Anda di halaman 1dari 16

RUMAH SAKIT MUJAISYAH

JLN.DR.RATULANGI KM 5 POROS BALANDAI KOTA PALOPO


TELP/FAX.0471-3311727, HP.081355917500, Email.rs.mujaisyah75@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Rumah sakit merupakan unit pelayanan kesehatan yang sangat kompleks karena di
rumah sakit tidak hanya terapi dan diagnosis penyakit yang diperhatikan, tetapi tenaga
keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya yang juga harus diperhatikan (Darmadi, 2008).
Rumah sakit tidak hanya menjadi tempat pengobatan, tetapi bisa juga menjadi sarana
pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain (Septiari, 2012).
Infeksi Nosokomial atau infeksi rumah sakit yang saat ini disebut sebagai Healthcare
Associated Infections (HAIs), merupakan masalah di seluruh dunia baik di negara yang
sudah maju maupun yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. HAIs sangat
merugikan rumah sakit maupun pasien itu sendiri. HAIs mengakibatkan lama hari rawat
meningkat, meningkatkan angka kesakitan bahkan kematian sehingga biaya bertambah,
produktifitas pasien maupun pasien menurun, menurunkan mutu dan citra rumah sakit,
dimana pada masa mendatang akan muncul tuntutan hukum bagi rumah sakit maupun
pelayanan kesehatan lainnya. Namun sangat disayangkan banyak pihak manajemen rumah
sakit tidak menyadari hal ini, sehingga program pencegahan dan pengendalian infeksi
belum mendapatkan prioritas penting.

B. Latar Belakang
Kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien
dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit hal ini merupakan persoalan serius yang
dapat menjadi penyebab langsung atau tidak dapat langsung kematian pasien. Beberapa
kejadian infeksi rumah sakit mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan tetapi
dapat menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih lama di rumah sakit. Penyebabnya
oleh kuman yang berada di lingkungan rumah sakit atau oleh kuman yang sudah dibawa
oleh pasien sendiri, yaitu kuman endogen. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa
kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang secara potensial dapat dicegah.
Salah satu hal yang perlu disadari bersama bahwa kualitas pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih sangat rendah, berdampak pada rendahnya
mutu pelayanan rumah sakit maupun bertambahnya beban yang harus ditanggung oleh
penderita. Suatu kejadian infeksi rumah sakit pada pasien akan mengakibatkan hal-hal
seperti memperberat penyakit dan sangat mungkin menyebabkan terjadinya kematian
ataupun kecacatan, perpanjangan waktu perawatan yang juga berdampak pada
perpanjangan waktu tunggu bagi pasien lainnya, serta peningkatan biaya pengobatan yang
ditanggung oleh pasien maupun rumah sakit.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit semakin hari semakin penting
untuk dapat dilaksanakan oleh semua petugas yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan.
Perlu disadari bahwa rendahnya kualitas dan kuantitas pengendalian infeksi di rumah sakit
memerlukan dukungan berbagai pihak khususnya para klinisi serta komitmen pimpinan
rumah sakit untuk secara terus menerus menggerakkan semua pihak yang terlibat dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk melaksanakan pencegahan dan pengendalian
infeksi. Untuk itu, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dituntut untuk
mampu memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel, transparan terhadap masyarakat
khususnya terhadap jaminan keselamatan pasien (patient safety).
Fasilitas pelayanan kesehatan selain memberikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
juga memberikan pelayanan preventif dan promotif, sehingga kejadian infeksi sehubungan
dengan pelayanan kesehatan harus menjadi perhatian bagi seluruh pemberi pelayanan
kesehatan dimana saja dan kapan saja pelayanan kesehatan diberikan. Sehubungan dengan
besarnya masalah dan akibat infeksi rumah sakit seperti dikemukakan di atas, maka pada
tahun 2015 RS Mujaisyah menyusun program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk
meningkatkan mutu, cakupan dan efesiensi pelayanannya kepada masyarakat.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit melalui pencegahan dan pengendalian
infeksi terkait pelayanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mencegah dan mengendalikan kejadian infeksi rumah sakit (IP/Incident Rate HAIs)
di RS Mujaisyah melalui kegiatan surveilans, , audit kepatuhan hand hygiene dan
edukasi tentang PPI.
b. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman, panduan dan atau SPO tentang PPI
melalui kegiatan monitoring di semua unit pelayanan.
c. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan / penerapan PPI di unit-unit
pelayanan.
d. Meningkatkan kualitas / kompetensi petugas PPI Rumah Sakit Mujaisyah

2
BAB II
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang harus
dilakukan sehingga tercapainya program PPI. Adapun kegiatan pokok dan rincian kegiatan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
A. Menurunkan dan mengendalikan angka insiden infeksi rumah sakit (incident rate HAIs)
khususnya mengendalikan angka insiden infeksi seperti Infeksi Luka Operasi (ILO),
infeksi akibat pemakaian intravena line, Infeksi Saluran Kemih (ISK), dan infeksi
akibat pemasangan ventilatir mekanik (VAP). Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
1. Surveilance data infeksi rumah sakit
2. Membuat Pengkajian Resiko Infeksi rumah sakit
3. Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi di rumah sakit
4. Monitoring pelaksanaan manajemen Laundry dan Linen rumah sakit
5. Monitoring pembuangan sampah sampah infeksius, cairan tubuh, dan darah.
6. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum
7. Pelayanan makanan dan permesinan
8. Monitoring hand hygiene pada pasien, pengunjung dan staf/petugas.
9. Monitoring penggunaan alat pelindung diri.

B. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di unit/unit


pelayanan melalui:
1. Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana pendukung penerapan PPI
di unit pelayanan seperti pengadaan APD, sarana kebersihan tangan (wastafel,
sabun, larutan desinfektan/antiseptik, tisu, handrub), dll.
2. Melakukan koordinasi dengan bagian PE terkait pengadaan sarana pendukung
penerapan PPI
C. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI yang meliputi:
1. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN
2. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN
3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi
seluruh petugas rumah sakit (medis dan non medis)
4. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional maupun
internasional

BAB III

3
CARA PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Menurunkan dan Mengendalikan Angka Insiden / Incident Rate HAIs
1. Surveilans
Data infeksi rumah sakit merupakan salah satu indikator klinik rumah sakit sehingga
surveilans harus dilakukan dengan benar agar mendapatkan data yang akurat yang
menggambarkan keadaan sesungguhnya. Data yang akurat akan membantu
mengidentifikasi permasalahan yang perlu diatasi untuk mendapatkan mutu pelayanan
pasien yang optimal. Data akan dikoleksi setiap bulan sesuai dengan yang telah ditetapkan
dan telah diinformasikan kepada unit yang terkait.
Ruang lingkup pelaksanaan surveilans di RS Mujaisyah adalah di semua unit
pelayanan perawatan / kesehatan langsung kepada pasien dengan mengumpulkan dan
mengevaluasi data yang terkait dengan risiko infeksi pada:
a. Saluran kencing seperti prosedur invasif dan peralatan terkait dengan indwelling
urinary catheter, sistim drainase urin.
b. Lokasi operasi seperti pelayanan dan type pembalut luka dan prosedur aseptik.
c. Pembuluh darah perifer akibat pemakaian infus (phlebitis)

Metode surveilans yang digunakan oleh Komite PPI RS Mujaisyah adalah:


a. Surveilans ISK, menggunakan metode surveilans target meliputi semua ruang
perawatan.
ISK adalah infeksi yang terjadi pada saluran kemih murni (uretra dan permukaan
saluran kemih) atau melibatkan bagian yang lebih dalam dari organ-organ pendukung
saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar retroperitoneal
atau rongga perinefrik).
ISK yaitu infeksi akibat pemakaian / pemasangan kateter urine menetap setelah 48 jam
pemakaian alat. Alat yang digunakan pasien adalah alat yang dipasang di RS Mujaisyah.

ISK = Jumlah kasus ISK x 1000


Jumlah lama hari pemakaian alat

b. Surveilans plebitis, menggunakan metode surveilans target meliputi semua ruang


perawatan.
Phlebitis yaitu infeksi akibat pemakaian / pemasangan intravena line menetap setelah
48 jam pemakaian alat. Alat yang digunakan pasien adalah alat yang dipasang di RS
Mujaisyah.

Phlebitis = Jumlah kasus phlebitis x 1000


Jumlah lama hari pemakaian alat
4
c. Surveilans ILO, menggunakan metode Surveilans komprehensif (wide hospital
surveillance) yaitu dilakukan di semua ruang perawatan rawat inap serta surveilans pasca
rawat (post discharge surveillance) yaitu dilakukan setelah pasien keluar dari RS
Mujaisyah yaitu di Poliklinik (Bedah dan Kebidanan).
ILO adalah infeksi pada semua kategori luka operasi bersih dan bersih terkontaminasi
yang terjadi dalam kurung waktu 30 hari setelah operasi tanpa implant dan 90 hari setelah
operasi dan post section secaria.

ILO = Jumlah kasus ILO x 100


Jumlah seluruh tindakan operasi

Pencatatan dilakukan oleh perawat yang ditunjuk (IPCN) dibantu oleh IPCLN yang
ada di setiap unit perawatan dengan menggunakan format harian rumah sakit yang
mencakup semua variabel (satuan) yang ada dalam formula dari seluruh jenis infeksi
rumah sakit yang ada. Pencatatan dilakukan bila ditemukan kelainan sesuai jenis infeksi
yang ada maka petugas ruangan atau IPCLN yang pertama kali menemukan pasien
terinfeksi harus langsung mencatat dan melaporkannya kepada IPCN.

2. Investigasi Outbreak / Wabah / KLB


Surveilans atau investigasi outbreak / KLB dilaksanakan terhadap temuan adanya
kasus infeksi yang muncul dan pemunculan ulang (emerging atau reemerging). Suatu
kejadian disebut outbreak/KLB adalah meningkatnya suatu kejadian, kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok pasien dalam kurun
waktu tertentu.
Kriteria yang digunakan adalah:
a. Timbulnya penyakit/infeksi dan atau kuman yang sebelumnya tidak ada.
b. Adanya peningkatan kejadian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah yang terjadi
pada kurung waktu yang sama pada periode/tahun sebelumnya.
3. Membuat Pengkajian Resiko Pengendalian Infeksi
Pengkajian resiko pengendalian infeksi terdiri dari tiga tahapan yaitu identifikasi
resiko, analisa resiko dan evaluasi resiko.
a. Identifikasi resiko dilakukan oleh Komite PPI dengan melibatkan bidang pelayanan
medis, bidang pelayanan keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim patient safety.
Identifikasi resiko ini didasarkan pada issue infeksi.
b. Analisa resiko, resiko yang sudah teridentifikasi dilakukan grading dengan
memberikan skor pada probabilitas, dampak dan kesiapan system di rumah sakit.

5
Analisa resiko ini dilakukan oleh Komite PPI dengan melibatkan bidang pelayanan
medis, bidang pelayanan keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim patient safety.
c. Evaluasi resiko adalah tahapan melihat resiko mana yang paling tinggi nilainya
dengan cara mengalikan skoring risiko probabilitas dengan dampak dengan kesiapan
system yang dilakukan oleh Komite PPI dengan melibatkan bidang pelayanan medis,
bidang pelayanan keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim patient safety.
4. Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi Rumah Sakit
Monitoring pelaksanaan sterilisasi dilakukan minimal 1 kali tiap bulan meliputi,
pembersihan alat, pengeringan, sterilisasi / dekontaminasi, pengemasan, pelabelan
kadaluarsa steril alat, penyimpanan. Monitoring juga dilakukan terhadap kepatuhan
petugas dalam penggunaan APD, pencatatan suhu, tekanan dan kelembaban ruangan. Hasil
monitoring akan dilaporkan tiap bulan.
5. Monitoring Pelaksanaan Manajemen Laundry dan Linen Rumah Sakit
Monitoring manajemen linen meliputi kegiatan monitoring pada prosedur penerimaan
linen kotor, pemilahan linen infeksius dan non infeksius, pencucian, pengeringan,
penyimpanan dan pendistribusian linen serta alur linen kotor dan bersih. Kegiatan
monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
6. Monitoring Pembuangan Sampah Infeksius, Cairan Tubuh, dan Darah
Monitoring dilakukan terhadap prosedur penanganan sampah infeksius dan cairan
tubuh mulai dari sumbernya (ruang perawatan, laboratorium) termasuk kantong sampah
yang digunakan, sampai dikelola di incenerator/limbah. Kegiatan monitoring dilakukan
minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

7. Monitoring Pembuangan Benda Tajam dan Jarum


Monitoring penerapan kewaspadaan isolasi lainnnya termasuk penanganan dan
pengeloaan benda tajam yang dilakukan setiap hari bersamaan dengan kunjungan ruangan,
meliputi prosedur yang benar tentang pembuangan benda tajam dan prosedur yang benar
tentang penggunaan benda tajam/jarum. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap
bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
8. Monitoring Pelayanan Makanan dan Permesinan
Monitoring pelayanan makanan meliputi kegiatan monitoring pada penyediaan
bahan makanan mentah, penataan/penyususunan bahan makanan, pengolahan makanan,
penyajian makanan dan pendistribusian makanan ke ruang perawatan. Monitoring juga
dilakukan terhadap kepatuhan petugas dalam penggunaan APD, kepatuhan petugas dalam
kebersihan tangan, prosedur pencucian dan penyimpanan alat-alat makan, pencatatan suhu
dan kelembaban ruangan serta pemeliharaan mesin/alat yang digunakan. Kegiatan
monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap 3 bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap 3
bulan.

6
9. Monitoring Pembongkaran, Pembangunan, dan Renovasi
Monitoring pelaksanaan pembongkaran, pembangunan, dan renovasi bangunan di
rumah sakit dilakukan bila ada kegiatan seperti pembongkaran gedung (demolution),
perbaikan gedung, penambahan bagian dari gedung utama dan atau pembangunan gedung
baru. Monitoring dilakukan sebelum, selama dan setelah dilakukan renovasi / rekontruksi
bangunan. Hasil monitoring yang dilakukan IPCN Komite PPI akan dituangkan dan
disusun dalam Laporan ICRA (Infections Control Risk Assessment) renovasi/rekontruksi
yang akan dilaporkan kepada Direktur Utama.

10. Monitoring Hand Hygiene Pada Pasien, Penunggu dan Petugas / Staf
a. Monitoring hand hygiene pada pasien dilakukan dengan memberikan informasi
kepada pasien tentang kapan harus cuci tangan dan bagaimana cara melakukan
kebersihan tangan, juga diberikan informasi kapan harus melakukan hand hygiene
dengan cuci tangan dan kapan dengan handrub. Ketersediaan fasilitas untuk
melakukan kebersihan tangan pada area pasien juga dimonitor ketersediaannya.
b. Monitoring hand hygiene pada penunggu dilakukan dengan memberikan informasi
kepada penunggu tentang kapan harus cuci tangan dan bagaimana cara melakukan
kebersihan tangan, juga diberikan informasi kapan harus melakukan hand hygiene
dengan cuci tangan dan kapan dengan handrub. Ketersediaan fasilitas untuk
melakukan kebersihan tangan pada area pasien juga dimonitor ketersediaannya.
c. Monitoring hand hygiene pada petugas / staf dilakukan dengan Audit kepatuhan
melakukan kebersihan tangan yang dilakukan setiap hari dan analisanya dibuat setiap
3 (tiga) bulan. Audit dilakukan terhadap petugas yang terlibat langsung dalam
pelayanan pasien meliputi unit rawat jalan, kamar operasi dan rawat inap.
11. Monitoring Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Monitoring penggunaan APD yang dilakukan setiap hari terhadap petugas di unit
perawatan terutama di ruangan isolasi, dilakukan bersamaan dengan kunjungan ruangan.
Hasil monitoring dilaporkan tiap 1 bulan.
12. Membuat Usulan Pelatihan Lanjutan Bagi Tenaga IPCN
Perkembangan ilmu dan tekhnologi harus diimbangi dengan pelatihan bagi IPCN
yang berkesinambungan dan ter-up date sesuai dengan perkembangan kondisi saat ini.
Komite PPI membuat daftar kebutuhan pelatihan untuk diajukan ke bidang pelayanan
13. Membuat Usulan Pelatihan Dasar PPI Bagi Tenaga IPCLN
Adanya beberapa petugas IPCLN yang pindah tugas ke unit / ruangan lain
menyebabkan upaya untuk mencarikan pengganti yang tentu belum tersentuh lebih jauh
tentang pemahaman PPI. Oleh karena itu Komite PPI membuat daftar kebutuhan pelatihan
untuk IPCLN agar bisa diajukan ke bidang pelayanan
14. Membuat Pelatihan Berkesinambungan (In House Training) Tentang PPI Bagi
Seluruh Petugas Rumah Sakit (Medis dan Non Medis)

7
Program in house training PPI akan berkoordinasi dengan bidang pelayanan yang
dilaksanakan rutin dan berkesinambungan
15. Mengikuti Seminar / Simposium / Work Shop Tentang PPI Baik Nasional
Maupun Internasional
Agar lebih cepat mendapatkan update tentang PPI, Komite PPI membuat usulan
supaya Tim PPI sebagai pelaksanaan kegiatan operasional Program PPI bisa mengikuti
seminar / simposium / work shop yang berhubungan dengan PPI, baik Nasional maupun
internasional. Usulan ditujukan kepada bidang pelayanan yang ditembuskan kepada
Direktur
16. Kesehatan karyawan
Pemeliharaan Kesehatan dan keselamatan Karyawan :
1. Ada pemeriksaan kesehatan secara regular untuk yang berisiko infeksi.
2. Pemberian immunisasi Hepatitis pada tempat yang berisiko.
3. Ada flow chart pada petugas kesehatan jika terjadi luka tusuk jarum atau benda
tajam lainnya.
4. Ada alat pelindung diri tersedia.

8
BAB IV
SASARAN
A. Sasaran program dengan melibatkan:
1. Seluruh Staf RS
Seluruh staf RS dilibatkan dalam penerapan PPI dalam memberikan pelayanan kepada
pasien baik secara langsung maupun tidak langsung di unitnya masing masing.
2. Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan ikut serta dalam
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi. Edukasi diberikan secara langsung (face to
face) ataupun dikumpulkan dalam suatu pertemuan dalam bentuk penyuluhan yang
berkaitan dengan PPI.
3. Pengunjung
Pengunjung pasien yang datang ke RS diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan
ikut pula dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di RS terutama tentang aturan
yang harus dipatuhi dan dijauhi ketika mengunjungi pasien-pasien dengan penyakit
menular, immunocompromissed, maupun tentang upaya lain yang berhubungan dengan
PPI.

B. Menurunkan Angka Insiden / Incident Rate HAIs


Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di RS
Mujaisyah tahun 2018 untuk menurunkan angka insiden IP adalah:
1. Surveilans Angka insiden ISK <5 kasus per-1000 hari pemakaian kateter urine
menetap (<4,7‰) dalam satu periode tertentu (1 tahun) meliputi semua ruang
perawatan.
2. Angka insiden IDO < 2 kasus per- 100 tindakan operasi (<2%), meliputi semua
pasien paska operasi di RS Mujaisyah yang sedang dirawat dan setelah pasien
keluar dari RS yaitu di Poliklinik (Bedah dan Kebidanan).
3. Angka insiden Phlebitis <1 kasus per-1000 hari pemakaian Intravenous Line (IVL)
menetap (<1‰) dalam satu periode tertentu (1 tahun) meliputi semua ruang
perawatan.

C. Audit Kepatuhan
1. Sasaran audit kepatuhan melakukan kebersihan tangan adalah semua petugas baik
medis dan non medis seperti dokter, perawat, petugas laboratorium, petugas
kebersihan. Sasaran pencapaian kepatuhan kebersihan tangan adalah >80% dalam
jangka waktu 3 bulan.
2. Sasaran audit kepatuhan penggunaan APD petugas di unit perawatan khususnya di
ruangan isolasi, intensif dan kamar operasi dilakukan bersamaan dengan kunjungan
ruangan. Sasaran pencapaiannya adalah 100% dalam 1 bulan.

9
3. Audit kelengkapan PPI juga dilakukan setiap hari/setiap minggu/setiap waktu
tertentu bersamaan dengan kunjungan lapangan ke unit-unit pelayanan/perawatan
untuk melihat apakah sarana dan prasarana pendukung di semua unit tersedia, tidak
lengkap atau salah/tidak digunakan. Sasaran pencapaiannya adalah >80% dalam
waktu 3 bulan.

D. Edukasi
Sasaran yang ingin dicapai Komite PPI dalam pelaksanaan program edukasi dibagi
dalam kategori yaitu staf baru dan staf lama (medis dan non medis), pasien, keluarga
pasien/pengunjung serta petugas/pekerja non petugas RS Mujaisyah yang tidak melayani
pasien langsung tetapi berada di lingkungan RS Mujaisyah seperti satpam.
1. Staf Baru
Staf baru tidak dibedakan perawat, dokter atau staf lain diberikan edukasi PPI saat
mereka memulai bekerja atau mulai menjadi karyawan di RS Mujaisyah. Kegiatan ini
bekerja sama dengan Bagian Bidang Pelayanan. Sasaran pencapaian adalah semua staf
baru yang akan bekerja di RS Mujaisyah sudah teredukasi PPI (80%).
2. Staf Lama
Dalam kaitan peningkatan pemahaman pengendalian infeksi akan dilakukan
inventarisasi staf medis dan non medis yang telah menjalani edukasi sebelumnya, sehingga
dapat diketahui siapa yang belum menjalani kegiatan edukasi. Peningkatan pengetahuan
untuk seluruh staf dalam bentuk in house training PPI sehingga mempunyai persepsi dan
pemahaman yang sama untuk pengendalian infeksi.
3. Pasien
Edukasi kepada pasien diberikan secara langsung dengan penyuluhan tentang
kebersihan tangan, pencegahan penyebaran penyakit infeksi di rumah sakit, dan
pengelolaan penyakit infeksi di rumah sakit. Sasaran pencapaian edukasi kepada pasien
adalah lebih dari 80% pasien yang sedang dirawat dapat teredukasi PPI dalam waktu 6
bulan.

4. Pengunjung
Edukasi dengan pengunjung / keluarga pasien dilaksanakan berkoordinasi Informasi
RS dan petugas ruang perawatan. Kegiatan dilakukan di poliklinik / unit rawat jalan dan
ruang perawatan, meliputi kebersihan tangan, pencegahan penyebaran penyakit infeksi di
rumah sakit, kebersihan lingkungan, pengenalan penyakit seperti penyakit menular, DM,
penyakit Jantung, dll. Sasaran pencapaiannya adalah >80% pengunjung dapat teredukasi
dalam waktu 3 bulan.

10
E. Memaksimalkan Kepatuhan Dalam Penerapan Kebijakan, Pedoman dan atau
SPO Tentang PPI Di Semua Unit Pelayanan
a. Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi Rumah Sakit
Sasaran yang dicapai adalah disemua ruang yang ada sterilisasinya yang meliputi
petugas, alat-alat, mesin.
b. Monitoring Pelaksanaan Manajemen Linen
Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi laoundry yang meliputi petugas, linen, alat-
alat/mesin dan lingkungan.
c. Monitoring Pelaksanaan Pelayanan Gizi
Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi Gizi meliputi petugas, bahan makanan mentah,
makanan jadi, alat-alat/mesin dan lingkungan.
d. Monitoring Pembuangan Sampah Infeksius dan Cairan Tubuh
Sasaran yang dicapai adalah di ruang-ruang perawatan dan laboratorium.
e. Monitoring Pembuangan Benda Tajam dan Jarum
Sasaran yang dicapai adalah di ruang perawatan, laboratorium meliputi petugas,
tempat sampah benda tajam dan lingkungan.
f. Monitoring Pencatatan dan Pelaporan Tertusuk Jarum
Sasaran yang dicapai adalah di ruang perawatan, laboratorium meliputi hasil
dokumentasi pencatatan dan pelaporan insiden sehingga semua insiden dapat
terlaporkan

11
RUMAH SAKIT MUJAISYAH
JLN.DR.RATULANGI KM 5 POROS BALANDAI KOTA PALOPO
TELP/FAX.0471-3311727, HP.081355917500, Email.rs.mujaisyah75@gmail.com

BAB VI
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Penjadwalan program kerja PPI dilakukan dalam kurun waktu 1 tahun, dimulai sejak
terbentuknya komite PPI RS Mujaisyah. Seluruh jadwal kegiatan ini akan dilakukan pada
tahun 2018 dengan rincian sebagai berikut:

No Kegiatan J F M A ME JN JL AG S O N D
1 Surveillance
2 Audit Hand Hygiene
3 Audit Kepatuhan APD
4 Sosialisasi Hand Hygiene
5 Sosialisasi penggunaan APD
6 Sosialisasi Peralatan single use-
reuse
7 Sosialisasi prosedur sterilisasi
8 Sosialisasi Limbah
9 Sosialisasi cara menyuntik aman
10 Monitoring IPAL dan TPS
11 Monitoring Sterilisasi
12 Monitoring Linen dan Laundry
13 Monitoring Limbah
14 Monitoring Pembuangan Benda
Tajam
15 Monitoring Kamar Jemazah
16 Monitoring Gizi
17 Monitoring Ruangan
18 Rapat Komite PPI
19 Audit ke Direktur Rumah Sakit
20 Audit ke Dinas Kesehatan
Setempat
21 In House Training PPI
22 Pemeriksaan kesehatan karyawan
23 Seminar / Workshop

13
BAB VII
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap bulan sekali oleh IPCN (perawat
pengendali infeksi) dibawah koordinasi Komite PPI. Laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan
dibuat sesuai pelaksanaan evaluasi kegiatan Komite PPI RS Mujaisyah, menyangkut jadwal
pelaksanaannya serta elemen kegiatan yang sudah/ belum/ tidak dapat dilaksanakan agar
dapat dilakukan perbaikan bila mana perlu.

14
BAB VIII
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
A. Pencatatan
1. Setiap hari IPCN mencatat data infeksi rumah sakit di unit-unit pelayanan (surveilans)
dengan formulir harian dari Komite PPI, mendokumentasikan hasil audit kepatuhan
kebersihan tangan, kepatuhan APD, kepatuhan penerapan SPO / kebijakan PPI dan atau
monitoring penerapan PPI di semua unit pelayanan.
2. Data yang terkumpul akan dibuatkan analisa dengan anggota Komite PPI.

B. Pelaporan
1. Setiap 1 (satu) bulan sekali data dikumpulkan dan dibuatkan laporan ke Komite PPI
2. Data dikumpulkan selama periode 3 bulan, dianalisa dan didiskusikan dengan Komite
PPI, selanjutnya dibuatkan laporan yang dikirim ke Direktur RS Mujaisyah ke semua
Bidang Keperawatan, Bidang Pelayanan Medis.
3. Setiap 1 (satu) tahun semua pelaksanaan program Komite PPI dibuatkan Laporan
Tahunan yang akan dikirim kepada pihak Yayasan dan Dinas Kesehatan setempat.

15
BAB IX
PENUTUP
Program Komite PPI di rumah sakit yang disusun untuk tahun 2018 meliputi kegiatan
rutin yang sudah berjalan untuk pengendalian infeksi dan kegiatan yang baru diterapkan atau
bersifat pengembangan untuk peningkatan mutu pelayanan yang berkaitan dengan
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Program Komite PPI tahun 2018 ini berisi tentang rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan yang disusun secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai tujuan Komite
PPI RS Mujaisyah. Rencana kegiatan tersebut meliputi:
1. Menurunkan angka insiden infeksi rumah sakit (incident rate HAIs) meliputi:
a. Surveilans data IP.
b. Audit yang meliputi audit kepatuhan kebersihan tangan dan audit pemakaian alat
pelindung diri (APD) di semua unit perawatan.
c. Edukasi PPI bagi masyarakat (petugas, pasien, pengunjung/keluarga pasien dan
petugas fasilitas pendukung seperti kantin/kafetaria, bank ataupun petugas parkir.
2. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SPO tentang PPI di semua unit
pelayanan melalui kegiatan monitoring.
3. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di unit-unit pelayanan.
4. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas PPI melalui pelatihan bagi tenaga IPCN,
pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN, in house training tentang PPI, mengikuti
seminar/simposium/workshop tentang PPI baik nasional maupun internasional.

16

Anda mungkin juga menyukai