Anda di halaman 1dari 11

“PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK

DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SMA


MELALUI MATERI OPTIK PEMANULAN DAN
PEMBIASAN CAHAYA”
~BELAJAR DAN PEMBELAJARAN~

DI SUSUN OLEH :

MUH. ARISWANDI
210103500002
PENDIDIKAN FISIKA B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Tahun Pelajaran 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Belajar dan Pembelajaran ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ujian Akhir
Semester (UAS) mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. M. Agus Martawijaya, M.Pd., dan Ibu
Mutahharah Hasyim. S.Pd., M.Pd., dosen pengampuh mata kuliah yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni. Begitupula saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 4 Juni 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru sebagai pelaku utama dalam implementasi atau penerapan program pendidikan
disekolah, memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan belajar yang
diharapkan. Dalam hal ini guru dipandang menjadi faktor determinan terhadap pencapaian
mutu prestasi belajar siswa mengingat peranan yang sangat penting. Maka guru dituntut
untuk memiliki pemahaman dan kemampuan secara komperehensif tentang kompetensinya
sebagai pendidk. Gurulah yang membimbing peserta didik untuk elajar mengenal,
memahami dan menghadapi dunia dimana tempatnya berada.
Dalam pemahaman itu, guru merupakan jembatan, sekaligus agen yang memungkinkan
peserta didik berdialog dengan dunianya.guru sebagai fasilitator diharapkan mampu
menjalin hubungan yang baik, interaksi yang baik terhadap peserta didik dan orang tua
peserta didik, dan guru juga harsu mampu menjalian komunikasi yang manarik minat
dimana peserta didik ingin melakukan apa yang terbaik daalm perkembangan belajarnya,
dan guru juga harus mampu memiliki penampilan yang menarik dan mampu di tempatkan
dalam dunia modren atau dapat menerima perubahan yang baru daalm memfasilitasi
perkembangan peserta didik dan mendorong dan membantu peserta didik untuk mampu
menghadapi dunia baru yang mungkin akan menantang perkembangan peserta didik dan
orang tua juga berperan dalam mendukung kegiatan yang dilakukan peserta didik di sekolah
tanpa mengahalang halangi dan membantu memfasilitasi kebutuhan peserta didik dan
melakukan komunikasi dan interaksi dengan guru yang membantu sebagai fasilitator dan
pengajar dalam dunia peserta didik.
Sebagai fasilitator, guru tidak mendominasi peserta didik melalui cerita, ceramah, atau
penjelasan, namun ia memandang anak didik sebagai pribadi yang bertanggung jawab, yang
mampu mengolah sumber sumber belajar sehingga mereka melakukan kegiatan belajar
berdasarkan petunjuk yang tepat. Dalam pendidikan dasar sekalipun, peran guru sebagai
fasilitator dapat berlangsung dengan baik. Hal yang sangat penting ialah guru berusaha
memahami kebutuhan atau keperluan peserta didik dalam proses belajar. Ia perlu bertnya
kepada mereka,mengajukan kasus kasus kecil untuk ditanggapi daalm rangka mengukur
pemahaman anak didik. Dari keadaan itulah guru melakukan bimbingan belajar. Sebagai
fasilitator guru pun menyediakan waktunya untuk konsultasi konsultasi pribadi atau
kelompok kecil dengan peserta didik, baik di dalam maupun diluar ruangan kelas. Dengan
begitu guru membantu peserta didik dalam mengatasi kesulitan belajar dan merencanakan
kegiatan belajar yang lebih efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi sikap
spiritual dengan topik fisika optik pemantulan dan pembiasan cahaya?
2. Bagaimana cara menfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi sikap
sosial dengan topik fisika optik pemantulan dan pembiasan cahaya?
3. Bagaimana cara menfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi
pengetahuan dengan topik fisika optik pemantulan dan pembiasan cahaya?
4. Bagaimana cara menfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi
keterampilan dengan topik fisika optik pemantulan dan pembiasan cahaya melalui
percobaan yang mendukung ?

C. Tujuan
1. Memahami cara menfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi sikap
spiritualdengan topik fisika Besaran dan Satuan
2. Memahami cara menfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi sikap
sosial dengantopik fisika Besaran dan Satuan
3. Memahami cara memfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi
pengetahuandengan topik fisika Besaran dan Satuan
4. Memahami cara menfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi
keterampilandengan topik fisika Besaran dan Satuan melalui percobaan apa yang
mendukung
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cara menfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi sikap spiritual


dengan topik fisika Optik pemantulan dan pembiasan cahaya
Salah satu cara memfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi sikap
spirituaal dengan topik fisika optik pemantulan dan pembiasan cahaya adalah melalui
Prosedur Penerapan Pembelajaran Afektif Bermuatan Karakter. Dimana Proses
Pembentukan Karakter dalam Strategi Pembelajaran Afektif meliputi :
1) Pola Pembiasaan
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru dapat menanamkan sikap tertentu
kepada siswa melalui proses pembiasaan. Skinner melalui teorinya operant
conditioning pernah melakukan pembiasaan untuk belajar membentuk sikap. Skinner
menekankan pada proses peneguhan respons anak untuk melakukan pembentukan
sikap. Pemberian penguatan berupa hadiah atau perilaku yang menyenangkan pada
saat anak menunjukkan prestasi yang baik. Yang pada akhirnya, anak berusaha
meningkatkan sikap positifnya. Nah dari materi besaran dan satuan ini kita masukkan
didalamnya pola pembiasaan yang mengandung sikap spiritual seperti sebelum
memulai materi kita mengajak para peserta didik berdo’a terlebih dahulu dan dalam
melakukan pengukuran besaran kita kaitkan malah kejujuran mengenai besarnya hasil
pengukuran sehingga akan terbentuk pola pembiasaan kedepannya dalam sikap
spiritual.
2) Modeling
Mudah melakukan peniruan atau imitasi merupakan salah satu karakteristik siswa.
Siswa akan meniru perilaku-perilaku yang dilihat, didengar dan dialami secara
langsung. Dalam konteks strategi pembelajaran afektif, modeling tidak hanya meniru
saja. Siswa harus dijelaskan mengapa mereka harus meneladani sosok tertentu,
sehingga siswa tidak salah memilih sosok yang diidolakan. Hal ini dibutuhkan agar
sikap yang terbentuk benar benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai
suatu sistem nilai. Sehingga salah satu stategi yang tepat dalam membentuk sikap
spiritual peserta didik yaitu dengan memberikan modeling atau contoh yang baik
ketika kita sedang memberikan pelajaran.

B. Cara menfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi sikap sosial


dengan topik fisika Otpik pemantulan dan pembiasan cahaya
Cara menfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi sikap sosial dengan
topik fisika optik pemantulan dan pembiasan cahaya dapat melalui model-model Strategi
Pembelajaran Afektif Bermuatan Karakter, dimana meliputi : “Model Konsiderasi”
MC.Paul, seorang humanis kontemporer yang mengembangkan model ini. Menurut
anggapannya, pembentukan karakter atau moral tidak sama dengan pengembangan
kognisi yang rasional. Ia berpendapat bahwa pembentukan kepribadian merupakan
pembelajaran moral siswa. Oleh karena itu, model ini menekankan pembentukan karakter
peserta didik dengan menggunakan strategi pembelajaran.
Tahapan- tahapan model konsiderasi :
(a) Siswa dihadapkan pada suatu masalah yang mengandung konflik dalam kehidupan
sehari-hari. Menciptakan situasi “seandainya siswa yang ada dalam masalah tersebut”.
(b) Setelah masalah dilematis disampaikan, siswa diminta untuk menganalisis problem
diatas bukan hanya yang tampak, tapi juga yang tersirat dalam masalah tersebut, misalnya
kebutuhan, perasaan dan kepentingan orang lain.
(c) Siswa diminta untuk menuliskan sikap yang akan diambil terhadap permasalahan
yang dialami. Hal ini dimaksudkan agar sebelum mendengar respons orang lain untuk
dibandingkan, siswa dapat menelaah perasaannya sendiri.
(d) Siswa diajak untuk menganalisis respons orang lain serta membuat kategori dari
setiap respons yang diberikan oleh siswa, termasuk sikapnya sendiri.
(e) Siswa didorong untuk memikirkan rumusan akibat atau konsekuensi logis dari sikap
yang diambil. Dalam tahap ini siswa diajak berpikir tentang segala kemungkinan yang
akan timbul berkaitan dengan tindakannya. Agar peserta didik dapat menjelaskan
argumennya secara terbuka serta dapat saling menghargai pendapat orang lain perlu
dijaga oleh guru.
(f) Siswa diajak untuk menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang dalam
rangka menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan
sistem nilai yang dimilikinya.
(g) Siswa dimotivasi agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan sesuai
dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri. Siswa hendaknya tidak dinilai
benar atau salah atas pilihannya oleh guru. Yang diperlukan adalah guru dapat memberi
bimbingan kepada mereka menentukan pilihan yang lebih matang sesuai dengan
pertimbangannya sendiri.
Sehingga dengan meliwati srategi diatas diharapkan mampu meningkatkan sikap
sosial peserta didik khususnya didalam materi fisika Besaran dan Satuan.

C. Cara menfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi pengetahuan


dengan topik fisika Optik pemantulan dan pembiasan cahaya
Strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan kompetensi pengetahuan dengan topik
fisika optik pemantulan dan pembiasan cahaya yaitu :
Pertama, guru sebagai demonstrator. Dengan peranannya sebagai demonstrator atau
pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya.
Dengan terus belajar, diharapkan akan tercipta siswa yang unggul. Menurut The Liang
Gie, karakteristik siswa yang unggul ada tiga, yaitu gairah belajar yang mantap, semangat
maju yang menyala dalam menuntut ilmu dan kerajinan mengusahakan studi sepanjang
waktu.
Kedua, guru sebagai pengelola kelas. Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar
mencapai hasil belajar yang baik.
Ketiga, guru sebagai mediator dan fasilitator Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar. Sebagai mediator, guru menjadi perantara hubungan antar manusia. Dalam
konteks kepentingan ini, guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang
bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.
Keempat, guru sebagai evaluator. Fungsi ini dimaksudkan agar guru mengetahui apakah
tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang sudah
diajarkan sudah cukup tepat. Dengan melakukan penilaian guru akan dapat mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran serta keefektifan
metode mengajar.
Untuk mempermudah peserta didik dalam memahami topik fisika opik pemanulan dan
pembiasan cahaya, langkah awal yang harus dilakukan adalah memberikan gambaran
sederhana terkait dengan konsep pemantulan dan pembiasan cahaya itu sendiri
diantaranya:
 Pemantulan cahaya pada dasarnya adalah proses terpancanya kembali cahaya
apabila mengenai permukaan benda yang terkena cahaya tersebut
 Pada peristiwa pemantulan cahaya dikenal hukum pemantulan cahaya yakni:
- Sinar datang, sinar sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang
datar dan ketiganya berpotongan pada satu titik
- Sudut datang sama dengan sudut pantul

 Kemudian cahaya juga memiliki sifat pemantulan yaitu:


- Cahaya yang dipanulkan sejajar ketika berkas cahaya sejajar yang jatuh pada
bidang pembatas yang permukaannya rata, hal ini disebut sebagai pemantulan
teratur
- Cahaya yang dipantulkan memiliki arah yang tidak teratur ketika berkas
cahaya sejajar jauh pada bidang pembatas yang permukannya tidak rata,
peristiwa ini disebut sebagai pemantulan baur atau difus
 Pembiasan cahayamerupakan perubahan/pembelokan arah rambat cahaya ketika
melewati dua zat medium dengan kerapatan optik yang berbeda
 Pada peristiwa pembiasan cahaya dikenal hukum pembiasan atau biasa dikenal
dengan nama hukum snellius yaitu:
- Sinar datang garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar
- Apabila sinar datang dari medium rapat ke medium yang kurang rapat maka
sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal
- Apabila sinar datang dari medium yang kurang rapat ke medium yang rapat
maka sinar akan dibaiaskan mendekati garis normal
- Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan sutu
bilangan tetap. Bilangan tetap ini yang munjukkan indek bias

Dari penyampaian materi diatas maka pendidik biSa melakukan kegiatan terhadap peserta
didik yaitu:
a. Mengamati peristiwa, kejadian, fenomena, konteks atau situasi yang berkaitan dengan
penggunaan konsep pemantulan dan pembiasan cahaya, seperti melakukan percibaan
diluar kelas dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai sinar datanng kemudian
dipantulkan melalui cermin datar dan sebagainya.
b. Menanya (Merumuskan Pertanyaan). Peserta didik termotivasi bertanya terkait
dengan konsep pemantulan dan pembiasan cahaya
c. Menalar (Merencanakan). Guru bertanya kepada siswa terkait peristiwa apa saja yang
terjadi saat terjadi pemantulan dan pembiasan cahaya
d. Mengasosiasi (Mengumpulkan dan menganalisis data). Peserta didik mengerjakan
Latihan yang diberikan oleh guru
e. Mengkomunikasikan. Salah satu Peserta didik menyampaikan hasil pekerjaannya,
yang lainnya memberi apresiasi dan tanggapan.
Dari tahap-tahap diatas ketika pendidik mampu melaksanakan dengan baik, maka
hasil pembelajaran akan maksimal sehingga peserta didik dapat mengembangkan
pengetahuan mereka khususnya dalam materi optik pemantulan dan pembiasan cahaya.
D. Cara menfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi keterampilan
dengan topik fisik optik pemantulan dan pembiasan cahaya melalui percobaan apa
yang mendukung
Salah satu tujuan dari proses pembelajaran yaitu meningkatkan kompetensi
keterampilan peserta didik. Dalam meningkatkan kompetensi keterampilan tersebut dapat
dilakukan dengan melalui percobaan atau praktikum. Strategi yang dapat saya terapkan
yaitu dengan melakukan Praktik secara langsung didalam maupun diluar ruangan dengan
memanfaatkan sinar dari cahaya matahari atau sinar laser mainan yang telah disediakan
sebelumnya.

Dengan kedua sumber cahaya tersebut, kita sudah dapat melakukan praktik ataupun
percobaan terkait dengan pemantulan dan pembiasan cahaya sekaligus menjelaskan
hukum yang berkaku pada peristiwa pemantulan dan pembiasan cahaya tersebut. Dengan
menggunakan cermin datar pada proses pemantulan sudah bisa menjelaskan konsep
pemantulan yang dimakhsud. Kemudia dengan menggunakan air juga sudah bisa
menjelaskan konsep pembiasan cahaya yang selanjutnya akan dijelaskan kepada peserta
didik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk watak bangsa
serta mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsur yang
lain, lebih-lebih dalam masyarakat kita yang multikultural dan multidimensional, dimana
peranan teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru sangat minim. Guru memiliki
perana yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang
profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Guru mempunyai tanggung jawab uuntuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas
untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah
merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang
dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa. Begitu pentinya peranan guru
dalam keberhasilan peserta didik maka hendaknya guru mampu beradaptasi dengan
berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya sebab guru pada saat
ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses belajar mengajar.
Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada:
1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.
3. Membantu perkembangan aspek – aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan
penyusuaian diri, demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas
sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab
akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa ia harus mampu menciptakan
proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa muntuk
belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.
Peran seorang guru sangat penting dalam upaya perkembangan peserta didik, maka dari
itu akan dijelaskan beberapa peran penting seorang guru dalam upaya perkembangan
peserta didik hal-hal apa saja yang harus diketahui oleh seorang guru dalam upaya
mengembangkan peserta didik, peran guru dalam proses belajar mengajar upaya
mengembangkan perkembangan peserta didik, kriteria guru dalam mengoptimalkan
perkembangan peserta didik, komponen kinerja profesional guru dalam perkembangan
peserta didik.
Sehingga, sebagai calon pendidik fisika kemampuan Olah Hati, Olah karsa, Olah rasa,
dan Olah raga dapat dilakukan dengan Menerapkan metode belajar yang melibatkan
partisipasi aktif murid, Kemudian menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
(conducive learning community. Serta memberikan pendidikan karakter secara eksplisit,
sistematis. Hal ini sesuai dengan pengembangan pendidikan berkarakter, dimana juga
seorang pendidik dikatakan berkarakter, jika memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi
hakikat dan tujuan pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Dengan demikian pendidik yang berkarakter,
berarti telah memiliki kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral. Pendidik
yang berkarakter kuat tidak hanya memiliki kemampuan mengajar dalam arti sempit
(transfer pengetahuan/ilmu), melainkan juga harus memiliki kemampuan mendidik dalam
arti luas (keteladanan sehari-hari).

B. Saran
Demikian makalah ini disusun. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun kami perlukan
untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat bagi pembacanya.

Anda mungkin juga menyukai