bagian-bagian suatu zat kecil, k dapat dibilang praktis
konstan di seluruh zat. Untuk menangani masalah umum dalam konduksi panas, perlu mengubah
persamaan umum menjadi bentuk persamaan diferensial parsial orde kedua. (Zemansky, 1957)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Fungsi


1. Statif
Fungsi : Sebagai tempat untuk menggantung lampu halogen dan pipa paralon.
2. Termometer
Fungsi : Sebagai alat untuk mengukur suhu ruangan dan suhu plat datar.
3. Lampu Halogen
Fungsi : Sebagai sumber energi cahaya untuk menyinari plat datar.
4. Gabus
Fungsi : Sebagai alas tempat meletakkan plat datar (merah dan hitam).
5. Plat datar Merah
Fungsi : Sebagai bahan penyerap radiasi.
6. Plat datar Hitam
Fungsi : Sebagai bahan penyerap radiasi.
7. Stopwatch
Fungsi : Sebagai alat untuk menghitung lamanya waktu penyinaran.
8. Penggaris 60 cm
Fungsi : Sebagai alat untuk mengukur jarak antara lampu halogen ke plat datar.
9. Wayar-wayar
Fungsi : Untuk menghubungkan lampu halogen dengan cok sambung.
10. Pipa Paralon
Fungsi : Untuk memfokuskan cahaya

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Untuk Plat Datar Hitam
a. Jarak 35 cm
1. Dipersiapkan semua peralatan yang akan digunakan dalam percobaan.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
2. Diukur suhu kamar dengan termometer.
3. Diukur luas plat datar hitam.
4. Dirangkai lampu halogen ke sarang lampu dan diletakkan ke statif.
5. Diletakkan plat datar hitam di atas gabus yang terletak di atas meja statif.
6. Diukur jarak bola lampu halogen 75 watt ke plat datar hitam dimana posisi plat
datar tepat berada dibawah lampu halogen dengan jarak 35 cm.
7. Dihidupkan lampu halogen bersamaan dengan stopwatch dan ditunggu selama
90 detik.
8. Dimatikan lampu halogen
9. Diukur suhu plat datar setelah 90 detik penyinaran.
10. Dicatat hasilnya pada kertas data.

b. Jarak 25 cm
1. Dipersiapkan semua peralatan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Diukur suhu kamar dengan termometer.
3. Diukur luas plat datar hitam.
4. Dirangkai lampu halogen ke sarang lampu dan diletakkan ke statif.
5. Diletakkan plat datar hitam di atas gabus yang terletak di atas meja statif.
6. Diukur jarak bola lampu halogen 75 watt ke plat datar hitam dimana posisi plat
datar tepat berada dibawah lampu halogen dengan jarak 25 cm.
7. Dihidupkan lampu halogen bersamaan dengan stopwatch dan ditunggu selama
90 detik.
8. Dimatikan lampu halogen
9. Diukur suhu plat datar setelah 90 detik penyinaran.
10. Dicatat hasilnya pada kertas data.

c. Jarak 15 cm
1. Dipersiapkan semua peralatan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Diukur suhu kamar dengan termometer.
3. Diukur luas plat datar hitam.
4. Dirangkai lampu halogen ke sarang lampu dan diletakkan ke statif.
5. Diletakkan plat datar hitam di atas gabus yang terletak di atas meja statif.
6. Diukur jarak bola lampu halogen 75 watt ke plat datar hitam dimana posisi
plat datar tepat berada dibawah lampu halogen dengan jarak 15 cm.
7. Dihidupkan lampu halogen bersamaan dengan stopwatch dan ditunggu selama
90 detik.
8. Dimatikan lampu halogen
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
9. Diukur suhu plat datar setelah 90 detik penyinaran.
10. Dicatat hasilnya pada kertas data.

d. Jarak 10 cm
1. Dipersiapkan semua peralatan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Diukur suhu kamar dengan termometer.
3. Diukur luas plat datar hitam.
4. Dirangkai lampu halogen ke sarang lampu dan diletakkan ke statif.
5. Diletakkan plat datar hitam di atas gabus yang terletak di atas meja statif.
6. Diukur jarak bola lampu halogen 75 watt ke plat datar hitam dimana posisi plat
datar tepat berada dibawah lampu halogen dengan jarak 10 cm.
7. Dihidupkan lampu halogen bersamaan dengan stopwatch dan ditunggu selama
90 detik.
8. Dimatikan lampu halogen
9. Diukur suhu plat datar setelah 90 detik penyinaran.
10. Dicatat hasilnya pada kertas data.

3.2.2 Untuk Plat Datar Merah


a. Jarak 35 cm
1. Dipersiapkan semua peralatan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Diukur suhu kamar dengan termometer.
3. Diukur luas plat datar merah.
4. Dirangkai lampu halogen ke sarang lampu dan diletakkan ke statif.
5. Diletakkan plat datar merah di atas gabus yang terletak di atas meja statif.
6. Diukur jarak bola lampu halogen 75 watt ke plat datar merah dimana posisi
plat datar tepat berada dibawah lampu halogen dengan jarak 35 cm.
7. Dihidupkan lampu halogen bersamaan dengan stopwatch dan ditunggu selama
90 detik.
8. Dimatikan lampu halogen
9. Diukur suhu plat datar setelah 90 detik penyinaran.
10. Dicatat hasilnya pada kertas data.

b. Jarak 25 cm
1. Dipersiapkan semua peralatan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Diukur suhu kamar dengan termometer.
3. Diukur luas plat datar merah.
4. Dirangkai lampu halogen ke sarang lampu dan diletakkan ke statif.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
5. Diletakkan plat datar merah di atas gabus yang terletak di atas meja statif.
6. Diukur jarak bola lampu halogen 75 watt ke plat datar merah dimana posisi
plat datar tepat berada dibawah lampu halogen dengan jarak 25 cm.
7. Dihidupkan lampu halogen bersamaan dengan stopwatch dan ditunggu selama
190 detik.
8. Dimatikan lampu halogen
9. Diukur suhu plat datar setelah 190 detik penyinaran.
10. Dicatat hasilnya pada kertas data.

c. Jarak 15 cm
1. Dipersiapkan semua peralatan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Diukur suhu kamar dengan termometer.
3. Diukur luas plat datar merah.
4. Dirangkai lampu halogen ke sarang lampu dan diletakkan ke statif.
5. Diletakkan plat datar merah di atas gabus yang terletak di atas meja statif.
6. Diukur jarak bola lampu halogen 75 watt ke plat datar merah dimana posisi
plat datar tepat berada dibawah lampu halogen dengan jarak 15 cm.
7. Dihidupkan lampu halogen bersamaan dengan stopwatch dan ditunggu selama
90 detik.
8. Dimatikan lampu halogen
9. Diukur suhu plat datar setelah 90 detik penyinaran.
10. Dicatat hasilnya pada kertas data.

d. Jarak 10 cm
1. Dipersiapkan semua peralatan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Diukur suhu kamar dengan termometer.
3. Diukur luas plat datar merah.
4. Dirangkai lampu halogen ke sarang lampu dan diletakkan ke statif.
5. Diletakkan plat datar merah di atas gabus yang terletak di atas meja statif.
6. Diukur jarak bola lampu halogen 75 watt ke plat datar merah dimana posisi
plat datar tepat berada dibawah lampu halogen dengan jarak 10 cm.
7. Dihidupkan lampu halogen bersamaan dengan stopwatch dan ditunggu selama
90 detik.
8. Dimatikan lampu halogen
9. Diukur suhu plat datar setelah 90 detik penyinaran.
10. Dicatat hasilnya pada kertas data.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

DAFTAR PUSTAKA

Bergman, Theodore L. 2011. FUNDAMENTALS of HEAT and MASS TRANSFER.


Seventh Edition. USA : John Willey and Sons, Inc.
Pages : 3-9
Dittman, Richard H. 1986. KALOR DAN TERMODINAMIKA. Terbitan Keenam.
Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Halaman : 74-76
Sutarno, Ir. 2014. INSTRUMENTASI INDUSTRI dan KONTROL PROSES.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Halaman : 52-53
Zemansky, Mark W. 1957. HEAT and THERMODYNAMICS. London : Mc Graw-Hill
Book Company, Inc.
Pages : 80-81

Medan, 06 November 2019


Asisten Praktikan
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

(Kusma Seriyanti) (Shara Santy Violin)


4.2. Analisa Data
1. Menghitung luas plat datar (hitam dan merah)
a. Luas Plat Hitam
Panjang = 14,4 cm
Lebar = 9,3 cm
Luas = 133,92 cm2 = 133,92x 10-4 m2
b. Luas Plat Merah
Panjang = 14,9 cm
Lebar = 9,4 cm
Luas = 140,06 cm2 = 140,06 x 10-4 m2

2. Menghitung intensitas cahaya


P 1 2
I= ; A= π d
A 4
a. Jarak 35 cm ;
1 1
A= π d 2= ( 3,14 ) ¿
4 4
P 75 watt
I= = =0,779 x 103 cd
A 96,16 x 1 0 m
−3 2

b. Jarak 25 cm ;
1 1
A= π d 2= ( 3,14 ) ¿
4 4
P 75 watt
I= = =1.53 x 10 3 cd
A 49,06 x 1 0−3 m 2
c. Jarak 15 cm ;
1 1
A= π d 2= ( 3,14 ) ¿
4 4
P 75 watt
I= = =4,25 x 10 3 cd
A 17,66 x 10−3 m2
d. Jarak 10 cm ;
1 1
A= π d 2= ( 3,14 ) ¿
4 4
P 75 watt
I= = =9.55 x 1 03 cd
A 7,85 x 10 m
−3 2

3. Menghitung intensitas rata-rata ( Ī )


∑I
Í =
∑n
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
0,779 x 1 03 cd+1,53 x 10 3 cd + 4,25 x 1 03 cd+ 9,55 x 1 03 cd
Í =
4
16,1 x 1 03 cd
Í =
4
Í =4,025 x 103 cd

4. Menghitung harga koefisien penyerapan plat datar (a)


a. Plat datar Hitam
∆ T =T́ −T awal
35℃ +36 ℃ + 40℃ + 42℃ ) 153 ℃
∆T= {( 4 }
−28 ℃=
4 {
−28℃ }
∆ T =38,25−28 ℃
∆ T =10,25 ℃=283,25 K
Maka :
∆ T α + Ī 283,25 K x 1+ 4,025 x 1 03 cd 4308,25
a= = −4 2
=
A 133,92 x 1 0 m 133,92 x 1 0−4 m 2
a=32,17 x 1 04

b. Plat datar Merah


∆ T =T́ −T awal
( 34 ℃+ 35℃ +37 ℃ +39 ℃ ) 145 ℃
∆T= { 4 }
−28℃ =
4 {
−28 ℃ }
∆ T =36,25 ℃−28 ℃
∆ T =8,25 ℃ =281,25 K
Maka :
∆ T α + Ī 281,25 K x 0,25+ 4,025 x 1 03 cd 4095,31
a= = −4 2
=
A 140,06 x 1 0 m 140,06 x 10−4 m 2
¿ 29,24 x 1 0 4

5. Grafik
a. I – vs - d
(Terlampir)
b. I – vs – ∆ T
(Terlampir)
c. d-vs-T
(Terlampir)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Dari percobaan, diperoleh hubungan antara intensitas dengan jarak yaitu hubungan
intensitas dengan jarak sumber radiasi adalah berbanding terbalik, artinya semakin kecil
jarak sumber radiasi ke plat datar, maka semakin besar intensitas radiasinya dan
sebaliknya. Hubungan intensitas dengan lamanya waktu penyinaran adalah berbanding
lurus, artinya semakin lama plat datar disinari, maka intensitasnya akan semakin besar,
dan sebaliknya.

2. Sifat radiasi pada plat datarberwarna hitam yaitu:


0- Penyerap radiasi yang baik dan pemancar radiasi yang buruk
1- Memiliki emisivitas sama dengan 1 (e = 1)
2- Menghasilkan energi yang lebih banyak
Sifat radiasi pada plat datar berwarna merah yaitu:
3- Penyerap radiasi yang buruk dan pemancar radiasi yang baik
4- Memiliki emisivitas lebih kecil dari 1 (e < 1)
5- Menghasilkan energi yang lebih sedikit

3. Aplikasi dari radiasi benda hitam dalam kehidupan sehari-hari adalah:


1- Gejala pemanasan global (efek rumah kaca): secara alamiah sinar matahari yang
masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke
angkasa, kemudian akan di serap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi
disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi.
2- Penggunaan pakaian: pada siang hari, kita akan merasa lebih nyaman memakai baju
berwarna putih dari pada baju berwarna hitam. Namun, pada malam hari yang
dingin kita akan merasa lebih hangat apabila mengenakan baju berwarna hitam dari
pada baju berwarna putih.
3- Panel surya: suatu perangkat yang di gunakan untuk menyerap radiasi dari matahari.
4- Mengukur suhu matahari: dengan meneliti spektrum sebuah bintang, seorang
astronom akan dapat mnegetahui suhu bintang.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
4. Dari praktikum dapat diketahui rata-rata intensitas yang dihasilkan lampu halogen 75
watt yaitu 4,025 x 103 cd

5.2. Saran
1. Untuk praktikan selanjutnya, lebih teliti dalam mengukur jarak antara lampu halogen ke
plat datar hitam dan merah.
2. Untuk praktikan selanjutnya, lebih teliti dalam mengukur suhu dan menghitung lamanya
waktu penyinaran.
3. Untuk praktikan selanjutnya, sebaiknya lebih memahami tentang percobaan ini.
4. Untuk asisten, sebaiknya menjelaskan mengenai percobaan lebih rinci agar
memudahkan praktikan di refreshing test.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LAMPIRAN

a. Grafik I vs d
d (cm) I (Watt/m2)
35 779
25 1528
15 4246
10 9554

Grafik I (Watt/m2) vs d (cm)


12000

10000
I (Watt/m2)

8000

6000

4000

2000

0
5 10 15 20 25 30 35 40

d (cm)

b. Grafik I vs ∆ T
- Plat Datar Hitam
T (oC) I (Watt/m2)

35 779
36 1528
40 4246
42 9554
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Grafik I (Watt/m2) vs T(oC)


12000

10000
I (Watt/m2)

8000

6000

4000

2000

0
34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

T(oC)

- Plat Datar Merah


I (Watt/m2)
T(oC)
34 779
35 1528
37 4246
39 9554

Grafik I (Watt/m2) vs T (oC)


12000

10000

8000
I (Watt/m2)

6000

4000

2000

0
33 34 35 36 37 38 39 40

T (oC)

c. Grafik d vs T
- Plat Datar Hitam
d (cm) T (℃)
35 35
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
25 36
15 40
10 42

Grafik d-vs-T
44

42

40

38
d (cm)

36

34

32

30
5 10 15 20 25 30 35 40
T (℃)

- Plat Datar Merah


d (cm) T (℃)
35 34
25 35
15 37
10 39

Grafik d-vs-T
40
39
38
37
36
d (cm)

35
34
33
32
31
5 10 15 20 25 30 35 40
T (℃)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LAMPIRAN

PLN

WAYAR -WAYAR
PIPA PARALON

GABUS PENGGARIS
STATIF TERMOMETER
LAMPU HALOGEN

text STOPWATCH
PLAT DATAR MERAH PLAT DATAR HITAM

Statif Pipa Paralon Termometer


Lampu Halogen
75 Watt
Gabus

Plat datar Merah Plat datar Hitam Stopwatch Penggaris


60 cm

Anda mungkin juga menyukai