PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori cahaya sebagai gelombang pada awal abad ke-20 merupakan
pandangan dominan dalam pemahaman tentang sifat cahaya dan interaksinya
dengan materi. Cahaya dianggap sebagai gelombang elektromagnetik yang
dapat menjelaskan fenomena optik seperti difraksi dan interferensi. Namun,
munculnya fenomena efek fotolistrik yang tidak dapat dijelaskan dengan
pemahaman ini memicu perdebatan konseptual yang melatarbelakangi
dilakukannya eksperimen efek fotolistrik.
Percobaan efek fotolistrik diarahkan untuk mengatasi ketidaksesuaian
antara teori cahaya sebagai gelombang dan fenomena efek fotolistrik yang
diamati. Eksperimen ini dimotivasi oleh keinginan untuk memahami dengan
lebih mendalam sifat cahaya dan interaksi dengan materi. Pertanyaan
mendasar yang muncul adalah bagaimana cahaya, sebagai gelombang
elektromagnetik, dapat menyebabkan pelepasan elektron dari permukaan
logam.
Dalam upaya menjelaskan efek fotolistrik, Albert Einstein
memperkenalkan konsep bahwa cahaya juga memiliki sifat partikel. Ini
adalah dasar gagasan yang mengarah pada eksperimen efek fotolistrik yang
dilakukan oleh Einstein. Dengan menganggap cahaya sebagai partikel-
partikel diskret yang disebut foton, Einstein mencoba menjelaskan bagaimana
cahaya dapat mentransfer energi diskret ke elektron dalam materi dan
menyebabkan pelepasan elektron dari permukaan logam.
Eksperimen efek fotolistrik bertujuan untuk menguji dan memverifikasi
konsep bahwa cahaya memiliki sifat partikel dan dapat bertindak sebagai
entitas energi diskret yang disebut foton. Eksperimen efek fotolistrik juga
bertujuan untuk penentuan konstanta Planck yang merupakan salah satu
konstanta fundamental dalam fisika. Konstanta Planck, yang dinyatakan
sebagai h, merupakan faktor penghubung antara energi foton dengan
frekuensi cahaya. Dalam konteks efek fotolistrik, eksperimen ini
dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan mengamati hubungan antara
energi foton yang ditransfer dan frekuensi cahaya yang menyebabkan efek
fotolistrik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perilaku cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum?
2. Berapakah nilai konstanta Planck berdasarkan hasil eksperimen?
C. Tujuan Eksperimen
1. Mengamati perilaku cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum
2. Menentukan konstanta Planck
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Mahasiswa dapat mengetahui perilkau cahaya sebagai partikel
menurut teori kuantum
b. Mahasiswa mampu menentukan konstanta Planck
2. Manfaat Praktis
Eksperimen efek fotolistrik telah membuka jalan bagi
pengembangan fotodetektor yang digunakan dalam berbagai aplikasi,
seperti kamera digital, sensor cahaya, dan perangkat optoelektronik
lainnya. Fotodetektor mampu mendeteksi cahaya dengan sensitivitas
tinggi berdasarkan efek fotolistrik, di mana cahaya yang jatuh pada
permukaan detektor menyebabkan pelepasan elektron dan menghasilkan
sinyal listrik yang dapat diolah. Hal ini berkontribusi dalam
perkembangan teknologi komunikasi optik, bidang ilmu material, dan
berbagai aplikasi sensor cahaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Efek Fotolistik
Efek fotolistrik adalah suatu gejala terlepasnya elektron frekuensi
foton lebih dari frekuensi logam yang dikenai cahaya (Umma, 2017). Efek
fotolistrik telah diketahui sejak lama, dengan pengamatan awal dilakukan
oleh Hallwach pada tahun 1887. Ia mengamati bahwa pelat yang dilapisi
seng dan bermuatan negatif kehilangan muatannya ketika disinari dengan
sinar ultraviolet (Sutarno, 2017).
h W0
V s= v −
e e
Melakukan analisis grafik berdasarkan grafik yang telah diplot, yakni:
y=mx+c
Menghitung nilai konstanta planck berdasarkan hasil percobaan
dengan persamaan:
h=m. e
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Kegiatan 1 : Pengamatan Karakteristik Cahaya Menurut Teori Kuantum
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pengaruh Intensitas Terhadap Arus
Intensitas (lux) Arus (µA)
740 0,58
400 0,45
240 0,32
160 0,26
100 0,19
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Pengaruh Frekuensi Terhadap Arus
Jarak = 21 cm
Filter Intensitas (lux) Arus (µA)
Merah 720 0,16
Jingga 680 0,65
Kuning 620 0,84
Hijau 650 0,79
Biru 740 0,68
Frekuensi (Hz)
h W0
V 0= f −
e e
Berdasarkan plot grafik :
y=mx+c
y=0,4105 x −1,8846
Menentukan Konstanta Planck :
h
m=
e
h=m. e
0,4105 −19
h= 14
.(1,602 ×10 )
10
−14 −19
h=( 0,4105 ) .(10 ) .(1,602 ×10 )
−33
h=0,657621 ×10 Js
−34
h=6 , 58× 10 Js
| |
hteori−h praktikum
% diff = × 100 %
hteori +h praktikum
2
| |
6 ,63 × 10−34−6 ,58 ×10−34
% diff = ×100 %
6 , 63× 10−34 +6 , 58 ×10−34
2
% diff =0,189 %
C. Pembahasan
Efek fotolistrik adalah gejala terlepasnya elektron pada logam akibat
disinari cahaya, atau gelombang elektromagnetik pada umumnya. Pada
percobaan ini dilakukan 2 kegiatan yang bertujuan untuk mengamati perilaku
cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum dan menentukan konstanta
Planck, dengan menggunakan perangkat pengukuran konstanta Planck, filter
warna (merah, jingga, kuning, hijau dan biru), sumber cahaya, dan lux meter.
Pada kegiatan pertama yaitu dilakukan pengamatan pengaruh intensitas cahaya
terhadap kuat arus pada tiga intensitas cahaya yaitu pada keadaan V>Vs,
V<Vs, dan V=Vs. Terdapat perangkat pengukuran konstanta Planck (PC-101)
dan lima buah filter dengan warna diantaranya merah, jingga, kuning, hijau dan
biru dengan masing-masing panjang gelombang yang telah diketahui. Pada
kegiatan inidiketahui bahwa filter biru memiliki panjang gelombang (λ)
sebesar 460 nm, diatur sebagai variabel kontrol. Dari pengamatan yang
dilakukan telah dituliskan pada tabel 1 diperoleh bahwa arus terjadi pada saat
V<Vs namun tidak terlalu signifikan, sedangkan pada saat V>Vs atau V=Vs
tidak ada arus yang terbaca. Dapat disimpulkan bahwa intensitas cahaya tidak
berpengaruh terhadap kenaikan arus. Perubahan intensitas cahaya juga tidak
mempengaruhi besar tegangan penghentinya yang dimana secara tidak
langsung juga menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh intensitas cahaya
terhadap energi kinetik fotoelektron. Dalam fisika klasik cahaya dipandang
sebagai gelombang yang menyebar, menipis, dan menghilang sehingga energi
kinetik akan bertambah besar ketika intensitas cahaya juga diperbesar. Setelah
dilakukan pengamatan pada kegiatan satu ternyata instensitas cahaya tidak
berpengaruh terhadap energi kinetik. Energi kinetik hanya dipengaruhi oleh
frekuensinya saja menurut model kuantum.
Pada kegiatan kedua, dilakukan pengamatan terhadap pengaruh frekuensi
terhadap potensial penghenti. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa
semakin besar frekuensi yang diberikan maka semakin besar pula potensial
penghentinya. Berdasarkan hasil analisis grafik hubungan antara potensial
penghenti dengan frekuensi diperoleh nilai konstanta Planck sebesar 6,58 ×
−34
10 Js, sedangkan konstanta Planck secara teori sebesar 6.63 × 10-34 Js,
sehingga dapat diperoleh persentase perbedaan (% diff) sebesar 0,189 %.
Adapun perbedaan yang diperoleh antara nilai konstanta Planck secara teori
dan praktikum karena ketidaktelitian dalam pembacaan pada pengambilan data
dan ketidakfokusan pada saat pemberian berkas cahaya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil analisis data praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa cahaya berperilaku sebagai partikel yakni dalam bentuk paket-
paket energi yang disebut kuanta, energi paket-paket tersebut berupa
foton yang membawa energi sebesar hf. Ketika frekuensi cahaya yang
diberikan masih rendah, maka walaupun intensitas cahaya yang
diberikan maksimum, foton tidak memiliki cukup energi untuk
melepaskan elektron dari ikatannya. Tapi ketika frekuensi cahaya yang
diberikan lebih tinggi, maka walaupun terdapat hanya satu foton saja
(intensitas rendah) dengan energi yang cukup, foton tersebut mampu
untuk melepaskan satu elektron dari ikatannya. Intensitas cahaya
dinaikkan berarti akan semakin banyak jumlah foton yang dilepaskan,
akibatnya semakin banyak elektron yang akan lepas.
2. Untuk menentukan konstanta Planck, kita dapat menggunakan
kemiringan dari grafik tegangan penghenti terhadap frekuensinya. Nilai
konstanta Planck yang dihasilkan berdasarkan Percobaan ialah sebesar
h = 6,58×10-34 J.s
B. Saran
Sebagai seorang praktikan, sangat penting untuk mengoperasikan
alat dengan hati-hati agar tidak merusaknya. Untuk melakukannya,
pertama-tama perlu membaca petunjuk penggunaan alat dengan teliti
sebelum menggunakannya.Pastikan alat dalam kondisi baik dan tidak ada
kerusakan sebelum digunakan. Selain itu, menjaga kebersihan dan
keamanan lingkungan sekitar alat juga penting untuk mencegah kerusakan.
Setelah selesai menggunakan alat, pastikan untuk mematikannya
dengan benar dan mengembalikannya ke tempat semula. Pastikan juga
untuk mengikuti prosedur perawatan dan pemeliharaan alat yang diberikan
oleh petugas laboratorium atau produsen alat. Dengan melakukan hal ini,
praktikan dapat membantu mencegah kerusakan pada alat, memastikan
keamanan dalam melakukan eksperimen, dan memperpanjang umur alat
sehingga dapat menghemat biaya perbaikan atau penggantian alat.
Untuk praktikan selanjutnya agar lebih teliti dan hati-hati dalam
memutar knob pengatur arus pada alat yang digunakan agar dan
memastikan arus yang terbaca pada perangkat praktikum sudah tepat
sebelum melakukan pengukuran potensial henti hingga nilai konstanta
Plank yang akan ditentukan tidak terlalu jauh dari teori.
DAFTAR PUSTAKA
Bibi. M., & Imam. S. (2017). Percobaan Efek Fotolistrik Berbasis Mikrokontroller
Dengan LED RGB Sebagai Sumber Cahaya. Jurnal Inovasi Fisika
Indonesia, 6, 90-96.
Nurlina, S. M. (2017). Fisika Kuantum. (M. F. S, Penyunt.) Makassar: LPP
Unismuh Makassar.
Ramlan, & A. Aminuddin B. (1999). Menentukan Fungsi Kerja Dan Frekuensi
Ambang Material Katoda Melalui Percobaan Efek Fotolistrik. Jurnal
Penelitian Sains, 18-26.
Suliyanah, & Lydia Rohmawati. (2019). Panduan Praktikum Fisika Modern (1
ed.). Surabaya: JDS.
Sutarno, Erwin, & Muhammad Syaipul Hayat. (2017). Radiasi Benda Hitam dan
Efek Fotolistrik Sebagai Konsep Kunci Revolusi Sintifik Dalam
Perkembangan Teori Kuantum Cahay. Jurnal Ilmiah Multi Science, IX, 51-
58.