Anda di halaman 1dari 11

BAB I

DEFINISI

Penularan agen infeksius melalui airborne adalah penularan penyakit yang disebabkan
oleh penyebaran droplet nuclei yang tetap infeksius saat melayang di udara dalam jarak
jauh dan waktu yang lama. Penularan melalui udara dapat dikategorikan lebih lanjut
menjadi penularan “obligat” atau penularan “preferensial”. Kewaspadaan transmisi
melalui udara diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien
yang diduga atau telah diketahui terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting
dan ditransmisikan melalui jalur udara. Seperti misalnya transmisi partikel terinhalasi
(varicella zoster) langsung melalui udara. Ditujukan untuk menurunkan risiko transmisi
udara mikroba penyebab infeksi baik yang bertahan lama di udara) atau partikel debu
yang mengandung mikroba penyebab infeksi. Mikroba tersebut akan terbawa aliran
udara > 2m dari sumber, dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan
jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor lingkungan, misal penanganan
udara dan ventilasi yang penting dalam pencegahan transmisi melalui udara, droplet
nuklei atau sisik kulit luka terkontaminasi (S. aureus)

.
BAB II

RUANG LINGKUP

Panduan ini ditujukan kepada seluruh staf medis dan non medis terutama petugas
medis yang menghadapi pasien dengan infeksi airborne dan pemangku kepentingan
(stake holder) di rumah sakit. Ditujukan kepada pasien dengan infeksi airborne supaya
tidak menularkan kepada pasien lainnya, ditujukan kepada seluruh penunggu pasien
dan seluruh pengunjung rumah sakit.
BAB III

TATA LAKSANA

Transmisi melalui udara secara epidemiologi dapat terjadi bila seseorang menghirup
percikan partikel nuklei yang berdiameter 1- 5 µm (<5 µm) yang mengandung mikroba
penyebab infeksi. Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara >2 m dari sumber, dapat
terhirup oleh individu rentan di ruang yang sama atau yang jauh dari sumber mikroba.
Penting mengupayakan pertukaran udara >12 x/jam (12 Air Changes per Hour/ACH).

Contoh penghitungan pertukaran udara (Air change Per Hour)


Pertukaran udara alamiah (natural ventilation) dapat dikombinasikan dengan pertukaran
udara mekanis yang menggunakan kipas angin dan ekshaust fanuntuk mengatur udara
di dalam suatu ruangan agar menghindari/meminimalkan terjadinya penularan. Hal ini
selaras dengan rekomendasi dari WHO. Langkah-langkah penerapan kewaspadaan
transmisi melalui udara antara lain: a) Pengaturan penempatan posisi pemeriksa,
pasien dan ventilasi mekanis di dalam suatu ruangan dengan memperhatikan arah
suplai udara bersih yang masuk dan keluar. b) Penempatan pasien TB yang belum
pernah mendapatkan terapi OAT, harus dipisahkan dari pasien lain, sedangkan pasien
TB yang telah mendapat terapi OAT secara efektif berdasarkan analisis resiko tidak
berpotensi menularkan TB baru dapat dikumpulkan dengan pasien lain. c) Peringatan
tentang cara transmisi infeksi dan penggunaan APD pada pasien, petugas dan
pengunjung penting dicantumkan di pintu ruangan rawat pasien sesuai kewaspadaan
transmisinya. d) Ruang rawat pasien TB/MDR TB sebaiknya menggunakan ruangan
bertekanan negatif. Untuk RS yang belum mampu
-72- menyediakan ruang tersebut, harus memiliki ruang dengan ventilasi yang
memadai, minimal terjadi pertukaran udara 12x/jam (diukur dengan alat Vaneometer).

Gambar Perhitungan Laju Pertukaran Udara

Pertukaran udara alamiah (natural ventilation) dapat dikombinasikan dengan pertukaran


udara mekanis yang menggunakan kipas angin dan ekshaust fanuntuk mengatur udara
di dalam suatu ruangan agar menghindari/meminimalkan terjadinya penularan. Hal ini
selaras dengan rekomendasi dari WHO. Langkah-langkah penerapan kewaspadaan
transmisi melalui udara antara lain: a) Pengaturan penempatan posisi pemeriksa,
pasien dan ventilasi mekanis di dalam suatu ruangan dengan memperhatikan arah
suplai udara bersih yang masuk dan keluar. b) Penempatan pasien TB yang belum
pernah mendapatkan terapi OAT, harus dipisahkan dari pasien lain, sedangkan pasien
TB yang telah mendapat terapi OAT secara efektif berdasarkan analisis resiko tidak
berpotensi menularkan TB baru dapat dikumpulkan dengan pasien lain. c) Peringatan
tentang cara transmisi infeksi dan penggunaan APD pada pasien, petugas dan
pengunjung penting dicantumkan di pintu ruangan rawat pasien sesuai kewaspadaan
transmisinya. d) Ruang rawat pasien TB/MDR TB sebaiknya menggunakan ruangan
bertekanan negatif. Untuk RS yang belum mampu menyediakan ruang tersebut, harus
memiliki ruang dengan ventilasi yang memadai, minimal terjadi pertukaran udara
12x/jam (diukur dengan alat Vaneometer).

Gambar Vaneometer

Jenis transmisi airborne ini dapat terjadi pada kasus antara lain tuberkulosis,
measles/campak, SARS. Transmisi juga terjadi pada Tuberkulosis, untuk pencegahan
dan pengendaliannya dilakukan strategi TEMPO. Strategi TEMPO merupakan strategi
yang mengutamakan pada komponen administratif pengendalian infeksi TB.

Gambar Logo Tempo


Kunci utama dari strategi TEMPO adalah menjaring, mendiagnosis dan mengobati TB
segera dan tepat sehingga dapat mengurangi penularan TB secara efektif.
Penerapannya mudah dan tidak membutuhkan biaya besar, dan ideal untuk diterapkan
oleh layanan kesehatan primer dengan keterbatasan sumber daya yang belum dapat
menjalankan komponen PPI lainnya secara lengkap. Dengan menggunakan strategi
TEMPO akan mengurangi risiko penularan kasus TB dan TB Resistan Obat yang belum
teridentifikasi. Penelitian menunjukkan bahwa melalui cara aktif untuk menemukan
pasien TB yang sebelumnya tidak terduga TB, dapat dilakukan melalui surveilans batuk
secara terorganisasi di faslilitas pelayanan primer. Untuk mencegah adanya kasus TB
dan TB Resistan Obat yang tidak terdiagnosis, dilaksanakan strategi TemPO dengan
skrining bagi semua pasien dengan gejala batuk. Pada strategi TEMPO, ditugaskan
seseorang sebagai petugas surveilans batuk (Surveyor), yang melakukan triase, yaitu
menemukan secara aktif pasien batuk. Surveyor batuk harus bekerja sama dengan
petugas laboratorium secara baik, sehingga pasien yang dirujuk ke laboratorium untuk
pemeriksaan dapat memperoleh hasil pemeriksaan BTA positif dalam 1-2 hari, khusus
bagi pasien terduga TB Resistan Obat segera dirujuk ke pusat rujukan TB Resistan
Obat.

Gambar Pasien terduga TB dan TB Resistan OAT diantara pasien lainnya diruang
tunggu
Gambar ALUR PASIEN INFEKSIUS

Anda mungkin juga menyukai