Anda di halaman 1dari 18

BAB III

IDENTIFIKASI DAN PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

A. Identifikasi Masalah
Melalui analisis situasi dapat diidentifikasi berbagai macam
masalah. Masalah adalah kesenjangan antara hasil yang dapat dicapai
dengan target yang sudah ditentukan. Selain itu, masalah juga dapat
didefinisikan sebagai hambatan kerja dan kendala yang dialami dalam
melaksanakan kegiatan dan program kerja sesuai bidang masing-masing.
Di pelayanan kesehatan, masalah diklasifikasikan menjadi tiga jenis: 1.
masalah kesehatan yang dinyatakan dalam ukuran kesakitan (morbiditas)
dan kematian (mortalitas); 2. masalah faktor kesehatan, yaitu masalah
pada determinan kesehatan menurut H. L. Blum; dan 3. masalah
program, yaitu masalah pada sistem manajemen kesehatan (Sulaeman,
2014).

Tabel 3.1. Identifikasi Masalah


No. Indikator Target Pencapaian

Meningkatkan cakupan
1. Desa/Kelurahan Universal 100% 98.3%
Child Immunization (UCI)
Angka kematian Demam
2. <1 3.8
Berdarah Dengue (DBD)
Cakupan penduduk yang
3. memiliki jaminan 85 73
pemeliharaan
Angka temuan kasus Tekanan
4. 23.79 4.32
Darah Tinggi
5. Angka temuan kasus TB 190 62
Rasio dokter gigi per satuan
6. 1/14.000 1/27.181
penduduk
Rasio bidan per satuan
7. 1/1.300 1/1.765
penduduk
Rasio dokter per satuan
8. 1/2.500 1/14.874
penduduk
Indeks Kepuasan Masyarakat
9. >80 20
di Puskesmas
10. Proporsi puskesmas PONED 33 29

B. Penetapan Prioritas Masalah

Menurut Sulaeman (2014) menentukan prioritas masalah kesehatan


disarankan untuk menggunakan tiga pendekatan berikut, yaitu:

1. Menggunakan informasi tentang komitmen global dan nasional,


kecuali terbukti bahwa masalah yang telah menjadi komitmen global
dan nasional tersebut betul-betul tidak ada di wilayah kerja
puskesmas bersangkutan. Oleh sebab itu, masalah yang perlu
diberikan prioritas adalah PD3I (Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi), malaria, TB, HIV/AIDS, lepra, demam berdarah
dengue, dan kurang gizi (khususnya ibu hamil, bayi, anak balita dan
anak sekolah).
2. Kalau tidak ada masalah lain di luar masalah yang termasuk dalam
komitmen global dan nasional tersebut, Puskesmas bisa
menggunakan teknik PAHO untuk menelaah prioritasnya. Misalnya
yang bersifat spesifik lokal seperti filariasis, frambusia, rabies,
keracunan pestisida, kecelakan, penggunaan narkoba, dan lain-lain.
3. Masalah yang menyangkut pembangunan mutu manusia sejak dini
hendaknya diberi prioritas tinggi. Ini berkaitan dengan upaya untuk
menjamin pertumbuhan otak yang optimal dalam rangka
mempersiapkan SDM berkualitas. Maka masalah yang menyangkut
hal-hal berikut perlu diprioritaskan, yaitu kesehatan ibu hamil,
kesehatan ibu melahirkan, kesehatan bayi, kesehatan ibu nifas,
kesehatan anak balita, dan kesehatan anak sekolah.

Dalam memenetukan urutan prioritas masalah, dilakukan penyaringan


cakupan pelayanan yang tidak mencapai target kemudian dilakukan
pembobotan masalah dengan menggunakan teknik matriks USG.

Tabel 3.2 Priotitas Masalah dengan Teknik Matriks USG

No Masalah U S G U+S+G Peringkat


1. Meningkatkan cakupan 3 4 4 11 3
Desa/Kelurahan Universal Child
Immunization (UCI)
2. Angka kematian Demam
5 5 4 14 1
Berdarah Dengue (DBD)
3. Cakupan penduduk yang memiliki 2 3 3 8 7
jaminan pemeliharaan
4. Angka temuan kasus Tekanan 3 4 4 11 4
Darah Tinggi
5. Angka temuan kasus TB 5 3 4 13 2
6. Rasio dokter gigi per satuan 2 3 2 7 8
penduduk
7. Rasio bidan per satuan penduduk 3 3 3 9 6
8. Rasio dokter per satuan penduduk 4 3 3 10 5
9. Indeks Kepuasan Masyarakat di 1 1 2 4 10
Puskesmas
10. Proporsi puskesmas PONED 3 2 1 6 9
Berdasarkan beberapa masalah penyakit yang muncul yang dijelaskan di
atas, kami menentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode skoring
USG (Urgency, Seriousness, and Growth) yang meliputi tingkat urgensi
masalah, tingkat keparahan, dan perkembangan masalah. Dari hasil scoring
USG pada tabel tersebut, prioritas masalah yang didapat yaitu : (1) angka
kematian demam berdarah, (2) rendahnya angka penemuan kasus TB, dan (3)
rendahnya cakupan imunisasi pada balita. Setelah melihat data tersebut,
kejadian kematian akibat demam berdarah menjadi prioritas masalah utama di
Kabupaten Karanganyar

C. Analisis Masalah

Berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah menggunakan metode


USG yang telah dijabarkan sebelumnya, didapatkan bahwa program
pencegahan dan penanggulangan kasus DBD merupakan prioritas masalah di
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. Hasil analisis dari data sekunder
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar digunakan sebagai data peninjauan
penyebab masalah. Hasil analisis dijabarkan dalam bentuk ishikawa diagram
atau yang sering disebut dengan diagram tulang ikan yang menunjukkan
analisis sebab akibat terjadinya peningkatan angka kasus DBD yang dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
MEN MONEY MATERIAL MACHINE METHOD MINUTE MARKET

Tenaga Dana Terbatas


medis dan program Sarana Kegiatan nya Perilaku
paramedis terbatas prasarana PSN waktu masyarakat tidak
memadai Fasilitas kurang penyuluh melakukan PSN
memadai
rawat inap optimal an
Kurangnya untuk Persepsi
Kurangnya pelayanan
kesadaran Tenaga Kesulitan masyarakat
perawatan pasien Tidak ada
masyarakat medis menyesu mengenai
peralatan DBD sistem
masih aikan pengendalian
penanggul memadai reward &
Jumlah belum dengan DBD dengan
angan punishme
kader sudah memuas jadwal fogging
DBD nt
mencukupi kan warga
Tingginya angka
kesakitan DBD
Kepadatan Perubahan Pembuatan
penduduk Terlalu banyak rencana
musim
software yang kegiatan
membingungk sudah
Sanitasi SOP Kerja
Perubahan an optimal
lingkungan fisiologi kegiatan sama
kurang virus dengue sudah lintas
optimal Alur/
dan nyamuk sektoral flowchart
Banyaknya Monev hasil sudah baik
kegiatan PSN yang
tempat Pemanasan dipahami
perindukan global kurang
tenaga
nyamuk optimal
medis

ENVIRONMENT PROSES P3 P2 P1

Gambar 3.1 Analisis Masalah dengan Teori Tulang Ikan


Berdasarkan diagram tulang ikan tersebut, dapat diidentifikasi beberapa penyebab
masalah yang berperan terhadap peningkatan kasus DBD di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Karanganyar. Penyebab masalah dikelompokkan sebagai berikut :

Berdasarkan diagram tulang ikan tersebut, dapat diidentifikasi beberapa penyebab


masalah yang berperan terhadap peningkatan kasus DBD di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Karanganyar. Penyebab masalah dikelompokkan sebagai berikut :
1. Man
Dari segi sumber daya manusia ada beberapa aspek yang sudah baik dan perlu
dipertahankan seperti jumlah tenaga medis dan paramedis yang bergerak untuk
menjaring dan menangani masalah DBD sudah memadai. Hal ini ditunjukan dengan
jumlah dokter per satuan penduduk yang sudah melebihi target (1/2.500) yaitu
(1/1.487) dan jumlah perawat per satuan penduduk yang juga sudah melebihi target
(1/1.520) yaitu (1/1.189). Jumlah kader di setiap daerah juga sudah mencukupi.
Namun ada pula hal-hal yang perlu diperbaiki dari segi sumber daya manusi. Yang
pertama adalah kualitas pelayanan dari tenaga medis dan paramedis yang dirasa masih
kurang oleh masyarakat. Hal ini ditunjukan dengan indeks kepuasan masyarakat yang
masih dibawah dari target (>80) yaitu 20. Selain itu kesadaran masyarakat akan
pentingnya usaha promotif dan preventif masih perlu ditingkatkan hal ini ditunjukan
dengan masih kurangnya pelaksanaan psn di masyarakat Karanganyar.
2. Money
Permasalahan dalam hal biaya meliputi terbatasnya dana untuk melakukan
penanggulangan kasus DBD. Anggaran yang selama ini ada hanya berasal dari
pemerintah. Tidak ada sumber dana lain untuk membiayai kegiatan penanggulangan
DBD di mayarakat.
3. Material
Penyediaan jumlah saran dan prasana untuk penanggulangan DBD sudah cukup dan
memadahi. Namun dari segi perawatan sarana dan prasarana dirasa masih kurang. Hal
ini ditnjukan dari beberapa peralatan seperti kelambu yang digunakan oleh masyarakat
banyak yang sudah rusak, tempat penampungan air dibiarkan terbuka, dan lantai
keramik yang rusak sehingga fungsi pencegahan terhadap DBD berkurang.
4. Machine
Fasilitas rawat inap untuk pelayanan pasien DBD sudah memadai. Sarana dan
prasarana di fasilitas kesehatan juga sudah memadai untuk melayani pasien DBD.
Ditambah lagi dengan adanya program PSC 119, membuat upaya penanganan
kegawatdaruratan, pencarian ambulan, dan pencarian rumah sakit untuk penanganan
DBD menjadi lebih optimal.
5. Method
Kegiatan PSN masih kurang optimal. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya melaksanakan PSN secara teratur. Hal ini
kemungkinan besar terjadi karena tidak adanya sistem punishment untuk masyarakat
yang tidak melakukan pencegahan dan reward untuk masyarakat yang sudah
melakukan pencegahan. Namun demikian, usaha-usaha seperti penyuluhan, fogging,
pelayanan kesehatan perorangan yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Karanganyar dan Puskesmas di wilayah Karanganyar sudah cukup baik dan perlu untuk
dipertahankan.
6. Minute
Terbatasnya waktu penyuluhan karena sulitnya menyesuaikan jadwal antara pemateri
dan warga. Hal ini disebabkan karena waktu jam kerja puskesmas dan warga sebagian
besar sama.
7. Market
Masyarakat tidak melakukan PSN secara rutin sebagai pencegahan terhadap DBD. Hal
ini disebabkan karena adanya persepsi masyarakat yang menganggap fogging sebagai
solusi yang efektif untuk menanggulangi DBD. Hal ini juga terjadi karena tidak adanya
sistem punishment dan reward bagi masyarakat seperti yang sudah disampaikan pada
aspek method.
8. Environment
Permasalahan pada lingkungan yaitu wilayah Karanganyar yang termasuk daerah tropis
menjadi tempat yang cocok untuk perkembangan nyamuk Aedes Aegypti (Nyamuk
yang menjadi vector penyakit DBD). Padatnya pemukiman penduduk juga yang
menyebabkan sanitasi lingkungan kurang. Selain itu terdapat banyak tempat
perindukan nyamuk di daerah pemukiman seperti barang-barang bekas yang menjadi
tempat genangan air dan pakaian yang menggantung. Perubahan musim menjadi
musim pancaroba juga menyebabkan perubahan fisiologi virus dengue dan nyamuk.
Pemanasan Global yang semakin parah akhir-akhir ini juga menyebabkan percepatan
siklus nyamuk DBD.
9. Proses
Sudah terdapat Standar prosedur operasional kegiatan yang baik untuk penanggulangan
DBD. Yang perlu ditingkatkan adalah tingkat pemahaman tenaga medis, paramedis dan
mayarakat terkait prosedur tersebut. Selain itu tingkat kepatuhan dan ketepatan dalam
pelaksanaan prosedur tersebut juga perlu terus menerus diawasi agar kualitasnya dapat
terus terjaga.
10. P1
Pembuatan rencana kegiatan sudah optimal dan alur penatalaksanaan kasus DBD sudah
dipahami oleh tenaga medis. Namun terkadang ada beberapa detail yang terlupakan
atau terabaikan. Oleh karena itu pengulangan penjelasan secara berkala, pengawasan
dan penilaian terkait hal tersebut perlu untuk dilakukan agar kualitasnya dapat terjaga.
11. P2
Pada pelaksanaan program, kerjasama lintas sektoral antara DKK, Puskesmas, Klinik
Mandiri, Rumah Sakit, dan Perangkat Desa sudah baik dan perlu untuk dipertahankan.
12. P3
Kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan PSN dan Penanggulangan DBD yang lain
kurang optimal dikarenakan terlalu banyak software yang membingungkan. Oleh
karena itu pengulangan penjelasan secara berkala, pengawasan dan penilaian terkait hal
tersebut perlu untuk dilakukan agar kualitas monitoring dan evaluasi kegiatan
Penanggulangan DBD dapat lebih optimal.
D. Rumusan Tujuan Pemecahan Masalah

Setelah menentukan masalah yang menjadi prioritas, yaitu masalah tingginya angka
kesakitan DBD maka perlu dilakukan peninjauan penyebab masalah tersebut. Analisis
tinjauan tersebut didapatkan melalui data sekunder yang berasal dari data Dinas Kesehatan
Kabupaten Karanganyar yang berhubungan dengan rendahnya kepedulian masyarakat
terhadap DBD. Hasil analisis tersebut kami kembangkan dalam bentuk analisis SWOT
(Tabel 3.3) yang menunjukkan analisis sebab rendahnya kepedulian masyarakat terhadap
DBD.

Tabel 3.3. Analisis SWOT Rendahnya Kepedulian Masyarakat Terhadap DBD

S (Strength) W (Weakness)

1. Jumlah tenaga medis dan 1. Dana program terbatas


Internal
paramedis memadai 2. Persebaran tenaga kesehatan
2. Jumlah kader sudah kurang merata
mencukupi 3. Kurangnya kesadaran
3. Sarana dan prasarana masyarakat untuk
memadai melakukan PSN
4. Fasilitas rawat inap untuk 4. Sanitasi lingkungan kurang
pelayanan DBD sudah baik
memadai 5. Keterbatasan waktu
Eksternal
5. Rencana kegiatan sudah penyuluhan karena sulitnya
optimal menyesuaikan dengan
jadwal warga
6. Monitoring dan evaluasi
hasil PSN kurang optimal
O (Opportunity) Strategi SO Strategi WO

1. Mendapat 1. Pengadaan konselor 1. Melakukan advokasi ke


dukungan yang muda pemerintah daerah
baik dari mengenai pengadaan
pemerintah Kab. 2. Mengikutsertakan program penanggulangan
Karanganyar dan penyuluhan tentang DBD
Provinsi Jawa DBD dalam kegiatan 2. Mengadakan pertemuan
Tengah yang diadakan instansi rutin antara kader kesehatan,
2. Tersedianya pemerintah petugas kesehatan, serta
landasan hukum 3. Memulai gerakan pemimpin lintas sektoral
nasional dalam menanam tanaman yang untuk memotivasi kader
penanggulangan dapat mengusir nyamuk dalam menjalankan program
DBD yang seperti serai, lavender, 3. Menambah jumlah petugas
dicantumkan bawang putih dan kesehatan yang bertugas
dalam SPM geranium dalam penemuan kasus
No.828/MenKes/ 4. Menggerakkan DBD
SK/IX/2008 masyarakat untuk 4. Mengajak masyarakat untuk
tentang petunjuk memelihara ikan hias aktif dalam upaya penemuan
teknis SPM di yang bisa memakan kasus DBD
Bidang jentik-jentik nyamuk 5. Menjalin kerjasama lintas
Kesehatan di apabila memiliki kolam sectoral dalam pelaporan
Kab/Kota 5. Deteksi awal DBD di kasus DBD dan evaluasi
3. Tersedianya SPM fasilitas pelayanan programnya
Bidang Kesehtan kesehatan tingkat
4. Tersedianya pertama
RSUD sebagai 6. Penggunaan media untuk
sarana rujukan mempermudah
kasus DBD dan penyampaian informasi
RSBM mengenai DBD
5. Adanya alur/flow
chart yang
mampu dipahami
oleh tenaga medis
6. Sumber daya
alam di
Kabupaten
Karanganyar
yang memadai

T (Threat) Strategi ST Strategi WT

1. Rendahnya 1. Manfaatkan kemampuan 1. Menjelaskan pentingnya


kesadaan SDM dalam menegakkan penemuan kasus DBD sedini
masyarakat diagnosa untuk mungkin
dalam meningkatkan kesadaran 2. Meminta kerjasama keluarga
pencegahan dan mastarakat dalam dalam pengobatan dan
penanggulangan pencegahan dan pencegahan penularan DBD
DBD penanggulangan DBD 3. Optimalkan dana untuk
2. Rendahnya 2. Optimalisasi sarana dan penyuluhan kader jumantik
perilaku prasarana dalam yang ada untuk mengatasi
masyarakat penanganan kasus DBD rendahnya kesadaran
dalam dapat meningkatkan masyarakat dan pencegahan
melakukan kepedulian masyarakat penanggulangan DBD.
kegiatan PSN terhadap sanitasi 4. Optimalkan jumlah SDM
3. Jumlah lingkungan sehingga yang ada untuk
penderita setiap menjadi salah satu faktor penanggulangan rendahnya
tahun pendukung kemungkinan kesadaran masyarakat dalam
mengalami terjadinya wabah DBD pencegahan dan
peningkatan 3. Menciptakan gerakan penanggulangan DBD
4. Adanya masyarakat dari oleh dan
perbedaan untuk masyarakat dalam
persepsi pencegahan dan
masyarakat penanggulangan DBD
dalam dengan menggunakan
penanggulangan sumber daya alam yang
DBD (Adanya tersedia
keyakinan
masyarakat
bahwa fogging
sebagai cara
yang efektif
dalam
menanggulangi
DBD
5. Perubahan
musim
pancaroba
sebagai salah
satu faktor
pendukung lain
terjadinya
peningkatan
kasus DBD

E. Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan penyebab-penyebab tingginya angka kejadian DBD di wilayah kerja


Puskesmas di Kabupaten Karanganyar, dapat ditemukan masalah spesifik yang akan
dibahas solusinya sebagai alternatif jalan keluar, yang tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 3.4 Masalah Spesifik di Kabupaten Karanganyar

Masalah Penyebab Alternatif Jalan Keluar


Rendahnya Kurangnya 1. Penyuluhan mengenai penularan,
kesadaran pengetahuan di pencegahan dan penanggulangan
masyarakat masyarakat DBD.
mengenai mengenai 2. Memulai gerakan menanam tanaman
pentingnya pencegahan dan yang dapat mengusir nyamuk seperti
melakukan penanggulangan serai, lavender, bawang putih dan
PSN DBD geranium.
(Pemberantasan 3. Menggerakkan masyarakat untuk
Sarang memelihara ikan hias yang bisa
Nyamuk) memakan jentik-jentik nyamuk
apabila memiliki kolam.
Persebaran tenaga 1. Adanya pertemuan rutin antara kader
kesehatan kurang kesehatan, petugas kesehatan, serta
merata pemimpin lintas sektoral untuk
memotivasi kader dalam menjalankan
program.
2. Menambah jumlah petugas kesehatan
yang bertugas dalam penemuan kasus
DBD.
3. Mengajak masyarakat untuk aktif
dalam upaya penemuan kasus DBD.
Keterbatasan Menciptakan gerakan masyarakat dari
waktu penyuluhan oleh dan untuk masyarakat dalam
karena sulitnya pencegahan dan penanggulangan DBD.
menyesuaikan
dengan jadwal
warga
F. Pemilihan Alternatif Intervensi yang Terbaik
Untuk menentukan urutan pemecahan masalah, salah satu caranya adalah dengan
menggunakan metode analisis pembiayaan. Kriteria yang digunakan pada metode
tersebut antara lain ialah magnitude (besarnya masalah yang dihadapi), importance
(pentingnya jalan keluar untuk menyelesaikan masalah), vulnerability (kemampuan
untuk menghadapi masalah), dan cost (biaya yang dikeluarkan). Setiap kriteria
diberikan nilai 1 – 5 kemudian nilai total dihitung dengan rumus:
𝑴𝒂𝒈𝒏𝒊𝒕𝒖𝒅𝒆 (𝑴) × 𝑰𝒎𝒑𝒐𝒓𝒕𝒂𝒏𝒄𝒆 (𝑰) × 𝑽𝒖𝒍𝒏𝒆𝒓𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚 (𝑽)
𝑷𝒓𝒊𝒐𝒓𝒊𝒕𝒂𝒔 =
𝑪𝒐𝒔𝒕 (𝑪)
Nilai total yang lebih besar berarti mendapatkan prioritas yang lebih tinggi (Symond,
2013).
Tabel 3.5. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah Terbaik

Alternatif Pemecahan Masalah M I V C Skor Prioritas

Mengadakan pertemuan rutin antara 5 5 4 4 25 IV


kader kesehatan, petugas kesehatan,
serta pemimpin lintas sektoral
untuk memotivasi kader dalam
menjalankan program

Menambah jumlah petugas 3 5 4 2 30 III


kesehatan yang bertugas dalam
penemuan kasus DBD

Mengajak masyarakat untuk aktif 4 5 5 3 33,33 II


dalam upaya penemuan kasus DBD

Menciptakan gerakan masyarakat 5 5 5 3 41,67 I


dari oleh dan untuk masyarakat
dalam pencegahan dan
penanggulangan DBD
Penyuluhan mengenai penularan, 4 4 4 4 16 V
pencegahan dan penanggulangan
DBD
Berdasarkan hasil skoring pada tabel 3.5 didapatkan hasil prioritas alternatif
pemecahan masalah terhadap penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas
Karanganyar ialah dengan menciptakan gerakan masyarakat dari oleh dan untuk
masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan DBD.
Rencana operasional yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap kasus DBD di Kabupaten Karanganyar adalah dengan membuat
suatu program “Germas Pelikan” yaitu “Gerakan Masyarakat Pelihara Ikan”.
Program lain yang dapat dicetuskan yaitu dengan membuat Germas Tanam Serai
Anti Nyamuk DBD.

G. Plan of Action

Dokter Muda FK UNS menyarankan pengembangan program “Germas Pelikan”


yaitu “Gerakan Masyarakat Pelihara Ikan” yang meliputi gerakkan masyarakat untuk
memelihara ikan hias yang bisa memakan jentik-jentik nyamuk apabila memiliki kolam.

Selain itu juga terdapat program lain yaitu “Germas Tanam Serai Anti Nyamuk
DBD”, yaitu gerakan menanam tanaman yang dapat mengusir nyamuk seperti serai,
lavender, bawang putih dan geranium.

1. Tujuan Program
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan dan
penanggulangan DBD melalui pemberdayaan masyarakat untuk melaksanakan
program dari oleh dan untuk masyarakat.
b. Menjalin hubungan kerjasama antara masyarakat, pemuka masyarakat dengan
tenaga kesehatan di Kabupaten Karanganyar.
c. Menurunkan angka kesakitan DBD.
d. Menumbuhkan kesadaran akan kesehatan melalui keikutsertaan langsung dalam
kegiatan pencegahan dan penanggulangan DBD.
e. Menciptakan konselor-konselor muda dalam usaha pencegahan dan
penanggulangan DBD.
2. Sasaran Program
a. Siswa SMP dan SMA Kabupaten Karanganyar : 100 orang
b. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Puskesmas di Kabupaten
Karanganyar, petugas puskesmas di Bidang Promosi Kesehatan, Dokter, Bidang
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kab.
Karanganyar, petugas Dinas Kesehatan di Bidang Promosi Kesehatan : 20 orang
c. Kader/karangtaruna di Kabupaten Karanganyar : 30 orang
3. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap program
Pra-kegiatan “Germas Pelikan” diadakan satu kali di awal program kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan PSN setiap dua bulan sekali,
4. Tempat
Pra-kegiatan ““Germas Pelikan” diadakan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Karanganyar, sedangkan kegiatan PSN dilakukan di SMP SMA serta desa yang
ditanggung jawabi oleh setiap konselor muda.
5. Sarana dan Prasarana
a. Kursi sebanyak 150 buah
b. Sound system
c. Microphone
d. Roll kabel secukupnya
e. LCD
f. Proyektor
g. Laptop
h. Spanduk/banner acara
i. Leaflet flow chart kegiatan konselor muda
j. Benih ikan hias
k. Pin peresmian para konselor muda sebanyak 100 buah

6. Uraian Program
a. Pra-kegiatan “Germas Pelikan”
Kegiatan ini berupa penyampaian materi oleh dokter dan petugas Dinas
Kesehatan di Bidang P2P dan Promosi Kesehatan serta pelatihan kepada calon-
calon konselor muda yaitu siswa SMP dan SMA yang dipilih serta
karangtaruna/kader di Kabupaten Karanganyar. Disampaikan juga mengenai
manfaat penanaman tanaman yang dapat menjauhkan nyamuk, serta manfaat
memelihara ikan hias untuk mengurangi jentik nyamuk. Kemudian dilanjutkan
pembagian benih ikan untuk setiap wilayah kerja konselor muda. Dilanjutkan
pemaparan rencana kegiatan para konselor muda selama menjabat dan ditutup
dengan penyematan pin sebagai tanda peresmian sebagai konselor muda.
b. Pelaksanaan PSN
Kegiatan PSN diadakan tiap dua bulan sekali di masing-masing wilayah
kerja para konselor muda. Petugas puskesmas masing-masing wilayah akan
memonitoring keberjalanan kegiatan melalui output yang didapat dari setiap
kegiatan.
c. Reward untuk Konselor Muda Terbaik
Konselor muda yang mendapatkan hasil terbaik selama satu tahun menjabat
sebagai konselor muda, dinilai dari kinerja dan kebermanfaatan dari kinerjanya,
akan mendapatkan penghargaan sebagai konselor muda terbaik.
7. Susunan Acara Pra-Kegiatan “Germas Pelikan”
08.00-08.15 Pembukaan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Karanganyar
08.15-10.00 Penyampaian materi, pelatihan, dan pemaparan
rencana kegiatan selama satu tahun
10.00-10.15 Penyematan pin dalam peresmian Konselor Muda
10.15-10.30 Penutupan

8. Rancangan Anggaran Dana


Pemasukan
Dana program Rp2.330.000

Rp2.330.000
Pengeluaran
Snack panitia, pembicara, dan peserta 150 x Rp4000 Rp600.000
Benih ikan Rp150.000
Penggandaan flowchart 150 x Rp200 Rp30.000
Pin 130 x Rp5.000 Rp650.000
Reward 3 x Rp 300.000 Rp900.000

Rp2.330.000

Anda mungkin juga menyukai