Anda di halaman 1dari 16

PROGRAM PPI

(PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI)

KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


RUMAH SAKIT HIKMAH MASAMBA
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Rumah sakit merupakan unit pelayanan kesehatan yang sangat kompleks karena di
rumah sakit tidak hanya terapi dan diagnosis penyakit yang diperhatikan, tetapi tenaga
keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya yang juga harus diperhatikan (Darmadi, 2008).
Rumah sakit tidak hanya menjadi tempat pengobatan, tetapi bisa juga menjadi sarana
pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain (Septiari, 2012).
Infeksi Nosokomial atau infeksi rumah sakit yang saat ini disebut sebagai Healthcare
Associated Infections (HAIs), merupakan masalah di seluruh dunia baik di negara yang
sudah maju maupun yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. HAIs sangat
merugikan rumah sakit maupun pasien itu sendiri. HAIs mengakibatkan lama hari rawat
meningkat, meningkatkan angka kesakitan bahkan kematian sehingga biaya bertambah,
produktifitas pasien maupun pasien menurun, menurunkan mutu dan citra rumah sakit,
dimana pada masa mendatang akan muncul tuntutan hukum bagi rumah sakit maupun
pelayanan kesehatan lainnya. Namun sangat disayangkan banyak pihak manajemen
rumah sakit tidak menyadari hal ini, sehingga program pencegahan dan pengendalian
infeksi belum mendapatkan prioritas penting.

B. Latar Belakang
Kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu
pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit hal ini merupakan persoalan
serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak dapat langsung kematian pasien.
Beberapa kejadian infeksi rumah sakit mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan
tetapi dapat menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih lama di rumah sakit.
Penyebabnya oleh kuman yang berada di lingkungan rumah sakit atau oleh kuman yang
sudah dibawa oleh pasien sendiri, yaitu kuman endogen. Dari batasan ini dapat
disimpulkan bahwa kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang secara potensial
dapat dicegah.
Salah satu hal yang perlu disadari bersama bahwa kualitas pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih sangat rendah, berdampak pada
rendahnya mutu pelayanan rumah sakit maupun bertambahnya beban yang harus
ditanggung oleh penderita. Suatu kejadian infeksi rumah sakit pada pasien akan
mengakibatkan hal-hal seperti memperberat penyakit dan sangat mungkin menyebabkan
terjadinya kematian ataupun kecacatan, perpanjangan waktu perawatan yang juga
berdampak pada perpanjangan waktu tunggu bagi pasien lainnya, serta peningkatan biaya
pengobatan yang ditanggung oleh pasien maupun rumah sakit.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit semakin hari semakin penting
untuk dapat dilaksanakan oleh semua petugas yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan.
Perlu disadari bahwa rendahnya kualitas dan kuantitas pengendalian infeksi di rumah
sakit memerlukan dukungan berbagai pihak khususnya para klinisi serta komitmen
pimpinan rumah sakit untuk secara terus menerus menggerakkan semua pihak yang
terlibat dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk melaksanakan pencegahan dan
pengendalian infeksi. Untuk itu, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel, transparan
terhadap masyarakat khususnya terhadap jaminan keselamatan pasien (patient safety).
Fasilitas pelayanan kesehatan selain memberikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
juga memberikan pelayanan preventif dan promotif, sehingga kejadian infeksi
sehubungan dengan pelayanan kesehatan harus menjadi perhatian bagi seluruh pemberi
pelayanan kesehatan dimana saja dan kapan saja pelayanan kesehatan diberikan.
Sehubungan dengan besarnya masalah dan akibat infeksi rumah sakit seperti
dikemukakan di atas, maka pada tahun 2015 RS Hikmah Masamba menyusun program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efesiensi
pelayanannya kepada masyarakat.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit melalui pencegahan dan pengendalian
infeksi terkait pelayanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mencegah dan mengendalikan kejadian infeksi rumah sakit (IP/Incident Rate
HAIs) di Rumah Sakit Hikmah Masamba melalui kegiatan surveilans, , audit
kepatuhan hand hygiene dan edukasi tentang PPI.
b. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman, panduan dan atau SPO tentang
PPI melalui kegiatan monitoring di semua unit pelayanan.
c. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan / penerapan PPI di unit-unit
pelayanan.
d. Meningkatkan kualitas / kompetensi petugas Tim PPI Rumah Sakit Hikmah
Masamba.
BAB II
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang harus
dilakukan sehingga tercapainya program PPI. Adapun kegiatan pokok dan rincian kegiatan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
A. Menurunkan dan mengendalikan angka insiden infeksi rumah sakit (incident rate HAIs)
khususnya mengendalikan angka insiden infeksi seperti Infeksi Luka Operasi (ILO),
infeksi akibat pemakaian intravena line dan Infeksi Saluran Kemih (ISK). Kegiatan yang
dilaksanakan meliputi:
1. Surveilance data infeksi rumah sakit
2. Membuat Pengkajian Resiko Infeksi rumah sakit
3. Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi di rumah sakit
4. Monitoring pelaksanaan manajemen Laundry dan Linen rumah sakit
5. Monitoring pembuangan sampah sampah infeksius, cairan tubuh, dan darah.
6. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum
7. Pelayanan makanan dan permesinan
8. Monitoring hand hygiene pada pasien, pengunjung dan staf/petugas.
9. Monitoring penggunaan alat pelindung diri.
B. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di unit/unit pelayanan
melalui:
1. Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana pendukung penerapan PPI di
unit pelayanan seperti pengadaan APD, sarana kebersihan tangan (wastafel, sabun,
larutan desinfektan/antiseptik, tisu, handrub), dll.
2. Melakukan koordinasi dengan bagian PE terkait pengadaan sarana pendukung
penerapan PPI
C. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI yang meliputi:
1. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN
2. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN
3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi seluruh
petugas rumah sakit (medis dan non medis)
4. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional maupun
internasional
BAB III
CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Menurunkan dan Mengendalikan Angka Insiden / Incident Rate HAIs


1. Surveilans
Data infeksi rumah sakit merupakan salah satu indikator klinik rumah sakit
sehingga surveilans harus dilakukan dengan benar agar mendapatkan data yang akurat
yang menggambarkan keadaan sesungguhnya. Data yang akurat akan membantu
mengidentifikasi permasalahan yang perlu diatasi untuk mendapatkan mutu pelayanan
pasien yang optimal. Data akan dikoleksi setiap bulan sesuai dengan yang telah
ditetapkan dan telah diinformasikan kepada unit yang terkait.
Ruang lingkup pelaksanaan surveilans di Rumah Sakit Hikmah Masamba adalah
di semua unit pelayanan perawatan / kesehatan langsung kepada pasien dengan
mengumpulkan dan mengevaluasi data yang terkait dengan risiko infeksi pada:
a. Saluran kencing seperti prosedur invasif dan peralatan terkait dengan indwelling
urinary catheter, sistim drainase urin.
b. Lokasi operasi seperti pelayanan dan type pembalut luka dan prosedur aseptik.

Metode surveilans yang digunakan oleh Komite PPI Rumah Sakit Hikmah
Masamba adalah:
a. Surveilans ISK, menggunakan metode surveilans target meliputi semua ruang
perawatan.
ISK adalah infeksi yang terjadi pada saluran kemih murni (uretra dan
permukaan saluran kemih) atau melibatkan bagian yang lebih dalam dari organ-
organ pendukung saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan
jaringan sekitar retroperitoneal atau rongga perinefrik).
ISK yaitu infeksi akibat pemakaian / pemasangan kateter urine menetap
setelah 48 jam pemakaian alat. Alat yang digunakan pasien adalah alat yang
dipasang di Rumah Sakit Hikmah Masamba.

ISK = Jumlah kasus ISK x 1000


Jumlah lama hari pemakaian alat

b. Surveilans plebitis, menggunakan metode surveilans target meliputi semua ruang


perawatan.
Phlebitis yaitu infeksi akibat pemakaian / pemasangan intravena line menetap
setelah 48 jam pemakaian alat. Alat yang digunakan pasien adalah alat yang
dipasang di Rumah Sakit Hikmah Masamba.

HAP = Jumlah kasus phlebitis x 1000


Jumlah lama hari perawatan tirah baring
c. Surveilans ILO, menggunakan metode Surveilans komprehensif (wide hospital
surveillance) yaitu dilakukan di semua ruang perawatan rawat inap serta
surveilans pasca rawat (post discharge surveillance) yaitu dilakukan setelah
pasien keluar dari Rumah Sakit Hikmah Masamba yaitu di Poliklinik (Bedah dan
Kebidanan).
ILO adalah infeksi pada semua kategori luka operasi bersih dan bersih
terkontaminasi yang terjadi dalam kurung waktu 30 hari setelah operasi tanpa
implant dan 90 hari setelah operasi dengan implant.

ILO = Jumlah kasus ILO x 100


Jumlah seluruh tindakan operasi
Pencatatan dilakukan oleh perawat yang ditunjuk (IPCN) dibantu oleh IPCLN
yang ada di setiap unit perawatan dengan menggunakan format harian rumah sakit
yang mencakup semua variabel (satuan) yang ada dalam formula dari seluruh jenis
infeksi rumah sakit yang ada. Pencatatan dilakukan bila ditemukan kelainan sesuai
jenis infeksi Puskesmas yang ada maka petugas ruangan atau IPCLN yang pertama
kali menemukan pasien terinfeksi harus langsung mencatat dan melaporkannya
kepada IPCN.
2. Investigasi Outbreak / Wabah / KLB
Surveilans atau investigasi outbreak / KLB dilaksanakan terhadap temuan adanya
kasus infeksi yang muncul dan pemunculan ulang (emerging atau reemerging). Suatu
kejadian disebut outbreak/KLB adalah meningkatnya suatu kejadian, kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok pasien dalam
kurun waktu tertentu.

Kriteria yang digunakan adalah:


a. Timbulnya penyakit/infeksi dan atau kuman yang sebelumnya tidak ada.
b. Adanya peningkatan kejadian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah yang
terjadi pada kurung waktu yang sama pada periode/tahun sebelumnya.
3. Membuat Pengkajian Resiko Pengendalian Infeksi
Pengkajian resiko pengendalian infeksi terdiri dari tiga tahapan : identifikasi
resiko, analisa resiko dan evaluasi resiko.
a. Identifikasi resiko dilakukan oleh Komite PPI dengan melibatkan bidang
pelayanan medis, bidang pelayanan keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim
patient safety. Identifikasi resiko ini didasarkan pada issue infeksi.
b. Analisa resiko, resiko yang sudah teridentifikasi dilakukan grading dengan
memberikan skor pada probabilitas, dampak dan kesiapan system di rumah sakit.
Analisa resiko ini dilakukan oleh Komite PPI dengan melibatkan bidang
pelayanan medis, bidang pelayanan keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim
patient safety.
c. Evaluasi resiko adalah tahapan melihat resiko mana yang paling tinggi nilainya
dengan cara mengalikan skoring risiko probabilitas dengan dampak dengan
kesiapan system yang ddilakukan oleh Komite PPI dengan melibatkan bidang
pelayanan medis, bidang pelayanan keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim
patient safety.
4. Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi Rumah Sakit
Monitoring pelaksanaan sterilisasi dilakukan minimal 1 kali tiap bulan meliputi,
pembersihan alat, pengeringan, sterilisasi / dekontaminasi, pengemasan, pelabelan
kadaluarsa steril alat, penyimpanan. Monitoring juga dilakukan terhadap kepatuhan
petugas dalam penggunaan APD, pencatatan suhu, tekanan dan kelembaban ruangan.
Hasil monitoring akan dilaporkan tiap bulan.
5. Monitoring Pelaksanaan Manajemen Laundry dan Linen Rumah Sakit
Monitoring manajemen linen meliputi kegiatan monitoring pada prosedur
penerimaan linen kotor, pemilahan linen infeksius dan non infeksius, perendaman,
pencucian, pengeringan, penyimpanan dan pendistribusian linen serta alur linen kotor
dan bersih. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil
monitoring dilaporkan tiap bulan.

6. Monitoring Pembuangan Sampah Infeksius, Cairan Tubuh, dan Darah


Monitoring dilakukan terhadap prosedur penanganan sampah infeksius dan cairan
tubuh mulai dari sumbernya (ruang perawatan, laboratorium) termasuk kantong
sampah yang digunakan, sampai dikelola di incenerator/limbah. Kegiatan monitoring
dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
7. Monitoring Pembuangan Benda Tajam dan Jarum
Monitoring penerapan kewaspadaan isolasi lainnnya termasuk penanganan dan
pengeloaan benda tajam yang dilakukan setiap hari bersamaan dengan kunjungan
ruangan, meliputi prosedur yang benar tentang pembuangan benda tajam dan prosedur
yang benar tentang penggunaan benda tajam/jarum. Kegiatan monitoring dilakukan
minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
8. Monitoring Pelayanan Makanan dan Permesinan
Monitoring pelayanan makanan meliputi kegiatan monitoring pada penyediaan
bahan makanan mentah, penataan/penyususunan bahan makanan, pengolahan
makanan, penyajian makanan dan pendistribusian makanan ke ruang perawatan.
Monitoring juga dilakukan terhadap kepatuhan petugas dalam penggunaan APD,
kepatuhan petugas dalam kebersihan tangan, prosedur pencucian dan penyimpanan
alat-alat makan, pencatatan suhu dan kelembaban ruangan serta pemeliharaan
mesin/alat yang digunakan. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap 3
bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap 3 bulan.
9. Monitoring Pembongkaran, Pembangunan, dan Renovasi
Monitoring pelaksanaan pembongkaran, pembangunan, dan renovasi bangunan di
rumah sakit dilakukan bila ada kegiatan seperti pembongkaran gedung (demolution),
perbaikan gedung, penambahan bagian dari gedung utama dan atau pembangunan
gedung baru. Monitoring dilakukan sebelum, selama dan setelah dilakukan renovasi /
rekontruksi bangunan. Hasil monitoring yang dilakukan IPCN Komite PPI akan
dituangkan dan disusun dalam Laporan ICRA (Infections Control Risk Assessment)
renovasi/rekontruksi yang akan dilaporkan kepada Direktur Utama.
10. Monitoring Hand Hygiene Pada Pasien, Penunggu dan Petugas / Staf
a. Monitoring hand hygiene pada pasien dilakukan dengan memberikan informasi
kepada pasien tentang kapan harus cuci tangan dan bagaimana cara melakukan
kebersihan tangan, juga diberikan informasi kapan harus melakukan hand hygiene
dengan cuci tangan dan kapan dengan handrub. Ketersediaan fasilitas untuk
melakukan kebersihan tangan pada area pasien juga dimonitor ketersediaannya.
b. Monitoring hand hygiene pada penunggu dilakukan dengan memberikan
informasi kepada penunggu tentang kapan harus cuci tangan dan bagaimana cara
melakukan kebersihan tangan, juga diberikan informasi kapan harus melakukan
hand hygiene dengan cuci tangan dan kapan dengan handrub. Ketersediaan
fasilitas untuk melakukan kebersihan tangan pada area pasien juga dimonitor
ketersediaannya.
c. Monitoring hand hygiene pada petugas / staf dilakukan dengan Audit kepatuhan
melakukan kebersihan tangan yang dilakukan setiap hari dan analisanya dibuat
setiap 3 (tiga) bulan. Audit dilakukan terhadap petugas yang terlibat langsung
dalam pelayanan pasien meliputi unit rawat jalan, kamar operasi dan rawat inap.
11. Monitoring Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Monitoring penggunaan APD yang dilakukan setiap hari terhadap petugas di unit
perawatan terutama di ruangan isolasi, dilakukan bersamaan dengan kunjungan
ruangan. Hasil monitoring dilaporkan tiap 1 bulan.
12. Membuat Usulan Pelatihan Lanjutan Bagi Tenaga IPCN
Perkembangan ilmu dan tekhnologi harus diimbangi dengan pelatihan bagi IPCN
yang berkesinambungan dan ter-up date sesuai dengan perkembangan kondisi saat ini.
Komite PPI membuat daftar kebutuhan pelatihan untuk diajukan ke bidang pelayanan
13. Membuat Usulan Pelatihan Dasar PPI Bagi Tenaga IPCLN
Adanya beberapa petugas IPCLN yang pindah tugas ke unit / ruangan lain
menyebabkan upaya untuk mencarikan pengganti yang tentu belum tersentuh lebih
jauh tentang pemahaman PPI. Oleh karena itu Komite PPI membuat daftar kebutuhan
pelatihan untuk IPCLN agar bisa diajukan ke bidang pelayanan
14. Membuat Pelatihan Berkesinambungan (In House Training) Tentang PPI Bagi
Seluruh Petugas Rumah Sakit (Medis dan Non Medis)
Program in house training PPI akan berkoordinasi dengan bidang pelayanan yang
dilaksanakan rutin dan berkesinambungan
15. Mengikuti Seminar / Simposium / Work Shop Tentang PPI Baik Nasional
Maupun Internasional
Agar lebih cepat mendapatkan update tentang PPI, Komite PPI membuat usulan
supaya Tim PPI sebagai pelaksanaan kegiatan operasional Program PPI bisa
mengikuti seminar / simposium / work shop yang berhubungan dengan PPI, baik
Nasional maupun internasional. Usulan ditujukan kepada bidang pelayanan yang
ditembuskan kepada Direktur
BAB IV
SASARAN

A. Sasaran program dengan melibatkan:


1. Seluruh Staf RS
Seluruh staf RS dilibatkan dalam penerapan PPI dalam memberikan pelayanan kepada
pasien baik secara langsung maupun tidak langsung di unitnya masing masing.
2. Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan ikut serta dalam
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi. Edukasi diberikan secara langsung (face
to face) ataupun dikumpulkan dalam suatu pertemuan dalam bentuk penyuluhan yang
berkaitan dengan PPI.
3. Pengunjung
Pengunjung pasien yang datang ke RS diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan
ikut pula dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di RS terutama tentang
aturan yang harus dipatuhi dan dijauhi ketika mengunjungi pasien-pasien dengan
penyakit menular, immunocompromissed, maupun tentang upaya lain yang
berhubungan dengan PPI.

B. Menurunkan Angka Insiden / Incident Rate HAIs


Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di RS
Hikmah Masamba tahun 2015 untuk menurunkan angka insiden IP adalah:
1. Surveilans Angka insiden ISK <10 kasus per-1000 hari pemakaian kateter urine
menetap (<10‰) dalam satu periode tertentu (1 bulan) meliputi semua ruang
perawatan.
2. Angka insiden HAP <10 kasus per-1000 hari perawatan dengan tirah baring (<10‰)
dalam satu periode tertentu (1 bulan) meliputi semua ruang perawatan.
3. Angka insiden ILO < 2 kasus per- 100 tindakan operasi (<2%), meliputi semua
pasien paska operasi di RS Hikmah Masamba yang sedang dirawat dan setelah
pasien keluar dari RS yaitu di Poliklinik (Bedah dan Kebidanan).

C. Audit Kepatuhan
1. Sasaran audit kepatuhan melakukan kebersihan tangan adalah semua petugas baik
medis dan non medis seperti dokter, perawat, petugas laboratorium, petugas
kebersihan. Sasaran pencapaian kepatuhan kebersihan tangan adalah >80% dalam
jangka waktu 3 bulan.
2. Sasaran audit kepatuhan penggunaan APD petugas di unit perawatan khususnya di
ruangan isolasi, intensif dan kamar operasi dilakukan bersamaan dengan kunjungan
ruangan. Sasaran pencapaiannya adalah 100% dalam 1 bulan.
3. Audit kelengkapan PPI juga dilakukan setiap hari/setiap minggu/setiap waktu
tertentu bersamaan dengan kunjungan lapangan ke unit-unit pelayanan/perawatan
untuk melihat apakah sarana dan prasarana pendukung di semua unit tersedia, tidak
lengkap atau salah/tidak digunakan. Sasaran pencapaiannya adalah >80% dalam
waktu 3 bulan.

D. Edukasi
Sasaran yang ingin dicapai Komite PPI dalam pelaksanaan program edukasi dibagi
dalam kategori yaitu staf baru dan staf lama (medis dan non medis), pasien, keluarga
pasien/pengunjung serta petugas/pekerja non petugas RS Hikmah Masamba yang tidak
melayani pasien langsung tetapi berada di lingkungan RS Hikmah Masamba seperti
satpam.
1. Staf Baru
Staf baru tidak dibedakan perawat, dokter atau staf lain diberikan edukasi PPI saat
mereka memulai bekerja atau mulai menjadi karyawan di RS Hikmah. Kegiatan ini
bekerja sama dengan Bagian Bidang Pelayanan. Sasaran pencapaian adalah semua
staf baru yang akan bekerja di RS Hikmah sudah teredukasi PPI (80%).
2. Staf Lama
Dalam kaitan peningkatan pemahaman pengendalian infeksi akan dilakukan
inventarisasi staf medis dan non medis yang telah menjalani edukasi sebelumnya,
sehingga dapat diketahui siapa yang belum menjalani kegiatan edukasi. Peningkatan
pengetahuan untuk seluruh staf dalam bentuk in house training PPI sehingga
mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama untuk pengendalian infeksi.
3. Pasien
Edukasi kepada pasien diberikan secara langsung dengan penyuluhan tentang
kebersihan tangan, pencegahan penyebaran penyakit infeksi di rumah sakit, dan
pengelolaan penyakit infeksi di rumah sakit. Sasaran pencapaian edukasi kepada
pasien adalah lebih dari 80% pasien yang sedang dirawat dapat teredukasi PPI dalam
waktu 6 bulan.
4. Pengunjung
Edukasi dengan pengunjung / keluarga pasien dilaksanakan berkoordinasi Informasi
RS dan petugas ruang perawatan. Kegiatan dilakukan di poliklinik / unit rawat jalan
dan ruang perawatan, meliputi kebersihan tangan, pencegahan penyebaran penyakit
infeksi di rumah sakit, kebersihan lingkungan, pengenalan penyakit seperti penyakit
menular, DM, penyakit Jantung, dll. Sasaran pencapaiannya adalah >80%
pengunjung dapat teredukasi dalam waktu 3 bulan.

E. Memaksimalkan Kepatuhan Dalam Penerapan Kebijakan, Pedoman dan atau SPO


Tentang PPI Di Semua Unit Pelayanan
1. Area Pelayanan
a. Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi Rumah Sakit
Sasaran yang dicapai adalah disemua ruang yang ada sterilisasinya yang meliputi
petugas, alat-alat, mesin.
b. Monitoring Pelaksanaan Manajemen Linen
Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi laoundry yang meliputi petugas, linen,
alat-alat/mesin dan lingkungan.
c. Monitoring Pelaksanaan Pelayanan Gizi
Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi Gizi meliputi petugas, bahan makanan
mentah, makanan jadi, alat-alat/mesin dan lingkungan.
d. Monitoring Pembuangan Sampah Infeksius dan Cairan Tubuh
Sasaran yang dicapai adalah di ruang-ruang perawatan dan laboratorium.
e. Monitoring Pembuangan Benda Tajam dan Jarum
Sasaran yang dicapai adalah di ruang perawatan, laboratorium meliputi petugas,
tempat sampah benda tajam dan lingkungan.
f. Monitoring Pencatatan dan Pelaporan Tertusuk Jarum
Sasaran yang dicapai adalah di ruang perawatan, laboratorium meliputi hasil
dokumentasi pencatatan dan pelaporan insiden sehingga semua insiden dapat
terlaporkan
BAB VI
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali atau 2 (dua)
kali setahun yang dilakukan oleh IPCN (perawat pengendali infeksi) dibawah koordinasi Tim
PPI dan Komite PPI. Laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibuat sesuai pelaksanaan
evaluasi kegiatan ditujukan kepada Komite PPI RS Hikmah Masamba, menyangkut jadwal
pelaksanaannya serta elemen kegiatan yang sudah/ belum/ tidak dapat dilaksanakan agar
dapat dilakukan perbaikan bila mana perlu.
BAB VII
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

A. Pencatatan
1. Setiap hari IPCN mencatat data infeksi rumah sakit di unit-unit pelayanan
(surveilans) dengan formulir harian dari Komite PPI, mendokumentasikan hasil
audit kepatuhan kebersihan tangan, kepatuhan APD, kepatuhan penerapan SPO /
kebijakan PPI dan atau monitoring penerapan PPI di semua unit pelayanan.
2. Data yang terkumpul akan dibuatkan analisa dengan anggota Tim PPI dan Komite
PPI.

B. Pelaporan
1. Setiap 1 (satu) bulan sekali data dikumpulkan dan dibuatkan laporan oleh Tim PPI
untuk didiskusikan dengan Komite PPI dan selanjutnya laporan dikirim ke Direktur
RS Hikmah Masamba ditembuskan ke Bidang Keperawatan, Bidang Pelayanan
Medis.
2. Data kepatuhan kebersihan tangan dikumpulkan selama periode 3 bulan, dianalisa
dan didiskusikan dengan Tim PPI dan Komite PPI, selanjutnya dibuatkan laporan
yang dikirim ke Direktur RS Hikmah Masamba ke semua Bidang Keperawatan,
Bidang Pelayanan Medis.
3. Setiap 1 (satu) tahun semua pelaksanaan program Komite PPI dibuatkan Laporan
Tahunan yang akan dikirim kepada Direktur
BAB VIII
PENUTUP

Program Komite PPI di rumah sakit yang disusun untuk tahun 2016 meliputi kegiatan
rutin yang sudah berjalan untuk pengendalian infeksi dan kegiatan yang baru diterapkan atau
bersifat pengembangan untuk peningkatan mutu pelayanan yang berkaitan dengan
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Program Komite PPI tahun 2016 ini berisi tentang rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan yang disusun secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai tujuan Komite
PPI RS Hikmah Masamba. Rencana kegiatan tersebut meliputi:
1. Menurunkan angka insiden infeksi rumah sakit (incident rate HAIs) meliputi:
a. Surveilans data IP.
b. Audit yang meliputi audit kepatuhan kebersihan tangan dan audit pemakaian alat
pelindung diri (APD) di semua unit perawatan.
c. Edukasi PPI bagi masyarakat (petugas, pasien, pengunjung/keluarga pasien dan
petugas fasilitas pendukung seperti kantin/kafetaria, bank ataupun petugas parkir.
2. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SPO tentang PPI di semua unit
pelayanan melalui kegiatan monitoring.
3. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di unit-unit pelayanan.
4. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI melalui pelatihan bagi tenaga IPCN,
pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN, in house training tentang PPI, mengikuti
seminar/simposium/workshop tentang PPI baik nasional maupun internasional.

Anda mungkin juga menyukai