Anda di halaman 1dari 8

BAB 7

PERKEMBANGAN MODEL ATOM

7.1 Atom sebagai Penyusun Materi


Di awal abad ke-20, percobaan oleh Ernest Rutherford telah dapat
menunjukkan bahwa atom terdiri dari sebentuk awan difus elektron bermuatan
negatif mengelilingi inti yang kecil, padat, dan bermuatan positif. Berdasarkan
data percobaan ini, sangat wajar jika fisikawan kemudian membayangkan sebuah
model sistem keplanetan yang diterapkan pada atom, model Rutherford tahun
1911, dengan elektron-elektron mengorbit inti seperti layaknya planet mengorbit
matahari. Namun demikian, model sistem keplanetan untuk atom menemui
beberapa kesulitan. Sebagai contoh, hukum mekanika klasik (Newtonian)
memprediksi bahwa elektron akan melepas radiasi elektromagnetik ketika sedang
mengorbit inti. Karena dalam pelepasan tersebut elektron kehilangan energi, maka
lama-kelamaan akan jatuh secara spiral menuju ke inti. Ketika ini terjadi,
frekuensi radiasi elektromagnetik yang dipancarkan akan berubah. Namun
percobaan pada akhir abad 19 menunjukkan bahwa loncatan bunga api listrik
yang dilalukan dalam suatu gas bertekanan rendah di dalam sebuah tabung hampa
akan membuat atom atom gas memancarkan cahaya (yang berarti radiasi
elektromagnetik) dalam frekuensi-frekuensi tetap yang diskret.
Pada tahun 1913, Niels Bohr, fisikawan berkebangsaan Swedia, mengikuti
jejak Einstein menerapkan teori kuantum untuk menerangkan hasil studinya
mengenai spektrum atom hidrogen. Bohr mengemukakan teori baru mengenai
struktur dan sifat-sifat atom. Teori atom Bohr ini pada prinsipnya menggabungkan
teori kuantum Planck dan teori atom dari Ernest Rutherford yang dikemukakan
pada tahun 1911. Bohr mengemukakan bahwa apabila elektron dalam orbit atom
menyerap suatu kuantum energi, elektron akan meloncat keluar menuju orbit yang
lebih tinggi. Sebaliknya, jika elektron itu memancarkan suatu kuantum energi,
elektron akan jatuh ke orbit yang lebih dekat dengan inti atom.
Hal-hal yang mendasari model atom Bohr tentang atom hidrogen dapat
dikemukakan sebagai berikut:

1
1. Konsep foton yang menggambarkan gelombang elektromagnetik sebagai
berkas gumpalan-gumpalan energi yang berperilaku sebagai zarah memberikan
suatu wawasan baru dalam telaah tentang struktur atom. Telaah tentang
struktur atom dalam tataran mikroskopis dalam proses tingkat atom dan
subatom tidak dapat dipisahkan dari konsep foton.
2. Hasil eksperimen tentang spektrum atom hidrogen pada saat itu dan sampai
tahun 1913 tidak dapat diterangkan secara teoritik. Peralatan untuk mengukur
spektrum cahaya sudah cukup berkembang pada akhir abad ke-19. Pengamatan
tentang spektrum yang dipancarkan oleh gas-gas yang panas menujukkan
spektrum garis yang memiliki kharakteristik tersendiri. Banyak upaya telah
dilakukan untuk mencari rumus empirik tentang keteraturan ini. Rumus
empirik tentang keteraturan garis-garis spektrum itu tentunya merupakan alat
verifikasi terbaik untuk menguji kebenaran tentang teori-teori mengenai
struktur gas.

7.2 Model Atom Thomson


Model atom Thomson muncul karena adanya beberapa kegagalan pada
model atom Dalton. Beberapa kegagalan pada model atom Dalton adalah sebagai
berikut:
1. Teori atom Dalton tidak dapat menjelaskan gejala-gejala fisik ataupun kimiawi.
Hal ini dapat diketahui dari adanya kecacatan inheren yang ada pada atom
tersebut serta tidak berhasil menerangkan gejala – gejala spektra atom
hidrogen yang dicetuskan oleh Balmer.
2. Adanya keterkaitan dengan paradigma mekanika klasik Newtonian dan teori
gelombang elektromagnetiknya Maxwell dengan konsep dalton yang belum
adanya pengakuan keberhasilan Dalton yang masih bertahan hingga akhir
abad-19.
Tabung katode yang ditemukan oleh William Crockers mendasari
Thompson melakukan sebuah penelitian untuk menentukan sifat-sifat katoda
(1856-1940). Pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kecepatan sinar
katoda jauh lebih rendah daripada kecepatan cahaya. Kemudian, sinar katoda

2
tersebut bukan merupakan radiasi elektromagnetik. Dari penelitian Thompson
didapati:
1. Partikel penyusun atom adalah sinar katoda yang bermuatan negatif selanjutnya
disebut dengan elektron.
2. Sifat dasar atom yang netral, sehingga harus ada yang menjadi penetral ketika
ada elektron yang bermuatan negatif. Partikel penetral tersebut adalah proton
yang bermuatan positif dengan jumlah yang sama dengan jumlah elektron yang
ada.
Kesimpulan dari model atom Thompson:
▪ Atom merupakan bola pejal yang mempunyai muatan yang tersebar merata
diseluruh permukaan, yaitu muatan positif dan negatif.
▪ Muatan atom adalah netral, karena jumlah muatan negatif (elektron) sama
dengan jumlah muatan positif (proton).
Melalui model atom Thompson inilah ada beberapa sifat atom yang bisa
dijelaskan, di antaranya ukuran, total elektron, massa elektron dan muatan
listriknya.
Model atom Thomson memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
1. Model Atom Thompson dapat menjelaskan mengenai partikel subatomik.
Sehingga, Thompson membuktikan adanya partikel lain yang bermuatan
negatif dalam atom.
2. Adanya penguatan hasil penelitian dari Hertz dan Lenard yang menunjukkan
bahwa suatu partikel dapat menembus suatu atom, jika massa partikel tersebut
lebih ringan daripada elektron dari suatu atom. Hal ini dapat dibuktikan,
bahwa suatu partikel alfa dapat menembus suatu lempengan yang berbahan
alumunium atau emas.
Selain memiliki kelebihan, model atom Thomson juga memiliki beberapa
kelemahan atau kegagalan. Beberapa kegagalan pada model atom Thomson
adalah sebagai berikut:
1. Dari hasil pengamatan atau percobaan didapatkan spektrum serap atau pancar
dalam atom Hidrogen adalah 122 nm. Kadang kala, atom tidak memancarkan
atau menyerap radiasi pada frekuensi yang sama.
2. Tidak bisa menjelaskan hamburan partikel bermuatan.

3
7.3 Model Atom Rutherford
Pada tahun 1911, Ertnest Rutherford bersama dua orang asistennya
melakukan suatu percobaan untuk menguji teori atom JJ.Thomson, yang
menyatakan bahwa: Elektron tersebar merata pada atom, seperti halnya kimsis
pada roti, dan massa atom tersebar merata diseluruh isi atom. Rutherford
melakukan percobaan dengan menggunakan beberapa kompenen, seperti Gambar
7.1 berikut:

Gambar 4.1 Percobaan Rutherford

1. Kotak Timbal yang di dalamnya terdapat pemancar partikel alpha.


2. Slit atau celah yang terbuat dari pelat timbal.
3. Pelat Tipis yang terbuat dari emas.
4. Layar Berpendar berfungsi sebagai dektetor, yang dilapisi oleh zat ZnS
(Seng Sulfida).
Di dalam kotak timbal, terdapat unsur radioaktif radium yang
menghasilkan unsur radon dan partikel alpha. Partikel alpha digunakan karena
sifatnya yang sama atau setara dengan atom He yang bermuatan (+2) dan
bermassa 4 sma (2 proton dan 2 neutron). Jika partikel yang digunakan bermuatan
negatif misalnya partikel beta atau elektron, maka elektron akan bergabung
dengan e- lain dan diteruskan sinarnya. Selanjutnya terdapat sebuah celah yang
disebut dengan slit. Celah ini dipasang dengan tujuan untuk menyaring arah
pergerakan partikel alpha, agar tetap lurus (tidak konvergen maupun tidak
divergen). Celah tersebut dibuat dari bahan timbal. Bahan timbal digunakan

4
karena partikel alpha yang daya tembusnya paling kecil, tidak bisa menembus
timbal dan sifat timbal yang menahan radiasi.
Pelat emas digunakan karena sifatnya yang sulit teroksidasi, mudah
dibentuk, dan tersusun atas kristal ccp (cubic close packed). Jika logam yang
digunakan bersifat mudah teroksidasi, maka yang tertembak adalah oksidanya
bukan atomnya. Layar atau detektor, dilapisi Zn S yang dapat digunakan
menangkap radiasi dan dapat mengubah menjadi energi lain (listrik). Partikel
alpha yang dihasilkan unsur radio aktif Radium ditembakkan dengan kecepatan
2x107 m/s. Partikel alpha yang memiliki daya tembus yang paling kecil
dibandingkan dengan partikel Beta dan Gamma tidak bisa menembus timbal.
Karena terdapat celah, partikel alpha tetap bergerak lurus melewati celah dan
menumbuk lempeng emas. Menurut Thompson sebuah partikel menerobos dan
mengalami pembelokan θ. Perhatikan partikel alpha bermuatan ze (2e) mendekati
atom Thomson bermuatan ze yang menghasilkan medan listrik sesuai Gauss
sebesar:

Maka partikel alpha mengalami gaya elektron (tolak menolak) sebesar:

Gambar 7.2 Model atom Thomson dan Rutherford.

5
Jika teori atau model atom Thomson benar, maka seluruh partikel alpha
akan diteruskan. Akan tetapi hasil yang muncul dari percobaan Rutherford
meskipun terdapat banyak partikel yang diteruskan, ada sebagian kecil partikel
dibelokkan dan dipantulkan.

Gambar 7.3 Percobaan Rutherford penembakkan sinar alfa pada lempengan emas
tipis.

Hasil ini kemudian membawa Rutherford menuju 3 kesimpulan:


1. Sebagian besar partikel alpha menembus lempeng emas tanpa dibelokkan,
karena melewati ruang kosong. Sehingga ia berasumsi bahwa jarak antara inti
atom dan elektron sangatlah jauh jiak dibandingkan dengan ukuran elektron
dan inti atom.
2. Sedikit sekali partikel alpha yang dipantulkan kembali. Hal ini menunjukkan
bahwa partikel alpha (+2) menumbuk inti atom yang bermuatan positif.
3. Sebagian kecil partikel alpha dibelokkan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa
muatan inti atom sejenis dengan partikel alpha (+2), ketika partikel alpha lewat
didekat ini atom, partikel akan dibelokkan oleh gaya tolak-menolak muatan
listrik yang sejenis.
Meskipun model Rutherford telah mampu menjelaskan struktur atom yang
rumit dengan baik dan mudah dipahami serta menjelaskan bentuk lintasan
elektron, akan tetapi model ini masih memiliki kekurangan:
1. Letak elektron dan cara rotasinya tidak dapat dijelaskan.
2. Spektrum garis yang terapat pada atom Hidrogen tidak dapat dijelaskan.
3. Elektron yang tidak dapat jatuh ke inti atom tidak dapat dijelaskan.

6
7.4 Spektrum Atom (Percobaan Balmer dkk)
Pada tahun 1885, JJ Balmer seorang guru sekolah menengah di Swiss
berhasil menemukan suatu rumus empirik sederhana yang dengan ketepatan tinggi
dapat menyatakan frekuensi garis-garis spektrum hidrogen dalam daerah tampak,
sbb:
Tabel 1. Spektrum Deret Balmer
Garis Spektrum Panjang Gelombang
Frekuensi (1014 Hz)
Hidrogen (Angstrom)
Hα 6562,8 4,569
Hβ 4861,3 6,168
Hγ 4340,5 6,908
Hδ 4101,7 7,310
H∞ 3645,6 8,224

Rumus Balmer untuk panjang gelombang tersebut adalah:

Setiap panjang gelombang yang lain diperoleh dengan mensubstitusikan bilangan


bulat n>2, seperti n=3, 4, 5, ...
Dalam frekuensi rumus di atas menjadi:

Pada persamaan di atas panjang gelombang dinyatakan dalam angstrom,


oleh karena itu kecepatan cahaya c juga harus dinyatakan dalam angstrom/sekon
sehingga diperoleh:

dengan n bilangan bilangan bulat yang lebih besar dari 2.

7
Dalam tahun 1908 Paschen menemukan bahwa ada suatu deret lain dalam
spektrum hidrogen yang terletak dalam daerah infra merah. Deret tersebut
memenuhi hubungan matematik:

dengan n suatu bilangan bulat yang lebih besar dari 3.


Deret Balmer dan Paschen dapat dikembalikan pada suatu bentuk
matematika sbb:

Dalam ungkapan tersebut deret Balmer muncul apabila diambil m = 2 dan


n >2; deret Paschen muncul bila m=3 dan n>3.

Latihan Soal
1. Buktikan model atom hidrogen Bohr tidak bertentangan dengan prinsip
ketidakpastian dengan menghitung ketidakpastian momentum elektron yang
terperangkap dalam daerah berdimensi linier ao dan bandingkan besaran ini
dengan momentum elektron dalam keadaan dasar dari orbit Bohr.
2. Tentukan panjang gelombang de Broglie elektron pada atom hidrogen untuk
lintas edar ke-2!
3. Mengapa logam yang digunakan pada percobaan Rutherfor adalah emas
(pelat emas)?
4. Tentukan berapa beda potensial pemercepat minimum yang harus dipasang
agar elektron dalam atom hidrogen dapat keluar dari keadaan dasarnya!
5. Sebuah elektron dalam atom hidrogen memiliki energi -13,6 eV. Tentukan
berapa energi foton yang diserap elektron agar dapat berpindah ke lintasan
dengan energi -3,4 eV!

Anda mungkin juga menyukai