A. Pendahuluan
Rumah sakit merupakan unit pelayanan kesehatan yang sangat kompleks karena di
rumah sakit tidak hanya terapi dan diagnosis penyakit yang diperhatikan, tetapi tenaga
keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya yang juga harus diperhatikan (Darmadi, 2008).
Rumah sakit tidak hanya menjadi tempat pengobatan, tetapi bisa juga menjadi sarana
pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain (Septiari, 2012).
Infeksi Nosokomial atau infeksi rumah sakit yang saat ini disebut sebagai Healthcare
Associated Infections (HAIs), merupakan masalah di seluruh dunia baik di negara yang
sudah maju maupun yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. HAIs sangat
merugikan rumah sakit maupun pasien itu sendiri. HAIs mengakibatkan lama hari rawat
meningkat, meningkatkan angka kesakitan bahkan kematian sehingga biaya bertambah,
produktifitas pasien maupun pasien menurun, menurunkan mutu dan citra rumah sakit,
dimana pada masa mendatang akan muncul tuntutan hukum bagi rumah sakit maupun
pelayanan kesehatan lainnya. Namun sangat disayangkan banyak pihak manajemen
rumah sakit tidak menyadari hal ini, sehingga program pencegahan dan pengendalian
infeksi belum mendapatkan prioritas penting.
B. Latar Belakang
Kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu
pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit hal ini merupakan persoalan
serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak dapat langsung kematian pasien.
Beberapa kejadian infeksi rumah sakit mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan
tetapi dapat menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih lama di rumah sakit.
Penyebabnya oleh kuman yang berada di lingkungan rumah sakit atau oleh kuman yang
sudah dibawa oleh pasien sendiri, yaitu kuman endogen. Dari batasan ini dapat
disimpulkan bahwa kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang secara potensial
dapat dicegah.
Salah satu hal yang perlu disadari bersama bahwa kualitas pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih sangat rendah, berdampak pada
rendahnya mutu pelayanan rumah sakit maupun bertambahnya beban yang harus
ditanggung oleh penderita. Suatu kejadian infeksi rumah sakit pada pasien akan
mengakibatkan hal-hal seperti memperberat penyakit dan sangat mungkin menyebabkan
terjadinya kematian ataupun kecacatan, perpanjangan waktu perawatan yang juga
berdampak pada perpanjangan waktu tunggu bagi pasien lainnya, serta peningkatan biaya
pengobatan yang ditanggung oleh pasien maupun rumah sakit.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit semakin hari semakin penting
untuk dapat dilaksanakan oleh semua petugas yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan.
Perlu disadari bahwa rendahnya kualitas dan kuantitas pengendalian infeksi di rumah
sakit memerlukan dukungan berbagai pihak khususnya para klinisi serta komitmen
pimpinan rumah sakit untuk secara terus menerus menggerakkan semua pihak yang
terlibat dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk melaksanakan pencegahan dan
pengendalian infeksi. Untuk itu, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel, transparan
terhadap masyarakat khususnya terhadap jaminan keselamatan pasien (patient safety).
Fasilitas pelayanan kesehatan selain memberikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
juga memberikan pelayanan preventif dan promotif, sehingga kejadian infeksi
sehubungan dengan pelayanan kesehatan harus menjadi perhatian bagi seluruh pemberi
pelayanan kesehatan dimana saja dan kapan saja pelayanan kesehatan diberikan.
Sehubungan dengan besarnya masalah dan akibat infeksi rumah sakit seperti
dikemukakan di atas, maka pada tahun 2015 RS Hikmah Masamba menyusun program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efesiensi
pelayanannya kepada masyarakat.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit melalui pencegahan dan pengendalian
infeksi terkait pelayanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mencegah dan mengendalikan kejadian infeksi rumah sakit (IP/Incident Rate
HAIs) di Rumah Sakit Hikmah Masamba melalui kegiatan surveilans, , audit
kepatuhan hand hygiene dan edukasi tentang PPI.
b. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman, panduan dan atau SPO tentang
PPI melalui kegiatan monitoring di semua unit pelayanan.
c. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan / penerapan PPI di unit-unit
pelayanan.
d. Meningkatkan kualitas / kompetensi petugas Tim PPI Rumah Sakit Hikmah
Masamba.
BAB II
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang harus
dilakukan sehingga tercapainya program PPI. Adapun kegiatan pokok dan rincian kegiatan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
A. Menurunkan dan mengendalikan angka insiden infeksi rumah sakit (incident rate HAIs)
khususnya mengendalikan angka insiden infeksi seperti Infeksi Luka Operasi (ILO),
infeksi akibat pemakaian intravena line dan Infeksi Saluran Kemih (ISK). Kegiatan yang
dilaksanakan meliputi:
1. Surveilance data infeksi rumah sakit
2. Membuat Pengkajian Resiko Infeksi rumah sakit
3. Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi di rumah sakit
4. Monitoring pelaksanaan manajemen Laundry dan Linen rumah sakit
5. Monitoring pembuangan sampah sampah infeksius, cairan tubuh, dan darah.
6. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum
7. Pelayanan makanan dan permesinan
8. Monitoring hand hygiene pada pasien, pengunjung dan staf/petugas.
9. Monitoring penggunaan alat pelindung diri.
B. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di unit/unit pelayanan
melalui:
1. Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana pendukung penerapan PPI di
unit pelayanan seperti pengadaan APD, sarana kebersihan tangan (wastafel, sabun,
larutan desinfektan/antiseptik, tisu, handrub), dll.
2. Melakukan koordinasi dengan bagian PE terkait pengadaan sarana pendukung
penerapan PPI
C. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI yang meliputi:
1. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN
2. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN
3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi seluruh
petugas rumah sakit (medis dan non medis)
4. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional maupun
internasional
BAB III
CARA PELAKSANAAN KEGIATAN
Metode surveilans yang digunakan oleh Komite PPI Rumah Sakit Hikmah
Masamba adalah:
a. Surveilans ISK, menggunakan metode surveilans target meliputi semua ruang
perawatan.
ISK adalah infeksi yang terjadi pada saluran kemih murni (uretra dan
permukaan saluran kemih) atau melibatkan bagian yang lebih dalam dari organ-
organ pendukung saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan
jaringan sekitar retroperitoneal atau rongga perinefrik).
ISK yaitu infeksi akibat pemakaian / pemasangan kateter urine menetap
setelah 48 jam pemakaian alat. Alat yang digunakan pasien adalah alat yang
dipasang di Rumah Sakit Hikmah Masamba.
C. Audit Kepatuhan
1. Sasaran audit kepatuhan melakukan kebersihan tangan adalah semua petugas baik
medis dan non medis seperti dokter, perawat, petugas laboratorium, petugas
kebersihan. Sasaran pencapaian kepatuhan kebersihan tangan adalah >80% dalam
jangka waktu 3 bulan.
2. Sasaran audit kepatuhan penggunaan APD petugas di unit perawatan khususnya di
ruangan isolasi, intensif dan kamar operasi dilakukan bersamaan dengan kunjungan
ruangan. Sasaran pencapaiannya adalah 100% dalam 1 bulan.
3. Audit kelengkapan PPI juga dilakukan setiap hari/setiap minggu/setiap waktu
tertentu bersamaan dengan kunjungan lapangan ke unit-unit pelayanan/perawatan
untuk melihat apakah sarana dan prasarana pendukung di semua unit tersedia, tidak
lengkap atau salah/tidak digunakan. Sasaran pencapaiannya adalah >80% dalam
waktu 3 bulan.
D. Edukasi
Sasaran yang ingin dicapai Komite PPI dalam pelaksanaan program edukasi dibagi
dalam kategori yaitu staf baru dan staf lama (medis dan non medis), pasien, keluarga
pasien/pengunjung serta petugas/pekerja non petugas RS Hikmah Masamba yang tidak
melayani pasien langsung tetapi berada di lingkungan RS Hikmah Masamba seperti
satpam.
1. Staf Baru
Staf baru tidak dibedakan perawat, dokter atau staf lain diberikan edukasi PPI saat
mereka memulai bekerja atau mulai menjadi karyawan di RS Hikmah. Kegiatan ini
bekerja sama dengan Bagian Bidang Pelayanan. Sasaran pencapaian adalah semua
staf baru yang akan bekerja di RS Hikmah sudah teredukasi PPI (80%).
2. Staf Lama
Dalam kaitan peningkatan pemahaman pengendalian infeksi akan dilakukan
inventarisasi staf medis dan non medis yang telah menjalani edukasi sebelumnya,
sehingga dapat diketahui siapa yang belum menjalani kegiatan edukasi. Peningkatan
pengetahuan untuk seluruh staf dalam bentuk in house training PPI sehingga
mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama untuk pengendalian infeksi.
3. Pasien
Edukasi kepada pasien diberikan secara langsung dengan penyuluhan tentang
kebersihan tangan, pencegahan penyebaran penyakit infeksi di rumah sakit, dan
pengelolaan penyakit infeksi di rumah sakit. Sasaran pencapaian edukasi kepada
pasien adalah lebih dari 80% pasien yang sedang dirawat dapat teredukasi PPI dalam
waktu 6 bulan.
4. Pengunjung
Edukasi dengan pengunjung / keluarga pasien dilaksanakan berkoordinasi Informasi
RS dan petugas ruang perawatan. Kegiatan dilakukan di poliklinik / unit rawat jalan
dan ruang perawatan, meliputi kebersihan tangan, pencegahan penyebaran penyakit
infeksi di rumah sakit, kebersihan lingkungan, pengenalan penyakit seperti penyakit
menular, DM, penyakit Jantung, dll. Sasaran pencapaiannya adalah >80%
pengunjung dapat teredukasi dalam waktu 3 bulan.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali atau 2 (dua)
kali setahun yang dilakukan oleh IPCN (perawat pengendali infeksi) dibawah koordinasi Tim
PPI dan Komite PPI. Laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibuat sesuai pelaksanaan
evaluasi kegiatan ditujukan kepada Komite PPI RS Hikmah Masamba, menyangkut jadwal
pelaksanaannya serta elemen kegiatan yang sudah/ belum/ tidak dapat dilaksanakan agar
dapat dilakukan perbaikan bila mana perlu.
BAB VII
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
A. Pencatatan
1. Setiap hari IPCN mencatat data infeksi rumah sakit di unit-unit pelayanan
(surveilans) dengan formulir harian dari Komite PPI, mendokumentasikan hasil
audit kepatuhan kebersihan tangan, kepatuhan APD, kepatuhan penerapan SPO /
kebijakan PPI dan atau monitoring penerapan PPI di semua unit pelayanan.
2. Data yang terkumpul akan dibuatkan analisa dengan anggota Tim PPI dan Komite
PPI.
B. Pelaporan
1. Setiap 1 (satu) bulan sekali data dikumpulkan dan dibuatkan laporan oleh Tim PPI
untuk didiskusikan dengan Komite PPI dan selanjutnya laporan dikirim ke Direktur
RS Hikmah Masamba ditembuskan ke Bidang Keperawatan, Bidang Pelayanan
Medis.
2. Data kepatuhan kebersihan tangan dikumpulkan selama periode 3 bulan, dianalisa
dan didiskusikan dengan Tim PPI dan Komite PPI, selanjutnya dibuatkan laporan
yang dikirim ke Direktur RS Hikmah Masamba ke semua Bidang Keperawatan,
Bidang Pelayanan Medis.
3. Setiap 1 (satu) tahun semua pelaksanaan program Komite PPI dibuatkan Laporan
Tahunan yang akan dikirim kepada Direktur
BAB VIII
PENUTUP
Program Komite PPI di rumah sakit yang disusun untuk tahun 2016 meliputi kegiatan
rutin yang sudah berjalan untuk pengendalian infeksi dan kegiatan yang baru diterapkan atau
bersifat pengembangan untuk peningkatan mutu pelayanan yang berkaitan dengan
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Program Komite PPI tahun 2016 ini berisi tentang rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan yang disusun secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai tujuan Komite
PPI RS Hikmah Masamba. Rencana kegiatan tersebut meliputi:
1. Menurunkan angka insiden infeksi rumah sakit (incident rate HAIs) meliputi:
a. Surveilans data IP.
b. Audit yang meliputi audit kepatuhan kebersihan tangan dan audit pemakaian alat
pelindung diri (APD) di semua unit perawatan.
c. Edukasi PPI bagi masyarakat (petugas, pasien, pengunjung/keluarga pasien dan
petugas fasilitas pendukung seperti kantin/kafetaria, bank ataupun petugas parkir.
2. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SPO tentang PPI di semua unit
pelayanan melalui kegiatan monitoring.
3. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di unit-unit pelayanan.
4. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI melalui pelatihan bagi tenaga IPCN,
pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN, in house training tentang PPI, mengikuti
seminar/simposium/workshop tentang PPI baik nasional maupun internasional.