Anda di halaman 1dari 4

MODEL-MODEL ATOM

Ditulis pada Juli 23, 2011 oleh gimasmart

1. Perkembangan Teori Atom

Perkembangan teori atom telah dimulai sejak sebelum masehi oleh ahli-ahli filsafat Yunani.
Demokritos (460 – 370 SM), seorang filsuf Yunani mengemukakan istilah atom dalam bahasa
Yunani sebagai atomos yang berarti tidak dapat dibagi-bagi lagi. Dari kata itulah, Demokritos
mendefinisikan atom sebagai partikel yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Namun konsep atom ini,
hanyalah merupakan pemikiran semata tanpa dibuktikan dengan hasil eksperimen.

Meskipun pemikiran tersebut benar, tetapi memiliki kelemahan, yakni tidak dapat menjawab
pertanyaan tentang hakekat dan sifat atom itu sendiri.

2. Teori Atom Dalton

John Dalton (1766 – 1844), adalah seorang ilmuwan Inggris. Berdasarkan percobaan-percobaan
dan penelitian yang dilakukannya, ia membuat teori atom sebagai berikut:

1. Atom merupakan partikel terkecil yang tak dapat dibagi lagi.


2. Atom-atom suatu unsur semuanya sama dan tidak dapat berubah menjadi atom unsur
lain.
3. Dua atom atau lebih dari unsur-unsur yang berlainan dapat membentuk suatu molekul.
4. Pada suatu reaksi kimia, atom-atom berpisah. Tetapi, kemudian dapat bergabung lagi
dengan susunan berbeda dari semula menurut perbandingan tertentu, dengan massa
keseluruhannya tetap.
5. Pada reaksi kimia atom-atom bergabung menurut perbandingan tertentu yang sederhana.

Teori atom Dalton ini sesuai dengan gagasan Lavoisier tentang hukum kekekalan massa, yakni
massa zat sebelum dan sesudah reaksi tetap sama, dan gagasan Proust tentang hukum
perbandingan tetap, yakni perbandingan unsur-unsur dalam suatu senyawa tetap.

Namun, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya penemuan-
penemuan dalam bidang listrik, maka teori atom Dalton yang menyatakan atom merupakan
partikel terkecil yang tak dapat dibagi lagi mulai diragukan oleh banyak ilmuwan.

3. Model Atom Thomson

Setelah elektron ditemukan sebagai partikel hasil peruraian atom, menjadikan teori atom Dalton
tak berlaku lagi. Dengan penemuan elektron ini, maka atom bukan lagi suatu partikel terkecil
yang tidak dapat dibagi lagi. Penemuan elektron pertama kali dijelaskan oleh Michael Faraday
yang beranggapan bahwa partikel-partikel elektron bersifat sebagai pembawa arus listrik negatif.
Beberapa ilmuwan lain, seperti: Goldstein, Crookes, Lenard, Perrin, Hertz dan J.J Thomson
juga menegaskan akan adanya elektron sebagai partikel hasil peruraian atom.
Pada tahun 1904, J. J Thomson mengemukakan suatu model atom yang berbeda dengan teori
atom Dalton. Menurut Thomson, atom merupakan bola padat dan mempunyai muatan positif
yang terbagi rata ke seluruh atom. Muatan ini dinetralkan oleh elektron-elektron yang juga
tersebar mengelilingi atom. Model atom Thomson disebut juga sebagai model puddding
Thomson atau model roti kismis. Coba Anda perhatikan model atom Thomson pada gambar di
bawah ini.

Model atom Thomson memiliki kelemahan yaitu belum ada bagian-bagian atom atau dengan
kata lain tidak ada pemisahan antara elektron dan proton, karena kedua tersebar merata ke
seluruh atom.

Sekarang, marilah Anda pelajari model atom berikutnya, yaitu model atom Rutherford.

4. Model Atom Rutherford

Untuk beberapa ilmuwan, seperti Lenard dan Rutherford, model atom Thomson masih perlu
dibuktikan kebenarannya melalui percobaan secara empiris.

Ernest Rutherford (1871 – 1937), seorang ilmuwan Inggris bersama dua orang asistennya
Geiger dan Marsden pada tahun 1911, menguji kebenaran model atom Thomson. Mereka
melakukan percobaan dengan menembakkan sinar alfa (α) melalui celah pelat timbal dan
ditumbukkan dengan lempeng emas tipis yang berukuran 0,01 mm. Untuk mendeteksi partikel
alfa yang keluar dari lempeng emas, dipasang layar yang berlapis seng sulfida. Apabila partikel α
bertumbukkan dengan lempeng ini maka akan menyebabkan nyala sekilas atau fluoresensi yang
dapat terlihat secara jelas. Untuk lebih jelasnya, Anda perhatikan bagan percobaan Rutherford
pada gambar di bawah ini.

Hasil pengamatan Rutherford dinyatakan sebagai berikut:

– Sebagian besar sinar α dapat menembus lempeng emas dengan lurus, hal ini terjadi
karena tidak dipengaruhi oleh elektron-elektron. Karena sebagian besar bagian atom merupakan
ruang kosong.

– Sebagian kecil sinar α dibelokkan, karena lintasannya terlalu dekat dengan inti atom,
sehingga dipengaruhi oleh gaya tolak inti atom. Karena inti atom bermuatan positif.

– Sedikit sekali sinar α dipantulkan kembali sebab tepat bertumbukkan dengan inti atom.
Karena massa atom terpusatkan pada inti atom.

Hasil percobaan Rutherford ini dapat digambarkan seperti pada gambar 1.4 di bawah.

Dengan kenyataan seperti itu, Rutherford membuat teori atom, sebagai berikut:

1. Muatan positif berkumpul pada suatu titik di tengah-tengah atom yang disebut inti atom.
2. Muatan negatif (elektron) berada di luar inti atom dan bergerak mengelilingi inti pada
lintasannya seperti planet-planet mengelilingi matahari pada sistem tata surya.
Sebagaimana halnya model atom Thomson, model atom Rutherford juga harus diuji
kebenarannya apakah sesuai dengan kenyataan atau tidak. Dari hasil pengujian para ilmuwan
ternyata juga ditemukan adanya kelemahan pada model atom Rutherford.

Ada dua kelemahan pada model atom Rutherford. Kelemahan pertama, yaitu: elektron yang
bermuatan negatif bergerak mengelilingi inti atom yang bermuatan positif sambil mendapatkan
percepatan ke arah inti atom karena pengaruh gaya tarik inti atom. Berdasarkan hukum-hukum
elektromagnetik, gerakan elektron yang demikian akan menimbulkan gelombang
elektromagnetik dan memancarkan energi. Akibatnya energi elektron akan menyusut, sehingga
jari-jari lintasannya akan mengecil.

Maka lintasan elektron tidak lagi merupakan lingkaran berjari-jari sama, namun merupakan
spiral atau putaran yang berpilin mendekati inti atom, hingga akhirnya elektron jatuh ke inti
atom, seperti pada gambar 1.6 di bawah. Tetapi kenyataannya hal ini tidak pernah terjadi. Setiap
elektron yang bergerak mengitari inti atom tidak pernah mendekati dan masuk bergabung dengan
inti atom. Dari penjelasan di atas, dapat Anda simpulkan bahwa model atom Rutherford tidak
dapat menjelaskan konsep kestabilan atom.

Kelemahan kedua, model atom Rutherford tidak dapat menjelaskan spektrum garis hidrogen.
Hal ini terjadi karena lintasan elektron semakin mengecil, sehingga waktu putarnya juga
berkurang dan frekuensi gelombang yang dipancarkan menjadi beraneka ragam. Sehingga, atom
hidrogen tidak akan menunjukkan spektrum garis tertentu, namun spektrumnya merupakan
spektrum kontinu. Sedangkan pada kenyataannya dengan menggunakan spektrometer
menunjukkan bahwa spektrum atom hidrogen merupakan garis yang khas.

Tidak sulit, bukan? Apabila belum paham, pelajari kembali materi tersebut baik-baik. Bagi Anda
yang sudah paham, Anda dapat melanjutkan ke materi berikut ini.

5. Model Atom Bohr

Pada tahun 1913 berdasarkan hasil suatu penelitian, Neils Bohr (1885 – 1962), seorang ilmuwan
Swedia memperbaiki dua kelemahan model atom Rutherford. Bohr menyusun model atom
hidrogen berdasarkan model atom Rutherford dan teori kuantum Planck.

Bohr mengemukakan dua postulat tentang model atomnya, postulat pertama menyatakan:
Elektron tidak dapat bergerak mengelilingi inti melalui sembarang lintasan, namun elektron
hanya dapat berputar di sekitar inti melalui lintasan tertentu tanpa melepaskan energi.
Dimana lintasan tersebut dinamakan lintasan stasioner.

Pada lintasan stasioner itu elektron mempunyai momentum anguler. Meskipun postulat ini
bertentangan dengan teori elektromagnetik, namun hal ini benar dan dapat dibuktikan dengan
teori kuantum Planck atau mekanika kuantum.

Dari postulat pertama Bohr, jelas bahwa lintasan elektron adalah tetap dan merupakan deret
tertentu.
Kulit paling dekat ke inti yang merupakan lintasan elektron terdalam (terkecil) mempunyai
tingkat energi terendah dinamakan kulit K, selanjutnya kulit lebih luar dengan energi yang lebih
tinggi disebut kulit L, kemudian kulit M, N dan seterusnya.

Sedangkan postulat kedua Bohr menyatakan: Elektron dapat berpindah lintasan dari lintasan
luar ke lintasan dalam sambil membebaskan atau memancarkan energi foton (cahaya)
sebesar hf, bila berpindah lintasan dari lintasan dalam ke lintasan luar akan menyerap energi
foton juga sebesar hf. Dengan kata lain dapat pula dinyatakan: Elektron pindah dari lintasan
dengan bilangan kuantum utama besar ke lintasan dengan bilangan kuantum kecil, elektron
memancarkan energi foton (cahaya), jika sebaliknya elektron menyerap energi foton.

Secara skematis proses perpindahan elektron dari lintasan luar ke lintasan dalam sambil
membebaskan atau memancarkan energi sebesar hf, dan perpindahan elektron dari lintasan
dalam ke lintasan luar sambil menyerap energi.
Dari teori atom Bohr yang telah Anda pelajari di atas, jelaslah kini bahwa model atom Bohr
merupakan penyempurnaan dari model atom Rutherford, sehingga model atom ini dinamakan
juga sebagai model atom Rutherford – Bohr, yang berbunyi:

1. Atom terdiri dari inti atom yang bermuatan positif, terletak di pusat inti dan elektron
yang berputar mengelilingi inti atom pada lintasan-lintasan tertentu.
2. Elektron hanya bisa berada pada lintasan tertentu dan bisa berpindah dari lintasan yang
satu ke lintasan yang lainnya, namun tidak dapat menempati sembarang lintasan.

Namun, seperti teori atom Dalton, model atom Thomson dan model atom Rutherford, model
atom Bohr pun memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan model atom Bohr yaitu:

1. Model atom Bohr hanya berlaku untuk atom hidrogen, sedangkan untuk atom lain
memiliki perhitungan yang berbeda.
2. Lintasan elektron yang mengelilingi inti bukan merupakan lingkaran saja, namun
bermacam-macam bentuk lingkaran, sehingga amat rumit.
3. Bohr tidak dapat menjelaskan peristiwa-peristiwa atom dalam suatu ikatan kimia dan
pengaruhnya terhadap medan magnet.

Anda mungkin juga menyukai