Anda di halaman 1dari 14

Prasetio 1

Eldani Prasetio
Ir. Hasniaty A, ST., MT., Ph.D.
D041221101
Kamis, 16 Maret 2023
Teori Kuantum Atom
Semua materi terdiri dari atom. Hingga akhir abad ke-19, atom dianggap sebagai bahan
penyusun terkecil dari materi yang tidak dapat dipecah lagi. Konsep ini bertahan untuk waktu
yang sangat lama karena eksperimen tidak dapat menunjukkan bahwa atom terdiri dari partikel
yang lebih kecil lagi. Eksperimen menunjukkan bahwa atom terdiri dari partikel kecil.
1.1 Penemuan Sinar Katoda
Penemuan sinar katoda adalah awal lahirnya konsep atom yang tersusun atas partikel-par-
tikel lebih kecil. Sinar katoda diamati dalam tabung vakum yang mengandung dua buah elek-
troda. Gambar 1.1 adalah contoh sinar katoda. Jika antara dua elektroda dipasang tegangan listrik
yang sangat tinggi maka diamati sinar yang mengalir dari elektroda negatif ke elektroda positif.
Dengan penerapan tegangan yang sangat tinggi maka elektron yang terdapat di katoda dapat di-
tarik keluar dan tercabut dari permukaan katoda. Elektron lebih mudah lagi keluar dari per-
mukaan katoda jika katoda tersebut sambil dipanaskan. Pemanasan menyebabkan energi kinetik
elektron meningkat. Ditambah dengan tarikan oleh medan listrik maka elektron lebih mudah
keluar dari katoda. Karena tabung divakumkan maka elektron yang keluar dari katoda dapat
mengalir dengan medah ke arah anoda tanpa adanya tumbukan oleh atom atau molekul gas. Jika
ada atom atau molekul gas (tabung tidak divakumkan) maka elektron yang keluar dari katoda
akan ditangkap oleh atom atau molekul gas dan membentuk ion-ion. Elekton yang mencapai an-
oda menjadi sangat sedikit atau bahkan tidak ada.

Gambar 1.1 Pendaran dalam tabung vakum yang diberi tegangan sangat tinggi
Prasetio 2

Pengukuran lebih lanjut terhadap sinar tersebut didapatkan sifat-sifat berikut ini.
a) Sinar katoda merambat dalam lintasan garis lurus dari katoda menuju anoda
b) Sinar katoda dapat dibelokkan oleh medan listrik. Ini menunjukkan bahwa sinar katode
memiliki muatan listrik. Berdasarkan arah pembelokkannya maka diidentifikasi bahwa
muatan listrik sinar katode adalah negatif.
c) Sinar katode dibelokkan oleh medan magnet. Ini juga adalah bukti bahwa sinar katode
memiliki muatan listrik. Dengan menggunakan hokum Lorentz juga dapat dibuktikan
bahwa sinar katode memiliki muatan negatif.
d) Sinar katode menghasilkan pendaran pada dinding tabung yang dikenainya.
1.2 Pengukuran e/m elektron
Segera setelah diketahui bahwa sinar katoda adalah partikel bermuatan negatif, maka
muncul usaha untuk mengukur muatan dan massa elektron. Usaha pertama dilakukan oleh J.J.
Thomson tahun 1897. Thomson tidak dapat mengukur muatan elektron saja dan massa elektron
saja. Yang dapat ditentukan hanya perbandingan muatan dan massa elektron, atau e/m. Hal ini
desebabkan karena kesulitan mengukur massa dan muatan secara terpisahbpada saat ini. Skema
percobaan Thomson tampak pada Gambar 1.2

Gambar 1.2 Skema percobaan Thompson untuk menentukan nilai e/m

Bagian utama dari alat yang digunakan Thomson adalah tabung sinar katode yang memi-
liki dua pelat sejajar di dalamnya dan diletakkan dalam posisi horizontal. Di luar tabung di-
pasang dua koil yang menghasilkan medan magnet homogen di dalam ruang antar dua elektroda.
Elektron yang melewati ruang antara dua elektroda dapat merasakan medan listrik dan medan
magnet sehingga dapat mengalami gaya Coulomb dan gaya Lorentz.
Prasetio 3

a) Jika medan magnet dan medan listrik nol (tidak diterapkan) maka elektron akan menem-
puh lintasan lurus dan jatuh di titik b pada layar elektroda.
b) Jika hanya medan listrik yang diterapkan maka selama menempuh dua elektroda elektron
mengalami gaya Coulomb sehingga lintasannya membelok. Akibatnya, elektron akan
jatuh di layar pada titik a. Besarnya gaya listrik yang dialami elektron adalah

Fc=eE

dengan FC gaya listrik yang dialami elektron, e muatan elektron, dan E kuat medan listrik
antara dua pelat.
c) Jika hanya medan magnet yang diterapkan maka selama menempuh dua elektroda elek-
tron mengalami gaya Lorentz sehingga lintasannya membelok. Arah medan diatur
sedemikian rupa sehingga arah pembelokan elektron oleh medan magnet berlawanan den-
gan arah pembelokan oleh medan listrik. Akibat adanya medan magnet tersebut elektron
akan jatuh di layar pada titik c. Besarnya gaya magnetik yang dialami elektron adalah

F L =ⅇvB

dengan FL gaya listrik yang dialami elektron, v laju elektron, dan B kuat medan magnet
antara dua pelat
d) Jika dua medan diterapkan sekaligus maka elektron akan mengalami gaya listrik dan gaya
magnet secara bersamaan dalam arah berlawanan. Besar medan magnet dan medan listrik
diatur sedemikian rupa sehingga besar ke dua gaya tersebut sama besar (saling menghi-
langkan). Akibatnya elektron kembali menempuh garis lurus dan jatuh di titik b. Dalam
keadaan ini berlaku

Fc=F L

maka,

ⅇE =ⅇvB
Prasetio 4

Dari hubungan ini kita dapat mendapatkan laju elektron


E
v=
B

e) Jika dikenai medan magnet, lintasan elektron dalam daerah yang mengandung medan
berbentuk irisan lingkaran. Dengan demikian berlaku

2
mr
evB=
r

e v
=
m Br

dengan r jari-jari kelengkungan lintasan ketika dikenakan medan magnet saja. Substitusi
persamaan bagian d ke dalam persamaan e diperoleh

e E
=
m B2 r

Semua besaran di ruas kanan persamaan di atas dapat diukur. Dengan demikian nilai e/m
dapat ditentukan. Dari hasil pengukuran yang teliti Thompson mendapatkan

e 11
=1,76 × 10 C /Kg
m

1.3 Model atom Thompson


Konsekuansi dari penemuan elektron sebagai partikel penyusunan atom adalah pemikiran
tentang bentuk atom itu sendiri. Penemuan elektron menggagalkan semua teori tentang atom
hingga saat itu. Teori atom baru perlu dibangun yang memperhitungkan keberadaan elektron se-
bagai partikel penyusunan atom. Yang pertama kali menyusun model atom baru ini adalah
Thompson.
Prasetio 5

Pada model Thompson, atom dianggap sebagai sebuah bola bermuatan positif yang di
permukaannya ditempeli oleh elektron-elektron. Bentuk atom ini serupa dengan onde-onde den-
gan muatan negatif adalah wijen dan muatan positif adalah bulatan ketan (Gambar 1.3). Dengan
demikian, material dibentuk oleh susunan atom-atom yang menyerupai onde-onde tersebut.
(a) (b)

Gambar 1.3 (kiri) Model atom Thomson. Model ini serupa dengan onde-onde di mana ketan bu-
lat adalah muatan positif dan wijen adalah electron yang bermutan negative (b)

Pada model Thompson, atom dianggap sebagai sebuah bola bermuatan positif yang di
permukaannya ditempeli oleh elektron-elektron. Bentuk atom ini serupa dengan onde-onde den-
gan muatan negatif adalah wijen dan muatan positif adalah bulatan ketan (Gambar 1.3). Dengan
demikian, material dibentuk oleh susunan atom-atom yang menyerupai onde-onde tersebut.
1.4 Percobaan Rutherford
Untuk mengecek model atom Thompson, Rutherford menembakkan lapisan tipis emas
dengan partikel alfa. Partikel alfa merupakan partikel berenergi tinggi yang dipancarkan dari un-
sur radioaktif. Kemudian sinar alfa yang dipantulkan atau diteruskan oleh lapisan emas tersebut
dideteksi. Skema percobaan Rutherford tampak pada Gambar 1.4.
Hasil dari percobaan Rutherford adalah
a) Sebagian besar partikel alfa menembus material
b) Sebagian kecil partikel partikel tersebut dibelokkan arahnya
c) Lebih sedikit lagi partikel dibelokkan dalam arah hampir berlawanan dengan arah datang
semula.
Adanya bermacam-macam sudut pantulan ini tidak dapat dijelaskan dengan model atom
Thompson. Dengan demikian model atom Thompson tidak terbukti.
Prasetio 6

Karena model atom Thomson tidak dapat menjelaskan eksperimen yang dilakukan oleh
Rutherford maka perlu dibangun suatu model atom baru. Model atom baru tersebut harus dapat
menjelaskan keberadaan elektron dalam atom yang dapat lepas dalam bentuk sinar katoda.
Model atom baru tersebut harus dapat menjelaskan lolosnya sebagian sinar alfa ketika menembus
lapisan tipis logam dan terpantulnya hanya sebagian kecil sinar tersebut.

Gambar 1.4 Skema percobaan Rutherford

1.5 Model atom Rutherford


Bagaimana menjelaskan hasil percobaan Rutherford yang tidak sejalan dengan model
atom Thompson? Hasil percobaan Rutherford dapat dijelaskan sebagai berikut
a) Sebagian besar volume material merupakan ruang kosong. Ini sesuai dengan pengamatan
bahwa sebagian besar partikel alfa menembus material.
b) Massa atom terkonsentrasi pada volume yang sangat kecil (menyerupai titik). Konsen-
trasi massa inilah yang memantulkan partikel alfa. Karena volume tersebut sangat kecil
maka jumlah partikel alfa yang dipantulkan sangat kecil.
c) Pembelokan partikel alfa hanya dapat dijelaskan jika konsentrasi massa memiliki muatan
yang sama dengan partikel alfa sehingga gaya listrik yang dihasilkan tolak-menolak. Jadi
konsentrasi massa atom harus bermuatan listrik positif. Konsentrasi massa yang bermu-
atan positif ini selanjutnya dinamai inti atom.
d) Karena atom juga mengandung elektron yang bermuatan negatif, maka elektron haruslah
berada di sekitar inti.
Prasetio 7

e) Karena elektron dan inti saling tarik-menarik melalui gaya Coulomb, maka agar elektron
tidak bergabung dengan inti, elektron haruslah berputar mengitari inti dengan kecepatan
tertentu. Hal ini serupa dengan planet-planet yang berputar mengitari matahari untuk
menghindari jatuh ke matahari akibat gaya gravitasi.
Prasetio 8

Hipotesis atom Rutherforf diilustrasikan pada gambar berikut.

Gambar 1.5 (atas) Penjelasan tentang hasil percobaan Rutherford dan (b) model atom
Rutheford

1.6 Model atom Bohr


Untuk mengatasi masalah yang dihadapi model atom Rutherford, Bohr mengusulkan
model kuantum untuk atom. Bohr pada dasarnya mendukung model atom Rutherford, tetapi
elektrodinamika klasik dibatasi keberlakuannya pada skala atom. Bangunan atom sebagai inti
yang dikelilingi elektron seperti yang dikemukakan Rutherford benar. Hanya Bohr mengusulkan
keberadaan sejumlah lintasan yang dimiliki elektron sehingga teori elektrodinamika klasik tidak
berlaku. Jika elektron berada pada lintasan-lintasan tersebut maka elektron tidak memancarkan
gelombang sehingga energi elektron tetap dan lintasannya tidak berubah. Lintasan-lintasan terse-
but disebut lintasan stasioner atau orbit.
Jika berada di luar lintasan stasioner maka teori elektrodinamika klasik berlaku dan elek-
tron memancarkan gelombang elektromagnetik. Akibatnya, energi elektron berkurang dan elek-
tron jatuh ke lintasan stasioner yang memiliki energi lebih rendah.
Prasetio 9

Pancaran gelombang elektromagnetik tersebut diamati sebagai spectrum atom. Jadi spek-
trum atom diamati ketika terjadi perpindahan elektron dari lintasan stasioner yang memiliki en-
ergi tinggi ke lintasan elektron yang memiliki energi rendah.
Bohr mampu menjelaskan kegagalan model atom Rutherford tentang kestabilan atom dan
terjadinya spektrum garis atom hidrogen. Menurut Bohr, elektron berotasi mengelilingi inti pada
lintasan-lintasan yang tentu. Selain itu, Bohr juga menjelaskan bahwa elektron dapat berpindah
ke lintasan lain dengan cara memancarkan atau menyerap energi.

Gambar 1.6 Model atom Bohr

1.7 Kaidah Seleksi


Secara umum, keadaan elektron dalam atom dinyatakan oleh empat bilangan kuantum:
utama, orbital, magnetik, dan spin. Tiap keadaan berkaitan dengan energi tertentu. Elektron
menyerap energi jika berpindah dari keadaan dengan energi rendah ke keadaan dengan energi
tinggi. Sebaliknya elektron memancarkan energi ketika berpindah dari keadaan dengan energi
tinggi ke keadaan dengan energi rendah.
Pertanyaan berikutnya, apakah elektron dapat berpindah dari satu keadaan ke sembarang
keadaan lain? Ternyata jawabannya tidak. Elektron hanya dapat berpindah dari satu keadaan ke
keadaan lain yang memenuhi syarat tertentu. Syarat ini yang dikenal dengan kaidah seleksi
adalah yang memenuhi

Δ l=±1
Prasetio 10

Kaidah seleksi ini menyatakan bahwa hanya dapat berpindah antara dua keadaan dengan
selisih bilangan kuantum orbital ±1. Jika mula-mula elektron memiliki ℓ = 4 maka transisi yang
diizinkan adalah pada keadaan dengan ℓ = 3 atau ℓ = 5. Selain itu tidak boleh.
1.8 Larangan Pauli
Untuk atom hidrogen yang tidak berada dalam medan magnet, tingkat energi hanya
bergantung pada bilangan kuantum utama, n . Namun untuk atom berelektron banyak, tingkat en-
ergi secara umum bergantung pada n dan ℓ. Perbedaan ini disebabkan misalnya karena adanya
interaksi antar elektron yang dimiliki atom tersebut.
Dalam atom berelektron banyak, elektron-elektron dipandang menempati keadaan-
keadaan yang direpresentasikan oleh empat bilangan kuantum, n , mlℓ, , dan ms . Pertanyaan
berikutnya adalah, berapa buah elektron yang boleh memiliki bilangan kuantum yang sama.
Apakah boleh lebih dari satu elektron memiliki n , ℓ, ml, dan ms yang persisi sama? Jawaban atas
pertanyaan ini diberikan oleh Wolfgang Pauli melalui prinsip larangan. Prinsip ini menyatakan
"Tidak boleh lebih dari satu elektron dalam sebuah atom memiliki empat bilangan kuantum yang
sama". Prinsip ini mengatur bagaimana penempatan elektron-elektron dalam sebuah atom.
1.9 Konfigurasi Elektron
Secara umum, energi elektron dalam atom ditentukan oleh bilangan kuantum n dan ℓ.
Untuk nilai n tertentu, nilai ℓ yang lebih kecil memiliki energi lebih kecil. Elektron-elektron
mula-mula diisi pada keadaan dengan energi lebih rendah. Pengisian keadaan oleh elektron (kon-
figurasi) elektron biasanya dinyatakan dengan menuliskan bilangan kuantum utama yang diikuti
oleh orbital dan jumlah elektron yang menempati orbital tersebut yang dinyatakan dalam tanda
superscript. Urutan penulisan mulai dari yang memiliki energi kecil adalah
1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, dan seterusnya.
Contohnya, atom natrium memiliki 11 elektron. Orbital 1s maksimal diisi dua elektron.
Orbital 2s maksimal diisi dua elektron. Orbital 2p maksimal diisi enam elektron. Orbital 3s mak-
simal diisi dua elektron. Jadi, konfigurasi elektron pada atom natrium (diisi hingga 11 elektron)
adalah
1s²2s²2p⁶3s¹
Konfigurasi elektron dalam keadaan dasar sejumlah unsure ditampilkan di Tabel 1.1.
Prasetio 11

Tabel 1.1 Konfigurasi elektron beberapa unsur dalam keadaan dasar.


Jumlah elektron Nama Unsur Konfigurasi elektron
1 H 1s¹
2 He 1s²
3 Li 1s²2s¹
4 Be 1s²2s²
5 B 1s²2s²2p¹
6 C 1s²2s²2p²
7 N 1s²2s²2p³
8 O 1s²2s²2p⁴
9 F 1s²2s²2p⁵
10 Ne 1s²2s²2p⁶
11 Na 1s²2s²2p⁶3s¹
12 Mg 1s²2s²2p⁶3s²
13 Al 1s²2s²2p⁶3s²3p¹
14 Si 1s²2s²2p⁶3s²3p²
15 P 1s²2s²2p⁶3s²3p³
16 S 1s²2s²2p⁶3s²3p⁴
17 Cl 1s²2s²2p⁶3s²3p⁵
18 Ar 1s²2s²2p⁶3s²3p⁶
19 K 1s²2s²2p⁶3s²3p⁶4s¹
20 Ca 1s²2s²2p⁶3s²3p⁶4s²
21 Sc 1s²2s²2p⁶3s²3p⁶3d¹4s²
22 Ti 1s²2s²2p⁶3s²3p⁶3d²4s²
23 V 1s²2s²2p⁶3s²3p⁶3d³4s²
24 Cr 1s²2s²2p⁶3s²3p⁶3d⁴4s²
25 Mn 1s²2s²2p⁶3s²3p⁶3d⁵4s²
26 Fe 1s²2s²2p⁶3s²3p⁶3d⁶4s²
Prasetio 12

1.10 Hukum Monseley


Penjelasan tentang panjang spektrum garis sinar-X pertama kali diberikan oleh Moseley
tahun 1914. Moseley mendapatkan bahwa panjang gelombang spektrum garis sinar-X memenuhi

1
λ∝
(Z−1)²

dengan Z adalah nomor atom material target. Hukum ini bisa dijelaskan sebagai berikut. Jika
elektron kulit K terpental keluar dari atom, maka elektron-elektron pada kulit luar akan melihat
inti atom dan satu elektron yang tersisi dan kulit K. Elektron di kulit L, M, N, dan seterusnya
melihat inti dan satu elektron yang tersisi di kulit K berperan seolah-olah sebagai inti baru den-
gan muatan efektif +Ze – e = (Z-1)e (muatan total inti dikurangi muatan elektron di kulit K). Jika
Z pada persamaan diganti dengan (Z-1) kita dapatkan energi foton yang dipancarkan atom adalah

( )
2 2 2 4
1 2 π k m(Z−1) e 1 1
= − 2
λ 3
h c
2
n2 n1

Tampak dari persamaan di atas bahwa

1 2
∝(Z−1)
λ

yang persis sama dengan hukum Moseley.


Prasetio 13

1.11 Contoh Soal


1) Jika panjang gelombang terpendek pada spektrum kontinu sinar-X dari suatu tabung
adalah 0,030 nm, berapa tegangan antara dua elektroda tabung?
2) Perkirakan panjang sinar-X yang dihasilkan akibat transisi elektrondari keadaan n = 2 ke
keadaan n = 1 dalam atom krom (Z = 24)

Jawab:

hc
1) V =
e λ0

(6,626 ×10−34)(3 × 108)


¿
(1,6 ×10−19)(3 ×10−10)
¿ 4141 V

1 1 1
( )
2) λ =R H 2 − 2 ( Z−1 )
n2 n1
2

¿(1,097 × 107 )
( 11 − 41 )(23)
2 2
2

¿ 4,35 ×10 9
Prasetio 14

Daftar Pustaka
Abdullah, Mikrajuddin. (2017). Fisika Dasar II. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Prabowo, Herwidhi Tri, Agus Yulianto, and Budi Astuti. "IDENTIFIKASI PEMAHAMAN

MAHASISWA TENTANG KONSEP TEORI ATOM BOHR." Prosiding Seminar

Nasional MIPA. 2017.

Anda mungkin juga menyukai