Anda di halaman 1dari 6

INFEKSI NOSOKOMIAL

Indah Ariesta, G99172090; Dhimaz Dhandy P., G991906..

A. Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat selama pasien dirawat di


rumah sakit dengan kriteria sebagai berikut:

1. Tidak ditemukan tanda klinis infeksi pada waktu pasien mulai


dirawat di rumah sakit.
2. Tidak sedang dalam masa inkubasi pada waktu pasien masuk
rumah sakit.
3. Tanda klinis infeksi baru muncul sekurang-kurangnya setelah 3x24
jam sejak awal dirawat.
4. Infeksi bukan sisa dari infeksi yang terjadi sebelumnya.
5. Apabila tanda infeksi sudah muncul sejak mulai dirawat di rumah
sakit, dan sudah ada bukti bahwa infeksi didapat di rumah sakit
yang sama sebelumnya, serta belum pernah dilaporkan sebagai
infeksi nosokomial.

Mengapa infeksi nosokomial perlu diperhatikan? Infeksi nosokomial jelas


merugikan bagi pasien karena dapat meningkatkan mortalitas dan
morbiditas. Hari rawat dan biaya pelayanan akan meningkat. Infeksi ini
jelas dapat dicegah apabila segala tindakan dilakukan sesuai standar
operasional prosedur yang berlaku serta keterampilan yang memadai. Bagi
rumah sakit, kejadian infeksi nosokomial juga menjadi salah satu tolok
ukur mutu pelayanan rumah sakit.

Banyak tindakan di rumah sakit yang mengandung risiko terjadinya infeksi


nosokomial, seperti: operasi, pemasangan infus, pemasangan kateter
saluran kemih, endoskopi, pemeriksaan bahan-bahan infeksius. Terjadinya
infeksi nosokomial dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor endogen
Faktor endogen adalah faktor yang berasal dari penderita, meliputi:
umur, jenis kelamin, penyakit penyerta.
2. Faktor eksogen
Faktor eksogen adalah faktor yang berasal dari luar penderita,
meliputi: tenaga medis yang menangani pasien, lingkungan,
peralatan, teknik medis yang dilakukan.

Infeksi noskomial bisa dicegah, tentunya hal ini lebih baik, mudah, dan
murah. Pemutusan mata rantai infeksi dilakukan dengan mengenali faktor
yang mempengaruhi terjadinya infeksi kemudian membuat
penanganannya. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:

1. Meningkatkan pengetahuan personil rumah sakit tentang infeksi


nosokomial bagi pasien yang dirawatnya.
2. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang risiko infeksi
nosokomial bagi pasien yang dirawatnya.
3. Melakukan semua standar prosedur kerja dengan benar dan
sempurna, meliputi perawatan, tindakan, dan
penggunaan/pemilihan alat-alat dan lainlain.
4. Identifikasi penyebab infeksi nosokomial.
5. Pemberian pengobatan yang tepat dan rasional.
6. Mengikutsertakan penderita dan keluarga dengan memberikan
pengetahuan praktis tentang infeksi nosokomial serta penyakit yang
sedang diderita pasien.
7. Memberi petunjuk praktis pada pengunjung tentang hal-hal yang
perlu dijaga atau dilakukan atau dihindarkan pada waktu
berkunjung melalui papan pengumuman, kertas petunjuk di pintu,
dan petugas informasi di ruangan.

Rumah sakit perlu melakukan langkah-langkah pokok dalam rangka


mengatasi infeksi nosokomial, antara lain:
1. Menetapkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan mengenai pengendalian
infeksi nosokomial perlu dimasukkan dalam program prioritas di
rumah sakit, didukung dengan sumber daya yang memadai.
2. Membentuk Panitia Pengendalian Infeksi yang bertugas untuk
menyusun kebijaksanaan dasar, prosedur, pendidikan, dan
pemantauan.
3. Penyusunan rencana kerja dan prosedur kerja. Dalam hal ini perlu
ditetapkan prioritas masalah infeksi nosokomial yang akan
ditanggulangi dari masalah yang ada, seperti:
a. Infeksi Luka atau Daerah Operasi
b. Sepsis
c. Infeski Saluran Kemih
d. Phlebitis
e. Pneumonia
f. Lainnya

Adapun prosedur kerja yang perlu ditetapkan adalah: pencegahan


infeksi nosokomial dan pemantauan infeksi nosokomial
(Surveilans).

4. Pencatatan, pelaporan, dan tindakan koreksi. Kegiatan pada tahap


ini meliputi: pengumpulan data, penyusunan data, analisis data,
penyimpulan data, pelaporan/umpan balik. Kegiatan tersebut
dilakukan dengan terarah, tepat, tertib, dan berkesinambungan.
Apabila terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), maka diperlukan:
analisis sebab akibat, analisis penderita, hipotesis penyebab,
intervensi, dan pemantauan.
B. Infeksi Nosokomial di RSUD Karanganyar

Infeksi nosokomial di RSUD Karanganyar dipantau oleh tim Pencegahan


dan Pengendalian Infeksi (PPI) atau Infection Prevention and Control
(IPC). Tim PPI ini ada di setiap ruang untuk melaksanakan pemantauan
dan pencegahan infeksi nosokomial. Program PPI ini antara lain:
a. Kewaspadaan Isolasi
b. Penggunaan antimikroba rasional
c. Sistem surveilans
d. Pencegahan Infeksi
e. Pendidikan dan Pelatihan Infeksi Nosokomial

Bentuk dari program itu berupa: penyuluhan cuci tangan pakai sabun
(CTPS), penggunaan alat pelindung diri (APD), sterilisasi peralatan pasien,
pengendalian lingkungan, pengelolaan linen, etika batuk, peningkatan
kesehatan karyawan, sistem surveilans, dan pengelolaan pasien infeksi
misalnya dengan pengadaan ruang isolasi.

Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu langkah sederhana dalam
pemutusan rantai infeksi. Petugas harus melakukan cuci tangan dalam lima
momen, yaitu: sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur
aseptik, setelah menyentuh cairan tubuh pasien, setelah menyentuh pasien,
setelah menyentuh lingkungan pasien. Berdasarkan data hasil audit di
triwulan I tahun 2017 mengenai kebiasaan mencuci tangan pada lima
momen tersebut, diperoleh capaian yang belum mencapai target (100%),
yaitu: 73% (Januari), 70% (Februari), 73% (Maret). Penyuluhan CTPS
rutin dilakukan hari Jumat baik di area Poliklinik maupun bangsal.

Terdapat 3 prioritas masalah infeksi nosokomial di RSUD Karanganyar,


yaitu:

1. Infeksi Luka Infus atau Phlebitis


2. Infeksi Saluran Kemih
3. Infeksi Daerah Operasi

Kasus pneumonia, baik Hospital Acquired Pneumonia (HAP) dan


Ventilator Associated Pneumonia (VAP) tidak menjadi prioritas
dikarenakan angka kejadiannya yang rendah. Angka kejadian HAP rendah
dikarenakan hari perawatan pasien umumnya pendek, sedangkan angka
kejadian VAP rendah karena ventilator hanya dipasang beberapa jam saja.
Berdasarkan data hasil surveilans PPI mengenai infeksi nosokomial pada
triwulan ke II (bulan April-Mei-Juni) tahun 2017, diperoleh angka kejadian
sebagai berikut:

No Infeksi Nosokomial Angka Kejadian


1 Infeksi Luka Infus 3,5
2 Infeksi Saluran Kemih 3,14
3 Infeksi Daerah Operasi 0

Kejadian infeksi nosokomial di RSUD Karanganyar akan dicatat dan


dilaporkan setiap 3 bulan sekali kepada Direktur Utama Rumah Sakit.
Selain itu, tim PPI akan membuat surveilans Infeksi Rumah Sakit setiap
jangka 6 bulan. Hasil surveilans akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Karanganyar untuk kemudian memberikan saran.

Tim PPI akan menentukan tindak lanjut berdasarkan saran dari Dinas
Kesehatan Karanganyar. Dengan demikian tim PPI akan menentukan hal
yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kekurangan demi meningkatkan
mutu pelayanan. Hal tersebut dilakukan melalui investigasi sederhana
mengenai kejadian infeksi nosokomial, dengan menentukkan:

a. Penyebab Langsung Insiden (Intermediate Cause)


Penyebab ini dibagi menjadi faktor pasien, prosedur, dan staff.
b. Penyebab yang Melatarbelakangi atau Akar Masalah Insiden (Root
Cause) Penyebab ini dibagi menjadi faktor individu dan prosedur.
c. Rekomendasi beserta penanggungjawabnya.
d. Tindakan yang akan dilakukan beserta penanggungjawabnya.

Investigasi sederhana yang dilakukan tim PPI sesuai dengan ketersediaan


sarana dan prasarana. Misalnya, pada tahun 2017 hasil surveilans
menunjukkan bahwa angka kejadian Infeksi Luka Infus dan Infeksi Daerah
Operasi masih belum mencapai target. Namun, rumah sakit belum bisa
melakukan pemeriksaan kultur urin dan pemeriksaan pola kuman, sehingga
investigasi untuk kasus Infeksi Saluran Kemih belum bisa dilakukan.

Gambar. Contoh Investigasi Sederhana

Anda mungkin juga menyukai