Anda di halaman 1dari 39

PENEMPATAN

PASIEN

JARYONO
HIPPII JAWA TIMUR
PENDAHULUAN

irwans2018
TUJUAN UMUM
Setelah menerima materi ini diharapkan peserta mampu
menempatkan pasien dengan benar sehingga dapat mencegah
terjadinya penularan infeksi di rumah sakit/fasyankes tempat
bekerjanya masing-masing
TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti materi ini diharapkan peserta memahami :
 Rantai penularan infeksi
 Pengertian penempatan pasien
 Penempatan pasien berdasarkan cara penularan
 Jenis-jenis ruang isolasi
TIGA HAL DIPERLUKAN UNTUK TERJADINYA INFEKSI
• Sumber infeksi
• Orang yang rentan
• Cara penularan
Sumber Infeksi
• Sumber adalah agen infeksi atau kuman, misalnya virus,
bakteri, jamur atau mikroba lainnya.
• Manusia (pasien, petugas, pengunjung atau keluarga pasien)
• Lingkungan (permukaan atau obyek yang ada di area pasien,
peralatan pasien, debu, dll)
Orang yang Rentan
• Seseorang dengan kondisi di mana sistem kekebalan tubuh
terganggu dan oleh karena itu tidak mampu memiliki respon
imun yang efektif.
• Pasien dengan diabetes, kanker, dan transplantasi organ, luka
bakar, HIV
• Obat-obatan tertentu yang digunakan untuk mengobati kondisi
medis, seperti antibiotik, steroid, dan obat melawan kanker
tertentu meningkatkan risiko beberapa jenis infeksi.
• Perawatan dan prosedur medis seperti kateter urine, IV kateter,
ventilator mekanik, tindakan pembedahan.
Cara penularan
• Penularan mengacu pada cara kuman dipindahkan ke orang
yang rentan.
• Kuman tidak bergerak sendiri, kuman bergantung pada orang,
lingkungan, dan / atau peralatan medis untuk berpindah dalam
pelayanan perawatan kesehatan.
MEAN OF
TRANSMISSION
Airborne, Droplet, Contact
Common Vihicle,
Vertorborne
11
Bagaikan gunung es,
sedikit dipermukaan
namun banyak yang
tersembunyi……
Healthcare Associated Infections (HAIs)

Infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada
infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit
tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada
petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
(PMK 27 tahun 2017)
PENGERTIAN
1. Penempatan Pasien adalah prosedur
menempatkan dan memisahkan pasien
(kohorting) yang potensial mengkontaminasi
lingkungan, sesuai jenis kewaspadaan
terhadap transmisi dan mengacu pada standar
pencegahan dan pengendalian infeksi rumah
sakit.
2. Penempatan Pasien adalah upaya untuk
menyediakan lingkungan yang aman bagi
pasien yang memiliki peningkatan kerentanan
terhadap infeksi karena memiliki sistem
kekebalan tubuh yang terganggu
(imunosupresi)
 Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non
infeksius.
 Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi
infeksi penyakit pasien (kontak, droplet, airborne) sebaiknya
ruangan tersendiri.
 Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat
bersama pasien lain yang jenis infeksinya sama dengan
menerapkan sistem cohorting. Jarak antara tempat tidur
minimal 1 meter.
 Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau
lingkungannya seyogyanya dipisahkan tersendiri
Penempatan pasien berdasarkan cara
penularan
1. Kewaspadaan kontak
 Kontak Langsung : pasien – pasien atau pasien – petugas
 Kontak tidak langsung : pasien atau petugas – benda
tercemar
 Penempatan pasien :
 1 kamar tersendiri atau kohort dgn pasien yg sama
(pasien infeksi kulit atau mata yg dapat menular)
 Pastikan pasien terpisah secara fisik (yaitu > 3 kaki terpisah)
satu sama lain.
 Letakkan tirai pembatas di antara tempat tidur untuk
meminimalkan risiko kontak langsung
 Pada pasien rawat jalan tempatkan pasien di tempat tersendiri
dan mendapat pelayanan secepatnya
 APD :
 Gunakan APD pada saat masuk ruangan dan dilepas
dengan benar sebelum keluar dari ruang pasien

 Pakailah sarung tangan setiap kali menyentuh kulit


utuh atau permukaan pasien dan barang di dekat
pasien (misalnya peralatan medis, rel tempat tidur).

 Kenakan gaun setiap kali mengantisipasi pakaian akan


terkena kontak langsung dengan permukaan atau
peralatan lingkungan yang berpotensi terkontaminasi di
dekat pasien. Lepas gaun dan lakukan kebersihan tangan
sebelum meninggalkan lingkungan perawatan pasien
 Setelah melepas gaun, pastikan bahwa pakaian dan
kulit tidak menyentuh permukaan lingkungan yang
berpotensi terkontaminasi yang dapat mengakibatkan
transmisi mikroorganisme ke pasien lain atau
permukaan lingkungan
 Batasi transportasi dan pergerakan pasien di luar
ruangan. Bila transportasi diperlukan, tutupi area tubuh
yang terinfeksi
 Tangani peralatan dan instrumen perawatan pasien sesuai
dengan Kewaspadaan Standar
 Peralatan pasien tersendiri / bila mungkin, bila tidak lakukan
pembersihan dan desinfeksi sebelum digunakan kembali
(misalnya manset tekanan darah)
 Memastikan kamar sering dibersihkan dan didisinfeksi (misalnya
paling tidak setiap hari atau sebelum digunakan oleh pasien lain
jika pasien rawat jalan), perhatian pada permukaan dan
peralatan yang sering disentuh di sekitar pasien
2. Kewaspadaan Droplet
 Mikroorganisme keluar pada saat bicara, bersin, batuk,
tindakan penghisapan lendir, bronkoskopi
 Percikan > 5 µm melayang di udara jatuh mengenai mukosa
mata, hidung atau mulut yg ada pada jarak dekat
 Penempatan pasien : 1 kamar tersendiri dg prinsip :
 Prioritaskan pasien yang memiliki batuk berlebihan dan
produksi sputum
 Bila tdk memungkinkan 1 kamar tersendiri, tempatkan
pasien dg infeksi patogen yang sama
 Jika kohorting dg infeksi yg sama tdk memungkinkan, maka :
 Jangan menempatkan pasien dg pasien yang memiliki
kondisi yang dapat meningkatkan risiko penularan
(immunocompromised)
 Pastikan pasien terpisah secara fisik (yaitu > 3 kaki
terpisah) satu sama lain.
 Letakkan tirai pembatas di antara tempat tidur untuk
meminimalkan risiko transmisi
 Pada pasien rawat jalan tempatkan pasien di tempat
tersendiri dan mendapat pelayanan secepatnya, anjurkan
pasien untuk melakukan tindakan etika batuk/kebersihan
pernafasan
 Gunakan masker bedah pada jarak 3 kaki dari pasien
 Tidak ada rekomendasi untuk secara rutin memakai pelindung
mata (goggle atau pelindung wajah), selain masker, untuk
kontak dekat dengan pasien
 Batasi transportasi dan pergerakan pasien di luar
ruangan. Bila transportasi diperlukan, pasien harus
memakai masker bedah
 Masker tidak diperlukan untuk orang-orang yang
mengangkut pasien (transporter)
Droplet besar-cepat jatuh!
Droplet kecil - melayang disekitar..
pelahan berkurang
….”crystallize” membentuk suatu bahan
infeksius dg nucleus didalamnya

1.0 micron droplet nuclei akan jatuh setelah


jarak 3 m dalam 24 jam!
3. Kewaspadaan Airborne / Udara

 Gunakan tindakan pencegahan airborne untuk pasien yang


diketahui atau dicurigai terinfeksi dengan agen infeksi
menular melalui jalur udara
 Mikroorganisme keluar pada saat bicara, bersin, batuk,
tindakan penghisapan lendir, bronkoskopi
 Partikel ukuran kecil < 5 µm yg melayang / menetap di
udara
 Mikroorganisme infeksius dapat menyebar luas melalui
udara dan terhisap oleh individu yg rentan baik dari jarak
dekat maupun jauh (TBC, campak, varicella atau cacar)
 Penempatan pasien di ruangan dgn tekanan negatif
termonitor, pertukaran udara 12 ACH
 Udara dibuang ke luar melalui ducting, jika tidak
memungkinkan untuk dibuang langsung ke luar, udara dapat
dikembalikan ke sistem penanganan udara atau ruang yang
berdekatan jika semua udara diarahkan melalui HEPA filter
 Pintu kamar selalu tertutup
 Petugas kesehatan yang rentan dilarang memasuki kamar
pasien
 Untuk perlindungan pernafasan gunakan respirator N95
 Batasi transportasi dan pergerakan pasien di luar
ruangan. Bila transportasi diperlukan, pasien harus
memakai masker bedah dan etika batuk
 Masker tidak diperlukan untuk orang-orang yang
mengangkut pasien (transporter) jika pasien menggunakan
masker bedah
 Manajemen paparan pada petugas
Imunisasi yang tepat untuk orang yang rentan sesegera
mungkin setelah kontak tanpa pelindung dengan pasien
campak,varicella atau cacar
 Berikan vaksin campak kepada orang yang rentan dalam
waktu 72 jam setelah terpapar atau berikan
imunoglobulin dalam 6 hari setelah kejadian paparan
pada orang berisiko tinggi yang mendapat kontraindikasi
vaksin
 Berikan vaksin varicella kepada orang yang rentan dalam
waktu 120 jam setelah terpapar atau berikan varicella
immuneglobulin (jika tersedia) dalam waktu 96 jam untuk
orang berisiko tinggi yang mendapat kontraindikasi vaksin
(pasien immunocompromised, wanita hamil, bayi baru lahir
yang onset varicella ibunya <5 hari sebelum atau dalam 48
jam setelah melahirkan)
Jenis-jenis ruang isolasi
Tekanan udara pada ruang isolasi
Prinsip-prinsip Umum Ruang Isolasi
Pengendalian lingkungan di ruang isolasi bertujuan untuk mengontrol aliran
udara dan mengurangi jumlah partikel menular di udara ke tingkat yang tidak
memungkinkan terjadinya penularan dalam fasilitas pelayanan kesehatan.
Hal ini dicapai dengan:
• Mengendalikan kualitas dan kuantitas intake dan exhaust udara,
• Mempertahankan perbedaan tekanan udara antara daerah yang berdekatan,
• Mendilusi partikel menular dengan volume udara yang besar,
• Merancang pola aliran udara,
• HEPA Filter
Ruang Isolasi Tekanan Negatif
– Isolasi Untuk Transmisi Airborne
Ruang Isolasi Tekanan Positif
KESIMPULAN
• Penting untuk mengetahui cara penularan penyakit setiap
pasien.
• Menempatkan pasien dengan benar sesuai dengan cara
penularan dan penggunaan APD yang tepat akan mencegah
terjadinya penyebaran infeksi kepada pasien, petugas,
pengunjung dan keluarga pasien.

Anda mungkin juga menyukai