Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arthur Holly Compton fisikawan dari Amerika Serikat pada tahun
1923, melakukan sebuah penelitian yang menghasilkan fenomena fisika yang
diberi naman Hmaburan Compton. Penilitian ini nantinya menjadi salah satu
pencapaian yang sangat penting dalam sejarah fisika modern karena mampu
membuktikan aspek dualisme cahaya yakni cahaya yang dipandang sebagai
partikel dan dipandang sebagai gelombang.
Sebelumnya pada tahun 1900, fisikawan Jerman Max Planck
memberikan ide terkait dengan konsep cahaya yang dipandang sebagai
partikel atau kuanta cahaya (foton). Pada saat itu fisikawan masih
memandang cahaya sebagai gelombang elektromagnetik. Kemudian pada
1905 Albert Einstein juga memperkuat konsep dualisme cahaya ini melalui
eksperimen efek fotolistrik. Kemudian setelah itu Einstein dalam makalahnya
menggambarakan bagaiamana proses terjadinya efek fotolistrik dan
mengusulkan bahwa cahaya terdiri dari partikel – partikel yang bersifat
diskrit yang selanjutnya disebut sebagai foton. Einstein menemukan fakta
bahwa jumlah fotoelektron yang terlepas dari plat bergantung pada energi
foton, tidak bergantung pada intensitas cahaya yang ditembakkan. Hal
tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa cahaya tidak hanaya
berperilaku sebagai gelombang namun juga berperilaku sebagai partikel.
Fisika klasik dengan konsep yang memandang cahaya sebagai
gelombang elektromagnetik pada saat itu memberikan pemahaman bahwa
panjang gelombang cahaya tidak berubah sebelum dan sesudah bertumbukan
dengan sebuah materi. Hal ini dikarenakan gelombang elektromagnetik
menyebar dan dipantulkan saat bertemu dengan permukaan yang berbeda,
namun panjang gelombang cahaya dianggap konstan atau tetap. Ini membawa
Arthur Holly Compton ingin membuktikan pemahaman fisika klasik terkait
dengan hal tersebut dengan membawa ide dari Max Planck yang memandang
cahaya sebagai partikel. Pada 1923, Comtpon melakukan eksperimen untuk
mengukur perubahan energi dan arah gerak sinar x sebelum dan sesudah
bertabrakan dengan material (logam). Dari eksperiemennya tersebut
menghasilkan bahwa panjang gelombang cahaya sesudah bertumbukan
dengan materi lebih panjang dan energinya berkurang atau rendah. Secara
rinci Compton berhasil membuktikan bahwa foton dapat mentransfer
energinya sekaligus momentumnya ke elektron, dan sebagian energi foton
diserap oleh elektron sehingga menghasilkan foton dengan energi yang lebih
rendah dan panjang gelombang yang lebih panjang dari sebelumnya.
Hasil eksperimen Compton tersebut menjadi pembuktian lanjutan
tentang dualisme cahaya yang merupakan ide dari Planck yang diajukan oleh
Einstein pada 1905, dimana cahaya dapat berperilaku sebagai partikel dan
juga gelombang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh kecepatan elektron terhadap massa elektron
menurut pandangan klasik dan modern?
2. Bagaimana mengestimasi massa diam elektron melalui pengamatan
hamburan Compton?

C. Tujuan Praktikum
1. Memahami pengaruh kecepatan elektron terhadap massa elektron
menurut pandangan klasik dan modern.
2. Mengestimasi massa diam elektron melalui pengamatan hamburan
Compton.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis

a. Mahasiswa dapat memahami pengaruh kecepatan elektron terhadap


massa elektron menurut pandangan klasik dan modern
b. Mahasiswa dapat mengestimasi massa diam elektron melalui
pengamatan hamburan Compton

2. Manfaat Praktis
Eksperimen hamburan Compton menjadi salah satu landasan bagi
pengembangan teori relativitas dan fisika modern secara keseluruhan.
Dilain sisi, eksperimen ini juga telah membuka jalan bagi pengembangan
teknologi medis yang memungkinkan pengukuran dengan presisi tinggi.
Selain itu, eksperimen ini juga berperan penting dalam pengembangan
bahan pelindung radiasi di industri nuklir, pengobatan radiasi, dan lain –
lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Radiasi Planck


Menurut teori gelombang, cahaya dapat terjadi dari gelombang
elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang yang pendek. Selain itu,
pandangan cahaya sebagai gelombang juga menciptakan pemahaman bahwa
gelombang cahaya menyebar atau terdistribusi secara kontinu ke seluruh pola
gelombang. Oleh karean itu, ide Max Planck tentang cahaya yang menjalar
atau memancar dengan membawa paket – paket energi (foton) dianggap
berlawanan dengan teori cahaya yang dipandang sebagai gelombang ( Beiser,
1987 ).

Hukum radiasi Planck merupakan hasil rumusannya terhadap radiasi benda


hitam. Radiasi benda hitam sendiri memiliki definisi sebagai benda yang
dapat menyerap semua radiasi yang mengenainya. Pada teori radiasi benda
hitam, terdapat gagasan Planck tentang radiasi yang nantinya menjadi dasar
pada radiasi kuantum. Gagasan planck diantaranya adalah :

1. Banyaknya energi yang terabsorbsi sebanding dengan frekuensinya.


Postulat ini bisa dituliskan dalam bentuk persamaan matematis yakni :
∆ E=hv
2. Osilator tidak memiliki energi sesaat, namun harus tersusun atas paket
energi diskrit. Postulat ini secara matematis dapat dituliskan sebgai :
∆ E=nhv
Dimana h merupakan konstanta Planck yang besarnya 6 , 56 ×10−34 js, v
adalah frekuensi dan n adalah jumlah paket energi diskrit. Prinsip fisis yang
berkembang pada saat itu tidak mampu menjelaskan sifat – sifat yang diamati
pada radiasi benda hitam. Barulah Planck dengan idenya, mampu
menurunkan rumus yang dapat menjelaskan radiasi spektrum sebagai fungsi
dari temperatur dimana radiasi yang terpancar terjadi secara diskontinu
( Sulistiyawati, 2017 ).
Meskipun kedua gagasan tersebut dianggap sangat radikal dan betentangan
dengan prinsip fisis atau dalam fisika klasik, namun melalui kedua asumsi
tersebutlah, Planck mampu menurunkan persamaan spektrum radiasi benda
hitam yang cocok untuk semua panjang gelombang yakni :
2
8 πv hv
E ( v )= 3 hv/kT −1
c e
Dengan h adalah konstanta planck, c adalah cepat rambat cahaya, k adalah
kontanta Boltzman, dan T adalah suhu mutlak benda hitam. Dimana dengan
gagasan ini menjadi cikal bakal lahirnya teori kuantum cahaya yang nantinya
dikemukakan oleh Einstein (Sutarno, 2017).

B. Efek Fotolistrik dan Teori Kuantum Cahaya


Munculnya arus listrik akibat permukaan suatu material yang disinari
dinamakan gejala efekfotolistrik. Hallwach pada 1887 mengamati bahwa
pelat yang dilapisi seng yang bermuatan negatif kehilangan muatannya jika
disiniari ultraviolet hal ini mengindikasikan bahwa gejala efek fotolistrik
sudah dikenal atau diketahui sejak lama bahkan telah ada pada era fisika
klasik. Menurut pandangan fisika klasik intensitas merupakan kerapatan laju
energi cahaya. Semakin besar intensitas yang datang pada permukaan, maka
laju energi elektron yang dipancarkan juga akan semakin besar. Berapapun
frekuensi sinar yang digunakan, apabila intensitas cahaya yang digunakan
untuk menyinari plat itu cukup maka elektron akan tetap tereksitasi. Teori
Max Planck pada 1900 tentang kuantisasi energi yang oleh Albert Eeinstein
dikemukakan secara jelas dan lebih fisis lagi kemudian dia gunakan untuk
menjelaskan hasil eksperiemn fotolistrik. Menurut Einstein, pancaran cahaya
yang memiliki frekuensi v berisi paket -paket energi. Dimana energi yang
dibawa oleh foton adalah hv sesui dengan gagasan Planck. Selain itu besar
energi yang diperlukan elektron untuk melepaskan diri dari bahan disebut
sebagai fungsi kerja (W 0 ¿, dengan besar energi kinetik elektron adalah :

E k =hf −W 0

yang kemudia dikenal sebagai persamaan fotolistrik Einstein (Sutarno, 2017).


Dimana persamaan diatas menjelaskan bahwa setidaknya dibutuhkan energi
sebesar W untuk mengeluarkan sebuah elektron dari permukaan suatu
material, jika hf < W maka tidak terjadi fotoelektrik sebaliknya jika hf >W
maka elektron akan kelebihan energi dan energi sisanya akan dikonversi
sebagai energi kinetik elektron. Lalu jika hf = W maka elektron hanya tepat
akan bergerak dari material (Kenneth, 1995).

Gambar 2.1 Efek Fotolistrik


( Amalia, 2001 )

C. Efek Compton
Ketika gelombang elektromagnetik dihamburkan dari atom, maka dalam
Fisika Klasik, panjang gelombang radiasi hamburan akan sama dengan
panjang gelombang radiasi yang datang. Namun pada eksperimen yang
dilakukan oleh Arthur H. Compton dan rekan – rekannya pada1923,
menunjukkan hal yang sebaliknya. Pengamatan menunjukkan bahwa ketika
sinar – X dihamburkan dari berbabgai bahan seperti grafit, sinar – X yang
tersebar akan memiliki panjang gelombang yang lebih panjang dibandingkan
dengan panjang gelombang yang datang. Gagasan Einstein pada efek
fotolistrik tentang cahaya sebagai partikel merupakan landasan Compton
dalam menjelaskan pergeseran panjang gelombang yang diukur dalam
percobaan. Penjelasan dari efek Compton pada saat itu mampu memberikan
argumen meyakinkan kepada para fisikawan bahwa gelombang
elektromagnetik memang mampu berperilaku sebagai partikel ( foton ).
Untuk persamaan umum dari efek compton sendiri dapat diturunkan secara
matematis dengan memandang cahaya sebagai partikel yang membawa energi
sebesar E =hf maka diperoleh persamaan umum :
' h
λ −λ= Δ λ= ¿
m0 c

h
Dimana merupakan panjang gelombang Compton (A. Khumaeni, 2022).
m0 c

Gambar 2.2 Efek Compton


(Amalia, 2001)

D. Detektor Sintilasi NaI(Tl) dan PMT


1. Detektor Sintilasi NaI(Tl)
Sintilasi merupakan proses perpendaran cahaya dimana pendar cahaya ini
terjadi bila suatu bahan aktif detektor dikenai radiasi. Peristiwa
pemancaran cahaya ini disebut sintilasi sedangkan bahannya disebut
sintilator. Dimana sintilator yang digunakan adalah sintilator NaI(Tl) yang
merupakan sintilator anorganik sehingga membutuhkan aktivator dalam
penggunaannya dalam hal ini aktivatornya adalah Thallium. Berdasarkan
efek fotolistrik dan efek compton , foton yang masuk ke detektor NaI(Tl)
akan berinteraksi dengan atom – atom yang ada di dalam detektor dan
akan menyerahkan sebagian atau seluruh energinya menjadi energi kinetik
elektron yang nantinya akan menghasilan elektron bebas. Selama
pergerakannya ini, elektron akan mengalami proses eksitasi dan deeksitasi
sehingga elekton akan kembali ke keadaan semula dengan memancarkan
energinya dalam bentuk pendaran cahaya (Amalia, 2001).

2. Photo Multiplier Tube (PMT) / Tabung Pengganda Elektron


Tabung pengganda elektron terdiri dari dua bagian yaitu fotosensitif
(fotokatoda) dan bagian pengganda elektron (dinoda-dinoda). Bagian
pengganda elektron berupa tabung gelas yang dihampakan bagian
dalamnya. Pada bagian ujungnya, berlaku sebagai katoda yang terdiri dari
dinding gelas yang dilapisi material yang sensitif terhadap foton
ultraviolet. foton tampak dan foton infra merah. Fotokatoda berfungsi
untuk mengubah foton cahaya yang datang menjadi energi kinetik
elektron.

Gambar 2.3 Photo Multiplier Tube (PMT)


( Lestari, 2015 )
Di dalam fotokatoda, cahaya dari sintilator ini akan dirubah menjadi elektron
– elektron, yang nantinya akan dipercepat dengan menambahkan energi
kinetik pada elektron. Energi kinetik tersebut diperoleh dengan memasang
medan listrik diantara fotokatoda dan dinoda pertama. Energi elektron yang
datang cukup untuk membebaskan lebih dari satu elektron pada dinoda
pertama, sehingga jumlah elektron yang dihasilkan akan bertambah banyak
dibanding jumlah elektron sebelumnya (Amalia, 2001).

E. Rumusan Hipotesis
1. Jika sebuah foton dengan energi yang diketahui bertumbukan dengan
sebuah partikel benda, makan akan terjadi perubahan arah lintasan foton
dan terjadilah perubahan panjang gelombang.

2. Jika sebuah partikel benda dengan momentum yang diketahui bertumbukan


dengan sebuah foton, maka akan terjadi perubahan momentum partikel
benda dan energi foton, serta terjadi perubahan panjang gelombang foton

3. Jika energi foton yang diketahui dipancarkan oleh sebuah partikel benda
setelah bertumbukan dengan foton, maka energi foton yang dipancarkan
akan lebih rendah dari energi foton sebelum bertumbukan dan panjang
gelombang foton akan lebih besar.
BAB III
METODE EKSPERIMEN

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Dudukan sampel (10 posisi) 1 buah
b. Perisai detector Nal(Tl) dari bahan timbal 1 buah
c. Kabel konektor BNC-BNC 1 buah
d. Penghalang Radiasi (dari bahan timbal) 1 buah
e. Kabel USB 1 buah
f. Kabel konector MHV-MHV 1 buah
g. Detektor Sintilasi NaI (Tl) 1 buah
h. Pc dilengkapi aplikasi USX Spectrume Tecnique 1 buah
i. Universal Computer Spectrometer (UCS30) 1 buah
j. Tempat sampel 1 buah
2. Bahan
a. Sumber radioaktif gamma Cs-137 1 buah
b. Sumber radioaktif gamma Na-22 1 buah
c. Sumber radioaktif gamma Co-60 1 buah
B. Prosedur Kerja
1. Kabel konektor bertegangan tinggi dihubungkan antara detektor sintilator
NaI (Tl) dan Interface UCS30.
2. Kabel USB dihubungkan dengan interface pada perangkat komputer.
3. Universal Computer Spectrometer (UCS30) dihubungkan pada sumber
tegangan.
4. Dihidupkan perangkat komputer lalu program USX dijalankan .
5. Diatur „high voltage‟ pada program USX menjadi 550 V, „coarse gain‟
menjadi 8, dan „fine gain‟ menjadi 1,5.
6. Diklik tombol “ON” pada sumber tegangan tinggi agar sumber tegangan
dapat dihidupkan.
7. Diletakkan sumber radiasi gamma Cs-137 pada dudukan sampel dengan
keeping timbal tepat di bawah sampel tersebut.
8. Program USX dikalibrasi dengan cara “mouse” diklik kanan , lalu klik
“Energy Calibiration”, lalu klik “3 Point Calibtrete”.
9. Diklik “KeV” pada “units” satuan dan “set” diklik pula .
10. Diklik “Channel‟ pada daerah energi daerah awal Photopeak, sehingga
otomatis akan muncul angka pada “Channel”.
11. Diketik nilai sebesar 661,6 pada “Energi” dan diklik “set”.
12. Dikalibirasi energi pada daerah energi maksimum Compton edge dan
daerah energi gamma Backscatter dengan cara yang sama pada Photopeak.
Namun, untuk nilai Compton edge yaitu 477 dan Backscatter adalah 185.
13. Tampilan spectrum diamati pada layar computer dan ditunggu sekitar 300
detik dan tombol “off” diklik. Serta dimatikan tegangan pada layar.
14. Dicatat nilai untuk daerah Photopeak, Compton edge dan Backscatter
dengan satuan KeV.
15. Langkah percobaan diulangi dengan sumber radiasi gamma Cs – 137
diganti dengan sumber radiasi Na – 22 dan Co – 60, serta dikalibirasi
hanya satu kali.

C. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari Eksperimen Hamburan Compton ini terdapat pada
detektor sintilasi NaI (Tl) dan Tabung PMT ( (Photomultiplier Tube ). Ketika
foton – γ masuk kedalam detektor NaI (Tl), foton tersebut akan berinteraksi
dengan elektron yang ada pada detektor sintilasi. Interaksi yang terjadi antara
foton dan elektron – elektron pada detektor memungkinkan terjadinya transfer
energi dari foton ke elektron sehingga elektron dapat bergerak dengan energi
kinetik dan terciptalah elektron bebas. Selanjtunya elektron – elektron yang
bergerak tersebut akan mengalami proses eksitasi dan deeksitasi pada
detektor sintilasi. Proses deeksitasi tersebut mengakibatkan elektron kembali
ke energi semulanya dan selama proses tersebut elektron mengeluarkan
energinya delam bentuk pendaran cahaya. Kemudian cahaya tersebut akan
diteruskan ke fotokatoda yang terdapat pada PMT (photomultiplier Tube).
Pada PMT, terbagi menjadi dua bagain yaitu fotokatoda dan pengganda
elektron (dinod– dinoda). Dengan reflektor sebagain besar cahaya tersebut
dapat masuk kedalam fotokatoda. Di dalam fotokatoda, cahaya dari sintilator
ini akan dirubah menjadi elektron – elektron, yang nantinya akan dipercepat
dengan menambahkan energi kinetik pada elektron. Energi kinetik tersebut
diperoleh dengan memasang medan listrik diantara fotokatoda dan dinoda
pertama. Energi elektron yang datang cukup untuk membebaskan lebih dari
satu elektron pada dinoda pertama, sehingga jumlah elektron yang dihasilkan
akan bertambah banyak dibanding jumlah elektron sebelumnya. Kemudian
elektron – elektron akan berkumpul pada anoda yang nantinya akan
dikeluarkan dalam bentuk pulsa listrik.

D. Identifikasi Variabel
Variabel Kontrol : High voltage (V), Course again, dan Fine gain
Variabel Manipilasi : Sumber Radioaktif
Variabel Respon : Energi Gamma Awal E γ ( keV )
Energi Maksimum Emax ( keV )
Energi Gamma Akhir E BS ( keV )

E. Definisi Operasional Variabel


1. High voltage pada eksperimen ini diberikan ke masing – masing dinoda
pada PMT sehingga elektron dapat ditarik ke dinoda yang lain, dimana
pada eksperimen ini dinoda diberikan tegangan yang berbeda – beda.
2. Course again diberikan untuk menguatkan tinggi pulsa tegangan, sehingga
apabila course again ditingkatkan spektrum akan bergeser ke posisi yang
lebih tinggi.
3. Fine gain diberikan untuk menguatkan presisi dari nilai course again yang
diinginkan.
4. Sumber radioaktif disini merupakan sumber radiasi gamma yang
terbungkus padat secara permanen. Dimana terdapat tiga sumber radioaktif
yang digunakan pada eksperimen ini yaitu Cs-137, Na-22, dan Co-60.
5. Energi Gamma Awal E γ ( keV ) merupakan energy gamma dari sumber
sebelum berinteraksi dengan Kristal NaI (Tl) pada tabung sintilasi, energi
ini akan terbaca pada aplikasi USX Spectrum technique yang
menunjukkan puncak tertinggi pada spectrum yang terlihat di pc dan
disebut juga dengan puncak Photopeak.
6. Energi gamma Maksimum Emax (keV) merupakan energy gamma setelah
tumbukan dengan electron pada kristal NaI(Tl) di dalam tabung sintilasi
dimana gamma yang terhambur akibat hamburan Compton akan
meninggalkan detector, sehingga besar energi yang terdeteksi merupakan
energy kinetic yang diberikan elektron, energi ini akan terbaca pada
aplikasi USX Spectrum technique yang menunjukkan puncak kecil pada
spectrum dengan distribusi melebar tepatnya di bagian lembah Compton
yang terlihat di pc dan disebut juga dengan puncak Compton edge.
7. Energy gamma akhir EBS (keV) merupakan energy yang terbaca kembali
pada detector akibat tumbukan anatar muka antara Emax dengan gamma,
yang kemudian akan menghamburkan foton gamma kearah sebaiknya
( energi ini akan terbaca pada aplikasi USX Spectrum technique yang
menunjukkan bentuk tidak simetrik dengan puncak yang agak datar
ataupun sedikit melengkung dimana puncak energy ini merupakan energy
terendah pada puncak yang terlihat di pc dan disebut juga dengan puncak
energi Backscatter.

F. Teknik Analisis
Menghitung energi diam elektron berdasarkan pendekatan Modern
1. Energi diam elektron menggunakan persamaan 5.4

( )
2
2 Eγ
me c =2 −E γ
E max

2. Energi diam elektron menggunakan persamaan 5.5

( )
2
2 Eγ
me c =2 −E γ
E γ −E BS

3. Energi diam elektron menggunakan persamaan 5.6


( )
2
2 E BS
me c =2 + EBS
E max

Menghitung rata – rata energi diam elektron

2 2 2
2 me c 5.4 + me c 5.5 + me c 5.6
me c =
3
Menghitung Persentase Perbedaan / Persendiff (%)

| |
me c 2teori −me c 2eksperimen
%diff = 2 2
× 100 %
me c teori + me c eksperimen
2
Menghitung kecepatan elektron maksimum

√(
1
v=c 1−

)
2
E max
2
+1
me c
Menghitung energi diam elektron berdasarkan Pendekatan Klasik

2
2 ( 2 E γ−E max )
me c =
2 E max
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Eksperimen

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Energi Pada Spektrum


Sumber Radiasi Energi Gamma Energi Maksimum Energi Gamma
Gamma Awal 𝐸𝛾 (keV) 𝐸𝑚𝑎𝑥 (keV) Akhir 𝐸𝐵𝑆(keV)
Cs-137 661,6 477 185
Na-22 505,21 336,775 178,753
Co-60 1265,543 1010,765 213,321

Gambar 4.1 Pengamatan energi untuk untuk sumber radioaktif Cs-137


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.2 Pengamatan energi untuk sumber radioaktif Na-22


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4.3 Pengamatan energi untuk sumber radioaktif Co-60
(Sumber : Dokumentasi Pribadi )

B. Analisis Data
Pendekatan Modern
 Energi diam elektron
1. Energi daim elektron menggunakan persamaan 5.4
a. Cs – 137

( )
2
2 Eγ
me c =2 −E γ
E max

2
me c =2 (
( 661 , 6 keV )2
477 keV
−661, 6 keV )
2
me c =512,081174 keV
b. Na – 22

( )
2
2 Eγ
me c =2 −E γ
E max

me c2=2 ( ( 505,210 keV )2


336,775 keV
−505,210 keV )
2
me c =505,3525134 keV
c. Co – 60

( )
2
2 Eγ
me c =2 −E γ
E max

me c2=2 ( ( 1265,543 keV )2


1010,765 keV
−1256,543 keV )
2
me c =635,9969913 keV
2. Energi diam elektron menggunakan persamaan 5.5
a. Cs – 137

( )
2
2 Eγ
me c =2 −E γ
E γ −E BS

me c2=2 ( ( 661 , 6 keV )2


661 , 6 keV −185 keV
−661, 6 keV )
2
me c =513,6214855 keV
b. Na – 22

( )
2
2 Eγ
me c =2 −E γ
E γ −E BS

me c2=2 ( ( 505 , 21keV )2


505 , 21 keV −178,753 keV
−505 , 21 keV )
2
me c =553,2600197 keV
c. Co – 60

( )
2
2 Eγ
me c =2 −E γ
E γ −E BS

2
me c =2 ( ( 1265,543 keV )2
1265,543 keV −213,321 keV
−1265,543 keV )
2
me c =513 ,1367683 keV
3. Energi diam elektron menggunakan persamaan 5.6
a. Cs – 137

( )
2
2 E BS
me c =2 + EBS
E max

me c2=2 ( ( 185 keV )2


477 keV
+185 keV )
2
me c =513,5010482 keV
b. Na – 22
( )
2
2 E BS
me c =2 + EBS
E max

me c2=2 ( ( 178,753 keV )2


336 keV
+178,753 keV )
2
me c =547,2625734 keV
c. Co – 60

( )
2
2 E
me c =2 BS + EBS
E max

2
me c =2 (
( 213,321 keV )2
1010,765 keV
+213,321 keV )
2
me c =516,6843917 keV
 Rata – rata energi diam eletkron
1. Cs – 137
2 2 2
2 me c 5.4 + me c 5.5 + me c 5.6
me c =
3
( 512,081174+513,6214855+513,5010482 ) keV
me c2=
3
2
me c =513,0679026 keV
2
m e c =0,513067903 MeV
2. Na – 22
2 2 2
2 me c 5.4 + me c 5.5 + me c 5.6
me c =
3
(505,3525134+553,2600197+547,2625734 ) keV
me c2=
3
2
m e c =535,2917022 keV
2
me c =0,535291701 MeV
3. Co – 60
2 2 2
2 me c 5.4 + me c 5.5 + me c 5.6
me c =
3
(637,9969913+513,1367683+516,6843917)keV
me c2=
3
2
me c =555,9393838 keV
2
m e c =0,555939384 MeV

 Persendiff (%)
2. Cs – 137

| |
me c 2teori −me c 2eksperimen
%diff = 2 2
× 100 %
me c teori + me c eksperimen
2

| |
(0,511−0,513067903) MeV
%diff = × 100 %
(0,511+0,513067903) MeV
2
%diff =0,10096 %
3. Na – 22

| |
me c 2teori −me c 2eksperimen
%diff = 2 2
× 100 %
me c teori + me c eksperimen
2

| |
(0,511−0,53529170 4 )MeV
%diff = × 100 %
(0,511+0,535291704) MeV
2
%diff =1,16084 %
4. Co – 60

| |
me c 2teori −me c 2eksperimen
%diff = 2 2
× 100 %
me c teori + me c eksperimen
2

| |
(0,511−0,555939384)MeV
%diff = ×100 %
(0,511+0,555939384 ) MeV
2
%diff =2,10599 %
1200
1000
800
E0 (KeV)

Na - 22 Cs - 137 C0 - 60
600
400
200
0
300 400 500 600 700 800 900 1000 1100
Emax (KeV)

Grafik 4.1 me c2 sebagai fungsi energi maksimum elektron Emax


dengan pendekatan modern

Grafik diatas menggambarkan hubungan antara sebagai fungsi


energi maksimum elektron dengan pendekatan modern. Nilai diperoleh
dari hasil rata-rata energi diam elektron yang sebelumnya telah dihitung
dengan menggunakan persamaan-persamaan yang mencakup energi-energi
unik spektrum gamma yaitu photopeak, Compton edge dan backscatter.
Pendekatan modern meninjau energi dari berbagai acuan sehingga hasil
perhitungan yang diperoleh lebih mendekati dengan hasil teori yang
digunakan.

 Kecepatan Elektron Maksimum

1. Cs-137

√(
1
v=c 1−

)
2
E max
2
+1
me c

√(
m 1
v=3 ×108 1−
)
2
s 477 keV
+1
513,06790 keV
8 m
v=2,5657 ×10
s
2. Na-22

√(
1
v=c 1−

)
2
E max
2
+1
me c

√(
m 1
v=3 ×108 1−
)
2
s 336,775 keV
+1
535,29170 keV
8 m
v=2,36833 ×10
s
3. Co-60

√(
1
v=c 1−

)
2
E max
2
+1
me c

√(
m 1
v=3 ×108 1−
)
2
s 1265,543 keV
+1
555,93938 keV
8 m
v=2,80477 ×10
s

Pendekatan Klasik

1. Cs – 137
2
( 2 E γ−E max )
me c2=
2 E max
( 2 . 661, 6 keV −477 kev )2
me c2=
2 . 477 keV
2
me c =750,581174 keV
2. Na-22
2
2 ( 2 E γ−E max )
me c =
2 E max
( 2 .505 ,21 keV −336,775 kev )2
me c2=
2 . 336,775 keV
2
me c =673,7400134 keV
3. C0-60
2
2 ( 2 E γ−E max )
me c =
2 E max
( 2 .1265,543 keV −1010,765 kev )2
me c2=
2 . 1010,765 keV
2
me c =1143,379491 keV

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh massa elektron tidak


konstan. Hal ini terjadi karena pada pendekatan klasik massa diam yang
diperoleh tidak memperhatikan energi dan momentum relativistiknya sesuai
dengan relativitas khusus Einstein sehingga didapatkan massa elektron yang
tidak konstan.

1200

1000
Cs - 137 Co - 60
Na - 22
800
E0 (KeV)

600

400

200

0
300 400 500 600 700 800 900 1000 1100

Emax (KeV)

Grafik 4.2 me c2 sebagai fungsi energi maksimum elektron Emax


dengan pendekatan klasik
Berdasarkan grafik yang diperoleh, terlihat bahwa massa diam
elektron tiap sumber tidak konstan. Menurut teori relativitas khusus Albert
Einstein, hubungan energi dengan massa diam elektron dapat dilihat pada
persamaan:

( )
2
E 2 2
= p + me c
c

Dengan E adalah energi dan mec 2 sebagai massa diam elektron, sehingga
berdasarkan persamaan tersebut maka energi berbanding lurus dengan massa
diam elektron. Terlihat pada grafik bahwa semakin besar energi maksimum
maka massa diam elektron juga semakin besar.

C. Pembahasan
Eksperimen Hamburan Compton ini bertujuan untuk memahami pengaruh
kecepatan elektron terhadap massa elektron menurut pandangan klasik dan
modern serta mengestimasikan besar massa diam elektron melalui
pengamatan Hamburan Compton. Dimana Hamburan Compton merupakan
"tumbukan" dari foton gamma dengan sebuah elektron atomik, dimana energi
dan momentum relativistiknya terkonservasi. Setelah tumbukan, elektron
dapat memiliki sebuah yang perbandingannya terhadap energi gamma E mula
– mula sangatlah besar. Gamma kehilangan energinya, memiliki frekuensi
gelombang yang lebih rendah dari energi E Untuk memahami pengaruh
kecepatan elektron terhadap massa elektron menurut pandangan klasik dan
modern serta mengestimasikan besar massa diam elektron melalui
pengamatan Hamburan Compton pada eksperimen ini menggunakan sebuah
alat berupa detektor sinfilasi dimana detektror sintilasi merupakan detektor
yang dapat mengubah radfasi menjadi suatu pendar cahaya. Detektor sintilasi
terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian kristal Nal(TI) (sintilator) dan
photomultipler tube (PMT).
Prinsip kerja pada eksperimen Hamburan compton yaitu dimana pada
eksperimen ini menggunakan detektor sinfilasi. Awalnya ketika foton
menumbuk kristal maka akan terjadi interaksi dengan atom atom. Melalui
interaksi ini foton- akan menyerahkan sebagian atau seluruh energinya
menjadi energi gerak elektron dan sebagai akibatnya akan dihasilkan elektron
bebas. Kemudian akan terjadi proses sintilasi, proses ini terjadi apabila atom
sintilator tereksitasi dan diikuti decksitasi sambil memancarkan foton cahaya.
Partikel- yang datang akan mengeksitasi sintilator kemudian docksitasi
sambil memancarkan pendar cahaya. Pendar cahaya tesebut akan diteruskan
ke fotokatoda pada PMT. Yang dimana photomultiplier tube (PMT) terdiri
dari dua bagian yaitu fotokatoda dan bagian pengganda elektron (dinoda-
dinoda). Pada fotokatoda, cahaya dari sintilator akan diubah menjadi elektron
olch fotokatoda. Elektron ini kemudian digandakan oleh dinoda-dinoda
dimana elektron tersebut akan difokuskan dan dipercepat menuju dinoda
pertama. Selama gerakannya menuju dinoda pertama, elektron tersebut
mendapatkan tambahan energi gerak karena adanya medan listrik yang
dipasang antara fotokatoda dan dinoda pertama. Kemudian elektron
menumbuk elektron yang ada di dinoda pertama dan dalam proses tumbukan
akan dilepaskan elektron elektron lain. Elektron-elektron yang telah
diperbanyak jumlahnya yang keluar dari dinoda pertama akan dipercepat
menuju dinoda kedua sehingga akan menghasilkan elektron lebih banyak lagi.
Demikian seterusnya, sehingga sejumlah besar elektron dengan muatan
terkumpul di anda dan cukup menimbulkan sebuah pulsa listrik.

Dari hasil eksperimen dan analisis data, nilai massa diam elektron dari
ketiga sumber radiasi Cs-137, Na-22 dan Co-60 berturut-turut yaitu pada
pendekatan modern diperoleh 513,0679026 keV = 0,513067903 MeV ;
535,2917022 keV = 0,535291701 MeV dan 555,9393838 keV = 0,5559383
MeV . Berdasakan teori energi massa diam elektron sebesar mec 2 = 511,071
keV = 0,511 MeV yang kemudian menunjukkan perbedaan yang cukup kecil
dari energi massa diam electron secara praktikum dari ketiga sumber radiasi
Cs-137, Na-22 dan Co-60 berturut-turut yaitu 0,10096%; 1,16084%; dan
2,10599%. Kemudian juga diperoleh nilai kecepatan maksimum dari ketiga
8 m 8 m
elektron berturut-turut adalah 2,5657 ×10 ; 2,36833 ×10 ; dan
s s
8 m
2,80477 ×10 . Sedangkan pada pendekatan klasik diperoleh
s
750,581174 keV , 673,7400134 keV , dan 1143,379491keV . Berdasarkan hal
tersebut maka menurut pandangan klasik massa dari Cs-137, Na-22 dan Co-
60 berbanding lurus dengan energi maksimum. Dimana hal ini terjadi karena
pada pendekatan Klasik tidak memperhatikan momentum relativistiknya.
Sedangkan menurut pandangan modern massa diam Cs-137, Na-22 dan Co-
60 terhadap energi maksimum konstan. Dimana hal ini disebabkan karena
pada pendekatan modern memperhatikan moementum relativistik atom.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pandangan klasik tidak memperhatikan momentum relativistiknya, dan
massa diam elektron berbanding lurus dengan energi maksimum.
Sedangkan menurut pandangan modern memperhatikan / momentum
relativistik atom yaitu berapapun nilai energi maksimum dari elektron
maka massa diam akan tetap konstan.
2. Nilai massa diam elektron dari ketiga sumber radiasi Cs-137, Na-22 dan
Co- 60 berturut-turut yaitu pada pendekatan modern diperoleh
513,0679026 keV = 0,513067903 MeV ; 535,2917022 keV =
0,535291701 MeV dan 555,9393838 keV = 0,5559383 MeV. Sedangkan
berdasarkan pendekatan klasik diperoleh 750,581174 keV ,
673,7400134 keV , dan 1143,379491 keV
B. Saran

1. Untuk Asisten
Diharapkan mempertahankan dan meningkatkan cara dalam membimbing
praktikan agar praktikan benar-benar memahami proses materi
praktikum.
2. Untuk Praktikan
Disarankan memahami konsep dengan baik dan lebih teliti saat
melakukan pengambilan data pada penentuan photopeak, Compton edge
dan backscatter
3. Untuk Laboran
Diharapkan untuk mengecek keadaan alat praktikum agar nantinya proses
praktikum dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, D., & Munir, M. (2001). Pengaruh Perubahan Tehangan Tinggi Tabung
Photomultiplier PMT Terhadap Amplitudo Keluaran Detektor NaI (Tl).
Berkala Fisika, 4, 69 - 78.
Beiser, A. (1995). Konsep Fisika Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.
DK, S., W, I. W., Indraswary, D., & Yahya, E. (2017). Konstanta Planck. Jurnal
Sains dan Seni ITS, IX.
Dr. Eng. Ali Khumaeni, M. (2022). BUKU AJAR FISIKA MODERN. Yogyakarta:
DIVA Press.
Krane, K. (2008). Fisika Modern. Jakarta: UI Press.
Sutarno, Erwin, & Hayat, M. S. (2017). RADIASI BENDA HITAM DAN EFEK
FOTOLISTRIK SEBAGAI KONSEP KUNCI REVOLUSI SAINTIFIK
DALAMPERKEMBANGAN TEORI KUANTUM CAHAYA. Jurnal
Ilmiah Multi Science, IX, 51-58.

Anda mungkin juga menyukai