Anda di halaman 1dari 13

BAB.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal abad ke-20 Albert Einstein dan Max Plank ilmuwan yang mempelopori teori
kuantum yang menjelaskan sifat-sifat partikel dari gelombang. Setelah itu bermunculan
ilmuwan lain seperti pada tahun 1923 A.H. Compton menemukan bahwa cahaya memiliki
sifat kembang sebagai gelombang dan sebagai partikel. Penemuan ini menyebabkan de
Broglie berfikir sebagimana cahaya bersifat gelombang dan partikel, maka partikel pun dapat
bersifat gelombang. Canggung-nya para ilmuwan terhadap hipotesis de Broglie karena
gagasannya tidak berdasarkan eksperimental tidak seperti teori kuantum yang mempunyai
fakta-fakta empiris.

Akan tetapi setelah 3 tahun kemudian, hipotesis de Broglie terbukti kebenarannya oleh
dua ahli fisika Amerika Serikat yaitu Clnton Davisson dan Lester Germer. Dalam
hipotesisnya de Broglie menyatakan partikel-partikel seperti elektron, neutron, maupun
proton mempunyai sifat dualisme, yaitu partikel dan gelombang.

Prinsip dualisme partikel dan gelombang ini merupakan proses perkembangan mekanika
kuantum yang sekarang ini masih dijadikan dasar penelitian dan masih kita gunakan untuk
belajar di bangku sekolah maupun perguruan tinggi. Kaitannya dengan topik yang akan
dibahas yaitu dualisme partikel dengan merujuk pada teori yang mendukung prinsip
Dualisme partikel seperti pada Efek Compton dan Panjang Gelombang de Broglie.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dari Efek Compton ?
2. Bagaimana persamaan pada Efek Compton ?
3. Bagaimana sejarah dari Panjang Gelombang de Broglie ?
4. Bagaimana persamaan pada Panjang Gelombang de Broglie ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah dari Efek Compton.
2. Untuk mengetahui persamaan pada Efek Compton.
3. Untuk mengetahui sejarah dari Panjang Gelombang de Broglie ?
4. Untuk mengetahui persamaan pada Panjang Gelombang de Broglie.

1
BAB. II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Efek Compton

Arthur Compton lahir di Wooster, Ohio pada tahun 1892 dari pasangan Elias dan Otelia
Catherine (née Augspurger) Compton. Mereka adalah keluarga akademik. Elias adalah dekan
Universitas Wooster (kemudian The College of Wooster. Pada awalnya Compton tertarik
pada astronomi, dan mengambil foto Komet Halley pada tahun 1910. Sekitar tahun 1913,
Compton menggambarkan sebuah eksperimen, dia meneliti gerakan air dalam tabung yang
melingkar, hal tersebut menunjukkan rotasi bumi. Dia lulus dari Wooster tahun itu dengan
gelar Bachelor of Science. Kemudian ia masuk masuk Princeton, di sana ia menerima gelar
Master of Arts gelar pada tahun 1914. Dia kemudian belajar untuk gelar PhD dalam fisika di
bawah pengawasan Hereward L. Cooke, menulis disertasi tentang "Intensitas refleksi sinar-X,
dan distribusi elektron dalam atom ". Ia meraih gelar PhD pada tahun 1916.

Pada tahun 1919, Compton mendapat beasiswa untuk belajar di luar negeri dari Dewan
Riset Nasional Beasiswa. Dia memilih untuk mengenyam pendidikan di Cambridge
University 's Cavendish Laboratory di Inggris, di sana ia mempelajari hamburan dan
penyerapan dari sinar gamma. Penelitian lebih lanjut di sepanjang garis-garis ini
menyebabkan penemuan efek Compton, yang menunjukkan partikel sifat radiasi
elektromagnetik . Itu adalah penemuan sensasional pada waktu itu, untuk sifat gelombang
cahaya telah baik ditunjukkan, tetapi gagasan bahwa cahaya dapat memiliki sifat ganda tidak
mudah diterima.

Pada tahun 1922, ia menemukan bahwa jika seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah
elektron bebas yang diam, sinar-X akan mengalami perubahan panjang gelombang dimana
panjang gelombang sinar-X menjadi lebih besar. Gejala ini dikenal sebagai " Efek Compton "
atau " hamburan Compton ".

Berdasarkan hasil-hasil eksperimen interferensi dan difraksi, teori tentang cahaya sebagai
gelombang telah mantap pada penghujung abad 19, terlebih karena keberhasilan teori
elektromagnetik Maxwell. Namun, Einstein pada 1905 menolak teori tersebut berdasarkan
fenomena efek foto-listrik dimana logam melepaskan elektron jika disinari dengan cahaya
berfrekuensi v ≥ W/h, dimana W adalah fungsi kerja logam (=energi ikat elektron permukaan

2
logam).1 Pada efek fotolistrik (Einstein mendapatkan nobel sebagai penemu efek fotolistrik
tahun 1905), cahaya dapat dipandang sebagai kuantum energi dengan energi yang diskrit.
Kuantum energi tidak dapat digambarkan sebagai gelombang tetapi lebih mendekati bentuk
partikel. Partikel cahaya dalam bentuk kuantum dikenal dengan sebutan foton. Pandangan
cahaya sebagai foton diperkuat lagi melalui gejala yang dikenal sebagai efek Compton.

Pada tahun 1923, Compton menerbitkan makalah di Physical Review yang menjelaskan
pergeseran sinar-X. Sinar-X digambarkan sebagai foton yang bertumbukan dengan elektron
(seperti halnya dua bola bilyar yang bertumbukan). Elektron bebas yang diam menyerap
sebagian energi foton sehingga bergerak ke arah membentuk sudut terhadap arah foton mula-
mula. Foton yang menumbuk elektron pun terhambur dengan sudut θ terhadap arah semula
dan panjang gelombangnya menjadi lebih besar.

Arthur Holly Compton adalah seorang fisikawan Amerika yang memenangkan Hadiah
Nobel dalam Fisika pada tahun 1927 atas sumbangannya dalam penemuan sebuah efek yang
dinamai menurut namanya (efek Compton).

Selama Perang Dunia II , Compton merupakan tokoh kunci dalam Proyek Manhattan
yang mengembangkan senjata nuklir pertama. Pada tahun 1942 ia menjadi kepala
Laboratorium Metalurgi, yang bertanggung jawab untuk memproduksi reaktor nuklir untuk
mengubah uranium menjadi plutonium, mencari cara untuk memisahkan plutonium dari
uranium dan untuk merancang bom atom.

Compton mengawasi Enrico Fermi dari Chicago Pile-1, reaktor nuklir pertama, yang
sempat kritis pada 2 Desember 1942. The Metallurgical Laboratory juga bertanggung jawab
untuk desain dan operasi dari X-10 Graphite Reactor di Oak Ridge, Tennessee .
Plutonium mulai diproduksi di Hanford Site reaktor pada tahun 1945. Setelah perang,
Compton menjadi Kanselir Washington University di St Louis. Ia juga dikenal karena
kepemimpinannya di Manhattan Project 's Metallurgical Laboratory. Ia menjabat sebagai
Kanselir dari Washington University di St Louis 1945-1953.

Interpretasi gelombang memprediksi bahwa ketika terjadi radiasi elektromagnetik dari


sebuah partikel bermuatan, maka radiasi yang dipancarkan tersebut akan memiliki frekuensi
yang sama dengan radiasi yang datang dari segala penjuru. Pada tahun 1992, Arthur H.
Compton menunjukkan jika interpretasi kuantum dari radiasi elektromagnetik diterima, maka

1
Rustam E. Siregar, Teori dan Aplikasi Fisika Kuantum, Bandung : Widya Padjadjaran , 2010, hal : 5

3
radiasi yang dihamburkan akan memiliki frekuensi yang lebih kecil daripada radiasi datang
dan juga bergantung pada sudut hamburannya.2

Analisin Compton, sebagai akibatnya, menyertakan tampilan hamburan radiasi


elektromagnetik dari partikel bermuatan sebagai sebuah peristiwa tumbukan sempurna antara
foton dan partikel bermuatan bebas. Walaupun detil interaksi ini tidak diketahui, namun
kekekalan energi dan momentum diterapkan. Compton mengemukakan bahwa foton yang
dihamburkan dalam suatu panjang gelombang Δλ adalah :


Δλ = λ’ – λ = mec (1 – cos θ)

B. Persamaan Efek Compton

Cara lain radiasi berinteraksi dengan atom adalah melalui Efek Compton, dalam mana
radiasi dihamburkan oleh elektron hampir bebas yang terikat lemah pada atomnya. Sebagian
energi radiasi diberikan kepada elektron, sehingga terlepas dari atom; energi yang sisa
diradiasikan kembali sebagai radiasi elektromagnet.3 Menurut gambaran gelombang, energi
radiasi yang dipancarkan itu lebih kecil dari pada energi radiasi yang datang (selisihnya
berubah menjadi energi kinetik elektron), namun panjang gelombang keduanya tetap sama.
Kelak akan kita lihat bahwa konsep foton meramalkan hal yang berbeda bagi radiasi yang
dihamburkan.

Proses hamburan ini dianalisis sebagai suatu interaksi (“tumbukan” dalam pengertian
partikel secara klasik) antara sebuah foton dan sebuah elektron, yang kita anggap diam.
Gambar dibawah ini memperlihatkan peristiwa tumbukan ini. Pada keadaan awal, foton
memiliki energi E yang diberikan oleh :

ℎ.𝑐
E = h.v =
𝜆

2
Ronal Gautreau, Schaum’s Outlines Fisika Modern, Jakarta : Erlangga, 2006, hal : 53.

3
Kenneth Krane, Fisika Modern ( Modern Physics ), Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press), 2008, hal : 104.

4
Gambar ini adalah geometri hamburan Compton dan momentumnya adalah :

𝐸
P=
𝑐

Elektron, pada keadaan diam, memiliki energi diam mec2 dan bergerak pada arah yang
membuat sudut θ terhadap arah foton datang. Elektron memiliki energi total E e dan
momentum pe dan bergerak pada arah yang membuat sudut ϕ terhadap foton datang. (Agar
analisisnya mencakup pula foton datang berenergi tinggi yang memeberikan energi sangat
besar pada elektron yang terhamburkan maka kita dapat membuat kinematika relativistik bagi
elektron). Dalam interaksi ini berlaku persyaratan kekekalan energi dan momentum, yakni :

E.awal = E.akhir

E.awal foton + E.awal elektron = E.akhir foton + E.akhir elektron

E + mec2 = E’ + Ee ...............................................................(1)

(px) awal = (px) akhir

Momentum awal pada x = momentum akhir pada x

P + 0 = pe cos ϕ + p’ cos θ................................................(2)

(py) awal = (py) akhir

Momentum awal pada y = momentum akhir pada y

0 = pe sin ϕ - p’ sin θ................................................(3)

5
Karena ada 3 persamaan dan 4 besaran yang tidak diketahui (θ, ϕ, Ee, E’, pe, dan p) yang
tidak dapat dipecahkan untuk memperoleh jawaban tunggal, tetapi kita dapat mengoperasikan
persamaan diatas 2 dan 3. Jika kita memilih untuk mengukur energi dan arah foton hambur,
maka kita dapat menghilangkan Ee dan ϕ.

E + mec2 = E’ + Ee ..........................(1)

P+0 = pe cos ϕ + p’ cos θ......(2)

0 = pe sin ϕ - p’ sin θ........(3)

Dari persamaan diatas, diperoleh menjadi :

P = pe cos ϕ + p’ cos θ......(2)

Dipindah ruaskan menjadi :

pe cos ϕ = p - p’ cos θ......(2)

dan,

0 = pe sin ϕ - p’ sin θ........(3)

Dipindah ruaskan menjadi :

pe sin ϕ = p’ sin θ........(3)

Dari persamaan 2 dan 3 diatas, dikuadratkan dan dijumlahkan, sehingga :

(pe cos ϕ)2 = (p - p’ cos θ)2

(pe cos ϕ) (pe cos ϕ) = (p - p’ cos θ) (p - p’ cos θ)

Dengan menggunakan rumus (a-b)2 = a2 – 2ab + b2 , maka :

(pe2 cos2 ϕ) = p2 – pp’ cos θ - pp’ cos θ + (p’ cos θ)2

(pe2 cos2 ϕ) = p2 – 2pp’ cos θ + p’2 cos2 θ

Dan,

(pe sin ϕ)2 = (p’ sin θ)2

(pe sin ϕ) (pe sin ϕ) = (p’ sin θ) (p’ sin θ)

(pe 2 sin2 ϕ) = (p’2 sin2 θ)

Kemudian, jumlahkan persamaan diatas:

6
(pe2 cos2 ϕ) = p2 – 2pp’ cos θ + p’2 cos2 θ

(pe 2 sin2 ϕ) = (p’2 sin2 θ)

pe2 cos2 ϕ + pe 2 sin2 ϕ = p2 – 2pp’ cos θ + p’2 cos2 θ + p’2 sin2 θ

pe2 (cos2 ϕ + sin2 ϕ) = p2 – 2pp’ cos θ + p’2 (cos2 θ + sin2 θ)

dalam Trigonometri = (sin2 θ + cos2 θ) = 1

Maka,

pe2 . (1) = p2 – 2pp’ cos θ + p’2 . (1)

pe2 = p2 – 2pp’ cos θ + p’2 ...............................................................(4)

Dengan menggunakan hubungan relativistik, antara energi dan momentum, maka diperoleh :
𝑚𝑒
m = 2
√1− 𝑣2
𝑐

dikuadratkan menjadi :

𝑚𝑒 2
m2 = 𝑣2
1− 2
𝑐

kemudian, dikali silang menjadi :

𝑣2
m2 (1- ) = me2
𝑐2

𝑚2 𝑣 2
m2 – = me2
𝑐2

diilakukan penyederhanaan dengan dikalikan c4 , sehingga menjadi :

𝑚2 𝑣 2 𝑐 4
m2 . c4 – = me2 . 𝑐 4
𝑐2

m2 . c4 - 𝑚2 𝑣 2 𝑐 2 = me2 . 𝑐 4

(mc2 )2 – (mv)2 . c2 = me2 . 𝑐 4

Dimana, E = mc2

pe = m.v

Ee2 – pe2 = me2 . 𝑐 4

Substitusikan persamaan 1 dan persamaan 4 kedalam persamaan diatas, sehingga menjadi :

7
(E + mec2 – E’)2 = c2 (p2 – 2pp’ cos θ + p’2 ) + me2 . 𝑐 4 .......................................(5)
𝐸 𝐸′
Diketahui bahwa p = dan p’ =
𝑐 𝑐

𝐸 𝐸 𝐸′ 𝐸′
(E + mec2 – E’)2 = c2 (( 𝑐 )2 – 2 𝑐 . cos θ + ( 𝑐 )2 ) + me2 . 𝑐 4
𝑐

𝐸2 𝐸𝐸′ 𝐸′2
(E + mec2 – E’)2 = c2 ( 𝑐 2 – 2 cos θ + ) + me2 . 𝑐 4
𝐶2 𝑐2

(E + mec2 – E’)2 = E2 – 2EE’ cos θ + E’2 + me2 . 𝑐 4

(E + mec2 – E’) (E + mec2 – E’) = E2 – 2EE’ cos θ + E’2 + me2 . 𝑐 4

E2 + Emec2 – EE’ + Emec2 + me2 . 𝑐 4 - E’ mec2 – EE’ – E’ mec2 + E’2 = E2 – 2EE’ cos θ + E’2
+ me2 . 𝑐 4

E2 + E’2 + 2Emec2 - 2E’mec2 + me2 . 𝑐 4 - 2EE’ = E2 – 2EE’ cos θ + E’2 + me2 . 𝑐 4

2 Emec2 – 2E’ mec2 – 2 EE’ = -2EE’ cos θ

Kemudian dipinsah ruaskan menjadi :

2 Emec2 – 2E’ mec2 – 2 EE’ + 2EE’ cos θ = 0

Emec2 – E’ mec2 – EE’ + EE’ cos θ = 0

Kemudian sama-sama dibagi dengan EE’, sehingga menjadi :

Eme c2 E′me c2 𝐸𝐸′ 𝐸𝐸′


- - + cos θ = 0
𝐸𝐸′ 𝐸𝐸′ 𝐸𝐸′ 𝐸𝐸′
1 1
mec2 - 𝐸 mec2- 1 cos θ = 0
𝐸′

Kemudian, dipindah ruaskan, menjadi :


1 1
(𝐸′ - 𝐸 ) . mec2 = 1 – cos θ

1 1 1
- = (1-cos θ) ....................................................................................................(6)
𝐸′ 𝐸 mec2

ℎ.𝑐
Kemudian, subsitusikan nilai E = dari persamaan 6
𝜆

1 1 1
ℎ.𝑐 - ℎ.𝑐 = (1-cos θ)
mec2
𝜆′ 𝜆

𝜆′ 𝜆 1
- = (1-cos θ)
ℎ.𝑐 ℎ.𝑐 mec2

1 1
(λ’ – λ ) = (1-cos θ)
ℎ.𝑐 𝑚𝑒𝑐 2

8
1
λ’ – λ = mec2
(1-cos θ)
1
ℎ𝑐

1
λ’ – λ = . hc (1-cos θ)
mec2


λ’ – λ = (1 – cos θ)..............................................................................(7)
mec

Dengan λ = panjang gelombang foton datang, dan λ’ = panjang gelombang foton hambur.

Besaran dikenal dengan panjang gelombang Compton yang memiliki nilai 0,002426 nm;
mec
namun perlu diingat bahwa ini bukanlah suatu panjang gelombang dalam artinya, melaikan
semata-mata suatu perubahan panjang gelombang. Persamaan 6 dan 7 memberikan
perubahan dalam energi atau panjang gelombang foton, sebagai fungsi dari sudut hamburan
θ.

C. Sejarah Panjang Gelombang de Broglie

Louis Victor duc De Broglie ( 1892 - 1987 ) adalah ahli fisika murni Perancis, penemu
sifat gelombang elektron, pengarang, guru besar, doctor, pemenang Hadiah Nobel, Anggota
Lembaga Ilmu Pengetahuan Perancis dan Inggris. Ia lahir di Dieppe, Perancis, pada tanggal
15 Agustus 1892 dan meninggal di Paris, Perancis pada tanggal 19 Maret 1987. Ia keturunan
orang bangsawan yang berkedudukan tinggi di Perancis. Broglie sebenarnya nama kota kecil
di Normandia. Kemudian nama ini berubah jadi nama keluarga. Sejak abad ke-17 dari
keluarga ini muncul tokoh-tokoh militer, politik dan diplomat terkenal.

Dalam buku pelajaran fisika De Broglie dipakai sebagai nama ahli fisika yang
mengajukan hipotesis, bahwa elektron bersifat gelombang. De Broglie hanya membuat
hepotesis atau teori. Ia tidak pernah dan tidak suka mengadakan eksperimen. Ia tidak pernah
membuktikan, bahwa elektron bersifat sebagai gelombang. Tapi karena kemudian ternyata
bahwa teorinya benar, maka pada tahun 1929 ia mendapat Hadiah Nobel untuk fisika.
Peristiwa itu membuktikan bahwa intuisi kadang-kadang berada di atas akal sehat dan
eksperimen. Bagaimana asal mulanya De Broglie menemukan hipotesis itu?.
Mula-mula De Broglie ingin jadi diplomat. Maka ia bersekolah dan kuliah di jurusan
sejarah. Pada umur 17 tahun ia berhasil mendapat gelar di bidang sejarah. Tapi tiba-tiba ia
mendengar tentang penemuan Max Planck dan Albert Einstein. Max Planck menemukan
foton. Einstein menemukan, bahwa massa sama dengan energi. Sejak itu De Broglie sangat
tertarik pada fisika. Maka pada umur 18 tahun ia masuk Universitas Sorbonne jurusan fisika
teori. Empat tahun kemudian pecah Perang Dunia I (1914 – 1918). De Broglie diangkat jadi

9
petugas radio di menara Eiffel. Di sini ia berhadapan langsung dengan gelombang radio.
Pikirannya penuh dengan pertanyaan tentang gelombang. Sesudah perang selesai, ia
melanjutkan kuliahnya.
Pada tahun 1923 A.H. Compton menemukan bahwa cahaya memiliki sifat kembar
sebagai gelombang dan sebagai partikel. Penemuan ini menyebabkan De Broglie berpikir
sebagai berikut, “Kalau cahaya bersifat gelombang dan partikel, maka partikelpun dapat
bersifat gelombang”. Pada tahun 1924 Louise de Broglie mengemukakan pendapatnya bahwa
: cahaya dapat berkelakuan seperti partikel, maka partikel pun seperti halnya electron
dapat berkelakuan seperti gelombang.

Untuk menguji hipotesis yang dilakukan oleh Louise de Broglie pada tahun 1927,
Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan G.P. Thomson di Inggris secara bebas
meyakinkan hipotesis Louise de Broglie dengan menunjukkan berkas elektron yang
terdifraksi bila berkas ini terhambur oleh kisi atom yang teratur dari suatu kristal. Davisson
dan Germer melakukan suatu eksperimen dengan menembakkan elektron berenergi rendah
yang telah diketahui tingkat energinya kemudian ditembakkan pada atom dari nikel yang
diletakkan dalam ruang hampa. Berdasarkan hasil pengamatan Davisson dan Germer
terhadap elektron-elektron yang terhambur ternyata dapat menunjukkan adanya gejala
interferensi dan difraksi. Dengan demikian hipotesis de Broglie yang menyatakan partikel
dapat berkelakuan sebagai gelombang adalah benar.

Pada tahun 1927 Davisson dan Germer memilih elektron sebagai partikel untuk
menguji hipotesa de Broglie. Untuk memperoleh pola difraksi diperlukan kisi-kisi yang lebar
celahnya kira-kira sama dengan panjang gelombang yang akan diuji. Sebab jika celah
terlampau lebar, tidak menimbulkan gangguan pada gelombang, dan jika kisi terlampau
sempit, pola-pola difraksi sukar teramati. Kisi-kisi yang tepat untuk memperoleh pola difraksi
gelombang elektron adalah kisi yang terjadi secara alamiah yakni celah-celah yang berada
antara deretan atom-atom kristal bahan padat, dalam hal ini dipergunakan kisi kristal nikel.
Hasil percobaan Davisson dan Germer menunjukkan bahwa elektron-elektron dapat
menimbulkan pola-pola difraksi. Kini tidak disangsikan lagi bahwa apa yang kita kenal
sebagai materi dapat pula menunjukkan sifat gelombang, tepat seperti yang diramalkan oleh
de Broglie.

10
Hipotesis de Broglie mendorong tafsiran bahwa gelombang elektron didifraksikan oleh
target sama seperti sinar X didifraksikan oleh bidang-bidang atom dalam kristal. Dari
beberapa percobaan yang dilakukan pada akhirnya terbukti bahwa eksperimen Davisson dan
Germer merupakan bukti langsung dari hipotesis de Broglie mengenai sifat gelombang benda
bergerak. Komplikasi lainnya timbul dari interferensi antara gelombang yang didifraksi oleh
keluarga lain dari bidang Bragg yang membatasi terjadinya maksimum dan minimum yang
menjadi hanya kombinasi tertentu dari energi elektron dan sudut datang sebagai pengganti
dari setiap kombinasi yang memenuhi persamaan Bragg : nλ = 2d sin θ

de Broglie menyatakan bahwa partikel-partikel seperti elektron, proton dan netron


mempunyai sifat dualisme, yakni gelombang dan partikel. Ide tersebut dinyatakan sebagai
berikut: “Suatu partikel yang bergerak dengan momentum p dikendalikan oleh suatu
gelombang yang panjang gelombangnya .

D. Persamaan Panjang Gelombang de Broglie

Panjang gelombang de Broglie :



λ=
𝑝

dengan, h adalah konstanta Plank, dan p adalah momentum. Misalkan yang ditinjau adalah
cahaya, berdasarkan panjang gelombang de Broglie, maka panjang gelombang cahaya :

λ= .
𝑝

Maka, untuk mencari dari mana persamaan diatas, maka kita mulai dengan persamaan umum
energi yaitu :
dE= F.dx
Persamaan umum gaya adalah :
𝑑𝑝
F=
𝑑𝑡
Maka, kita subsitusikan persamaannya menjadi :
dE= F.dx
𝑑𝑃
F=
𝑑𝑡
𝑑𝑥
dE = dp
𝑑𝑡
dE =dp.v

11
Maka,
ʃdE=ʃdp.v
E = pv
Energi yang ditinjau pada gelombang cahaya ,maka energi diatas adalah energi foton
dari gelombang cahaya. Salah satu keunikan cahaya adalah cahaya dapat disebut partikel dan
juga dapat disebut sebagai gelombang.
Mengapa cahaya dapat disebut partikel ? Karena, cahay terpancar dalam bentuk partikel-
partikel yang disebut foton.Foton tersebut membawa energi sebesar : E= n.h.f
Dengan n adalah banyaknya foton, h adalah konstanta Plank, dan f adalah frekuensi
foton. Lalu, mengapa cahaya juga disebut sebagai gelombang ? Karena, diantaranya cahaya
memiliki sifat-sifat sepeerti gelombang (dipantulkan,dibiaskan, berinterferensi,dan lain-lain).
Maka, energi yang dipakai ini adalah energi dari foton E=n.h.f
Namun, kita hanya meninjau satu foton saja, sehingga :
E = n.h.f
E = h.f
Maka,
E= p.v
h.f = p.v
𝑣
Dengan, frekuensi adalah = 𝜆

𝑣
h.( 𝜆) = p.v


=p
𝜆

Dikalikan silang menjadi :

h= λ.p

Maka,

λ=
𝑝

dimana, p =m.v.

12
BAB. III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Arthur Holly Compton adalah seorang fisikawan Amerika yang memenangkan Hadiah
Nobel dalam Fisika pada tahun 1927 atas sumbangannya dalam penemuan sebuah efek yang
dinamai menurut namanya (efek Compton).

Pada tahun 1922,ia menemukan bahwa jika seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah
elektron bebas yang diam, sinar-X akan mengalami perubahan panjang gelombang dimana
panjang gelombang sinar-X menjadi lebih besar. Gejala ini dikenal sebagai " Efek Compton "
atau " hamburan Compton ".

de Broglie menyatakan bahwa partikel-partikel seperti electron, proton dan netron


mempunyai sifet dualisme, yakni gelombang dan partikel. Ini adalah dasar dari asas saling
melengkapi yang mengatakan bahwa gambaran lengkap dari suatu kesatuan fisika seperti
foton atau elektron tidak dapat diungkapkan secara tersendiri dalam perilaku partikel saja
atau gelombang saja.

B. Saran

Diharapkan kepada pembaca dapat memahami secara mendalam tentang sejarah dari Efek
Compton, persamaan dari Efek Compton, sejarah panjang gelombang de Broglie dan
persamaan panjang gelombang de Broglie.

13

Anda mungkin juga menyukai