Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Percobaan sistem pengkondisi sinyal dengan penguat op-amp adalah suatu
upaya untuk mengoptimalkan sinyal input sebelum diproses lebih lanjut oleh
sistem elektronik yang kompleks. Dalam banyak aplikasi, sinyal input sering
kali memiliki masalah seperti amplitudo yang lemah, noise, atau impedansi
yang tidak sesuai. Oleh karena itu, penguat op-amp digunakan untuk
memperbaiki karakteristik sinyal input agar sesuai dengan kebutuhan sistem.
Penguat op-amp memiliki kemampuan yang sangat berguna dalam pengolahan
sinyal. Penguat tersebut mampu memperkuat sinyal dengan penguatan yang
tinggi, memiliki impedansi input yang tinggi, dan impedansi output yang
rendah. Dalam percobaan ini, penguat op-amp digunakan untuk meningkatkan
amplitudo sinyal input yang lemah atau terkontaminasi oleh noise, sehingga
menghasilkan sinyal dengan amplitudo yang memadai dan tingkat noise yang
rendah.
Selain itu, penggunaan penguat op-amp dalam percobaan ini juga
membantu dalam menyesuaikan impedansi antara sumber sinyal dan sistem
elektronik yang digunakan. Ketika impedansi sinyal input tidak cocok dengan
impedansi sistem, dapat terjadi gangguan atau kehilangan sinyal. Oleh karena
itu, penguat op-amp berperan sebagai buffer atau pengubah impedansi untuk
menyamakan impedansi sumber dan sistem, sehingga mencegah terjadinya
gangguan atau distorsi sinyal.
Percobaan ini juga melibatkan penggunaan rangkaian filter yang
menggunakan penguat op-amp sebagai komponen utama. Rangkaian filter
digunakan untuk menghilangkan komponen frekuensi yang tidak diinginkan
dalam sinyal input, seperti noise atau gangguan frekuensi tinggi. Dengan
menggunakan penguat op-amp, rangkaian filter aktif dapat dirancang dengan
efektif untuk mereduksi komponen frekuensi yang tidak diinginkan dan
meningkatkan kualitas sinyal output.
Selain memberikan pemahaman tentang penguat op-amp, percobaan ini
juga membantu dalam mengembangkan keterampilan praktis dalam
merancang dan merakit rangkaian elektronik. Percobaan ini melibatkan
pemilihan komponen yang tepat, perakitan rangkaian, pengukuran sinyal input
dan output, serta analisis hasil yang diperoleh. Hal ini memberikan pengalaman
langsung dalam menghadapi situasi nyata dalam pengembangan sistem
elektronik.
Secara keseluruhan, percobaan sistem pengkondisi sinyal dengan penguat
op-amp bertujuan untuk meningkatkan kualitas sinyal, menghilangkan noise,
menyesuaikan impedansi, dan melakukan penyesuaian level tegangan dalam
sistem elektronik. Melalui percobaan ini, peserta percobaan dapat memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang penggunaan penguat op-amp dan
mengembangkan keterampilan dalam merancang rangkaian elektronik yang
efektif dan inovatif.
B. Tujuan Praktikum
1. Memahami prinsip kerja dan konfigurasi sebuah IC Penguat Operasional.
2. Menggunakan Op-Amp sebagai penguat sinyal
3. Menentukan besar penguatan sinyal berdasarkan percobaan
C. Manfaat Praktikum
1. Manfaat Teoritis
a. Mahasiswa mampu memahami prinsip kerja dan konfigurasi IC
Penguat Operasional
b. Mahasiwa mampu menggunakan Op- Amp sebagai penguat sinyal
c. Mahasiswa mampu menentukan besar penguatan sinyal berdasarkan
percobaan
2. Manfaat Praktis
Dengan menggunakan penguat op-amp, percobaan ini
memungkinkan peningkatan kualitas sinyal input. Sinyal yang awalnya
memiliki amplitudo yang lemah atau terkontaminasi oleh noise dapat
ditingkatkan menjadi sinyal yang memiliki amplitudo yang memadai dan
tingkat noise yang rendah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Op-Amp (Operational Amplifier)


Sejak tahun 1960, telah ada perkembangan dalam pengembangan
rangkaian terpadu (IC) luar. Awalnya, pengembangan tersebut dilakukan pada
"chip" silikon tunggal yang terdiri dari susunan transistor, dioda sebagai
penguat beda, dan pasangan Darlington. Pada tahun 1963, perusahaan
semikonduktor Fairchild memperkenalkan IC OP-AMP pertama, yaitu µA 702.
IC ini merupakan pengembangan yang berbeda dari IC OP-AMP sebelumnya.
Salah satu perbedaannya adalah penggunaan tegangan sumber (catu daya) yang
tidak simetris, yaitu +UCC = +12 V dan -UEE = -6 V. Selain itu, resistor input
pada IC ini memiliki nilai yang sangat rendah, yaitu 40 KW, dan memiliki gain
tegangan sebesar 3600 V/V (Nuryanto, 2017).
IC tipe µA702 tidak mendapatkan respons positif dari industri lain karena
tidak memiliki sifat universal. Pada tahun 1965, Fairchild memperkenalkan IC
MA709 sebagai pengembangan lanjutan yang menjadi pesaing bagi µA702.
µA709 memiliki banyak kekhususan, termasuk tegangan sumber yang simetris
dengan +UCC = 15 V dan -UEE = -15 V, resistansi input yang lebih tinggi
sebesar 400 KW, dan gain tegangan yang lebih tinggi sebesar 45.000 V/V. IC
µA709 merupakan salah satu IC linear pertama yang sangat baik pada
masanya, dan ia tidak terlupakan dalam sejarah sebagai generasi pertama dari
OP-AMP. Motorola juga menghasilkan generasi pertama OP-AMP mereka
yang dikenal sebagai MC1537 (Nuryanto, 2017).

Gambar 2.2 Bentuk Op-Amp741 (1968)


(Sumber : https://www.google.com/imgres?imgurl= lm741-741-ua741)
Op-Amp yang merupakan kependekan dari Operational Amplifier,
adalah salah satu jenis IC Linear yang berfungsi sebagai penguat sinyal listrik.
Komponen Op-Amp terdiri dari transistor, dioda, resistor, dan kapasitor yang
saling terhubung dan terintegrasi sehingga mampu memberikan penguatan
yang tinggi pada rentang frekuensi yang luas. Op-Amp atau Operational
Amplifier sering disebut sebagai Penguat Operasional. Umumnya Op-Amp
dikemas dalam bentuk IC yang dapat terdiri dari satu rangkaian Op-Amp saja
atau beberapa rangkaian Op-Amp dalam satu chip (Ahmad, 2021).

Gambar 2.2 Simbol dan bentuk Op-Amp


(Sumber: Ahmad, 2021)
B. Karakteristik Op-Amp
Faktor penguatan atau gain pada Op-Amp umumnya ditentukan oleh
resistor eksternal yang terhubung antara output dan input pembalik (inverting
input). Konfigurasi ini, yang menggunakan umpan balik negatif, sering disebut
sebagai konfigurasi lingkar tertutup atau closed-loop configuration. Umpan
balik negatif tersebut akan mengurangi penguatan atau gain dan menghasilkan
penguatan yang dapat diukur dan dikendalikan (Ahmad, 2021). Tujuan
pengurangan gain ini adalah untuk menghindari kelebihan noise dan respon
yang tidak diinginkan. Sementara itu, pada konfigurasi lingkar terbuka atau
open-loop configuration, penguatan Op-Amp memiliki nilai yang hampir tak
terhingga (∞), sehingga tegangan output mendekati atau sama dengan tegangan
Vcc. Konfigurasi ini umumnya tidak digunakan dalam aplikasi praktis karena
penguatan yang sangat besar dapat mengakibatkan respon yang tidak stabil dan
tidak diinginkan. Dengan menggunakan konfigurasi lingkar tertutup,
penguatan Op-Amp dapat diatur sesuai kebutuhan dengan memilih resistor
eksternal yang tepat ( Ahmad, 2021).
Gambar 2.3 Konfigurasi Op-Amp (Close Loop and Open Loop )
(Sumber : Ahmad, 2021)
C. Inverting dan Non Inverting
Salah satu fungsi Op- Amp yang paling banyak dipergunakan adalah
sebagai Amplifier (penguat). Dimana dalam menentukan besaran penguatan
yang diberikan oleh Op-Amp dapat ditentukan dengan membandingkan atau
merasiokan tegangan keluar dan teganga input pada rangkaian Op-Amp.
Secara umum Op-Amp memiliki dua kategori yakni inverting (Penguat
pembalik) dan non inverting (penguat tak pembalik) (Nugraha, 2020: 5).
Secara mendasar Inverting dan non inverting dari segi rangkaian dapat
dibedakan dan diidentifikasi dengan mudah. Pneguat membalik (inverting
amplifier) sinyal input dikenakan pada input negatif. Sedangkan penguat tak
pembalik (Non inverting amplifier) sinyal input diekanakan pada input positif
(noninverting input terminal) (Nugraha, 2020: 6).
1. Inverting Amplifier (Penguat Pembalik )
Sebuah rangkaian Op-Amp dasar yang memberikan penguatan
tegangan dengan polaritas yang dibalik, disebut sebagai Inverting Voltage
Amplifier, ditunjukkan dalam Gambar 2.4. Rangkaian ini memiliki
kegunaan yang sangat penting dan juga merupakan dasar bagi rangkaian
Op-Amp lainnya. Dari gambar rangkaian tersebut, dapat dilihat bahwa
rangkaian ini adalah rangkaian umpan balik karena resistor R2
menyediakan jalur umpan balik dari output ke input Op-Amp. Jenis umpan
balik yang digunakan adalah umpan balik negatif karena sinyal umpan
balik dihubungkan ke terminal pembalik ( Nuryanto, 2017).
Gambar 2.4 Penguat Tegangan Pembalik (Inverting)
( Sumber : Nuryanto, 2017 )
Secara prinsip, sebuah penguat operasional (operational amplifier) ideal
memiliki impedansi masukan yang sangat besar sehingga dapat dianggap
sebagai impedansi masukan tak terhingga (infinite input impedance).
Kondisi ini menyebabkan tidak ada arus yang mengalir melalui masukan
membalik (inverting input) pada penguat operasional. Dalam keadaan ini,
tegangan jatuh antara masukan membalik dan masukan tak membalik
menjadi 0 Volt. Hal ini menunjukkan bahwa tegangan pada masukan
membalik memiliki nilai 0 Volt karena masukan tak membalik (non-
inverting input) terhubung ke ground atau referensi netral. Kondisi ini juga
dikenal sebagai pentanahan semu (Virtual Earth/ Ground) pada masukan
membalik (Nuryanto, 2017).
Menentukan tegangan outpout 𝑉𝑜𝑢𝑡 :
𝑅
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − 𝑅2 𝑉𝑖 .....................................................(2.1)
1

Kemudian unutk menentukan penguatannya dapat ditentukan dengan


mebandingkan antara 𝑅2 dan 𝑅1 , yaitu :
𝑉0 𝑅
𝐴𝑣 = − = − 2................................................(2.2)
𝑉𝑖 𝑅1

Tanda negatif pada penguatan menunjukkan bahwa keluaran Op-Amp


adalah pembalikan dari masukan. Sebagai contoh, jika nilai resistor R2
adalah 100K Ω dan R1 adalah 1K Ω, maka nilai penguatan dapat dihitung
sebagai -100KΩ / 1K Ω, yang hasilnya adalah -100 ( Nuryanto, 2017 ).
2. Non Inverting Amplifier ( Penguat Tak Pembalik )

Gambar 2.5 Penguat Tak Pembalik (Non Inverting)


(Sumber : Rangkaian Elektronika Operational Amplifier , 2020: 32 )
Menurut Nugraha (2020) rangkaian penguat tak pembalik diatas
memiliki penguatan sebesar:
𝑅𝑓
𝐴= + 1..............................................(2.3)
𝑅1

Selain penentuan penguatan, kita juga dapat menentukan seberapa besar


tegangan output dari pengutan tak pembalik tersebut :
𝑅2
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑖𝑛 (1 + )............................................(2.4)
𝑅1

Dengan 𝑉𝑜𝑢𝑡 adalah tegangan keluar dengan satuan Volt, 𝑉𝑖𝑛 merupakan
tegangan masuk dengan satuan volt, sedangkan 𝑅1 𝑑𝑎𝑛 𝑅2 adalah resistor
yang digunakan dengan satuan ohm ( Nuryanto, 2017 ).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Identifikasi Variabel
1. Variabel Terukur : Tegangan input Vin (Volt), dan hambatan R (kΩ).
2. Variabel Terhitung : Teganagn output Vout (Volt).
B. Definisi Operasional Variabel
a. Tegangan input (Vin) merupakan besarnya nilai beda potensial yang
diberikan pada rangkaian dengan nilai tegangan input di ukur melalui
rangkaian pada multisim dengan satuan volt (V).
b. Hambatan (R) merupakan besarnya nilai hambatan yang digunakan pada
rangkaian dengan nilai hambatan dapat dilihat pada rangkaian dengan
satuan kilo Ohm (kΩ).
c. Teganagn output (Vout) merupakan besarnya nilai beda potensial yang
dihasilkan pada rangkaian dengan nilai tegangan output di ukur melalui
rangkaian pada multisim dengan satuan volt (V).
C. Alat dan Bahan
1. Laptop 1 buah
2. Software simulator multisim live 2 rangkaian
D. Prosedur kerja
Kegiatan 1. Inverting Mode
1. Disiapkan laptop yang telah terhubung dengan software simulator multisim
live

Gambar 3.1 Rangkaian Inverting mode


(Sumber: Praktikum Instrumentasi)
2. Dibuatkan skema inverting mode seperti pada gambar 3.1
3. Ditentukan spesifikasi pada masing-masing komponen dan anotasi pada
bagian tegangan input dan tegangan output, dengan V1 = 0,8 Volt; V2 = 0,4
Volt; V3 = - 0,2 Volt; R1 = 5 kΩ; R2 = 3 kΩ; R3 = 1 kΩ; Rf = 10 kΩ
4. Dijalankan simulasi dan ditampilkan kurva nilai tegangan. Kemudian klik
tombol pouse agar dapat diketahui nilai tegangan output
5. Dicatat nilai puncak gelombang yang paling besar sebagai nilai tegangan
output
6. Diulang langkah 4 dan 5 untuk nilai spesifikasi frekuensi dengan kelipatan
100 Hz, kelipatan 1 kHz hingga 100 kHz, kelipatan 100 kHz, kelipatan 1
MHz, kelipatan 10 MHz, hingga 100 MHz.
Kegiatan 2. Non-Inverting Mode
1. Disiapkan laptop yang telah terhubung dengan software simulator multisim
live
2. Duatkan skema inverting mode seperti pada gambar 3.2

Gambar 3.2 Rangkaian Non-inverting mode


(Sumber: Praktikum Instrumentasi)
3. Ditentukan spesifikasi pada masing-masing komponen dan anotasi pada
bagian tegangan input dan tegangan output, dengan V1 = 0,2 Volt; V2 = 0,4
Volt; R1 =1kΩ; R2 = 2,7 kΩ; RA = 10 kΩ; RB = 5,1 kΩ
4. Dijalankan simulasi dan ditampilkan kurva nilai tegangan. Kemudian klik
tombol pouse agar dapat diketahui nilai tegangan output
5. Dicatat nilai puncak gelombang yang paling besar sebagai nilai tegangan
output
6. Diulang langkah 4 dan 5 untuk nilai spesifikasi frekuensi dengan kelipatan
100 Hz, kelipatan 1 kHz hingga 100 kHz, kelipatan 100 kHz, kelipatan 1
MHz, kelipatan 10 MHz, hingga 100 MHz.
E. Teknik Analisis Data
Kegiatan 1. Inverting Mode
1. Dihitung nilai 𝑉𝑜𝑢𝑡 secara teori pada rangkaian Inverting Mode
𝑅 𝑅 𝑅
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − (𝑅𝑓 𝑉1 + 𝑅𝑓 𝑉2 + 𝑅𝑓 𝑉3 )......................................................... (3.1)
1 2 3

2. Dihitung nilai 𝑉𝑜𝑢𝑡 secara praktikum dengan melihat pada tabel hasil
pengamatan
3. Dihitung nilai perbandingan Av secara teori dengan Av secara praktikum
𝐴𝑉𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝐴𝑉𝑝𝑟𝑎𝑘.
%diff = | 𝐴𝑉 + 𝐴𝑉 | 100% ......................................................... (3.2)
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘.
2

4. Dihitung faktor penguatan pada rangkaian Inverting Mode pada setiap


tegangan yang diberikan
𝑅
𝐴𝑉𝑛 = 𝑅𝑓 ................................................................................................(3.3)
𝑛

Kegiatan 2. Non-Inverting Mode


1. Dihitung nilai 𝑉𝑜𝑢𝑡 secara teori pada rangkaian Non-Inverting Mode
𝑅 𝑅2 𝑅1
𝑉𝑜𝑢𝑡 = (1 + 𝑅𝐴 ) (𝑅 𝑉2 + 𝑅 𝑉1 )................................................ (3.4)
𝐵 1 +𝑅2 1 +𝑅2

2. Dihitung nilai 𝑉𝑜𝑢𝑡 secara praktikum dengan melihat pada tabel hasil
pengamatan
3. Dihitung nilai perbandingan Av secara teori dengan Av secara praktikum
𝐴𝑉 − 𝐴𝑉𝑝𝑟𝑎𝑘.
%diff = | 𝐴𝑉𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 + 𝐴𝑉 | 100%...........................................................(3.5)
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘.
2

4. Dihitung faktor penguatan pada rangkaian Inverting Mode pada setiap


tegangan yang diberikan
𝑅
𝐴𝑉𝑛 = 𝑅𝑓 + 1.........................................................................................(3.6)
𝑛
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Kegiatan 1. Penguat Membalik (Inverting)
V1 = 0,8 volt ; V2 = 0,4 volt ; V3 = -0,2 volt
R1 = 5 kΩ ; R2 = 3 kΩ ; R3 = 1 kΩ ; Rf = 10 kΩ
Tabel 5.1 Penguat Penjumlahan Mode Inverting
No. Frekuensi, f (Hz) Vout (volt)
1. 100 0,93185
2. 200 0,93185
3. 300 0,93185
4. 400 0,93185
5. 500 0,93185
6. 600 0,93185
7. 700 0,93185
8. 800 0,93295
9. 900 0,93318
10. 1.000 0,93319
11. 2.000 0,93314
12. 3.000 0,93012
13. 4.000 0,93238
14. 5.000 0,93318
15. 6.000 0,93149
16. 7.000 0,92963
17. 8.000 0,92925
18. 9.000 0,93138
19. 10.000 0,93236
20. 20.000 0,93111
21. 30.000 0,93046
22. 40.000 0,93256
23. 50.000 0,93297
24. 60.000 0,93313
25. 70.000 0,93320
26. 80.000 0,93312
27. 90.000 0,93303
28. 100.000 0,93296
29. 200.000 0,93176
30. 300.000 0,93050
31. 400.000 0,92984
32. 500.000 0,92884
33. 600.000 0,92756
34. 700.000 0,92602
35. 800.000 0,92424
36. 900.000 0,92213
37. 1.000.000 0,91935
38. 2.000.000 0,88652
39. 3.000.000 0,83727
40. 4.000.000 0,77894
41. 5.000.000 0,71866
42. 6.000.000 0,66419
43. 7.000.000 0,61287
44. 8.000.000 0,56569
45. 9.000.000 0,52330
46. 10.000.000 0,48553
47. 20.000.000 0,27206
48. 30.000.000 0,18587
49. 40.000.000 0,14061
50. 50.000.000 0,11294
51. 60.000.000 0,09427
52. 70.000.000 0,08086
53. 80.000.000 0,07077
54. 90.000.000 0,06290
55. 100.000.000 0,05422
Kegiatan 2. Penguat tak-membalik (Non-Inverting)
V1 = 0,2 volt ; V2 = 0,4 volt
R1 = 1 kΩ ; R2 = 2,7 kΩ ; RA = 10 kΩ ; RB = 5,1 kΩ
Tabel 5.2 Penguat penjumlahan mode Non-Inverting
No. Frekuensi, f (Hz) Vout (volt)
1. 100 0,75105
2. 200 0,75105
3. 300 0,75105
4. 400 0,75105
5. 500 0,75105
6. 600 0,75105
7. 700 0,75105
8. 800 0,75105
9. 900 0,75105
10. 1.000 0,75105
11. 2.000 0,75105
12. 3.000 0,75106
13. 4.000 0,75106
14. 5.000 0,75214
15. 6.000 0,75161
16. 7.000 0,74957
17. 8.000 0,74980
18. 9.000 0,75145
19. 10.000 0,75196
20. 20.000 0,75007
21. 30.000 0,75164
22. 40.000 0,74895
23. 50.000 0,75075
24. 60.000 0,75181
25. 70.000 0,75210
26. 80.000 0,75219
27. 90.000 0,75186
28. 100.000 0,75128
29. 200.000 0,75132
30. 300.000 0,75199
31. 400.000 0,75213
32. 500.000 0,75200
33. 600.000 0,75184
34. 700.000 0,75145
35. 800.000 0,75120
36. 900.000 0,75106
37. 1.000.000 0,75101
38. 2.000.000 0,74962
39. 3.000.000 0,74822
40. 4.000.000 0,74601
41. 5.000.000 0,74309
42. 6.000.000 0,73874
43. 7.000.000 0,73346
44. 8.000.000 0,72905
45. 9.000.000 0,72506
46. 10.000.000 0,71946
47. 20.000.000 0,64630
48. 30.000.000 0,56023
49. 40.000.000 0,48247
50. 50.000.000 0,41956
51. 60.000.000 0,36774
52. 70.000.000 0,32524
53. 80.000.000 0,29044
54. 90.000.000 0,26223
55. 100.000.000 0,23911
B. Analisis Data
Kegiatan 1. Penguat Pembalik ( Inverting Mode )
𝑉1 = 0,8 𝑉𝑜𝑙𝑡 𝑅1 = 5 𝑘Ω
𝑉2 = 0,4 𝑉𝑜𝑙𝑡 𝑅2 = 3 𝑘Ω
𝑉3 = −0,2 𝑉𝑜𝑙𝑡 𝑅3 = 1 𝑘Ω
𝑅𝑓 = 10 𝑘Ω
𝑓 = 100 𝐻𝑧
a. Secara teori
𝑅𝑓 𝑅𝑓 𝑅𝑓
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − ( 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 )
𝑅1 𝑅2 𝑅3
10 𝑘Ω 10 𝑘Ω 10 𝑘Ω
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − ( 0,8 𝑉 + 0,4 𝑉 + (−0,2𝑉))
5 𝑘Ω 3 𝑘Ω 1 𝑘Ω
𝑉𝑜𝑢𝑡 = −0,93333 𝑉
b. Secara Praktikum
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,93185 𝑉
c. Persentase Perbedaan (%diff)

𝑉𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑉𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
%𝑑𝑖𝑓𝑓 = | | × 100%
𝑉𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 + 𝑉𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
2

−0,93333 − (−0,93185)
%𝑑𝑖𝑓𝑓 = | | × 100%
−0,93333 + (−0,93185)
2
%𝑑𝑖𝑓𝑓 = 0,0397 %
d. Fungsi Penguatan
𝑅𝑓 10 𝑘Ω
𝐴𝑉1 = = = 2 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅1 5 𝑘Ω
𝑅𝑓 10 𝑘Ω
𝐴𝑉2 = = = 3,33 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅2 3 𝑘Ω
𝑅𝑓 10 𝑘Ω
𝐴𝑉3 = = = 10 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅3 1 𝑘Ω
Kegiatan 2. Penguat Tak Pembalik (Non- Inverting Mode)
𝑉1 = 0,2 𝑉 𝑅1 = 1 𝑘Ω
𝑉2 = 0,4 𝑉 𝑅2 = 2,7 𝑘Ω
𝑅𝐴 = 10 𝑘Ω
𝑅𝐵 = 5,1 𝑘Ω
𝑅𝑓 = 10 𝑘Ω
𝑓 = 100 𝐻𝑧
a. Secara teori
𝑅𝐴 𝑅2 𝑅1
𝑉𝑜𝑢𝑡 = (1 + )( 𝑉2 + 𝑉)
𝑅𝐵 𝑅1 + 𝑅2 𝑅1 + 𝑅2 1
10 𝑘Ω 2,7 𝑘Ω 1 𝑘Ω
𝑉𝑜𝑢𝑡 = (1 + 5,1 𝑘Ω) (1 𝑘Ω+2,7 𝑘Ω 0,4 𝑉 + 1 𝑘Ω+2,7 𝑘Ω 0,2 𝑉)

𝑉𝑜𝑢𝑡 = 1,024 𝑉
b. Secara Praktikum
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,75105 𝑉
c. Persentase Perbedaan (%diff)

𝑉𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑉𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
%𝑑𝑖𝑓𝑓 = | | × 100%
𝑉𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 + 𝑉𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
2

1,024 − 0,75105
%𝑑𝑖𝑓𝑓 = | | × 100%
1,024 + 0,75105
2
%𝑑𝑖𝑓𝑓 = 7,694 %
d. Fungsi Penguatan
𝑅𝑓 10 𝑘Ω
𝐴𝑉1 = +1= + 1 = 11 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅1 1 𝑘Ω
𝑅𝑓 10 𝑘Ω
𝐴𝑉2 = +1= + 1 = 4,703 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅2 2,7 𝑘Ω
C. Pembahasan
Penguat Operasional atau Operational Amplifier (biasa dikenal dengan
Op-Amp) merupakan sebuah komponen elektronika yang tersusun dari
resistor, dioda, dan transistor. Penyusunan dari Op-Amp tersebut disusun dalam
sebuah rangkaian yang terintegrasi atau yang biasa dikenal dengan Integrated
Circuit (IC) yang biasa digunakan sebagai penguat tinggi yang
terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input, yaitu inverting dan
non-inverting.
Prinsip kerja Operasional Amplifier (Op-Amp) adalah perbandingan nilai
input inverting dan non-inverting. Apabila kedua input bernilai sama maka
tegangan keluaran tidak sama dengan nol dan apabila terdapat perbedaan pada
nilai tegangan input dari keduanya maka output Op-amp akan memberikan
tegangan output. Pada konfigurasi Op-Amp ialah ketika tegangan input lebih
besar dari tegangan pembanding maka output dari rangkaian akan sama dengan
tegangan sumber positif Op-Amp dan ketika tegangan input lebih kecil dari
tegangan referensi maka keluaran Op-Amp akan sama dengan tegangan
sumber negatif Op-Amp.
Pada kegiatan pertama, yakni percobaan pada penguat pembalik
(Inverting Mode) digunakan 3 buah tegangan masing-masing V1 = 0,8 volt ; V2
= 0,4 volt ; V3 = -0,2 volt dan 4 buah resistor masing-masing R1 = 5 kΩ ; R2 =
3 kΩ ; R3 = 1 kΩ ; Rf = 10 kΩ. Dalam kegiatan pertama ini, dilakukan
perubahan pada frekuensi dari100Hz hingga 100MHz. Berdasarkan analisis
data diperoleh nilai dari tegangan keluar (𝑉𝑜𝑢𝑡 ) untuk teori sebesar 𝑉𝑜𝑢𝑡 =
0,93185 𝑉. Sementara berdasarkan praktikum dengan menggunakan software
Multisim Live pada f = 100 Hz, diperoleh nilai tegangan keluar (𝑉𝑜𝑢𝑡 ) sebesar
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,93185. Karena salah satu tegangan yang dimasukkan bernilai negatif
pada tegangan ketiga yakni 𝑉3 = −0,2 𝑉, sehingga komponen tegangan AC
pada rangkain harus disesuaikan dengan membalik kutubnya. Karena hal
tersebut, pada analisis data tegangan keluar harus bernilai negatif juga. Setelah
dilakukan perhitungan diperoleh persentase perbedaan (%diff) tegangan keluar
secara teori dan praktikum sebesar %diff = 0,0397% hal tersebut
mengindikasikan bahwa tegangan keluar yang diperoeh secara teori dan
praktikum cukup sesuai. Selain itu juga diperoleh faktor atau nilai penguatan
yakni 𝐴𝑉1 = 2 𝑘𝑎𝑙𝑖, 𝐴𝑉2 = 3,33 𝑘𝑎𝑙𝑖, 𝑑𝑎𝑛 𝐴𝑉3 = 10 𝑘𝑎𝑙𝑖.
Pada kegiatan kedua yakni percobaan penguat tak pembalik (Non-
Inverting Mode) digunakan 2 buah tegangan masing – masing sebesar V1 = 0,2
volt ; V2 = 0,4 volt dan 4 buah resistor masing – masing R1 = 1 kΩ ; R2 = 2,7
kΩ ; RA = 10 kΩ ; RB = 5,1 kΩ. Dalam percobaan menggunakan penguat tak
pembalik ini dilakukan perubahan frekuensi dari 100 Hz hingga 100MHz.
Berdasarkan analisis data diperoleh nilai dari tegangan keluar (𝑉𝑜𝑢𝑡 ) untuk
teori sebesar 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 1,024 𝑉. Sementara berdasarkan praktikum dengan
menggunakan software Multisim Live pada f = 100 Hz, diperoleh nilai
tegangan keluar (𝑉𝑜𝑢𝑡 ) sebesar 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,75105 𝑉. Setelah dilakukan
perhitungan diperoleh persentase perbedaan (%diff) tegangan keluar secara
teori dan praktikum sebesar %diff = 7,694% hal tersebut mengindikasikan
bahwa tegangan keluar yang diperoeh secara teori dan praktikum belum cukup
sesuai. Hal ini bisa saja disebabkan karena kesalahan dalam menentukan
puncak gelombang pada grafik yang terbentuk sehingga mempengaruhi nilai
tegangan keluar secara praktikum.
Selain itu, juga diperoleh besar faktor / nilai penguatan untuk penguat tak
pembalik (Non -Inverting Mode) sebesar 𝐴𝑉1 = 11 𝑘𝑎𝑙𝑖, 𝑑𝑎𝑛 𝐴𝑉2 = 4,7 𝑘𝑎𝑙𝑖.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Prinsip kerja Op-Amp adalah perbandingan nilai input inverting dan non-
inverting. Apabila kedua input bernilai sama maka Vout ≠ 0 (nol) dan
apabila terdapat perbedaan nilai input keduanya maka output Op-amp akan
memberikan tegangan output. Pada konfigurasi Op-Amp adalah ketika
tegangan input lebih besar dari tegangan pembanding maka output dari
rangkaian akan sama dengan tegangan sumber positif dan ketika tegangan
input lebih kecil dari tegangan referensi maka keluaran Op-Amp akan
sama dengan tegangan sumber negatif.
2. Op-Amp merupakan suatu penguat tinggi yang terintegrasi dalam sebuah
chip IC yang memiliki dua input, yaitu inverting dan non-inverting.
3. Nilai penguatan sinyal yang diperoleh berdasarkan analisis data untuk
penguat pembalik (Inverting Mode) adalah 𝐴𝑉1 = 2 𝑘𝑎𝑙𝑖, 𝐴𝑉2 =
3,33 𝑘𝑎𝑙𝑖, 𝐴𝑉3 = 10 𝑘𝑎𝑙𝑖. Sedangkan pada penguat tak pembalik (Non
Inverting Mode) adalah 𝐴𝑉1 = 11 𝑘𝑎𝑙𝑖, 𝑑𝑎𝑛 𝐴𝑉2 = 4,7 𝑘𝑎𝑙𝑖.
B. Saran
1. Untuk Asisten Sudah dengan baik dalam membimbing selama proses
respon, praktikum dan pemberian analisis.
2. Untuk Laboran: Digunakan multisim.com untuk mengatasi kesediaan alat
pada labroratorium.
3. Untuk Praktikan: Sudah memahami teori yang terkait dengan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Ridhoi, Kukuh Setyajadi, & Balok Hariadi. (2021). Pengaturan Lampu
Penerangan Menggunakan Komparator Op-AmpLM358. ejournal, 24, 45-
57.
Nugraha, M. I. (2020). Pedoman Praktikum Rangkaian Elektronika. Bangka
Belitung: Polmanbabel Press.
Nuryanto, L. E. (2017). PENERAPAN DARI OP-AMP (OPERATIONAL
AMPLIFIER). ORBITH, 13, 43-50.
DOKUMENTASI

Inverting Mode

Gambar 1 100 Hz
(Sumber : MultisimLive)
Gambar 2 1 kHz
(Sumber : MultisimLive)

Gambar 3 10 kHz
(Sumber : MultisimLive)
Gambar 4 100 kHz
(Sumber : MultisimLive)

Gambar 5 1 MHz
(Sumber : MultisimLive)
Gambar 6 10 MHz
(Sumber : MultisimLive)

Gambar 7 100 MHz


(Sumber : MultisimLive)

Non-Inverting Mode
Gambar 1. 100 Hz
(Sumber : MultisimLive)

Gambar 2. 1 kHz
(Sumber : MultisimLive)
Gambar 3. 10 kHz
(Sumber : MultisimLive)

Gambar 4. 100 kHz


(Sumber : MultisimLive)
Gambar 5. 1 MHz
(Sumber : MultisimLive)

Gambar 6. 10 MHz
(Sumber : MultisimLive)
Gambar 7. 100 MHz
(Sumber : MultisimLive)

Anda mungkin juga menyukai