1. KIMIA KUANTUM
Kimia kuantum merupakan aplikasi mekanika kuantum untuk
persoalan-persoalan kimia. Pengaruh kimia kuantum
dirasakan
sifat
termodinamika
(sebagai
contoh,
entropi,
sehingga
ditentukan
sifat-sifaf
molekul
secara
intermidiet,
meneliti
mekanisme
reaksi,
meramalkan
dipahami
dan
di-interprestasikan
hanya
dengan
molekul-molekul
biologis
besar
membuat
mekanika
tahun
dipanaskan,
maka
kita
akan
memulainya
dengan
tahun
yang
1801,
sangat
cahaya
Thomas
Young
menyakinkan
dengan menunjukkan
memberikan
tentang
hasil
keberadaan
meradiasikan
energi
dalam
bentuk
gelombang
Kecepatan gelombang
c
(Suatu
(1)*
persamaaan
Berbagai
label
dengan
konvensional
tanda
bintang
diberikan
harap
kepada
diingat)
geloambang
gelombang
elektromagnetik
dapat
dibagi
menjadi
dengan
lubang
kecil.
Ketika
ahli fisika
menggunakan
tidak
eksperimental.
Pada tahun 1900, Max Planck mengembangkan suatu teori
yang
dimana
eksperimental
Planck
Selanjutnya,
emisi
energi
radiasi
elektromagnetik
juga
pengamatan
dapat
dijelaskan
cahaya
sebagai
kumpulan
entiti
dengan
memperhatikan
mirip
partikel
(yang
(2)*
foton
menahan
yang
gaya
diabsorbsi
tahan
elektron
digunakan
dalam
untuk
logam
dan
menahan
sisanya
dimana
elektron lepas
1/2mv2
dan
cahaya
fotoelelektrik
memperlihatkan
bahwa
cahaya
memiliki
positif.
Besaran
bermuatan
tanda dan 1836 kali lebih berat dari elektron. Penyusun ketiga dari
atom
yang dilewatkan
Marsden
logam
berdekatan,
1904)
partikel
alfa
yang
gaya
berenergi
besar
tolakan hampir
akan
tidak ada,
pendek dan kuat, yang tidak akan dibahas di sini). Garis tengah
suatu atom adalah sekitar satu angstrom (1A = 10-8 cm = 10-10 m),
yang dihasilkan
Molekul-
berbagai
orbit,
mengelilingi
sebagaimana
matahari.
halnya
Namun
planet-planet
demikian,
bergerak
terdapat
persoalan
yang
mengelilingi
inti
sesungguhnya
mengalami
menuju
klasik (abad ke-19), atom Rutherford tidak stabil dan akan ambruk.
Kemudian 1913, Niels Bohr mengusulkan model dengan
menggunakan konsep kuantisasi energi dari atom hidrogen. Bohr
mengasumsikan bahwa
(konservasi
energi).
orbit
ikatan. Bohr
(3),
Bohr
energi
mendapatkan
dalam
atom hidrogen.
kesesuaian
antara
Namun
demikian teori ini gagal untuk spektrum helium. Lebih lanjut, teori
Bohr tidak dapat digunakan alam memperhitungkan ikatan kimia
dalam suatu molekul.
Persoalan
dasar
dalam
model
elektronik
menunjukkan
dalam
terdapat
Bohr
adalah
dalam
atom.
frekuensi
Bukti
diskrit
dari
spektrum
yang
atom
menunjukkan
terkuantisasi.
Namun
demikian,
mekanika
newtonian
1923
h
h
m p
(4)
Energi
dari
suatu
dieksperesikan sebagai
partikel
(termasuk
foton)
dapat
kecepatan
c.
Persamaan
h
h
(4)
berhubungan
dengan
persamaan elektron.
Pada 1927, Davisson dan Germer secara eksperimental
menyatakan bahwa hipotesis Broglie tentang pembiasan elektron
dari logam dan mengamati efek difraksi. Pada tahun 1932, Sten
mengamati efek yang sama dengan atom helium dan molekul
hidrogen dengan tambahan bahwa efek gelombang tidak tegak
lurus terhadap arah elektron. tetapi hasil dari beberapa hukum
umum mengenai gerak untuk partikel-partikel mikroskopik.
Selanjutnya elektron-elektron berperilaku sebagian seperti
partikel dan sebagian lagi seperti gelombang. Kita berhadapan
dengan suatu kontradiksi 'dualitas partikel-gelombang dari materi
dan
cahaya.
Bagaimana
elektron-elektron
tersebut
dapat
elektron
bukanlah gelombang
Jawabannya adalah
maupun
partikel
tetapi
dalam
dunia
makroskopik,
10
tetapi
belum
tentu
3. PRINSIP KETIDAKPASTIAN
Efek dualitas gelombang-partikel dapat dijumpai pada hal
pengukuran: secara simultan koordinat x dan komponen x dari
momentum linier dari suatu partikel mikroskopik. Suatu berkas
partikel dengan momentum p, berjalan sepanjang arah y, dan
berkas tersebut kemudian jatuh pada celah sempit. Di belakang
celah
tersebut
ditempatkan
suatu
gambar 1.1.
11
plat
fotografik.
Perhatikan
mencapai
suatu
titik
yang
diberikan.
Pola
difraksi
dibelokkan
ke
arah
atas
dengan
sudut
memiliki
12
- sampai
(5)
13
Maka AD
(6)
telah
didemostrasikan
hanya
untuk
satu
set
simultan
posisi,
akurasi
akan
meningkatkan
berkurang
untuk
penentuan
penyebaran
pada
pola
difraksi.)
14
Dikarenakan
dualitas
gelombang-partikel,
pekerjaan-
w,
tetapi
pengukuran
ini
akan
menghasilkan
suatu
d 2x
dt 2
(7)
Persamaan
(7)
dv d
dt dt
mengandung
d 2x
dx
, dimana v =
dt 2
dt
turunan
kedua
dari
15
(8)
(9)
d
g t , c1 , c2
dt
t t0
(10)
Kita akan gunakan persamaan (9) dam (10) untuk menjawab c1 dan
c2 dalam ungkapan x0 dan 0. Bila c1 dan c2 diketahui, maka greak
pasti selanjutnya dapat diprediksi.
Sebagai contoh dari persamaan (7) sampai (10) merupakan
gerakan vertikal dari medan partikel dalam gravitasi bumi. Sumbu x
menuju ke atas. Gaya pada partikel menuju ke bawah dan F m g ,
dimana g adalah konstanta percepatan gravitasi. Hukum kedua
Newton adalah mg md 2 x / dt 2 , maka d 2 x / dt 2 g . Suatu integrasi
16
dx/dt
Didapatkan
dx
gt gt0 0 .
dt
Integrasi
0 gt0 c1
dari
dan
c1 0 gt0
persamaan
Maka
tersebut
akan
2
menghasilkan x 12 gt ( gt0 0 )t c2 Jika selanjutya jika pada t 0 kita
mengetahui
posisi
x0,
maka
x0 12 gt 2 ( gt0 0 )t c2
dan
(15)*
17
pergerakan
hukum
planet
ini
menyebabkan
dalam
memberikan
banyak
filosof
alasan-alasan
18
prinsip
mendeduksi
dasar
dan
kemudian
konsekuensinya
secara
kan
digunakan
eksperimental,
untuk
seperti
sistem
memprostulatkan
pada
mekanika
keberadaan
fungsi
kuantum,
koordinat
kita
yang
akan
disebut
19
partikel,
akan memiliki
=(x,t). Fungsi
Hukum
kedua
Newton
memberikan
petunjuk
V ( x, t ) ( x, t )
i
t
2m
x 2
(12)
h
2
tentang
(13)*
fungsi
gelombang
dan
persamaan
dengan
Schrodinger
tergantung
waktu
mengandung
20
(14)*
dx
x, t
dx
adalah
selanjutnya
dapat
mengambil
beberapa
nilai
dari
x,
disetiap tempat. Nilai x pada wilayah disekita x=0 akan bernilai nol,
maka ||2 akan maksimum disekitar titik pusat.
Untuk
menghasilkan
hubungan
pasti
antara
||
dan
Teori
Bohr
memberikan jejak yang tepat dari elektron dan maka dari itu hal ini
bukan suatu gambaran mekanika kuantum.
Mekanika kuantum tidak berkata bahwa suatu elektron
terdistribusi pada wilayah luas sebagaimana gelombang yang
berdistribusi. Tetapi merupakan suatu kemungkinan pola (fungsi
gelombang)
elektron
yang
yang
digunakan
berperilaku
untuk
menggambarkan
gelombang
gelombang.
22
dan
mengikuti
gerakan
fungsi
Pembaca
mungkin
bertanya
bagaimana
suatu
fungsi
dapat
dengan
baik
dimengerti.
Prostulat
mekanika
menggunakan
analogi
antara
optika
geometri
dan
persamaan
geometri
dan
optika
gelombang.
Namun
23
sehingga
kita
tidak
harus
menurunkan
atau
membuktikan
prostulat
suatu
eksperimen.
(Rincian
mengenai
alasan
meikroskopik.
Secara
eksperimen,
objek
Efek
kuantum
dihubungkan
dengan
panjang
juga
hubungan
antara
relativitas
khusus
dan
24
beberapa
dengan
bulan
sebelum
menggunakan
membuktikan
bahwa
Schrodinger
persamaan
rumusan
1926
merumuskannya
differensial.
Heisenberg
Schrodinger
(disebut
mekanika
Schrodinger
menurunkan bentuk
tidak
tidak
tergantung
tergantung
waktu.
Kita
akan
yang
tregantung
waktu.
Persamaan
Schrodinger
h ( x, t )
h2 2 ( x, t )
V ( x ) ( x, t )
i
t
2m x 2
(15)
(16)*
25
( x) ,
t
dt
2 ( x, t )
d 2 ( x)
f
(
t
)
x 2
dx 2
( x)
f (t )
V ( x) f (t ) ( x)
i dt
2m
dx 2
Dimana kita
h 1 df (t )
h2 1 d 2 ( x)
V ( x)
i f (t ) dt
2m ( x ) dx 2
(17)
setiap bagian dari (17) adalah sama dengan suatu fungsi tertentu
dari x dan t. Namun demikian, bagian kanan-nya tidak tergantung
pada t; maka suatu fungsi yang tiap bagiannya sama harus tidak
tergantung
pada
waktu
t.
Bagian
kiri-nya
harus
tidak
26
ln f (t ) iEt / h C
dimana konstanta C adalah suatu konstanta integrasi. Maka
f (t ) eC eiEt / h AeiEt / h
dimana konstanta A menggantikan dengan eC. Selama A dapat
dimasukkan sebagai suatu faktor dalam fungsi ( x) yang dikalikan
dengan f(t) dalam (16). A dapat dihilangkan dari f(t). Maka
f (t ) e iEt / h
Seimbangkan persamaan (1.17) terhadap E, dihasilkan
h2 d 2 ( x )
V ( x) ( x) E ( x)
2m dx 2
(18)*
(19)
27
secara
eksperimen
dapat
diamati
adalah
kerapatan
Maka
2
(20)*
( x, t )
(21)
untuk
keadaan
dengan
bentuk
(19),
kerapatan
28
( x, t ) ( x ) ,
walaupun
fungsi
fungsi
gelombang
( x) disebut
lengkap
dari
fungsi
gelombang;
keadaan
stasioner
waktu (18).
Sebagai
penyederhanaan
persamaan-
Perlu
dicatat
bahwa
persamaan
Schrodinger
29
melingkar,
selama
kemungkinan
keluaran
sama,
m
n
1
13
54 4 . Maka
30
1312
5251
Kebolehjadian
kebolehjadian
dari
dua
kesempatan
kesempatan
dikalikan
dan
adalah
dengan
kondisi
12
51
13
52
. Sedangkan kebolehjadian
sumbu
dan
untuk
setiap
pengukuran
tertentu,
31
Mekanika
kuantum
memprostulatkan
bahwa
menentukan
kebolehjadian
kebolehjadian,
kita
menambahkan
dx Pr(a x b)
(22)*
32
dx 1
(23)*
stasioner
dan
dx 1
CONTOH
dx a 1e 2 x / a dx = (1 nm)-1e-2(1.5
10-6 (lihat juga soal 1.8.)
33
nm)/ (1 nm)
x0
memberikan
2 nm
Pr(0 x 2nm)
dx a
2 nm
2 x / a
dx
12 e 2 x / a |02 nm 12 (e 4 1) 0.4908
f ( x)dx
dx a 1 e 2 x / a dx a 1 e 2 x / a dx
2
a 1 ( 12 ae2 x / a |0 ) a 1 ( 12 ae 2 x / a |0 ) 12 12 1
7. BILANGAN KOMPLEKS
Telah kita lihat bahwa fungsi gelombang dapat berupa bilangan
kompleks, selanjutnya akan kita ulas beberapa sifat dari bilangan
kompleks.
dua
kuantitas
yang
dicirikan
dengan
bilangan
x r cos
y r sin
(24)
Bila z x iy , maka
z r cos ir sin rei
(25)
(`26)*
35
z* x iy re i
(27)*
(28)*
z1 r1 i (1 2 )
e
z2 r2
(29)
( z1 z2 )* z *1 z *2
(30)*
Selanjutnya,
z1
z2
z *1
z *2
( z1 z2 )* z *1 z *2
( z1 z2 )* z *1 z *2
(31)
36
| z1 z2 || z1 || z2 |
z1 | z1 |
z 2 | z2 |
(32)
Oleh sebab itu, jika adalah suatu fungsi gelombang kompleks, kita
akan menghasilkan
| 2 || 2 | *
(33)
e i 2 k / n
n merupakan bilangan bulat positif. Menggunakan (1.29) n kali, kita
akan mendapatkan n = 1. Maka adalah suatu akar ke n dari
keseluruhan.
e i 2 k / n
k = 0, 1, 2, , n-1
(34)
Untuk nilai k selain dari (1.34) memberikan suatu bilangan yang
fasenya berbeda dari suatu integral perkalian 2 dari bilangan pada
(1.34) dan bukan akar yang berbeda.
37
8. SATUAN
Dua sistem satuan yang berbeda biasanya digunakan dalam ilmu
pengetahuan. Pada sistem cgs Gaussian, satuan yang digunakan
untuk panjang, massa dan waktu adalah centimeter (cm), gram (g)
dan detik (s). Gaya dihitung sebagai dynes (dyn) dan energi dalam
ergs. Hukum Coulomb untuk besaran gaya antara Q 1 dan Q2
Q '1 Q '2
r2
dan
Q1Q2
dengan muatan Q1 dan Q2 dalam
4 0 r 2
adalah
konstanta
(yang
disebut
dengan
-1
resmi
direkomendasikan
untuk
satuan
dalam
ilmu
38
Q '1 Q '2
r2
(35)*
Q1
Q2
,
1/ 2 dan
(4 0 )
(4 0 )1/ 2
Q1
(4 0 )1/ 2
(36)*
9. RINGKASAN
Keadaan dari sistem mekanika kuantum digambarkan sebagai
fungsi keadaan atau fungsi gelombang , yang merupakan fungsi
dari koordinat dari suatu partikel dalam sistem dan waktu. Fungsi
keadaan
berubah
dengan
waktu
sesuai
dengan
persamaan
berdasarkan
39
1. PERSAMAAN DIFERENSIAL
Persamaan Schrodinger adalah suatu persamaan diferensial,
sekarang akan kita
bergantung waktu.
bergantung
Misalkan
tak
turunannya
40
waktu
dengan
mempertimbangkan
partikel
yamg
berada dalam box satu dimensi. Itu berati partikel hanya dalam
fungsi energi petensial yang bergerak sepanjang sumbu x dengan
panjang l. Sistem ini terlihat tidak realistis, namun
yang
akan
banyak
memabantu
kesuksesan
sistem inilah
pada
molekul
terkonjugasi.
Terdapat tiga daerah , daerah II dengan potensial energi nol,
sedang daerah I dan III berharga tak berhingga,
-
41
d2 /dx2 =
1/ d2 /dx2 =
atau
3 = 0
s2 + 2 mEh-2 = 0
s = - 2 mEh-2
s = i 2 mEh-2
juga bernilai
nol
lim 1 = lim 2
0 = lim ACos (2me)1/2 x h-1 + B sin (2me)1/2 x h-1
0=A
karena
sin 0 = 0
dan cos 0 = 1
43
, 2,
..maka
n = 2 / hsin (2me)1/2 l
harga n = 0
E = 0,
n = 1,2,3 ..
memiliki
energi
lebih
besar
dari
nol
atau
senantiasa positiv
panjang
4.00
nm.
Tentukan
frekwensi
dan
panjang
44
n = 1, 2,3 .
sin (- ) = - sin ,
sebarang
45
1 = IBI2 ( l/2)
Didapatkan
Jadi
hanya
menuliskan
nilai
absolut
persamaan
yang
gelombang
dapat
dalam
ditentukan.
box
satu
Dengan
dimensi
n = 1, 2,3 .
46
Gambar 3. grafik
dalam box
Terlihat bahwa keadaannya bertolek belakang dengan dunia
makroskopik, dimana pada tingkat 2 tidak dapat ditemukan partikel
pada l/2. Gambar 4 memperlihatkan probabilitas menemukan
partikel
diperoleh
dimanapun
47
0 <x < l
jika i = j
0l (2/l)1/2 sin ni x / l
(2/l)1/2 sin nj x / l
dx,
jika i j
bila t = x / l , maka
-xx i j dx = 2/l 0 sin ni t
sin nj t
dt l /,
jika i j
-xx
i j dx
+ nj )t dt = 0
karena m = 0 untuk m integer, maka
-xx i j dx = 0.
untuk i j
48
untuk bagian yang kedua. Harga E untuk partikel bebas yang paling
tepat pada persamaan di atas tersebut adalah :
E 0
49
hasilnya -xx
i j dx
50
4. LORONG WAKTU
Untuk partikel dalam dinding pembatas dan telah kita ketahui
bahwa pada daerah I dan III
mekanika
quantum
memperlihatkan
kemungkinan
51
lepasnya
partikel
alpha
dari
inti
radioaktiv
menuju
energi
52
Operator
1. Operator
Kita sekarang akan mengembangkan teori mekanika kuantum
yang lebih umum digunakan daripada sebelumnya. Kita mulai
dengan menuliskan persamaan Schrodinger tidak bergantung waktu
satu partikel dan satu dimensi dalam bentuk:
2d 2
V ( X ) ( x ) E ( x )
2
2mdx
(1)
sebuah
operator.
Operator
adalah
simbol
yang
operant
(Suatu
fungsi
yang
diperintahkan
operator)
harus
53
(2a)
(2b)
(3)
d
[ xf ( x)] f ( x) xf ' ( x) (1 xD) f ( x)
dx
(4)
xDf ( x) x
f ( x) xf " ( x)
dx
54
yang sama dari operasi yang diberikan pada suatu fungsi yang
diberikan. Contoh (3-4) di atas menunjukkan bahwa:
Dx = 1 + xD
(5)
Operator 1 adalah operator satuan. Operator 0 adalah operator Null.
Kita dapat memindahkan operator dari ruas satu ke ruas lainnya,
contoh persamaan (3-5) menjadi:
Dx xD 1 = 0
Operator memenuhi hukum asosiative dari perkalian:
A(BC) = (AB)C
Sebagai
contoh,
misal
(6)
A=d/dx,
B=x,
dan
C=3.
dengan
[(AB)C]f = (1 + xD)3f = 3f
+ 3xf
(BC) = 3x
(7)
55
d
d
d
3, dx 3 dx dx 3 0
dan
(8)
dx , x Dx xD 1
(9)
(10)
Jawab:
(d/dx)[f(x) + g(x)] = df/dx + dg/dx = (d/dx)(f(x) + (d/dx)g(x)
(d/dx)[cf(x)] = cdf(x)/dx
Sehingga d/dx mengikuti (3-9) dan (3-10) jadi d/dx adalah operator
linier. Tetapi
f ( x) g ( x)
f ( x)
g ( x)
57
(13)
58
fungsi eigen
untuk
sesuatu
diberikan
disebut
masalah
nilai
(15)
A(f + g) = Af + Ag
(16)
b = Konstanta
dimana k dan b adalah tetapan dan f dan g adalah fungsi.
59
(17)
df/f = kdx
ln f = kx + Konstanta
f = ekonstanta ekx
f = cekx
(18)
yang melibatkan
60
fungsi
Hamiltonian
kembali
lagi
digunakan
untuk
py=mvy,
pz=mvz
(19)
px2
V ( x)
2m
Persamaan
Schrodinger
(20)
tidak
bergantung
waktu
(1)
2d 2
V ( X )
2
2mdx
dimana nilai eigen adalah nilai yang mungkin dari suatu sistem
energi. Hubungan antara besaran fisika dalam mekanika klasik dan
operator dalam mekanika kuantum adalah hal yang umum. Ini
merupakan postulat dasar mekanika kuantum untuk setiap sifat fisik
(energi, koordinat dan momentum) yang berhubungan dengan
61
i
i q
q
pq
(21)
z=z
(22)
px
py
i y
pz
i z
(23)
i x
p x2
2 2
i x i x
x
(24)
dengan cara yang sama juga berlaku untuk py2 dan pz2.
Sekrang tinjau operator energi potensial dan energi kinetik
dalam satu dimensi. Anggap bahwa kita memiliki sistem dengan
fungsi energi potensial V(x)=ax2, dimana a adalah tetapan. gantikan
x dengan x, kita lihat bahwa operator energi potensial adalah
perkalian dengan ax2:
V(x) = ax2
Secara umum, kita memiliki beberapa fungsi energi potensial:
V(x) = V(x)
(25)
persamaan (3-20)adalah;
T = px2/2m
(26)
62
2
2m x
2m dx 2
(27)
Hamiltonian
mekanika
(28)
kuantum
(energy)
yang
bersesuaian adalah
2
d
H T V
V ( x)
2m dx 2
(29)
i=1, 2, 3, ...............
(30)
Operator B memiliki fungsi eigen dan nilai eigen, dan subcrip i
digunakan
untuk
menunjukkan
hal
ini.
biasanya
operator
persamaan (30).
Hii = Eii
(31)
63
2d 2
V ( X ) ( x ) E ( x )
2
2mdx
(32)
dapat memberikan
informasi kepada kita tentang sifat B?. Kita postulatkan bahwa jika
adalah fungsi eigen dari B dengan nilai eigen bk, maka
pengukuran B adalah tertentu dengan nilai bk. Sebagai contoh
adalah
energi,
fungsi
penyelesaian (x)
eigen
dari
operator
energi
adalah
(33)
(x). Kita
dapatkan:
H(x, t)= e-iEt/ H(x)=E e-iEt/ (x)=E(x, t)
H = E
(34)
Untuk keadaan stasioner, (x, t) adalah fungsi eigen dari H dan kita
tentu mendapatkan nilai E ketika kita mengukur energi.
Contoh dari sifat lain, misalnya momentum. Fungsi eigen g
dari px didapat dari penyelesaian:
pxg = kg
64
px g kg
(35)
dg
kg
i dx
kita dadatkan:
g = Aeikx/
(36)
(37)
(38)
iEt / 2
e
i x
l
1/ 2
n iEt / 2
nx
e
il
l
l
1/ 2
sin
nx
cos
l2
Px2 2
1/ 2
n 2 2 2 iEt / 2
nx
e
l2
l
l
sin
65
1/ 2
nx
cos
(39)
Px2
2m
(40)
n2h2
n2h2
P 2mE 2m
8ml 2
4ml 2
2
x
(41)
kanan atau
telah
sepakat
bahwa
ukuran
dari
sifat
harus
66
4. Persamaan Schrodinger
Untuk
Banyak Partikel
Tiga
Dimensi
Sampai sekarang kita membatasi diri pada sistem satu
partikel
satu
dimensi.
Perumusan
operator
yang
telah
H
t
(42)
(43)
tak
bergantung
waktu
dan
menggunakan
prosedur
pemisahan variabel.
Untuk sistem satu partikel tiga dimensi, mekanika klasik
Hamiltoniannya adalah:
H T V
1
( Px2 Py2 Pz2 ) V ( x, y, z )
2m
(44)
2m
x 2
y 2
z 2
V ( x, y , z )
(45)
y 2
z 2
(46)
2 2
V E
2m
(47)
67
2m
x 2 y 2 z 2
..
2m
x 2 y 2 z 2
2
2
2
2
Vi
2
2
2
y i
z i
xi
i 1
2 (48)
2 mi
(49)
H
i 1
2 v ( x1 ,........., z n )
2 mi
(50)
dan persamaan Schrodinger tak bergantung waktu menjadi:
i 1
2 v( x1 ,........., z n ) E
2 mi
(51)
(52)
68
(53)
Untuk
(54)
( x, y , z , t )
dxdydz 1
(55)
(56)
yang merupakan kebolehjadian pada waktu t secara simultan
menemukan partikel 1 dalam daerah kotak kubus yang sangat kecil
pada daerah (x1, y1, z1) dengan tepi dx1, dy1, dz1, partikel 2 dalam
kotak yang sangat kecil pada daerah (x2, y2, z2) dengan tepi dx2,
dy2, dz2, dan partikel n dalam kotak yang sangat kecil pada daerah
(xn, yn, zn) dengan tepi dxn, dyn, dzn. Total kebolehjadian
menemukan semua partikel adalah 1 dan kondisi ternormalkan
adalah:
...
(57)
Dalam mekanika kuantum merupakan hal yang biasa untuk
menyatakan integrasi pada seluruh jangkauan dari semua koordinat
dengan dq atau d. cara penulisan yang singkat untuk persamaan
(55) atau (57) adalah:
d 1
(58)
69
Meskipun
persamaan
(3-58)
kelihatannya
merupakan
sebuah
integral tak tentu, tetapi ini dikenal sebagai integral tentu, variabelvariabel dan jangkauan integralnya difahami dari konteks.
Untuk keadaan stasioner, II2= II2
(-59)
d 1
sub-bab
ini
kita
meninjau
kasus
tiga
dimensi
dari
(60)
V=
2m
Untuk
2 2 2
2 2
2
y
z
x
menyelesaikan
mengasumsikan
bahwa
(61)
persamaan
(61),
penyelesaian
70
kita
dapat
mulai
dengan
ditulis
sebagai
(62)
2
f ( x ) g " ( y ) h( z )
y 2
2
f " ( x ) g ( y ) h( z )
x 2
2
f ( x) g ( y )h" ( z )
z 2
Substitusipersamaan
(62)
(63)
dan
(63)
ke
persamaan
menghasilkan:
2
E0
2mf
2mg 2mh
(65)
E
2mf ( x)
2mg ( y ) 2mh( z )
(66)
71
(61)
EX
2 f " ( x)
2mf ( x )
(67)
Definisi (67) menunjukkan bahwa Ex tidak bergantung pada y dan z.
Persamaan (66) menunjukkan bahwa:
2 g" ( y)
2 h" ( z )
E
2 mg ( y )
2 mh ( z )
EX
Ey
Ez
2 g" ( y )
2 mg ( y )
2 h" ( z )
2mh( z )
(68)
persamaan
(68)
dan
menghasilkan:
Ex + Ey + Ez = E
(69)
72
(67)
ke
persamaan
(65)
E x f ( x) 0
d ( x) 2 2
dg ( y ) 2m
E y g ( y) 0
d ( y) 2 2
(70)
dh( z ) 2m
E z h( z ) 0
d ( z)2 2
(71)
kotak, kontinyuitas
khusus, harus nol pada didinding kotak yang terletak pada bidang
yz, dimana x=0 dan nol pada dinding paralel pada kotak dimana
x=a. Sehingga:
f(0) = 0,
dan
f(a) = 0
Ex
1/ 2
n xx
sin
nx2 h 2
,
8ma 2
nx=1, 2, 3, ......
persamaan yang
dihasilkannya adalah
2
g ( y)
b
Ey
n y2 h 2
8mb 2
n yy
1/ 2
sin
1/ 2
h( z )
, ny=1, 2, 3, ......
Ez
n z2 h 2
, nz=1,
8mc 2
3, ......
Dari persamaan (3-69), kita punya energi:
73
n zz
sin
2,
2
h 2 n x2 n y n z2
8m a 2 b 2 c 2
(72)
abc
n yy
n xx
n z
sin z
sin
a
c
b
1/ 2
( x, y , z )
(73)
sin
dxdydz
2
f ( x ) dx g ( y ) dy h( z ) dz 1
0
Dimana:
11
21
12
11
12
21
22
11
13
31
22
11
11
11
12
)
Teramati bahwa keadaan dengan bilangan kuantum berbeda
74
dihubungkan
dengan simetri
dari
sistem.
(76)
dari
Hamiltonian
dengan
nilai
eigen
W.
Kita
harus
H(cnn)
75
7. Nilai Rata-rata
Telah ditekankan dalam subbab 3.3 bahwa, ketika fungsi
keadaan bukan suatu fungsi eigen dari operator B, pengukuran B
akan menghasilkan salah satu dari sejumlah nilai yang mungkin
(nilai eigen dari B). Sekarang kita meninjau nilai rata-rata dari sifat
B untuk sistem dengan keadaan .
Untuk menentukan nilai rata-rata B secara eksperiment, Kita
ambil beberapa kesamaan, sistem yang tidak berinteraksi dalam
keadaan yang sama dan kita mengukur B dalam setiap sistem.
Nilai rata-rata B (disimbolkan dengan B ) yang didefinisikan
sebagairata-rata aritmatik dari nilai pengamatan b1, b2, ........., bN:
N
b
j 1
(79)
76
n b
(80)
b
j 1
0 20 20 60 60 80 80 80 100
56
9
n b
b
nb
b
N
Pb b
b
(81)
Sekarang tinjau nilai rata-rata koordinat x untuk sistem satu
partikel satu dimensi dalam keadaan (x t). Koordinat x kontinyu
disetiap range nilai dan kebolehjadian pengamatan partikel antara x
dan x + dx adalah II2 dx. Penjumlahan dari kebolehjadian yang
sangat kecil adalah sama dengan hasil integrasinya sehingga (81)
menjadi:
77
x ( x, t )
dx
(82)
Untuk kasus satu partikel tiga dimensi, kebolehjadian menemukan
partikel dalam element volume pada titik (x, y, z) dengan tepi dx,
dy, dz adalah
2
( x, y , z , t ) dxdydz
(83)
Jika kita inginkan kebolehjadian partikel berada pada antara x dan
x+dx, kita harus mengintegralkan persamaan (83) pada semua nilai
yang mungkin dari y dan z, sehingga (82) menjadi:
x
2
( x, y , z , t ) dydz xdx
( x, y , z , t )
xdxdydz
(84)
Sekarang tinjau nilai rata-rata dari beberapa sifat fisik B(x,y,z)
yang merupakan fungsi dari koordinat partikel. misalnya adalah
energi potensial V(x,y,z). Dengan alasan yang sama seperti yang
diberikan pada persamaan (3-84) menghasilkan:
B ( x, y , z
( x, y , z , t )
B ( x, y , z ) xdxdydz
(85)
B ( x, y , z )
* Bdxdydz
(86)
Secara
pada
koordinat
dan
momentum:
B=B(x, y, z, Px, Py, Pz)
Sehingga untuk kasus satu partikel tiga dimensi, nilai rata-ratanya
kita postulatkan menjadi:
B
* B
x, y , z ,
78
dxdydz
,
,
i x i y i z
* Bdxdydz
(87)
Dimana B adalah operator mekanika kuantum
B
* B
(88)
Karena
tidak
mengandung
turunan
waktu
sehingga
tidak
* B
(89)
* B * kd
k * d k
79
(90)
B C
BC
Nilai pengharapan sering digunakan untuk menggantikan nilai ratarata. Nilai pengharapan tidak harus salah satu dari nilai yang
mungkin kita dapatkan dari pengamatan. Misalnya jumlah rata-rata
anak-anak terlahir dari seorang wanita Amerika selama hidupnya
adalah 1,94.
persamaan
gelombang
keadaan
stasioner
=f(x)g(y)h(z) [pers. (62)] kedalam postulat nilai rata rata [pers. (389)] menghasilkan:
c b
x xd
0 0
karena
=0
diluar
f * g * h * xfghdxdydz
0
kotak.
penggunaan
persamaan
(3-74)
menghasilkan:
a
x f ( x) dx g ( y) dy h( z ) dz
0
x f ( x)
dx
80
2
a
x
x x sin 2
dx
a0
2
a
a
(91)
sehingga:
c b
p x * Pxd
0 0
px
px
f ( x) g ( y )h( z ) dxdydz
x
f * g *h* i
0
f * ( x) f ' ( x)dx g ( y)
a
f ( x) f ' ( x)dx 2i
dy h( z ) dz
2
f 2 ( x ) 0a 0
(92)
menyelesaikan
yang
partikel
kontinyu.
Kita
dalam
kotak,
sekarang
kita
membahas
adalah
fungsi
kebolehjadian,
gelombang
dengan
kita
akan
memilih
mampu
konstanta
81
9. Kesimpulan
Operator
adalah
Suatu
aturan
yang
digunakan
untuk
82
dari
suatu
sistem
digambarkan
oleh
fungsi
* B ,
83
dan
mengkorelasikan
hasil
eksperimen
untuk
serta
sumbu x (Px)
Postulat I.
84
sehingga
kuantitas
sebanding
dengan
85
kebolehjadian
terintegralkan
adalah
(probabilitas).
bertalian
Persyaratan
dengan
kuadrat
persyaratan
bahwa
(1)
ini
perhitungan
menjamin
observable.
diperolehnya
Operator
jawaban
hermite
real
didefinisikan
dalam
oleh
hubungan;
i* jd = j **id
(2)
86
(3)
sedangkan:
i*jd = (jI) atau jI
(4)
(5)
Theorema bahwa nilai eigen dari operator Hermite harus riel, bisa
dibuktikan dengan cara berikut ini: Andaikan terdapat satu set
fungsi eigen I dari beberapa operator Hermite , sehingga
ii =aii
(6)
(7)
dan
(i i) = (i ai i) = ai (i
i)
(8)
(i
i)* = (i ai i)* = ai (i
i)*
(9)
(10)
(11)
87
sehingga ai = ai* yang berarti bahwa nilai eigen ini haruslah nyata
(real) karena hanya bilangan nyata yang memiliki harga yang sama
dengan harga kompleks konjugasinya
Postulat III
Andaikan suatu operator yang bertalian dengan suatu observable
dan terdapat satu set sistem identik dalam keadaan s. Andaikan
pula bahwa s adalah fungsi eigen dari operator , sehingga
s=ass dimana as adalah bilangan (nilai eigen), maka jika seorang
membuat sederet pengukuran kuantitas yang bertalian dengan
pada anggota set yang berbeda, akan selalu diperoleh jawaban a s,
hanya bila s dan memenuhi kondisi itu, eksperimen akan
memberikan hasil yang sama di dalam setiap pengukurannya.
Ini adalah salah satu postulat yang menjembatani formulasi
matematika mekanika kuantum dengan pengukuran eksperimen di
dalam laboratorium. Sebagai contoh, ingin dihitung energi-energi
yang
dibolehkan
membandingkannya
bagi
sistem
dengan
atomik
hasil
atau
molekular
eksperimen.
Postulat
dan
III
demikian
masalahnya
disederhanakan
88
menjadi
n = En n
(12)
Substitusikan pada sistem partikel tunggal akan menghasilkan:
- 2/2m V2 + V = E
(13)
atau
2/2m V2 + (E V) = 0
(14)
Postulat IV
Diberikan suatu operator dan satu set sistem identik yang
dinyatakan oleh s yang bukan fungsi eigen dari . Sederet
pengukuran sifat yang bertalian dengan pada anggota set yang
berbeda, tidak akan memberikan hasil yang sama, melainkan akan
diperoleh suatu distribusi dengan harga rata-rata:
a'
a'
s
(15)
89
Postulat V
Evolusi vektor keadaan (State vector) (q, t) dalam waktu
diberikan oleh hubungan:
i /t =
(16)
(17)
Ao(q) = o(q)
(19)
90
(20)
sedangkan V = , sehingga:
2/2m (d2/dx2) + (E - ) = 0
(21)
atau
d2/dx2 =
(22)
91
atau
(24)
92
(n = 1, 2, 3, ....)
a2 = n22/l2 = 2mE/2
(27)
(28)
n (A Sin (nx/l))2dx = 1
(29)
Bila dievaluasi integral ini akan memberikan A=(2/l) 1/2, secara
ringkas fungsi gelombang dan energi yang dibolehkan untuk
partikel di dalam kotak adalah:
n = (2/l)1/2 Sin nx/l
(30)
En = n2h2/8ml2
(31)
93
n2
n=3
n=2
n=1
94
hubungan
dBroglie,
jika
panjang
gelombang
i(d/dx).
Px = -i d(A sin (x/l)/dx = -iA (/l) cos (x/l)
(32)
Jelaslah bahwa 1 bukan fungsi eigen dari Px, sehingga sesuai
dengan postulat IV, sederet pengukuran Px tidak akan memberikan
hasil yang sama. Dengan Teorema ini diperoleh:
Px
(33)
sehingga adalah fungsi eigen dari Px2 dan satu seri pengukuran
Px2 pada satu set sistem identik akan memberikan hasil yang sama
yakni nilai eigen:
(Px2)1 = 22/l2 = 2mE1
(35)
(36)
(2mE 1)1/2.
sebanyak kemungkinan
96
(38)
(39)
dimana: x = ((x2)-(x)2)1/2
P = ((P2)-(P)2)1/2
(40)
Fakta lain yang menarik dari partikel di dalam kotak adalah semua
fungsi gelombangnya memiliki integral :
(i/j)=0
untuk ij
97
orthogonal.
Harga
integral
dari
sepasang
fungsi
(41)
Sifat yang dimiliki oleh delta Kronecker adalah ij = 1 untuk i=j dan
ij untuk ij. Hubungan integral di atas mengandung arti bahwa
setiap fungsi dinormalkan dan semua pasangan fungsi bersifat
orthogonal. Bila hubungan tersebut dipenuhi, maka set fungsi
disebut set orthonormal.
Sifat orthogonalitas fungsi amatlah penting dalam kemanika
kuantum dan kimia kuantum umumnya. Penyelesaian yang paling
umum untuk d2/dx2=-2mE/ 2 adalah:
= A sin ax + B cos ax
(42)
= A e-iax + B e+iax
Dan
(43)
atau
(45)
(49)
(51)
dan
(52)
99
Ex = nx2h2/8ma2
Ey = ny2h2/8mb2
Ez = nz2h2/8mc2
Dan
XYZ = (8/abc)1/2 sin (nx/a) sin (ny/b) sin (nz/c)
(53)
E = Ex + Ey + Ez = h2/8m (nx2/a2 + ny2/b2 + nz2/c2)
(54)
Jika ketiga sisi sama, a = b = c, maka:
E = h2/8ma2 (nx2 + ny2 + nz2)
(55)
(56)
tersebut
dikatakan
berdegenerasi.
Jumlah
(58)
berlaku
(59)
untuk
semua
koordinat
partikel.
Metode
persamaan Schrodinger
H n = En . n
(1 )
101
(2 )
(3 )
(4 )
(5 )
H = Ho + H
(6 )
(7 )
+ xH
Dimana x = 0, siste
(8 )
ada
dua
macam,
yaitu
tingkat
energi
turbasi
(0)
, maka n
(0)
(0)
yang dikonversi
103
Hn =( H0 + H) n = Enn
Operator Hamiltonian bergantung pada parameter
dengan eigen
fungsin
dan eigen value En bergantung pada
n = n (,q) dan En = En()
q= koordinat-koordinat
Bila dimasukkan harga n dan En dalam seri Taylor untuk
n = n(=0 + n /)=0 + 2n /2)=0 2/2! +
En = En(=0 + En /)=0
+ 2En /2)=0
:
(9)
2/2! +
(10)
Dari hipotesis, = 0 n dan En
(k)
= 1/k! kn /)=0
(11)
En = En(0)+En(1) + 2 En 2 + + k En k +
(12)
Untuk K = 1,2,3, ., kita menamakan n k
kth
fungsi
panjang
gelombang
dan
Kita
akan
=0
104
gelombang yang sesuai dengan yang kita inginkan, kondisi < n(0) I
n>=1 disebut normalisasi intermediete suatu derivasi sederhana.
Catatan bahwa multifikasin
memberikan :
dalam
105
, yang
1, 2
(13)
saat
, kita dapatkan :
yang berbeda,
0, H0n(0)
En0n(0)
yang merupakan
= En1n(0) + En0n(1)
H0n(1) -En0n(1)
106
n(0)
< n(0) I H(0) n(1) > - En(0) < n(0) I n(1)> = En(1)< n(0) I n(0) > <
n(0) I H I n(0)> .
(18)
Dimana notasi Bracket persamaan digunakan operator H adalah
Hermitian dan menggunakan sifat Hermitian untuk persamaan pada
bagian kiri dari (19):
< n(0) I H I n(1)> = < n(1) I H0 I n(0)> * = < n(1) I H0 I n(0)>
= < n(1) I H0 I n(0)>* = < n(0) I H1I n(0)>
=
Dimana
kita
gunakan
persamaan
(19)
Schrodinger
nonperkubasi
< n(0 I
orde
pertama
untuk
energi
diperoleh
dari
rata-rata
107
. (21)
Setelah
mempelajari
sekian
banyak
tajuk,
mahasiswa
dan menerapkan
dan penggolongannya,
tentang jenis-jenis ikatan antar molekul, mengetahui fungsi
gelombang orthonormal dari orbital hibrida, dapat menentukan
energi elektro pi dengan menggunakan pendekatan terkonjugasi,
dapat menentukan energi elektron pi dengan metode HMO.
1.Ikatan Antar Atom
atom secara umum dapat di bagi menjadi dua golongan :
1. atom elektropositif yaitu atom yang lebih gemar melepaskan
electron daripada menangkapnya. Atom ini memiliki potensial
ionisasi dan elektronegativitas yang lebih rendah.
2. atom elektronegatif yaitu atom yang lebih suka menangkap
electron
daripada
melepaskannya.
Atom
ini
memiliki
108
karena
ada
trasfer
elektron
dari
atom
CsF
F2
109
menurut
atom
elektronegatif
(yang
satu
mengunakan
orbital
bonding dan yang lain orbital non bonding). Situasi ikatan tersebut
menyebabkan molekul yang memiliki ikatan hidrogen memiliki
ikatan titik didih yang relatif tinggi dibandingkan molekul sejenis
yang tidak berikatan hidrogen.
110
ij
i j. d dimana :
a. dimana I = j maka
ij
j maka
b. untuk i
ij
yaitu
i j. d = 0).
Setiap orbital hibrida (sp, sp2, sp3 dan lain-lain ) memiliki fungsi
gelombang yang bersipat normal dan sekaligus orthogonal atau
bersipat orthonormal yaitu memenuhi
2 2
2
i . d = j .d = 1 dan i j. d i j. d = 0.
Sebagai contoh :
Pada sepasang orbital hibrida sp maka kedua fungsi
gelombangnya adalah :
sp(i)
= a1
+ b1
sp(ii)
= a2
+ b2
Sipat normal :
2
1
. d =
22. d = 1
sehingga :
( a1
a12
+ b1 p )2. d = ( a2
2
s
. d + b12
+ b2 p )2. d = 1
. d +2a1b1
2
p
atau
a12 (1) + b12 (1) + 2a1b1(0) = 1
sehingga a12 (1) + b12 = 1
111
s p. d = 1
1 2. d = 2 1. d = 0
sehingga
( a1 s + b1 p ).( a2 s + b2 p ) d = ( a2 s + b2 p ).
( a1
+ b1 p ). d = 0
. d + b1b2
a1a2
a2b1
2
p
. d + a1a2
. d +
. d = 0
atau
a1.a2. (1) + b1.b2. (0) + a2.b1. (0) = 0
sehingga
a1.a2 + b1.b2 = 0.
Karena orbital s senantiasa bersipat sferis simetris dan total
karakter s dalam kedua orbital hibrida sp adalah 100 % maka a 1 =
a2 dan a1
+ a2
= 1.
1
2
2.
= 1. dari
1
.
2
1
=
2
1
2
2.
112
1
2
b1 =
Apabila
maka
b2
1
2
2 . Dengan
sp
= a1
(i)
sp
(i)
= a2
=
sp
(i)
sp
(i)
1
2
= a3
=
1
2
1
2
= a4
=
1
2
st
+ b1
st
st
+ b2
st
st
+ b3
pz
1
2
1
2
1
2
st
+ b4
st
1
2
py
1
2
1
2
py
1
2
pz
pz
1
2
py
1
2
py
1
2
px
px
+ c4 y + d4
1
2
px
px
+ c3 y + d3
pz
px
px
+ c2 y + d2
pz
pz
1
2
pz
pz
st
+ c1 y + d1
px
px
E4
113
E3
E2
E2
n2h2
8ma 2
12 h 2
22 h 2
10.h 2
+
)
=
8ma 2 8ma 2
8ma 2
E6
E5
114
E4
E3
E2
E1
E4 =
4 2.h 2
16.h 2
=
.
8ma 2
8ma 2
E = E4 E3 =
16.h 2
9.h 2
7.h 2
=
= h.v
8ma 2
8ma 2
8ma 2
8ma 2 hc
8ma 2 c
=
7h
7h 2
115
dimana
h = tetapan planek = 6,626 x erg.detik
m = massa elektron = 9,1 x 10
28
gram
c = kecepatan cahaya = 3,0 x 1010 cm.detik-1a = panjang molekul heksatriena (dalam cm).
6 Penentuan Energi Elektron Pi ( ) Dengan Metode HMO
(Orbital Molekul Huckel)
Metode
orbital
Molekul
Huckel
(HMO)
menggunakan
E = Eij =
HJ
I
*
HIJ = I H J . . d
i j
= 1 atau I
tetangga j
= 0 bila
S
IJ
i j
J . d
*
I
116
= 1 bila i = j
= 0 bila i j.
sebagai contoh molekul butadiena, C4H6 memiliki empat
elektron
yaitu CH2 = CH CH =
H12 ES12
H13 ES12
H14 ES14
H 21 ES 21
H 22 ES 22
H 23 ES 23
H 24 ES 24
H 31 ES31
H 32 ES32
H 33 ES33
H 34 ES 34
H 41 ES 41
H 42 ES 42
H 43 ES 43
H 44 ES 44
atau
E
bila disubstitusikan
E
= x maka determinan sekuler menjadi
sebagai berikut :
x
1 0 0
1 x
1 0
0 1 x
0 0 1 x
117
x 1 0
x
1 x 1
0 1 x
1 1 0
-1
0 x 1
0 1 x
1 x 0
+0
0 1 1
1 x 1
-0
0 0 x
0 1 x
=0
0 0 1
x4 x2 x2 x2 + 1 = 0
x4 3x2 + 1 = 0
x2 =
3 2,2
94
2
2
Dari x =
E
diperoleh E = 1,6. dan E 0,6.
1,6
0,6
118
0,6
1,6
jadi
22 h 2
12 h 2
3h 2
3h 2
erg
8ma 2
dimana
h = tetapan planek = 6,626 x 10-27 erg.detik
m = massa elektron = 9,1 x 10-28 gram
a= panjang molekul butadiene
nilai
dapat
diperoelh dari
E1 1,6
4,8h 2 12 h 2
8ma 2 8ma 2
atau
h2
4,8h 2 5,8h 2
erg
8ma 2 8ma 2 8ma 2
Atom
C
Integral Coulomb
Integral Resonasi
119
7 Penutup
Di dalam bab V ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman
sipat dualisme elektron baik sebagai materi yang memiliki massa
dan kecepatan gerak menurut Mekanika Newton (Mekanika Klasik)
maupun sebagai gelombang atau orbital dengan energi yang
terkuatumkan menurut Mekanika Gelombang (Mekanika Kuantum)
adalah sangat penting dalam mempelajari ikatan kimia baik ikatan
antar atom maupun atar molekul. Teori ikatan yang digunakan
adalah teori ikatan valensi (Valence Bond Theory) yang berpegang
pada ikatan yang terjadi karena keterlibatan elektron valensi
(elektron pada orbital terluar saja) dan teori orbital molekul
(Moleculer Orbital Theory) yang melibatkan semua elektron dalam
pembentukan ikatan kimia molekul. Hibridisasi adalah kasus khusus
dari teori ikatan valensi ; demikian pula halnya dengan teori tolakan
pasangan elektron kulit valensi (VSEPR, Valence Shell Electron Pair
Repulsion Theory). Menurut teori VSEPR, ikatan kimia yang paling
stabil memiliki tolakan pasangan elektron antar orbital bonding dan
orbital non bonding, yang paling rendah atau paling kecil.
DAFTAR PUSTAKA
120
Atkins, 1992, Physical Chemistry, Third Edition, John Willey and Son,
New york
Castellan G, 1983, Physical Chemistry, Third Efition, Addition Wesley
Publishing Company, New York
.
Green NJB, 1998, Quantum Mechanics 2 the Tool Kit, Oxford Science
Publications, London
Hanna MW, 1969, Quantum Mechanics In Chemistry, W A Benyamin
Inc, California
Levine I, 2000, Quantum Chemistry, Fifth Edition, Prentice Hall
International Inc, New York.
121