Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH 1

MEKANIKA KUANTUM
Ket, Bra, dan Operator-operator
Base Ket dan Gambaran Matriks
Pengukuran, Observabel, dan Hubungan Ketidak-pastian

OLEH:
REZI MARCELINA
(14175028)

PRODI PENDIDIKAN FISIKA


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2015

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HH Pada abad ke 17, fenomena-fenomena perambatan cahaya dapat di- jelaskan
oleh dua teori: (a) teori gelombang yang dikemukakan olehChristian Huygens menyatakan
bahwa cahaya merupakan gelombang dan (b) teori corpuscle di mana cahaya terdiri
dari partikel-partikelatau corpuscle yang dikembangkan oleh Sir Isaac Newton.
Dua teo-ri ini dapat menjelaskan fenomena perambatan cahaya yang
sepertiperambatan garis lurus dan pemantulan cahaya. Tetapi fenomena interferensi dan difraksi tidak dapat dijelaskan oleh teori corpuscle danhanya bisa dijelaskan
dengan teori gelombang. Pada interferensi ca- haya, jika dua cahaya dipadukan akan
menghasilkan fenomena gelapdan terang. Perpaduan dua cahaya menghasilkan gelap
(interferensipelemahan) tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep par-tikel dan
hanya bisa menggunakan konsep gelombang. Pada abad ke19, Sir James Maxwell
memperkuat konsep gelombang dengan mem- buktikan bahwa cahaya merupakan
gelombang elektromagnetik.Walaupun demikian, konsep partikel tidaklah ditinggalkan,
tetapimuncul kembali dengan penemuan fenomena fotolistrik oleh Heinri-ch Hertz
yang hanya dapat dijelaskan jika cahaya terdiri dari paket-paket atau kuanta atau
partikel (disebut foton). Eksperimen yang di-lakukan oleh Compton menunjukkan
bahwa cahaya bersifat seperti partikel (foton) ketika bertumbukan dengan sebuah
elektron.Dua contoh eksperimen, interferensi cahaya dan hamburan Comptonmembuktikanbahwacahaya memilikiduasifat atau dualitas:
s i f a t partikel dan sifat gelombang. Dengan mempertimbangkan sifat dua-litas
cahaya ini, kemudian de Broglie berhipotesis bahwa sifat duali- tas tidak hanya
dimiliki oleh cahaya, tetapi juga dimiliki oleh partikelatau materi. Fenomena gelombang
untuk elektron dapat ditunjukkandengan eksperimen difraksi elektron pada kristal
(Davisson dan Ger-mer).Eksperimen yang lebih menarik dan mengundang banyak
perta

Perkembangan mekanika kuantum dimulai pada tahun 1900 dengan studi Planck
mengenai emisi cahaya oleh padatan yang dipanaskan, maka kita akan memulainya dengan
mendiskusikan keberadaan cahaya.
Pada tahun 1801, Thomas Young memberikan hasil eksperimen yang sangat
menyakinkan tentang keberadaan gelombang cahaya dengan menunjukkan bahwa cahaya
akan berdifraksi dan berinterperensi saat melewati dua buah lubang pin yang berdampingan.
Sekitar tahun 1860, James Clerk Maxwell, mengembangkan empat persamaan, yang
dikenal dengan persamaan Maxwell, yang menggabungkan hukum kelistrikan dan
kemagnetan. Persamaan Maxwell meramalkan bahwa suatu medan listrik yang dipercepat
akan meradiasikan energi dalam bentuk gelombang ektromagnetik yang terdiri dari litrik

terosilasi dan medan magnet. Kecepatan gelombang yang diramalkan dengan persamaan
Maxwell ternyata sama dengan hasil pengukuran eksperimental. Maxwell menyimpulkan
bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik.
Pada tahun 1888, Heinrich Hertz mendeteksi gelombang radio yang diproduksi oleh
muatan listrik yang dipercepat dalam suatu busi, sebagai mana yang diprediksi oleh
persamaan Maxwell. Hal ini meyakinkan sekali lagi bahwa cahaya merupakan gelombang
elektromagnet. Semua gelombang elektromagnet berjalan dengan kecepatan c = 2.998 x 1010
cm/s dalam ruang hampa. Frekuensi v dan panjang gelombang suatu gelombang
dihubungkan dengan suatu persamaan:

(1)*

(Suatu persamaaan dengan tanda bintang harap diingat) Berbagai label konvensional
diberikan kepada geloambang elektromagnetik tergantung kepada frekuensinya.
Berdasarkan frekuensi, gelombang elektromagnetik dapat dibagi menjadi gelombang radio,
gelombang mikro, radiasi infra merah, cahaya tampak, sinar-X dan sinar gamma.
Pada akhir 1800, ahli fisika mengukur intensitas cahaya berdasarkan berbagai
frekuensi yang diemisikan oleh pemanasan badan hitam pada temperatur tetap. Suatu badan
hitam adalah suatu objek yang dapat mengabsorbsi seluruh cahaya yang mengenainya. Suatu
pendekatan yang baik dilakukan terhadap suatu badan hitam adalah dengan
mengasumsikan sebagai suatu celah dengan lubang kecil. Ketika ahli fisika menggunakan
mekanika statistik dan model gelombang elektromagnetik dari cahaya untuk meramalkan
kurva intensitas versus frekuensi untuk radiasi emisi badan hitam, mereka menemukan
suatu hasil yang sangat tidak sesuai dengan porsi frekuensi tinggi dari kurva eksperimental.
Pada tahun 1900, Max Planck mengembangkan suatu teori yang memberikan
kesesuaian yang baik dengan kurva hasil pengamatan radiasi badan hitam. Planck
mengasumsikan bahwa atom-atom dari badan hitam hanya dapat memancarkan energi
cahaya sejumlah h dimana adalah frekuensi radiasi dan h konstanta proporsionalitas,
yang disebut dengan konstanta Planck. Nilai untuk h = 6.6 x 10 -34 J.s memberikan kurva
yang sesuai dengan kurva eksperimental badan hitam. Konstanta Planck menandai
dimulainya mekanika kuantum.
Hipotesis Planck mengenai kuantitas tertentu energi yang dipancarkan (emisi adalah
kuantisasi) ternyata berlawanan dengan ide-ide sebelumnya. Energi dari suatu gelombang
berhubungan dengan amplitudo dan amplitudo bervariasi secara sinambung dari nol
keatas. Lebih lanjut, menurut mekanika Newtonian, energi dari badan materi bervariasi
secara sinambung. Maka ahli fisika berharap energi dari suatu atom juga akan bervariasi
secara sinambung juga.
Selanjutnya, emisi energi radiasi elektromagnetik juga akan bervariasi secara
sinambung. Namun demikian, hanya dengan hipotesis bahwa emisi energi yang terkuantisasi,
kurva radiasi badan hitam dihasilkan.
Aplikasi kedua dari kuantisasi energi adalah efek fotoelektrik, sinar cahaya pada
suatu logam menyebabkan emisi elektron. Energi dari suatu gelombang berkesesuaian

dengan intensitasnya dan tidak berhubungan dengan frekuensinya, maka, gambaran


gelombang elektromagnetik dari cahaya merupakan energi kinetik dari suatu emisi
fotoelektron akan meningkat bila intensitas cahaya juga meningkat tetapi tidak akan berubah
bila frekuensi berubah. Sebaliknya, energi kinetik dari elektron yang diemisikan tidak
bergantung kepada intensitas cahaya tetapi akan meningkat bila frekuensi meningkat.
Pada tahun 1905, Albert Einstein memperlihatkan bahwa suatu pengamatan dapat
dijelaskan dengan memperhatikan cahaya sebagai kumpulan entiti mirip partikel (yang
disebut dengan foton), dimana setiap foton memiliki energi sebesar
E foton h
(2)*
Bila suatu elektron pada logam mengabsorbsi suatu foton, bagian energi foton yang
diabsorbsi digunakan untuk menahan menahan gaya tahan elektron dalam logam dan
sisanya merupakan energi kinetik elektron yang tertinggal pada logam. Konservasi energi
adalah sebesar:
h 12 m 2
dimana merupakan energi minimum yang dibutuhkan oleh elektron lepas dari logam
(fungsi kerja logam) dan 1/2mv2 merupakan energi kinetik maksimum dari emisi
elektron. Suatu kenaikan frekuensi cahaya akan menghasilkan kenaikan energi foton dan
mengakibatkan kenaikan pada laju emisi elektron, tetapi tidak mengubah energi kineik dari
tiap emisi elektron. Efek fotoelelektrik memperlihatkan bahwa cahaya menunjukkan
perilaku mirip partikel sebagai tambahan bahwa perilaku mirip gelombang diperlihatkan
pada percobaan difraksi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Materi
Pada akhir abad kesembilan belas, pengamatan terhadap tube hampa listrik dan
radioaktivitas alami memperlihatkan bahwa atom-atom dan molekul tersusun dari partikelpartikel bermuatan. Elektron-elektron memiliki muatan negatif. Proton bermuatan positif.
Besaran keduanya sama tetapi hanya berbeda dalam tanda dan 1836 kali lebih berat dari
elektron. Penyusun ketiga dari atom adalah netron (ditemukan pada tahun 1932) yang tidak
bermuatan tetapi sedikit lebih berat dari proton.
Dimulai pada tahun 1909, Rutherford, Geiger dan Marsden mengadakan serangkaian
penelitian terhadap lempeng logam tipis yang dilewatkan berkas partikel alfa dan
mengamati pembelokan dari partikel pada layar fluoresensi. Partikel alfa inti helium
bermuatan positif didapatkan dari bahan alam radioaktif. Rutherford mengamati bahwa

kebanyakan partikel alfa yang melewati lempeng tidak dibelokan, sedikit yang dibelokan dan
beberapa dipantulkan kembali. Untuk mendapatkan pembelokan yang besar muatan yang
sama sedapat mungkin berdekatan, sehingga gaya tolak Coulomb menjadi sangat besar. Jika
muatan positif dijauhkan dari atom (sebagaimana yang diusulkan oleh JJ. Thomson, 1904)
partikel alfa yang berenergi besar akan berpenetrasi melewati atom, gaya tolakan hampir
tidak ada, menjadi nol pada pusat atom; sesuai dengan elektrostatik klasik. Maka
Rutherford berkesimpulan bahwa pembelokan paling besar terjadi pada muatan positif yang
terpusat pada inti atom.
Suatu atom yang mengandung inti (garis tengah 10 -13 sampai 10-12) terdiri dari
netron-netron dan proton Z, dimana Z adalah bilangan atom. Diluar ini terdapat sejumlah Z
elektron. Partikel bermuatan berinteraksi sesuai dengan hukum coulomb. (Nukleon-nukleon
berikatan pada inti dengan gaya inti jarak pendek dan kuat, yang tidak akan dibahas di
sini). Garis tengah suatu atom adalah sekitar satu angstrom (1A = 10-8 cm = 10-10 m), yang
dihasilkan dari pengukuran teori kinetika gas. Molekul-molekul memilki lebih dari satu inti.
Sifat kimia dari atom dan molekul ditentukan oleh struktur elektronik dan
pertanyaannya kemudian apakah gerak dan energi dari elektron juga mempengaruhi sifat
kimia tersebut. Bila inti lebih pejal daripada elektron, maka gerak inti akan lamban
dibandingkan dengan gerak elektron.
Pada tahun 1911, Rutherford mengusulkan model planeter dari suatu atom dimana
elektron bergerak mengelilingi inti dalam berbagai orbit, sebagaimana halnya planet-planet
bergerak mengelilingi matahari. Namun demikian, terdapat persoalan mendasar dalam
model seperti ini. Menurut teori elektromagnet klasik, percepatan dari partikel bermuatan
dapat meradiasikan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik (cahaya). Suatu elektron
yang mengelilingi inti sesungguhnya mengalami percepatan dikarena vektor kecepatan
secara sinambung terus berubah. Dengan demikian seharus elektron pada model Rutherford
akan berkurang energinya akibat radiasi dan maka dari itu bentuk sesungguhnya adalah
spiral menuju inti. Maka, menurut fisika klasik (abad ke-19), atom Rutherford tidak stabil
dan akan ambruk.
Kemudian 1913, Niels Bohr mengusulkan model dengan menggunakan konsep
kuantisasi energi dari atom hidrogen. Bohr mengasumsikan bahwa energi elektron dalam
atom hidrogen terkuantisasi, dengan membatasi gerak elektron pada hanya satu besar jenis
orbit. Bila suatu elektron membuat suatu bentuk transisi dari satu orbit Bohr menjadi orbit
lainnya, suatu foton cahaya yang memiliki frekuensi v memenuhi,
Eatas Erendah h
adalah mengabsorbsi atau mengemisikan energi, dimana Eatas dan Erendah adalah keadaan
rendah dan tinggi (konservasi energi). Dengan asumsi bahwa suatu elektron membuat
transisi dari keadaan bebas (terionisasi) menjadi bentuk orbit ikatan akan mengemisikan
suatu foton dimana frekuensi merupakan integral ganda dari satu-setengah frekuensi klasik
revolusi elektron pada orbit ikatan. Bohr menggunakan mekanika Newtonian dalam
menurunkan rumusan untuk tingkat energi atom hidrogen. Menggunakan (3), Bohr

mendapatkan kesesuaian antara rumusan dan spektrum hasil pengamatan hidrogen. Namun
demikian teori ini gagal untuk spektrum helium. Lebih lanjut, teori Bohr tidak dapat
digunakan alam memperhitungkan ikatan kimia dalam suatu molekul.
Persoalan dasar dalam model Bohr adalah dalam menggunakan mekanika klasik
newtonian dalam menjelaskan gerak elektronik dalam atom. Bukti dari spektrum atom
menunjukkan terdapat frekuensi diskrit yang menunjukkan adanya energi gerak tertentu
yang di-izinkan; energi elektronik adalah terkuantisasi. Namun demikian, mekanika
newtonian membolehkan adanya rentang kontinyu dari energi. Kuantisasi terjadi pada gerak
gelombang; sebagai contoh, frekuensi dasar dan overtone dari senar biola. Maka Louis de
Broglie 1923 mengusulkan bahwa gerak elektron memiliki aspek gelombang, elektron
dengan massa m dan kecepatan v akan memiliki panjang gelombang.
h
h

(4)
m p
dimana p merupakan momentum linier dengan analogi sebagai foton. Energi dari suatu
partikel (termasuk foton) dapat dieksperesikan sebagai E = mc2 sesuai dengan teori khusus
relativitas khusus Einstein, dimana m adalah massa relatif dari partikel, sebagai E = mc 2,
dimana c adalah kecepatan cahaya dan m massa relatif partikel. Menggunakan foton
h
h

untuk gerak
m p
foton dengan kecepatan c. Persamaan (4) berhubungan dengan persamaan elektron.
dihasilkan E foton h , maka didapatkan mc 2 h hc / dan

Pada 1927, Davisson dan Germer secara eksperimental menyatakan bahwa hipotesis
Broglie tentang pembiasan elektron dari logam dan mengamati efek difraksi. Pada tahun
1932, Sten mengamati efek yang sama dengan atom helium dan molekul hidrogen dengan
tambahan bahwa efek gelombang tidak tegak lurus terhadap arah elektron. tetapi hasil dari
beberapa hukum umum mengenai gerak untuk partikel-partikel mikroskopik.
Selanjutnya elektron-elektron berperilaku sebagian seperti partikel dan sebagian lagi
seperti gelombang. Kita berhadapan dengan suatu kontradiksi 'dualitas partikel-gelombang
dari materi dan cahaya. Bagaimana elektron-elektron tersebut dapat berperilaku sebagai
partikel yang entitasnya terlokalisasi dan sebagai gelombang yang tidak terlokalisasi.
Jawabannya adalah bahwa elektron bukanlah gelombang maupun partikel tetapi sesuatu.
Suatu gambaran akurat mengenai perilaku elektron adalah tidak mungkin menggunakan
konsep gelombang atau partikel dari fisika klasik. Konsep fisika klasik dikembangkan dari
pengalaman dalam dunia makroskopik, tetapi belum tentu menyediakan pemaparan yang
baik terhadap dunia mikroskopik. Evolusi telah membentuk otak manusia sehingga dapat
memahami dengan baik fenomena makroskopik. Sistem syaraf manusia tidak dikembangkan
untuk memahami fenomena-fenomena pada tingkat atom dan molekul, sehingga tidaklah
mengejutkan bahwa kita tidak dapat memahami secara lengkap fenomena seperti itu.
Walaupun foton dan elektron menunjukkan penampakan dualitas, mereka dapat
dikatakan sebagai entitas tertentu. Foton selalu berjalan dengan kecepatan dan massa nol;

elektron selalu berjalan dengan kecepatan < c dan massa tidal nol. Bila foton selalu
diperlakukan secara relatif, maka elektron diperlakukan secara nonrelativitas.
B.

Anda mungkin juga menyukai