1. UMUM
2. DEFINISI
Beberapa prinsip dasar yang penting dalam definisi infeksi rumah sakit
adalah:
a. Informasi yang digunakan untuk menentukan adanya infeksi dan
klasifikasinya, sebaiknya, merupakan kombinasi dari hasil pemeriksaan
klinis dan hasil tes laboratorium atau tes-tes lainnya.
- Bukti klinis adanya infeksi didapat dari observasi langsung
pada lokasi infeksi pada pasien atau dari sumber-sumber data
yang lain, seperti status pasien.
- Bukti laboratorium berupa hasil biakan, test deteksi antigen
atau antibody, atau visualisasi mikroskopik.
- Data pendukung diambil dari pemeriksaan diagnostik yang
lain, seperti sinar-x, ultrasound, CT scan, MRI, prosedur
endoskopik, biopsi atau aspirasi jarum.
- Infeksi pada neonatus dan anak kecil, dimana manifestasi
kliniknya berbeda dengan dewasa diberlakukan kriteria khusus.
b. Diagnosa infeksi oleh dokter atau ahli bedah, yang didapat dari
observasi langsung waktu pembedahan, pemeriksaan endoskopi dan
prosedur diagnosa lainnya, atau juga dari pemeriksaan klinis
merupakan kriteria yang dapat diterima, terkecuali terdapat bukti kuat
yang tidak mendukung. Untuk lokasi-lokasi tertentu diagnosis klinis dari
dokter tanpa data-data pendukung harus disertai dengan pemberian
antimikroba untuk memenuhi kriteria tersebut.
c. Terdapat dua keadaan khusus dimana infeksi dianggap
merupakan nosokomial, bila:
- Infeksi yang didapat di rumah sakit tetapi baru tampak
setelah keluar rumah sakit.
- Infeksi pada neonatus sebagai akibat keluarnya janin
melewati jalan lahir.
d. Ada juga keadaan khusus dimana infeksi dianggap bukan
nosokomial bila:
- Infeksi yang ada hubungannya dengan penyulit atau
kelanjutan dari infeksi yang sudah ada pada waktu masuk rumah
sakit, terkecuali kuman atau gejala-gejala jelas merupakan suatu
infeksi baru.
- Pada anak, infeksi yang diketahui atau dibuktikan menular
lewat plasenta (mis, toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus,
atau syphilis) dan timbul sebelum 48 jam setelah kelahiran.
e. Terdapat juga dua keadaan yang dianggap bukan infeksi bila :
- Kolonisasi, yaitu adanya kuman (pada kulit, mukosa, luka
terbuka, atau dalam ekskresi atau sekresi) yang tidak
menimbulkan tanda-tanda klinis adanya infeksi.
- Inflamasi (peradangan), yaitu keadaan sebagai akibat reaksi
jaringan terhadap cedera (injury) atau stimulasi oleh zat-zat non-
infeksius seperti bahan kimia.
4. RUANG LINGKUP
5. DASAR
a. Undang – Undang Pokok Kesehatan No.23 Tahun 1992.
b. Program Pencegahan dan penanggulangan infeksi di Rumah
Sakit, Depkes RI - Dirjen Pelayanan Medik Spesifik 2001.
BAB II
KEPALA
RS. CITRA HARAPAN
KOMITE PPI
KA TIM PPI
SEKRETARIS
IPCN
a. Pengertian
Komite pencegahan dan penanggulangan infeksi adalah suatu
kelompok kerja yang dibentuk Kepala RS. Citra Harapan dengan Surat
Perintah, bertanggung jawab kepada Ka RS dalam hal pengendalian
dan pencegahan infeksi di RS. Citra Harapan.
b. Kepengurusan
Komite PPI RS. Citra Harapan terdiri dari:
1) 1 (satu) orang Ketua komite
2) 1 (satu) orang Wakil Ketua
3) 1 (satu) orang Sekretaris
4) 1 (satu) orang Ketua TIM PPI
5) 2 (dua) orang Infection Preventif Control Nurse (IPCN)
6) 8 (delapan) orang IPCN
c. Masa Kerja
Masa kerja komite PPI ditetapkan untuk masa 3 tahun.
d. Kewajiban
1) Melaksakan kebijakan pencegahan dan penanggulangan
infeksi RS. Citra Harapan sesuai program yang ditetapkan.
2) Membuat rencana anggaran, program kerja dan kegiatan
Sub-komite PPI RS. Citra Harapan tahun berjalan.
3) Mengelola program/kegiatan pencegahan dan
penanggulangan infeksi di RS. Citra Harapan.
4) Melakukan koordinasi untuk menyusun program kerja,
petunjuk teknis serta prosedur pencegahan dan penanggulangan
infeksi.
5) Melaksanakan supervisi pencegahan dan penanggulangan
infeksi RS. Citra Harapan.
6) Memantau dan mengevaluasi secara berkala pelaksanaan
survei hasil pemeriksaan sarana/peralatan yang berkaitan dengan
pencegahan infeksi rumah sakitdi RS. Citra Harapan bila perlu
ditindak lanjuti.
7) Mengadakan pertemuan berkala Sub-komite PPI.
8) Menyebarluaskan informasi perihal aspek-aspek
pengendalian dan pencegahan infeksi rumah sakit kepada
segenap Staf RS. Citra Harapan yang terkait.
9) Melaksanakan penelitian dan studi tentang aspek-aspek
pengendalian/pencegahan infeksi rumah sakit di RS. Citra
Harapan.
10) Menjalin kerjasama dengan kepanitiaan/pihak-pihak terkait
di RS. Citra Harapan untuk menunjang/memperlancar kegiatan
pencegahan dan penanggulangan infeksi.
11) Memberikan laporan kegiatan penyelenggaraan pencegahan
dan penanggulangan infeksi.
Uraian Tugas
Uraian Tugas
1. Memimpin, mengkoordinir, membina bidang penanggulangan
dalam mengelola program dan kegiatan Pencegahan dan
penanggulangan infeksi RS. Citra Harapan agar berhasil dan
berdaya guna.
2. Menyusun rencana program, kegiatan dan anggaran tahunan
bidang penanggulangan.
3. Menyusun, mengembangkan, merevisi dan melengkapi kembali
program , standar dan prosedur PPI, khusunya bidang
penanggulangan yang pernah disusun.
4. Memantau dan mengevaluasi secara berkala hasil pelaksanaan
program penanggulangan RS. Citra Harapan.
5. Melaporkan pelaksanaan dan hasil kerja program
penanggulangan kepada Ketua Sub-komite PPI.
6. Menghadiri pertemuan PPI sesuai yang dijadwalkan.
Tanggung Jawab
1. Bertanggung jawab atas penetapan kebijakan surveilans di RS.
Citra Harapan.
2. Bertanggung jawab dan melaporkan segala bentuk kegiatan
surveilans kepada Ketua Sub-komite PPI secara berkala.
Wewenang
1. Memberikan usul dan saran kepada Ketua Sub-komite PPI
tentang hal-hal yang berhubungan dengan program penanggulangan
di RS. Citra Harapan.
2. Memberi penugasan kepada koordinator ICN dalam hal
pelaksanaan program penanggulangan.
Hubungan Kerja
Melalui Ketua Sub-komite PPI dengan:
Sekretaris Sub-komite PPI
Kepala Bidang Universal Precaution
Kepala Bidang Surveilans
Koordinator ICN
KOORDINATOR ICN
Mengkoordinasi, mengawasi dan bertanggung jawab atas kegiatan
surveilance, kewaspadaan umum, dan penganggulangan wabah
infeksi pada tingkat ICN agar tercapai pelayanan yang ”TERBAIK”
dengan menyediakan fasilitas yang berkaitan dengan pencegahan
dan penanggulangan infeksi.
Uraian Tugas
1. Investigasi masalah dan kejadian infeksi nosokomial.
2. Deteksi kasus kejadian luar biasa.
3. Mengumpulkan dan mengolah data secata aktif setiap kejadian
infeksi nosokomial.
4. Memilih dan menggusulkan pengadaan alat/bahan yang sesuai
dengan prinsip penegndalian infeksi nosokomial.
5. Mengidentifikasi kebutuhan penelitian, membuat usulan dan ikut
serta dalam penelitian infeksi nosokomial.
6. Melaporkan hasil penemuan kepada ketua Sub-komite PPI
7. Mengikuti rapat Sub-komite PPI dan pertemuan PPI sesuai
jadwal.
Tanggung Jawab
Bertanggung jawab dan melaporkan segala bentuk kegiatan
surveilans, kewaspadaan umum, dan penanggulangan kepada
Kepala masing-masing bidang secara berkala.
Wewenang
Memberikan usul dan saran kepada Ketua Sub-komite PPI melalui
Kepala masing-masing bidang tentang hal-hal yang berhubungan
dengan program pencegahan dan penanggulangan infeksi di RS.
Citra Harapan.
Hubungan Kerja
Kepala Bidang Surveilans
Kepala Bidang Universal Precaution
Kepala Bidang Penanggulangan
Pelaksana ICN
PELAKSANA ICN
Unit pelaksana harian tugas-tugas pencegahan dan penanggulangan
infeksi yang meliputi surveilans, kewaspadaan umum, dan
penanggulangan agar tercapai pelayanan yang ”TERBAIK”
Uraian Tugas
1. Melaksanakan kegiatan PPI Unit kerja.
2. Memberikan koreksi kepada staf unit kerja apabila terjadi
penyimpangan pelaksanaan kegiatan PPI.
3. Mengumpulkan dan melaporkan secara aktif setiap data kejadian
infeksi rumah sakitdan suvei harian sesuai program .
4. Bersama Sub-komite PPI mengadakan analisis, mencari sumber
dan penyebab terjadinya infeksi nosokomial.
5. Membantu Sub-komite PPI menerima dan menyampaikan
informasi yang berhubungan dengan kegiatan PPI kepada staf di unit
kerja.
6. Meneruskan kebijakan pencegahan dan penanggulangan infeksi
dengan melatih staf perawatan.
7. Mengidentifikasi kebutuhan bahan dan sarana.
8. Mengumpulkan data surveilans.
9. Investigasi dan penanggulangan KLB infeksi nosokomial.
10. Membantu penerapan dan pemantauan kebijakan pencegahan
dan penanggulangan infeksi.
11. Menyusun dan melaksanakan program pelatihan
12. Mengikuti pertemuan PPI.
Tanggung Jawab
Bertanggung jawab dan melaporkan segala bentuk kegiatan
surveilans, kewaspadaan umum, dan penanggulangan kepada
Koordinator ICN sesuai masing-masing bidang secara berkala.
Wewenang
Memberikan usul dan saran kepada Kepala masing-masing bidang
melalui Koordinator ICN tentang hal-hal yang berhubungan dengan
program pencegahan dan penanggulangan infeksi di RS. Citra
Harapan.
Hubungan Kerja
Melalui coordinator ICN dengan:
Kepala Bidang Surveilans
Kepala Bidang Universal Precaution
Kepala Bidang Penanggulangan
PELAKSANA HARIAN
a. Untuk bertanggung jawab akan terlaksananya program
pencegahan dan penanggulangan infeksi di unit kerja.
b. Adanya staf disatuan kerja yang dapat membantu dalam
koordinasi dan informasi hal-hal yang berhubungan dengan
kegiatan Sub-komite PPI.
Uraian Tugas
19. SARANA
Sesuai dengan tugas dan wewenangnya, Sub-komite PPI dapat
menyediakan sarana sebagai berikut:
a. Informasi tentang hasil kegiatan pencegahan dan
penanggulangan infeksi di RS. Citra Harapan.
b. Data kejadian, hasil surveilans infeksi rumah sakitunit perawatan.
c. Program/kegiatan pencegahan dan penanggulangan infeksi RS.
Citra Harapan.
d. Program pencegahan dan penanggulangan infeksi di RS. Citra
Harapan.
e. SOP PPI, Buku Petunjuk teknis PPI 2002.
f. Program Unit Kamar Operasi.
g. Program Unit K3. RS. Sanitasi Amdal RS. Citra Harapan.
h. Program Pelayanan Sentral Sterilisasi RS. Citra Harapan
i. Program Pelayanan dan Pemeliharaan Linen RS. Citra Harapan.
j. Program yang berhubungan dengan pencegahan infeksi rumah
sakit.
20. PERALATAN
Peralatan diperlukan untuk mendukung proses kegiatan agar dapat
berjlan lancar, sehingga jangkauan pelayanan Sub-komite PPI dapat
tercapai. Peralatan Sub-komite PPI yang ideal meliputi sarana dan
prasarana yaitu:
a. Ruangan kerja yang representatif dan lengkap dengan peralatan
tulis dan kantor termasuk komputer dengan software yang
mendukung.
b. Buku-buku pengetahuan tentang infeksi rumah sakit, dan lain-lain
yang ada kaitannya sebagai referensi.
c. Formulir-formulir pencegahan dan penanggulangan infeksi.
d. Laporan surveilans infeksi nosokomial.
e. Almari untuk menyimpan buku-buku, formulir, laporan PPI.
f. Meja tulis dan alat-alat tulis.
21. DANA
a. Pembiayaan operasional Sub-komite PPI adalah dari anggaran
operasional komite medik yang disusun dan ditetapkan pada setiap
tahun anggaran.
b. Rencana anggaran tahunan diusulkan ke komite medic.
BAB V
KEGIATAN
22. BATASAN-BATASAN
a. Infeksi rumah sakitadalah infeksi yang terjadi atau didapat di
rumah sakit. Suatu infeksi didapat di rumah sakit apabila :
1) Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau
tidak merasa inkubasi infeksi tersebut atau,
2) Inkubasi terjadi 2 – 3 x 24 jam setelah pasien dirawat di
rumah sakit atau,
3) Infeksi pada lokasi sama tetapi disebabkan oleh
mikroorganisme yang berbeda dari mikroorganisme pada saat
masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi
lokasi infeksi berbeda.
b. Pencegahan dan penanggulangan infeksi adalah kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta
pembinaan dalam upaya menurunkan angka kejadian infeksi rumah
sakitdi rumah sakit.
c. Surveilans adalah kegiatan pengamatan sistematis aktif dan terus
menerus terhadap timbulnya dan penyebaran infeksi rumah
sakitpada suatu peristiwa yang menyebabkan peningkatan atau
penurunan resiko tersebut.
d. Kejadian Luar Biasa adalah kejadian yang menarik perhatian
umum dan mungkin menimbulkan kehebohan/ketakutan di kalangan
masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologis dianggap
adanya peningkatan yang berarti dari kejadian kesakitan/kematian
akibat penyakit tersebut.
e. Suatu kejadian di rumah sakit dapat disebut Kejadian Luar Biasa
(KLB) bila proportional rate penderita baru dari suatu penyakit
menular dalam waktu satu bulan, dibandingkan dengan proportional
rate penderita baru dari penyakit menular yang sama selama periode
waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih, atau terdapat satu kejadian pada keadaan dimana
sebelumnya tidak pernah ada.
23. KEBIJAKAN
Cakupan kegiatan pencegahan dan penanggulangan infeksi di RS. Citra
Harapan termasuk ketentuan/peraturan:
a. Pelayanan sterilisasi di RS. Citra Harapan sebagai unit kerja
yang bertanggung jawab menyelenggarakan dan mengelola
pelayanan alat/bahan yang dapat dibuat steril, dimulai dari
perencanaan penerimaan, pencucian, pengemasan, pemberian
tanda, proses sterilisasi, penyimpanan termasuk pencatatan dan
pelaporan tentang penyaluran semua barang ke seluruh unit kerja di
RS. Citra Harapan.
b. Pelayanan sterilisasi dipimpin oleh seorang kepala pelayanan
(Kaur Sterilisasi), bertanggung jawab menyusun program dan
prosedur kerja pelayanan sterilisasi di RS. Citra Harapan disahkan
dengan penetapan Ka RS .
c. Tujuan pelayanan sterilisasi di RS. Citra Harapan ialah
melaksanakan/mengawasi proses sterilisasi dan mencegah
terjadinya infeksi silang terhadap pasien maupun petugas rumah
sakit.
d. Kegiatan pelayanan sterilisasi dilaksanakan berdasarkan
program dan prosedur kerja yang berlaku.
e. Monitoring mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan dengan
cara pemberian indikator pada instrumen, pemantauan kualitas alat
dengan kalibrasi dan pemeriksaan mikrobiologi.
f. Pelaksanaan pelayanan pencucian sebagai unit kerja yang
bertanggung jawab menyelenggarakan dan mengelola linen,
mencakup kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi dan pencatatan.
g. Ketentuan penyimpanan linen siap pakai, tersedia dalam jumlah
cukup, tersimpan rapi, terhindar dari kelembaban dan kontraminasi.
h. Membudayakan penggunaan antibiotika secara rasional
sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan fungsi
rumah sakit.
i. Kebijakan penggunaan antibiotik meliputi tata cara,
pemantauan, penilaian dan pengadaan antibiotika.
j. Perencanaan dan pengadaan antibiotika dilaksanakan oleh
Departemen Farmasi yang mengacu pada formularium RS. Citra
Harapan.
k. Pemeliharaan kebersihan dan desinfeksi tempat kerja
pelayanan linen dilaksanakan sesuai jadwal, termasuk salah satu
dan prosedur kerja pelayanan pencucian.
l. Kebijakan pemakaian desinfektan dan antiseptik meliputi
desinfeksi tangan secara higienik, bedah dan pra bedah serta
penggunaan preparat antiseptik untuk instrument, kulit dan mikosa.
m. Kebijakan desain bangunan Rumah sakit mengikuti persyaratan
kesehatan lingkungan Rumah sakit yang meliputi lingkungan
bangunan, konstruksi bangunan rumah Sakit, Ruang bangunan,
kualitas udara ruang, pencahayaan, penghawaan, kebisingan,
fasilitas sanitasi rumah sakit, jumlah tempat tidur, lantai dan dinding.
n. Komite K3 RS. Citra Harapan dan Bagian Pemeliharaan
Material (Bag. Harmat) serta Bagian Urusan Dalam (Bag. Urdal)
sebagai unit kerja yang bertanggung jawab mengelola
kebersihan/kesehatan lingkungan dan pertamanan dengan sarana
pendukungnya, disahkan dengan Surat Penetapan Ka RS .
o. Program ketentuan tertulis mengenai penanganan limbah RS,
mulai dari pembuangan sampai dengan pemusnahannya dengan
memperhatikan pengamanan diri petugas terhadap lingkungan.
p. Pemeliharaan dan perbaikan mesin pendingin secara berkala
diselenggarakan Bagian Harmat bekerja sama dengan pihak jasa
ketiga.
q. Pemeliharaan meliputi perbaikan rutin, penggantian spare part
yang rusak serta pemeriksaan kualitas udara dengan pemeriksaan
mikrobiologi terhadap bakteri dan jamur. Hal ini terutama dilakukan
pada ruangan-ruangan khusus seperti kamar bedah, ICU,
perinatologi dan ruang sterilisasi.
r. Pemeriksaan baku mutu sumber air dilaksanakan sesuai
program 3 bulan sekali. Terutama pada unit-unit khusus antara lain
kamar bedah, unit sterilisasi, perinatologi, intensif care unit, sumber
air dan bagian gizi.
s. Laporan kegiatan penyelenggaraan pencegahan dan
penanggulangan infeksi di RS. Citra Harapan kepada Ka RS
dilaksanakan sesuai jadwal.
KASUS INFEKSI
PERAWAT PENGENDALI
INFEKSI
Pelaksanaan rencana
Dokumen & Data/ tindakan
Informasi mengenai KLB
Infeksi disebarluaskan
ISK Asimtomatik
Infeksi ini tanpa gejala klinis seperti ISK simtomatik.
Diagnosa tergantung pada hasil biakan urine, dengan
ketentuan:
a. Pasien pernah memakai kateter dalam 7 hari sebelum
hasil biakan urine (+)/tanpa kateter dengan 2 x biakan
urine (+).
b. Biakan urine (+), ditemukan pertumbuhan kuman >
105/ml dengan jenis kuman tidak lebih dari 2 spesies.
c. Ditemukan bakteri pada pewarnaan gram sediment
urine tanpa sentrifugasi.
d. Didiagnosis ISK oleh dokter yang merawat.
6) Infeksi Saluran Pernafasan
a) Saluran Pernafasan Bagian Atas
Infeksi klinis pada telinga, hidung dan tenggorokan, baik
secara sendiri-sendiri maupun bersamaan.
b) Saluran Pernafasan Bagian Bawah
Adanya batuk, nyeri pleuritis, demam disertai kelainan pada
paru-parunya, dan khususnya pada pasien yang
mengeluarkan sputum purulen saat masuk, terlepas dari
apakah sudah ada konfirmasi dari hasil sputum kulturnya
maupun dari gambaran film dari photo thoraxnya.
Pneumonia
Pemeriksaan Fisik:
Ronchi basah dan pekak (dullness)
Sputum purulen
Isolasi kuman pada biakan dahak
Foto thorax
Infiltrat, konsolidasi, efusi pleura
Pada anak < 1 tahun, didapat 2 dari gejala:
Apneu
Takipneu
Mengi (wheezing)
Ronchi basah
Batuk
7) Infeksi Luka Operasi (Definisi ACHS)
a) Infeksi Luka Operasi Superfisial
Infeksi harus terjadi dalam waktu 30 hari setelah operasi,
meliputi kulit, sub kutan dan jaringan di atas fascia.
(1) Purulen (atau konfirmasi dari hasil laboratorium
contohnya diperoleh dua atau lebih polymorph positif) atau,
(2) Adanya diagnosa dari dokter konsultan terhadap dua
tanda dan gejala berikut ini :
o Nyeri
o Nyeri bila dipegang/ditekan
o Adanya pembekakan
o Pus keluar dari luka operasi atau drain di atas
fascia
o Kemerahan atau terasa panas atau
Satu (1) dari tanda dan gejala di atas DAN
Dokter bedah melakukan re-open luka operasi
NB (Absces jahitan tidak termasuk)
b) Infeksi Luka Operasi Dalam (Fasial/otot/bagian dari organ
tubuh)
Infeksi terjadi dalam waktu 30 hari setelah operasi jika tidak ada
implant atau satu (1) tahun jika ada implant dan infeksi timbul
berhubungan dengan operasinya.
1) Purulen dari Drain luka tusuk pada organ/bagian tubuh,
bukan dari organ/rongga daerah pembedahan
2) Didapatkan organisme dari cairan kultur pada jaringan
bagian dalam yang diperoleh secara aseptic atau bagian
organ tubuh atau
3) Jika irisan (incisi) bagian dalam secara spontan terbuka
(dehisensi) atau bila dokter bedah membuka kembali dan
pasien memperlihatkan salah satu dari tanda dan gejala
berikut ini :
a) Panas badan > 380C
b) Adanya rasa sakit dan kesakitan bila diraba atau
4) Dokter yang merawat menyatakan ada infeksi
2) Pengertian :
Survey dirumuskan sebagai pengamatan sistematik, terus
menerus atas kejadian dan penyebaran penyakit dalam satu
kelompok dan atas peristiwa atau kondisi yang meningkatkan
atau menurunkan resiko kejadian penyakit. Alasan dilakukan
survey :
a) Menetapkan informasi dasar mengenai frekuensi dan tipe
infeksi endemik yang terjadi, sehingga dapat dikenali dan
diselidiki jika terjadi perubahan tingkat kejadian infeksi
nosokomial
b) Penyebaran hasil informasi ke bagian-bagian yang
sesuai untuk mendorong pengurangan tingkat kejadian
infeksi. Sebagai akibatnya, masa tinggal di rumah sakit,
penderitaan pasien dan biaya perawatan di rumah sakit
dapat diturunkan
c) Untuk mengevaluasi efek kebijakan dan prosedur
pencegahan yang dilakukan secara rutin
d) Hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk memperkuat
praktek pencegahan infeksi. Misalnya meningkatnya
kejadian infeksi silang dapat menjadi pendorong tehnik cuci
tangan yang optimal
e. Pencegahan Standar
Semua darah dan cairan tubuh lain harus diperlakukan sebagai
sumber infeksi yang potensial. Untuk hal ini sarung tangan harus
dikenakan oleh staf bagian gizi saat menangani piring dan cangkir
serta peralatan makan yang habis dipakai. Peralatan yang kotor
harus terlebih dulu ditempatkan langsung dalam bak cuci piring untuk
disanitasi.
Staf yang memiliki luka atau lecet-lecet pada tangannya harus
dipastikan agar yang bersangkutan telah mengenakan plester kedap
air untuk lesi yang dimiliki, yang bersifat tahan air – selain itu harus
mengenakan sarung tangan setiap saat.
f. Petunjuk Perlindungan Terhadap Makanan
Agar tetap hidup dan berkembang biak bakteri memerlukan kondisi
sebagai berukut :
1) Nutrisi
2) Air
3) Suhu yang tepat – bakteri akan menggandakan diri pada suhu
antara 50 C – 600C.
4) Nilai Ph
5) Waktu
6) Tersedianya oksigen
Secara alamiah, semua makanan mengandung nutrisi dan air. Oleh
karena itu untuk mencegah pertumbuhan bakteri, orang yang
menangani makanan harus mengendalikan suhu makanan. Bakteri
yang secara normal dapat dijumpai pada makanan tertentu tidak dapat
tumbuh dan menggandakan diri jika makanan didinginkan dibawah 4 0C
atau dipanaskan diatas 600C.
g. Petunjuk Pelaksanaan :
KEBIJAKAN
RINCIAN PELAKSANAAN
TERKAIT
Penyimpanan Semua makanan yang cepat
membusuk yang sekarang tidak
sedang diolah harus disimpan
pada suhu dibawah 50C.
Pengetian
Pencatatan dan pelaporan adalah suatu kegiatan mencatat data-data
yang diperlukan sehingga dapat dibaca, dilaporkan, didistribusikan, dan
disimpan.
Tujuan
1. Sebagai alat informasi dan komunikasi dalam menyampaikan berita,
keterangan dari unit-unit perawatan/ pelayanan secara berkesinambungan
dalam bidang pelayanan pencegahan dan penanggulangan infeksi.
2. Mengumpulkan data sebagai bahan untuk menentukan masalah yang
timbul, pemecahan masalah, menetapkan prioritas tindakan serta
evaluasi.
3. Meningkatkan rasa tanggung jawab dan tanggung gugat
4. Sebagai dokumentasi yang dapat disimpan untuk bahan penelitian
guna meningkatkan pelayanan.
Pada pencatatan dan pelaporan disini kami batasi yang terkait dengan
serveilans Pasien Rawat Inap di RS. Citra Harapan.
Jenis Pencatatan
1. Pencatatan yang langsung berhubungan dengan Pasien
a. Buku infeksi rumah sakitbulan genap dan ganjil.
b. Dokumentasi medik: tindakan operasi, tindakan pemasangan
cateter urine, tindakan pemasangan IV, kateter dan NG tube
c. Dokumen perawatan.
2. Pencatatan yang tidak berhubungan dengan Pasien.
Jenis Pelaporan
A. Laporan Harian
Dibuat oleh Ka. Tim / Penanggung Jawab Asuhan Pasien. Penanggung
Jawab Shift: Malam / hari libur.
1. Isi Laporan
a. Kegiatan observasi infeksi vena, infeksi luka operasi,
pemasangan chateter, transaksi darah.
b. Jumlah pasien.
c. Masalah-masalah yang timbul mengenai infeksi vena, infeksi
luka operasi, pemasangan chateter, transfusi darah.
2. Ditujukan
a. Semua petugas di ruangan
b. Ka. Jaga Rumah Sakit
3. Waktu Pelaksanaan
Pada saat serah terima tugas
a. Dari Shift Pagi ke Piket (pukul 14.30 s.d. 15.00)
b. Dari Piket ke Pagi (pukul 07.30 s.d. 08.00)
KOMED
Tindak lanjut
Komed
I.C.N
BAB VII
EVALUASI dan AUDIT
b. Aspek Proses
Dilaksanakannya program dan kegiatan Sub-komite PPI agar sesuai
dengan perencanaan, antara lain :
Upaya penilaian mutu baik yang melekat dalam pelayanan maupun
yang dilakukan dan dikoordinir oleh Sub-komite PPI.
Ada upaya perbaikan dan peningkatan mutu secara terus menerus
yang dibina baik oleh kepala unit kerja / perawat, maupun yang
dilaksanakan dan dikoordinasikan Sub-komite PPI.
c. Aspek Keluaran
Terdapat hasil penilaian dan pentatan hasil pengendalian yang sah
dan bisa dilaporkan kepada yang berwenang.
Terdapat rencana lebih lanjut untuk tindak lanjut dari hasil temuan/
penilaian mutu pelayanan dengan berbagai indikator yang ditetapkan.
BAB VIII
PENUTUP
Program kerja Sub-komite PPI RS. Citra Harapan telah disusun dan
ditetapkan sebagai acuan dan program bagi staff dan anggota Sub-
komite PPI dalam melaksanakan pencegahan dan penanggulangan
infeksi di RS. Citra Harapan.
Program ini merupakan pokok-pokok pemikiran yang perlu
dijabarkan/dikembangkan, agar dapat dijadikan pegangan oleh semua
petugas unit kerja RS. Citra Harapan yang terkait.
Guna mewujudkan maksud tersebut program dilengkapi dengan SOP PPI
RS. Citra Harapan, dengan harapan unit kerja dapat melaksanakan sesuai
dengan Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan.
Hal ini akan menunjang upaya pencegahan dan penanggulangan infeksi
Rumah Sakit pada umumnya, sehingga dapat meningkatkan efisiensi
pelayanan, pengurangan hari perawatan serta sarana dan biaya rumah
sakit.
Tidak kalah pentingnya adalah pengendalian penggunaan obat antibiotik
sesuai standar / jenis antibiotik yng digunakan di RS. Citra Harapan. Hal
ini mengingat adanya resistensi obat antibiotika yang makin meningkat,
diharapkan dengan adanya kebijakan obat antibiotika di RS. Citra
Harapan, akan terjadi penurunan angka resistensi kuman secara nyata.
Program dapat diperbaiki sesuai kebutuhan dan perkembangan di
RS. Citra Harapan. Untuk itu diharapkan partisipasi semua pihak bagi
penyempurnaannya. Harapan kami semoga program ini dapat menjadi
salah satu sarana bagi RS. Citra Harapan dalam upaya meningkatkan
kinerja layanan melalui kinerja Sub-komite PPI.
Semoga Tuhan senantiasa memberkati dan menyertai pelayanan kita, RS.
Citra Harapan.
DAFTAR PUSTAKA