Kelas 10
SMAN 4 BOJONEGORO
Semester 1 Tahun pelajaran 2015-2016
Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi
Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki
atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda
Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat
dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen
Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali
dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada
tolak peluru. Seperti gambar berikut ini:
Kelemahan:
Teori dalton tidak menerangkan hubungan antara larutan senyawa dan daya hantar
arus listrik.
Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya tersebar
muatan negatif elektron
Model atomini dapat digambarkan sebagai jambu biji yang sudah dikelupas
kulitnya. biji jambu menggambarkan elektron yang tersebar marata dalam bola
daging jambu yang pejal, yang pada model atom Thomson dianalogikan sebagai
bola positif yang pejal. Model atom Thomson dapat digambarkan sebagai berikut:
Kelemahan:
Kelemahan model atom Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan
positif dan negatif dalam bola atom tersebut.
Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas, maka
didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.
Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom, berdasarkan
fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan
1:20.000 merupakan perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom
kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran atom keseluruhan.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford
mengusulkan model atom yang dikenal dengan Model Atom Rutherford yang
menyatakan bahwa Atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan
positif, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Rutherford menduga
bahwa didalam inti atom terdapat partikel netral yang berfungsi mengikat partikel-
partikel positif agar tidak saling tolak menolak.
Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.
4. Teori atom Bohr
Pada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki
kegagalan atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom
hidrogen. Percobaannya ini berhasil memberikan gambaran keadaan elektron
dalam menempati daerah disekitar inti atom. Penjelasan Bohr tentang atom
hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori
kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai berikut:
Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron dalam
atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner (menetap)
elektron dan merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.
Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga
tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap.
Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan stasioner
lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan
persamaan planck, E = hv.
Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu,
terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut
merupakan kelipatan dari h/2 atau nh/2, dengan n adalah bilangan bulat dan h
tetapan planck.
Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-
lintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi
paling rendah adalah kulit elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar
semakin besar nomor kulitnya dan semakin tinggi tingkat energinya.
Kelemahan:
Model atom ini tidak bisa menjelaskan spektrum warna dari atom berelektron
banyak
Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut
orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger.Erwin
Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi gelombang untuk
menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.
Persamaan Schrodinger.
x,y dan z : Posisi dalam tiga dimensi
Y : Fungsi gelombang
m : Massa
: h/2p dimana h = konstanta plank dan p = 3,14
E : Energi total
V : Energi potensial
Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model atom
mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner
seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut
orbital (bentuk tiga dimensi darikebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan
keadaan tertentu dalam suatu atom)
Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya. (Elektron
yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut)
Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti,
tetapi bolehjadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron.
B. STRUKTUR ATOM
Percobaan tabung sinar katode pertama kali dilakukan oleh William Crookes (1875).
Hasil ekperimennya yaitu ditemukannya seberkas sinar yang muncul dari arah katode
menuju ke anode yang disebut sinar katode.
George Johnstone Stoney (1891) yand mengusulkan nama sinar katode disebut
elektron. Kelemahan dari stoney tidak dapat menjelaskan pengaruh elektron
terhadap perbedaan sifat antara atom suatu unsur dengan atom dalam unsur lainya.
Antonine Henri
Besarnya muatan dalam eletron ditemukan oleh Robert Andreww miliki (1908) melalui
percobaan tetes Minyak Milikan seperti gambar berikut.
Minyak disemprotkan kedalam tabung yang bermuatan litrik. Akibat gaya tarik grafitasi akan
mengendapkan tetesan minyak yang turun. Apabila tetesan minyak diberi muatan negatif
maka akan tertarik ke kutub positif medan listrik. Dari hasil percobaan Milikan dan Thomson
diperoleh muatan elektron-1 dan massa elektron 0.
2. Proton
Jika massa elektron 0 bearti suatu partikel tidak mempunyai massa. Namun pada
kenyataan nya partikel materi mempunyai massa yang dapat diukur dan atom bersifat atom
netral. Eugene Goldstein (1886) melakukan eksperimen dari tabung gas yang memiliki
katode, yang diberi lubang-lubang dan diberi muatan listrik.
Hasil eksperimen tersebut membuktikan bahwa pada saat terbentuk elektron yang menuju
anode, terbentuk pula sinar positif yang menuju arah berlawanan melalui lubang pada katode.
Setelah berbagai gas dicoba dalam tabung ini, ternyata gas hidrogenlah yang menghasilkan
sinar muatan positif yang paling kecil baik massa maupun muatanya, sehingga partikel ini
disebut proton. Massa proton = 1 sma (satuan massa atom) dan muatan proton = +1
3. Inti atom
Setelah penemuan proton dan elektron, Ernest Rutherford melakukan penelitian penembakan
lempang tipis emas. Jika atom terdiri dari partikel yang bermuatan positif dan negatif maka
sinar alfa yang ditembakkan seharusnya tidak ada yang diteruskan/ menembus lempeng
sehingga mincullah istilah inti atom. Ernest Rutherford dibantu oleh Hans Geiger dan Ernest
Marsden (1911) menemukan konsep inti atom didukung oleh penemuan sinar X oleh WC.
Rontgen (1895) dan penemuan zat radioaktif (1896). Percobaan Rutherford dapat
Hasil percobaan ini membuat Rutherford menyatakan hipotesisnya bahwa atom tersusun dari
inti atom yang bermuatan positif dan dikelilingi elektron yang bermuatan negatif, sehingga
atom bersifat netral. Massa inti atom tidak seimbang dengan massa proton yang ada dalam
inti atom, sehingga dapt diprediksi bahwa ada partikel lain dalam inti atom.
4. Neutron
Prediksi dari Rutherford memicu W. Bothe dan H. Becker (1930) melakukan eksperimen
penembakan partikel pada inti atom berilium (Be) dan dihasilkan radiasi partikel berdaya
tembus tinggi.
James Chadwick (1932). Ternyata partikel yang menimbulkan radiasi berdaya tembus tinggi
itu bersifat nertal atau tidak bermuatan dan massanya hampir sama dengan proton. Partikel ini
disebut neutron dan dilambangkan
Nonlogam :
Metaloid :
Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas satu sama lain. Dengan penemuan
partikel penyusun atom dikenal istilah nomor atom (Z) dan nomor massa (A)
Penulisan lombang atom unsur menyetarakan nomor atom dan nomor massa.
Dimana :
A = nomor massa
Z = nomor atom
X = lambang unsur
Atau
Nomor atom (Z) menujukkan jumlah proton (muatan positif) atau jumlah
elektrondalam atom tersebut. Nomor atom ini merupakan ciri khas suatu unsur. Oleh
karena atom bersifat netral maka jumlah proton sama dengan jumlah elektronya,
sehingga nomor atom juga menujukkan jumlah elektron. Elektron inilah yang
nantinya paling menentukan sifat suatu unsur. Nomor atom ditulis agak ke bawah
sebelum lambang unsur
1. Isotop
Isotop adalah atom yang mempunyai nomor sama tetapi memiliki nomor massa berbeda
Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang sama karena jumlah elektron valensinya
sama.
Isotop-isotop unsur ini dapat digunakan untuk menetukan massa atom relatif (Ar) atom
tersebut berdasarkan kelimpahan isotop dan massa atom semua isotop
2. Isobar
Isobar adalah unsur-unsur yang memiliki nomor atom berbeda tetapi nomor massa sama.
3. Isoton
E. BILANGAN KUANTUM
Definisi bilangan kuantum. Bilangan kuantum adalah bilangan yang menunjukkan
orbit electron mengelilingi inti pada kulit tertentu. Bilangan ini juga menentukan
jumlah electron yang mengelilingi inti atom itu. Ada empat bilangan kuantum dalam
orbit electron sebagai berikut :
1. Bilangan kuantum utama (n) yaitu bilangan yang menunjukkan besar lintasan
elektron
2. Bilangan kuantum orbital atau azimuth (I) yaitu bilangan yang menunjukkan di
subkulit 9sub lintasan) mana electron itu bergerak.
3. Bilangan kuantum magnetic (m) yaitu bilangan yang menentukan orientasi dari
orbit electron dalam medan magnet.
4. Bilangan kuantum spin yaitu bilangan yang memberikan gambaran tentang arah
putaran electron pada sumbunya sendiri.
n mempunyai harga 1, 2, 3, ..
Tiap kulit atau setiap tingkat energi ditempati oleh sejumlah elektron. Jumlah
elektron maksimmm yang dapat menempati tingkat energi itu harus memenuhi
rumus Pauli = 2n2.
Contoh:
2. Bilangan kuantum azimuth (l) : menunjukkan sub kulit dimana elektron itu
bergerak sekaligus menunjukkan sub kulit yang merupakan penyusun suatu kulit.
Untuk:
Pertanyaan:
Jawab:
Keempat bilangan kuantum dari kedudukan elektron 3s1 dapat dinyatakan sebagai,
n= 3 ; l = 0 ; m = 0 ; s = +1/2 ; atau -1/2
MISALKAN PADA UNSUR
0Zr
40Zr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d2
2. Keempat bilangan kuantum ditentukan dari konfigurasi elektron terakhir, yaitu 4d2
3. Karena Tingkat energi pada konfigurasi terakhir adalah 4, maka bil.kuantum utama
(n) = 4
4. Karena konfigurasi berakhir di blok d, maka harga bilangan kuantum azimut (l) = 2 (
Jika berakhir di sub kulit s l=0, p l=1, d l=2, f l=3, dst..)
5. Karena berakhir pada blok d, maka jumlah orbital pada sub kulit d ada 5, yaitu dari l,
sampai dengan +l, termasuk 0, yaitu -2, -1, 0, +1, +2, dan karena jumlah elektron pada
konfigurasi terakhir sebanyak 2, maka panah elektron diisi dari magnetik -2, dan -1, (yang
lain kosong karena jumlah elektronnya hanya ada 2) maka harga bilangan kuantum
magnetik (m) = 1
6. karena arah panahnya ke atas, maka harga bilangan kuantum spin (s) = +
PERIODE didapat dari tingkat energi tertinggi pada konfigurasi elektron, yaitu 5 pada 5s2,
sehingga 40Zr akan berada pada Periode 5.
Jika berakhir di sub kulit f, maka golongan lantanida / aktinida (jika periode 6 maka
lantanida, dan jika periode 7 aktinida)
KESIMPULAN :
Ada empat bilangan kuantum yang akan kita kenal, yaitu bilangan kuantum utama (n),
bilangn kuantum Azimut (l), bilangan kuantum magnetic (m) dan bilangan kuantum spin
(s).
Lambang dari bilangan kuantum utama adalah n (en kecil). Bilangan kuantum utama
menyatakan kulit tempat ditemukannya elektron yang dinyatakan dalam bilangan bulat
positif. Nilai bilangan itu di mulai dari 1, 2, 3 dan seterusnya.
Bilangan kuantum utama berhubungan dengan kulit atom sehingga bilangan kuantum utama
dapat Anda gunakan untuk menentukan ukuran orbit (jari-jari) berdasarkan jarak orbit
elektron dengan inti atom. Kegunaan lainnya, Anda dapat mengetahui besarnya energi
potensial elektron. Semakin dekat jarak orbit dengan inti atom maka kekuatan ikatan
elektron dengan inti atom semakin besar, sehingga energi potensial elektron tersebut
semakin besar.
Bilangan kuantum azimut menyatakan subkulit tempat elektron berada dan bentuk orbital,
serta menentukan besarnya momentum sudut elektron terhadap inti. Bilangan kuantum ini
berhubungan dengan subkulit atom. Lambang subkulit ini adalah s, p, d, f dan seterusnya.
Nilai bilangan kuantum azimut dimulai dari angka nol (0). Jadi secara urut subkulit s
mempunyai bilangan kuantum azimut = 0, subkulit p mempunyai bilangan kuantum azimut
= 1, subkulit d mempunyai bilangan kuantum azimut = 2 dan demikian seterusnya.
Besarnya bilangan kuantum azimut yang mungkin tergantung pada nilai bilangan kuantum
utama (n). Bila n=1, maka hanya ada satu kemungkinan nilai bilangan kuantum azimut
yaitu l = 0 karena pada kulit pertama (K) hanya terdiri dari satu subkulit yaitu subkulit s.
Sedangkan n=2, maka ada dua subkulit yang mungkin yaitu l = 0 dan l = 1 karena pada kulit
kedua (L) ada dua subkulit yaitu sub kulit s dan p.
Bagaimana dengan kulit berikutnya?
Jadi nilai bilangan kuantum azimut tidak mungkin sama atau lebih besar dari bilangan
kuantum utamanya. Maksimal nilai l = n 1.
Nilai magnetik (m) diantara l sampai + l (l = bilangan kuantum azimut). Nilai bilangan
kuantum magnetik suatu elektron tergantung pada letak elektron tersebut dalam orbital.
Nama-nama kotak di atas sesuai dengan bilangan kuantum magnetiknya. Dan perlu diingat
juga dengan mengabaikan tanda -/+ maka nilai m tidak mungkin lebih besar dari nilai l.
Bilangan kuantum spin menyatakan arah rotasi elektron pada porosnya. Dalam satu orbital
dapat berisi elektron tunggal atau sepasang elektron. Ada dua kemungkinan arah rotasi yaitu
searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Begitulah elektron yang berotasi, bila
searah jarum jam maka memiliki nilai s = + dan dalam orbital dituliskan dengan tanda
panah ke atas. Sebaliknya untuk elektron yang berotasi berlawanan arah jarum jam maka
memiliki nilai s = dan dalam orbital dituliskan dengan tanda panah ke bawah.
Dari uraian arah rotasi maka kita dapat mengetahui bahwa dalam satu orbital atau kotak
maksimum memiliki 2 elektron. Bila dalam orbital terdiri dari satu elektron maka nilai s = +
karena elektron tersebut berputar searah jarum jam. Dan bila dalam orbital terdiri dari 2
elektron maka nilai s = karena menunjukkan elektron tersebut merupakan pasangan
elektron sebelumnya yang berputar searah jarum jam sehingga mempunyai perputaran
sebaliknya yaitu berlawanan dengan arah jarum jam.
Azas Larangan Pauli
W. Pauli (1924) mengemukakan Azas Larangan Pauli Tidak boleh ada elektron dalam satu
atom yang memiliki ke empat bilangan kuantum yang sama.
Keempat bilangan kuantum tersebut digunakan untuk menunjukkan letak elektron terakhir
(terluar) dari suatu atom. Dimulai dari letak kulit atom (bilangan kuantum utama), subkulit
atom (bilangan kuantum azimut), letak orbital (bilangan kuantum magnetik) hingga
perputaran elektronnya (bilangan kuantum spin). Sehingga bilangan kuantum ini bersifat
spesifik sesuai dengan azas larangan pauli. Selanjutnya kita gabungkan keempat bilangan
kuantum tersebut untuk menentukan identitas suatu elektron. Agar dapat menentukan
dengan tepat maka kita harus paham dengan konfigurasi elektron dan diagram orbital
terlebih dahulu.
Penggambaran elektron terakhir yang diberi tanda merah. Elektron tersebut terletak pada
kulit 3 berarti bilangan kuantum utamanya (n) = 3. Terletak di subkulit p berarti bilangan
kuantum azimutnya (l) = 1. Sedangkan untuk menentukan bilangan kuantum magnetiknya
kita perlu menamai tiap-tiap orbital dalam subkulit 3p tersebut yakni angka yang berwarna
hijau. Sesuai dengan diagram di atas maka nilai bilangan kuantum magnetiknya (m) = 1.
Dan karena tanda panahnya ke bawah maka bilangan kuantum spinnya (s) = .
Orbital-s
Orbital-s memiliki bilangan kuantum azimut, l= 0 dan m= 0. Oleh karena nilai m sesungguhnya suatu
tetapan (tidak mengandung trigonometri) maka orbital-s tidak memiliki orientasi dalam ruang
sehingga orbital-s ditetapkan berupa bola simetris di sekeliling inti. Permukaan bola menyatakan
peluang terbesar ditemukannya elektron dalam orbital-s. Hal ini bukan berarti semua elektron dalam
orbital-s berada di permukaan bola, tetapi pada permukaan bola itu peluangnya tertinggi ( 99,99%),
sisanya boleh jadi tersebar di dalam bola.
Orbital-p
Orbital-p memiliki bilangan kuantum azimut, l= 1 dan m= 0, l. Oleh karena itu, orbital-p memiliki
tiga orientasi dalam ruang sesuai dengan bilangan kuantum magnetiknya. Oleh karena nilai m
sesungguhnya mengandung sinus maka bentuk orbital-p menyerupai bentuk sinus dalam ruang,
seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Ketiga orbital-p memiliki bentuk yang sama, tetapi berbeda dalam orientasinya. Orbital-px memiliki
orientasi ruang pada sumbu-x, orbital-py memiliki orientasi pada sumbu-y, dan orbital-pz memiliki
orientasi pada sumbu-z. Makna dari bentuk orbital-p adalah peluang terbesar ditemukannya
elektron dalam ruang berada di sekitar sumbu x, y, dan z. Adapun pada bidang xy, xz, dan yz,
peluangnya terkecil.
Orbital-d
Orbital-d memiliki bilangan kuantum azimut l = 2 dan m = 0, 1, 2. Akibatnya, terdapat lima orbital-
d yang melibatkan sumbu dan bidang, sesuai dengan jumlah bilangan kuantum magnetiknya.
Orbital-d terdiri atas orbital-dx2, orbital-dxz , orbital-dxy , orbital-dyz , dan orbital-dx2-y2.
Orbital dxy, dxz, dyz, dan dx2 y2 memiliki bentuk yang sama, tetapi orientasi dalam ruang berbeda.
Orientasi orbital-dxy berada dalam bidang xy, demikian juga orientasi orbital-orbital lainnya sesuai
dengan tandanya. Orbital dx2 y2 memiliki orientasi pada sumbu x dan sumbu y. Adapun orbital dz2
memiliki bentuk berbeda dari keempat orbital yang lain. Orientasi orbital ini berada pada sumbu z
dan terdapat donat kecil pada bidang-xy.
Makna dari orbital-d adalah, pada daerah-daerah sesuai tanda dalam orbital (xy, xz, yz, x2y2, z2)
menunjukkan peluang terbesar ditemukannya elektron, sedangkan pada simpul-simpul di luar
bidang memiliki peluang paling kecil.
Bentuk orbital-f dan yang lebih tinggi dapat dihitung secara matematika, tetapi sukar untuk
digambarkan atau diungkapkan kebolehjadiannya sebagaimana orbital-s, p, dan d. Kesimpulan
umum dari hasil penyelesaian persamaan Schrodinger dapat dirangkum sebagai berikut.
Setiap orbital dicirikan oleh tiga bilangan kuantum n, l , dan m yang memiliki ukuran,
bentuk, dan orientasi tertentu dalam ruang kebolehjadian. Elektron-elektron yang
menghuni orbital memiliki spin berlawanan sesuai temuan Stern-Gerlach.
G. KONFIGURASI ELEKTRON
1. Konfigurasi Elektron
2. Elektron Valensi
Elektron yang berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia dan reaksi kimia
adalah elektron pada kulit terluar atau elektron valensi.
Jumlah elektron valensi suatu atom ditentukan berdasarkan elektron yang terdapat
pada kulit terakhir dari konfigurasi elektron atom tersebut. Perhatikan Tabel untuk
menentukan jumlah elektron valensi
Unsur unsur yang mempunyai jumlah elektron valensi yang sama akan memiliki
sifat kimia yang sama pula
Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner melihat adanya kemiripan sifat yang ada.
Ternyata tiap kelompok terdiri atas tiga unsur, sehingga disebut Triade.
Jika unsur-unsur dalam satu triade tersebut disusun menurut kenaikan massa atom-atomnya,
terutama massa atom maupun sifat-sifat unsur yang kedua merupakan rata-rata dari massa
atom unsur pertama dan ketiga. Penemuan ini memperlihatkan adanya hubungan antara
massa atom dengan sifat-sifat unsur.
Kelemahan pengelompokan ini terletak pada kenyataan bahwa jumlah unsur yang memiliki
kemiripan sifat tidak hanya 3 buah.
Tahun 1864, A.R. Newlands mengunakan penemuannya yang disebut hukum oktaf. Unsur-
unsur tersebut disusun berdasarkan kanaikan massa atom relatifnya. Ternyata unsur-unsur
yang berselisih 1 oktaf (unsur nomor 1 dengan 8, unsur nomor 2 dengan 9, dst) menujukkan
kemiripan sifat atau bisa dikatakan terjadi perubahan sifat unsur yang teratur
Kecendrungan tersebut dinyatakan sebagai hukum Oktaf Nweland, yaitu : jika unsur disusun
berdasarkan kenaikan massa atom maka sifat unsur tersebut akan berulang setelah unsur
kedelapan.
Pada daftar Oktaf Newlands disusun, unsur-unsur gas mulia belum ditemukan ternyata
pengelompokan ini hanya sesuai untuk unsur-unsur ringan (Ar rendah).
4. Hukum Mendeleyev
Tahun 1869. Sarjana bangsa Rusia Dmitri Ivanovich Mendeleyev berdasarkan pengamatan
terhadap 63 unsur yang sudah dikenal saat itu, menyimpulkan bahwa sifat-sifat unsur fungsi
periodik dari massa atom relatifnya. Hal itu berarti jika unsur-unsur disusun menurut
kanaikan massa atom relatif, sifat-sifat tertentu akan berulang secara periodik.
Mendeleyev juga membuat suatu daftar periodik unsur. Unsur-unsur yang mempunyai
persamaan sifat ditempatkan dalam satu lajur vertikal yang disebut golongan. Dalam
mengelompokkan unsur unsur yang mempunyai persamaan sifat ditempatkan dalam satu
lajur vertikal yang disebut golongan.
1. Penempatan unsur tidak sesuai dengan kenaikan massa atom relatif karena
mempertahankan kemiripan sifat unsur dalam satu golongannya.
2. Masih banyak unsur yang belum dikenal pada massa itu sehingga dalam tabel terdapat
banyak tempat kosong.
Tahun 1914, Henry G. J. Moseley menemukan bahwa unsur dalam tabel periodik sesuai
kenaikan nomor atom. Tabel periodik modren yang disebut juga tabel periodik bentuk
panjang, disusun menurut kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Tabel periodik modren
ini dapat dikatakan sebagai penyempurnaan Tabel Perodik Mendeleyev.
Tabel Periodik bentuk panjang terdiri atas lajur vertikal (golongan) yang disusun menurut
kemiripan sifat dan lajur horizontal (periode) yang disusun berdasarkan kenaikan nomor
atomnya.
1. Lajur vertikal (golongan) ditulis dengan angka Romawi terdiri atas 18 golongan.
1. IA : Alkali
IIIA : Aliminium
IVA : Karbon
1. VA : Nitrogen
VIA : Kalkogen
VIIA : Haologen
VIIIA (o) : gas mulia
a) Golongan Transisi (Gol.B), yaitu : IIB, IVB, VB, VIB, VIIB, VIIIB (VIII), IB, dan IIB.
1) Deret Lantanida (unsur dalam deret ini mempunyai kemiripan sifat dengan
2) Deret Aktinida (unsur dalam deret ini mempunyai kemiripan sifat dengan
Pada periode 6 golongan IIIB terdapat 14 unsur yang sangat mirip sifatnya, yaitu unsur-unsur
Lantanida. Demikian juga pada periode 7 yaitu unsur-unsur Aktinida. Supaya tabel ini tidak
terlalu panjang, unsur-unsur tersebut ditempatkan tersendiri pada bagian bawah sistem
periodik
Unsur-unsur yang berada dalam satu golongan mempunyai persamaan sifat karena
mempunyai elektron valensi (elekron di kulit terluar) yang sama.
1. Lajur Horizontal (Periode) ditulis dengan angka Arab terdiri atas 7 periode
B. Hubungan Sistem Konfigurasi Elektron dengan Letak Unsur dalam Tabel Periodik Unsur
Periode dua
Pengecualian terjadi pada helium, elektron valensinya 2 tetapi terletak pada golonga gas
mulia (VIIIA).
1. Sifat-sifat Unsur
Dengan mengetahui letak periode dan golongan suatu unsur dalam tabel periodik, kita dapat
mengetui sifat-sifat unsur tersebut. Nomor atom menentukan jumlah elektron dan jumlah
elektron menentukan konfogurasi elektron yang menentukan periode dan golongan unsur.
Sementara itu, periode dan golongan mentukan sifat-sifat unsur
Sifat-sifat unsur dibedakan menjadi dua, yaitu unsur logm dan nonlogam. Unsur logam dan
nonlogam menempati posisi yang khas didalam tabel periodik. Unsur-unsur logam terdapt di
sebelah kanan tabel periodik.
Ditinjau dari konfigurasi elektron, unsur logam cendrung melepaskan elektron (energi
ionisasi kecil), sedangkan unsur nonlogam menangkap elektron (keelektronegatifan besar).
Pada tabel periodik. Sifat-sifat logam semakin ke bawah semakin bertambah sedangkan
semakin ke kanan semakin berkurang.
Unsur bagian kiri tabel periodik (IA dan IIA) memiliki sifat logam paling kuat, sedangkan
unsur-unsur paling kenan (VIIA) mempunyai sifat nonlogam paling kuat. Antara unsur logam
dan nonlogam sekaligus.
Massa satu atom atau massa satu molekul zat memiliki satuan massa atom (sma). Penentuan
massa atom dilakukan dengan cara membandingkan massa atom yang akan ditentukan
terhadapa massa atom unsur yang massanya telah ditetapkan (massa atom acuan). Dengan
cara ini massa setiap atom dapat ditentukan.
Pada tahun 1825, Jons Jacob Berzelius mendifinisikan massa atom suatu unsur sebagai
perbandingan massa satu unsur tersebut terhadap massa satu atom hidrogen. Jika ada
pertanyaan bahwa massa atom karbon = 12, maka bisa diartikan bahwa satu atom katbon 12
kali lebih besar daripada massa satu atom hidrogen.
Sifat keperiodikan unsur adalah sifat-sifat yang berubah secara beraturan sesuai dengan
kenaikan nomor atom unsur.
1. Jari-jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit elektron terluar.
1. Dalam satu golongan dari atas kebawah jari jari atom semakin besar.
2. Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari atom semakin kecil
Penjelasan :
1. Dalam satu golongan dari atas ke bawah, kulit atom bertambah (ingat jumlah
kulit=nomo periodik), sehingga jari-jari atom juga bertambah besar.
2. Dari kiri ke kanan, jumlah kulit tetap tetapi muatan inti (nomor atom) dan jumlah
elektron pada kulit bertambah. Hal tersebut mengakibatkan gaya tarik-menarik antara
inti dengan kulit elektron semakin besar sehingga jari-jari atom makin kecil.
2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari
suatu atom netral dalam wujud gas. Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron kedua
disebut energi ionisasi adalah energi ionisasi pertama
1. Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin berkurang
2. Dalam satu golongan dari kiri kekanan energi ionisasi cendrung bertambah.
1. Dari atas kebawah dalam satu golongan jari-jari atom bertambah sehingga daya tarik
inti terhadap elektron terluar semakin kecil. Elektron semakin mudah dilepaskan dan
energi yang diperlukan untuk melepaskan makin kecil.
2. Dari kiri kekanan dalam satu periode, daya tarik inti terhadap elektron semakin besar
sehingga elektron semakin sukar dilepas. Energi yang diperlukan untuk melepaskan
elektron tentunya semakin besar.
Tabel energi Ionisasi Pertama Unsur-Unsur dalam Tabel Periodik Unsur (Kj/mol)
3. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah besarnya energi yang dibebaskan satu atom netral dalam wujud gas
pada waktu menerima satu elektron sehingga terbentuk ion negatif.
1. Dalam satu golongan dari atas kebawah afinitas elektron semakin kecil.
2. Dalam satu periode dari kiri ke kanak afinitas elektron semakin besar.
Penjelasan.
Apabila ion negatif yang terbentuk stabil, energi dibebaskan dinyatakan dengan tanda negatif
(-). Apa bila ion negatif yang terbentuk tidak stabil, energi diperlukan / diserap dinyatakan
dengan tanda positif (+).
Kecendrungan dalam afinitas elektron lebih bervariasi dibandingan dengan energi ionisasi
Unsur-unsur halogen (Gol. VIIA) mempunyai afinitas elektron paling besar/paling negatif
yang bearti paling mudah menerima elektron.
Kecendrungan afinitas elektron menujukkan pola yang sama dengan pola kecendrungan
energi ionisasi.
4. Kelektronegatifan
Adalah suatu bilangan yang menyatakan kecendrungan suatu unsur menarik elektron dalam
suatu molekul senyawa.
Penjelasan :
Tidak ada sifat tertentu yang dapat diukur untuk menentukan / membandingakan
kelektronegatifan unsur-unsur.
Energi ionisasi dan afinitas eletron berkaitan dengan besarnya daya tarik elektron. Semakin
besar gaya tarik menarik elektron semaikn besar energi ionisasi, juga semakin besar (semakin
negatif) afinitas elektron. Jadi, suatu unsur (misalnya Fluor) yang mempunyai energi ionisasi
dan afinitas elektron yang besar akan mempunyai keelektroniegatifan yang besar.
Semakin besar keelektronegatifan, unsur cendrung makin mudah membentuk ion negatif.
Semakin kecil keelektronegatifan, unsur cendrung makin sulit membentuk ion negatif, dan
cendrung semakin mudah membentuk ion positif.
Konfigurasi elektron sangat erat hubungannya dengan system periodik unsur. Seperti telah
kalian ketahui bahwa sifat-sifat unsure sangat tergantung pada jumlah elektron valensinya.
Jika jumlah elektron luar yang mengisi orbital dalam subkulit sama dengan bilangan
kuantum utama (n), maka atom unsur tersebut pasti terletak pada golongan yang sama
(selain yang berbentuk ion). Sedangkan nilai n (bilangan kuantum utama) yang terbesar
menunjuk nomor periode unsur tersebut dalam sistem periodic unsur. Misal konfigurasi
elektron unsur K sebagai berikut:
Untuk menentukan golongan unsur dalam sistem periodic berdasarkan konfigurasi elektron,
perlu dilihat pada jenis dan jumlah elektron terluar yang menempati kulit yang sama.
Golongan utama (Golongan A), pada golongan ini electron valensi menempati subkulit
s atau subkulit s dan p.
Golongan transisi (Golongan B), pada golongan ini electron valensi menempati subkulit
s dan d.
Untuk lantanida dan aktinida, elektron valensi menempati subkulit s dan f. Tapi
jumlahnya tidak menentukan golongan, karena lantanida dan aktinida tidak mempunyai
golongan.
Jika pengamatan kalian pada kegiatan mandiri benar, maka akan diketahui adanya
hubungan antara konfigurasi electron atom unsur-unsur dengan sistem periodik, baik
mengenai golongan maupun periodenya. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem periodik
dapat digunakan untuk meramalkan konfigurasi elektron atom unsur-unsur.
Blok s. Unsur yang mempunyai konfigurasi elektron terluar pada orbital s terletak pada
golongan IA dan IIA, kecuali unsure H dan He. Unsur-unsur ini merupakan logam yang
reaktif. Misal konfigurasi elektron terluar adalah nsx, maka unsure tersebut terletak pada
golongan xA.
Blok p. Unsur yang mempunyai konfigurasi elektron terluar pada orbital p, terdapat
dalam golongan IIIA, IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIII. Golongan unsur-unsur ini meliputi
logam, metaloid, dan non logam. Misal konfigurasi elektron terluar adalah npy, maka
unsure tersebut terletak pada golongan (2 + y)A.
Blok f . Blok f merupakan golongan unsur lantanida dan aktinida. Golongan ini disebut
juga golongan transisi dalam
2. Energi Ionisasi
Energi Ionisasi yaitu energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron terluar dari suatu
atom.
Sifat dalam satu golongan : semakin kecil (dari atas ke bawah).
Sifat dalam satu periode : semakin besar (dari kiri ke kanan).
3. Afinitas Elektron
Afinitas Elektron yaitu energi yang menyertai proses penambahan satu elektorn pada satu
atom netral dalam wujud gas, sehingga terbentuk ion bermuatan -1.
Sifat dalam satu golongan : semakin berkurang (dari atas ke bawah).
Sifat dalam satu periode : semakin bertambah (dari kiri ke kanan).
4. Kelektronegatifan
Keelektronegatifan yaitu kemampuan atau kecenderungan suatu atom untuk menangkap atau
menarik elektron dari atom lain.
Sifat dalam satu golongan : semakin kecil (dari atas ke bawah).
Sifat dalam satu periode : semakin besar (dari kiri ke kanan).
5. Sifat Logam
Sifat logam yaitu kecenderungan melepas elektron membentuk ion positif.
Sifat dalam satu golongan : sifat logam bertambah sedangkan non logam berkurang.
Sifat dalam satu periode : sifat logam berkurang dan sifat non logam bertambah.
6. Kereaktifan
Kereaktifan yaitu skala yang dapat menjelaskan kecenderungan atom suatu unsur untuk
menarik elektron menuju kepada nya dalam suatu ikatan.
Sidat dalam satu golongan : semakin kecil (dari atas ke bawah).
Sifat dalam satu periode : semakin besar (dari kiri ke kanan).