BAB I
DEFINISI
A. Informasi
Informasi adalah pesan yang di sampaikan seseorang komunikator
kepada komunikan.Menurut rahmat (1986). Proses informasi meliputi 4
tahap, yakni tahap sensasi, persepsi, memori dan berfikir. Tahap sensasi
merupakan tahap yang paling awal dalam penerimaan informasi melalui
alat indra, sehingga individu dapat memahami kualitas fisik
lingkungannya. Selanjutnya individu mempersepsikan obyek, peristiwa,
ataupun hubungan-hubungan yang di peroleh, kemudian menyimpulkan
atau menafsirkan informasi tersebut.Sensasi yang telah di persepsikan
oleh individu di rekam oleh memori.Memori berperan penting dalam
mempengaruhi baik persepsi maupun berfikir.Dengan memori ini lah
informasi dapat di rekam, disimpan, dan kemudian di gunakan kembali
jika di perlukan. Tahap terakhir proses pengolahan informasi adalah
berfikir, yang mempengaruhi penafsiran individu terhadap stimuli.
Berfikir di lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil
keputusan, memecahkan persoalan dan menghasilkan pengetahuan
baru. Proses pengolahan informasi ini akan dapat menimbulkan suatu
perubahan pada sikap atau tindakan individu. Menurut Aristoteles (dalam
fishier, 1986), (dalam tina afianti, 2007), informasi dapat di gunakan
sebagai alat persuasi. Informasi dapat di gunakan untuk membujuk dan
mempengaruhi prilaku manusia, atau untuk mengubah perilaku manusia,
sesuai yang di inginkan pemberi informasi.Melalui informasi individu
mendapatkan pengetahuan.
B. Edukasi
Edukasi kesehatan adalah kegiatan upaya meningkatkan
pengetahuan kesehatan perorangan paling sedikit mengenai
pengelolaan factor resiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat
dalam upaya meningkatkan status kesehatan peserta, mencegah
timbulnya kembali penyakit dan memulihkan penyakit. Menurut Ross
(1998) dalam (afiatin.2007).pendidikan yang berusaha mengubah
pengetahuan, sikap dan perilaku, lebih penting di bandingkan hanya
sekedar memberikan informasi tanpa di sertai usaha pembentukan sikap
1
dan perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa
interaksi dengan tatap muka langsung antara pihak penerima pesan dan
pihak penyampai pesan merupakan intervensi dua arah yang lebih
memungkinkan untuk menghasilkan perubahan.
Dengan demikian peningkatan pengetahuan yang bertujuan untuk
mengubah sikap akan lebih efektif jika di sampaikan dengan cara tata
muka langsung. Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi
perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan,
memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya, melalui
kegiatan yang di sebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Memang
dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku
masyarakat memakan waktu yang lama, di banding dengan cara oersi.
Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil di adopsi masyarakat,
maka akan langgeng, bahkan selama hidup di lakukan.
Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan
masyarakat, tampaknya pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan)
lebih tepat di bandingkan dengan pendekatan koersi.Dapat di
simpulakan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi
atau upaya yang di tujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut
kondusif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan
mengupayakan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat
mempunyai pengaruh positif terhadap pemelihaan dan peningkatan
kesehatan.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pemberian informasi dan edukasi dapat dilihat dari berbagai
dimensi,antara lain dimensi sasaran pendiidikan, dimensi tempat pelaksanaan
atau aplikasinya,dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
1. Sasaran Pendidikan Kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
a. Pendidikan kesehatan individu, dengan sasaran individu.
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok,
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.
3
c. Pengobatan segera ( Early Diagnosis and prompt treatment )
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tehadap
kesehatan dan penyakit. Maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit
yang terjadi didalam masyarakat.Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit
atau tidakmau diperiksa dan di obati penyakitnya. Hal ini akan
menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang
layak. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada tahap
ini.
d. Pembatasan Cacat ( Disability Limitation )
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit. Sering kali mengakibatkan masyarakat tidak
melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak
melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap
penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat
mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki
ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu pendidikan
kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
e. Rehabilitasi ( rehabilitation )
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu.Kadang-kadang orang menjadi
cacat.Untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan
latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran
orang tersebut, ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang
dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari
penyakitnya, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat.Sering
terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota
masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu
pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
Rumah sakit dalam memberikan materi dan proses edukasi pada
pasien dan keluarga minimal berupa topic sebagai berikut:
Penggunaan obat-obatan yang didapat pasien secara efektif dan aman
termasuk potensi efek samping
Penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman.
Potensi interaksi antara obat yang diresepkan dengan obat lainnya serta
makanan
Diet dan nutrisi
Manajemen nyeri dan teknik rehabilitasi
4
BAB III
TATA LAKSANA
5
2. Penundaan tindakan medis karena menunggu persetujuan keluarga,
penjelasan diberikan pada pasien dan/atau keluarga tentang
pentingnya tindakan medis yang akan dilakukan beserta resiko
apabila tindakan medis tersebut tertunda. Untuk tindakan elektif
keputusan diterima dalam waktu 24 jam.
3. Penundaan tindakan medis karena menunggu persetujuan asuransi
kesehatan
4. Penundaan tindakan operasi One Day Care karena menunggu surat
jaminan dari asuransi atau perusahaan
5. Penundaan pasien masuk ruang rawat inap karena tempat belum
tersedia
6
5. Manajemen nyeri
a. Memahami rasa nyeri dan resiko nyeri
b. Bagaimana untuk menggambarkan nyeri
c. Bagaimana mengelola rasa nyeri
6. Teknik rehabilitasi
a. Teknik rehabilitasi ( contoh : latihan khissus, terapi wicara, dan lain-lain)
b. Penggunaan peralatan yang aman dan efektif.
8. Sumber komunitas
Keluarga pasien dapat diinformasikan mengenai sumber komunitas di
sesekitar pasien yang dapat membantu :
a. Klinik kesehatan terdekat
b. FKTP terdekat
7
C. Proses Pemberian Informasi dan Edukasi
Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien serta
keluargannya berkaitan dengan kondisi kesehatannya:
1. Tahap pengumpulan informasi pasien (Assesmens pasien)
Sebelum melakukan edukasi. Petugas menilai dulu kebutuhan
edukasi pasien dan keluarga berdasarkan (data ini didapatkan dari
Rekam medis dan observasi) :
a. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga (nilai-nilai budaya,
suku, agama, dan kepercayaan).
b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan
c. Hambatan emosional dan inovasi (emosional : depresi, senang
dan marah).
d. Keterbatasan fisik dan kognitif
e. Kesediaan pasien untuk menerima informasi.
2. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif setelah
melalui tahap assessment pasien, kemungkinan ditemukan :
a. Pasien dalam kondisi fisik dan emosionalnya baik, maka proses
komunikasinya mudahdisampaikan.
b. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan hambatan fisik (tuna
rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (Istri, anak,
ibu atau saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka
c. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan hambatan emosional
pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif
adalah memberikan materi edukasi dan menyaratkan pasien membaca
leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa
menghubungi edukator yang berkaitan dengan informasi dan edukasi
yang diperlukan.
d. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan kendala bahasa, maka
segera menghubungi kepala ruangan selanjutnya kepala ruangan akan
menghubungi penerjemah.
3. Tahap Verifikasi (memastiakan pasien dan keluarganya menerima edukasi
yang diberikan) :
a. Apabila pasien dalam kondisi pasien baik dan dapat menerima
informasi dan edukasi, maka verifikasi yang dilakukan adalah
menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan. (pertanyaan adalah
8
: Dari materi yang telah disampaikan kira-kira apa yang bapak atau ibu
bisa pelajari?”)
b. Apabila pasien mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah
dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: “ Dan materi
yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bapak atau ibu bisa
pelajari?”
c. Apabila pasien mempunyai hambatan emosional (amarah atau
depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh
mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan
pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung
kekamar pasien adalah pasien tenang.
d. Apabila pasien merupakan difabel (different abilities people atau orang
dengan kemampuan yang berbeda), maka verifikasinya dengan
pendamping pasien.
e. Apabila pasien dan/atau keluarga telah memahami informasi dan
edukasi yang disampaikan, maka tahap pemberian informasi dan
edukasi dapat dilakukan kembali untuk menilai kebutuhan edukasi yang
kainnya. Apabila pasien dan/ keluarga belum memahami materi
edukasi yang diberikan, maka pemberian edukasi dapat dilakukan pada
waktu lain sambil mengkaji hambatan yang ada.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi
yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan
pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit sakit, diharapkan
mempercepat proses penyembuhan pasien. Setiap petugas dalam
memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi lembar
informasi dan edukasi serta ditandatangani kedua belah pihak antara dokter
atau tenaga kesehatan lainnya dengan pasien atau keluarga pasien.Hal ini
dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan
informasi dan edukasi yang benar.
9
2. Pemberian informasi dan edukasi dilakukan melaui tatap muka dan berjalan
secara interaktif, dimana kegiatan ini bisa dilakukan pada saat pasien
masuk, menjalani pemeriksaan/diagnosis, dirawat,akan pulang atau ketika
datang kembali untuk berobat.
3. Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk membuat pasien/keluarga
merasa nyaman dan bebas antara lain :
a. Dilakukan dalam ruang yang dapat menjamin privacy.
b. Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk
kenyamanan mereka.
c. Penempatan meja, kursi atau barang-barang lain hendaknya tidak
menghambat komunikasi.
d. Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering adainterupsi.
4. Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka
pemberian informasi dan edukasi dapat disampaikan kepada keluarga/
pendamping pasien.
5. Bina hubungan yang baik dengan pasien/keluarga agar tercipta rasa
percaya terhadap peran petugas dalam membantu mereka untuk :
a. Mendapatkan data yang cukup mengenai masalah medis pasien
(termasuk adanya keterbatasan kemampuan fisik maupun mental dalam
mematuhi regimen pengobatan).
b. Mendapatkan data yang akurat tentang obat-obat yang digunakan
pasien, termasuk obat non resep.
c. Mendapatkan informasi mengenai latar belakang sosial budaya,
pendidikan dan tingkat ekonomi pasien/keluarga.
6. Informasi yang dapat diberikan kepada pasien/keluarga adalah yang
berkaitan dengan perawatan pasien :
a. Assessment pendidikan pasien dan keluarga
b. Pendidikan kesehatan pengobatan,penggunaan obat-obatan yang aman,
kemungkinan nama obat, kegunaan obat, aturan pakai, teknik
penggunaan obat-obat tertentu ( contoh obat tetes, inhaler ),cara
penyimpanan, berapa lama obat harus digunakan dan kapan obat harus
ditebus lagi, apa yang harus dilakukan terjadinya efek samping yang
akan dialami dan bagaimana cara mencegah atau meminimalkan,
meminta pasien/keluarga untuk melaporkan jika ada keluhan yang
dirasakan pasien selama menggunakan..
c. Pendidikan kesehatan dalam manajemen nyeri
d. Pendidikan kesehatan tentang diet
10
e. Pendidikan kesehatan tentang penggunaan peralatan medis
f. Pendidikan kesehatan proses penyakit
g. Pendidikan kesehatan pre operasi ( informed consent )
Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien& keluarganya
berkaitandengan kondisi kesehatannya
11
3. Saat pasien mengantri untuk dilakukan pemeriksaan di poliklinik (
minimal sebulan sekali tim PKRS mengadakan penyuluhan secara
kelompok) pemberian informasi dan edukasi dilakukan segera, jika
kondisi dan situasinya memungkinkan pemberian informasi pelayanan
di rumah sakit yang dapat membantu pasien/keluarga berpartisipasi
dalam membuat keputusan tentang pelayanannnya terbagi dalam
beberapa unit kerja :
a. Bagian informasi dan tempat pendaftaran pasien informasi
pelayanan kesehatan yang bersifat umum meliputi:
Fasilitas pelayanan yang dimiliki rumah sakit
Fasilitas dan tarif kamar perawatan
Daftar dokter yang mempunyai surat izin praktik dan yang
merawat di rumah sakit
Informasi prosedur pengurusan resume medis dan surat
menyurat lainnya
Tata tertib dan peraturan rumah sakit
b. Dokter Instalasi gawat darurat, dokter poli umum dan spesialis,
dokter gigi, dokter anestesi dan dokter penanggung jawab
pelayanan yang menjelaskan tentang berikut:
Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa
tidak nyaman/sakit saat pemeriksaan)
Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis
Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk
menentukan diagnosis, termasuk manfaat, resiko, serta
kemungkinan efek samping atau komplikasi.
Hasil dan interprestasi dari tindakan medis yang telah dilakukan
untuk menegakkandiagnosis
Diagnosis
Pilihan tindakan medis untuk tujuan terap (kekurangan dan
kelebihan masing-masing cara)
Prognosis
Dukungan (support) yang tersedia
4. Unit rawat inap
Informasi pelayan kesehatan yang bersifat umum dan khusus meliputi
:
a. Rencana pelayanan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
12
b. Informasi tentang biaya perawatan, biaya pemeriksaan
penunjang, biaya obat, biayaoperasi, dan lain-lain
c. Jam kunjungan dokter
d. Prosedur persiapan operasi
e. Prosedur pemulangan pasien
5. Bagian Administrasi Informasi tentang biaya rumah sakit secara
keseluruhan.
6. Bagian penunjang seperti laboratorium
a. Rencana tindakan yang akan dilakukan
b. Biaya tindakan
c. Setelah pasien dan keluarga mendapatkan informasi pelayan
kesehatan yang jelas maka pasien atau keluarga membuat
keputusan tentang rencana pengobatan dan tindakan terhadap
dirinya sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh
rumah sakit.
d. Pemberian informasi dan edukasi mendapatkan data yang cukup
mengenai masalah medispasien ( termasuk adanya keterbatasan
kemampuan fisik maupun mental) dan mendapatkan informasi
mengenai latar belakang sosial budaya, pendidikan dan tingkat
ekonomi pasien dan/atau keluarga
e. Pada pasien yang mengalami kendala dalm berkomunikasi, maka
pemberian informasi dan edukasi dapat disampaikan kepada
keluarga ataun pendamping pasien atas seizin pasien
f. Informasi dan edukasi disampaikan kepada pasien sebanyak yang
dikehendaki pasien, yang dokter atau staf lain merasa perlu untuk
disampaikan, dengan memperhatikan kesiapanmental pasien,
informasi dan edukasi disampaikan kepada keluarga pasien
sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang
diperlukan tenaga kesehatan agar dapatmenentukan tindakan
selanjutnya
g. Penyampaian informasi dan edukasi dapat dilakukan di :
1. Di ruang praktik dokter
2. Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat
3. Di ruang edukasi.
4. Di tempat lain yang pantas atas persetujuan bersama
pasien/keluarga dan dokter atau staf lain.
7. Cara menyampaikan dan edukasi
13
a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung,
tidak melalui telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan
yang dikirim melalui pos, facsimile, SMS (shortmessage service)
atau internet.
b. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang
pasien dan/atau keluarga.
c. Persiapan meliputi :
1. Materi yang akan disampaikan
2. Kondisi lingkunagan perlu di perhatikan untuk membuat
pasien dan/atau keluarga merasanyaman dan bebas, antara
lain :
Dilakukan dalam ruang khusus atau yang dapat menjamin
privasi
Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien
untuk kenyamanan mereka.
Penempatan meja, kursi atau barang-barang lain
hendaknya tidak menghambat komunikasi
Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering ada
instruosi (contoh : pemberi informasi atau edukasi tidak
menerima telepon atau mengerjakan pekerjaan lain saat
sedang menyampaikan materi)
3. Waktu yang cukup
4. Mengetahui orang yang akan hadir ( sebaiknya pasien
ditemani oleh keluarga orang – orang yang ditunjuk, bila
hanya keluarga yang hadir sebaiknya lebih dari satu orang)
d. Menilai sejauh mana pengertian pasien dan/atau tentang hal yang
akanmembicarakan
e. Menanyakan kepada pasien dan /keluarga, sejauh mana informasi
yang diinginkan dan mengamati kesiapan pasien dan/ atau
keluarga menerima informasi yang akan diberikan.
8. Cara menyampaikan berita atau kabar buruk (diadaptasi dari buckman,
1992) S-P-I-K-E-S
a. Setting Listening Skill
Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, perlu adanya
persiapan untuk menjamin kelancaran penyampaian informasi
kepada pasien, sebagai berikut :
1. Persiapan diri sendiri
14
a. Dokter atau petugas yang menyampaikan kabar buruk
mempersiapkan mental terlebih dahulu agar tidak larut dalam
emosi pasien nantinya, namun tetap berempati sebagaimana
mestinya.
b. Petugas memperkenalkan diri
c. Yang harus dihindari : tampak nervous di hadapan
pasien,bahkan sebelum menyampaikan kabar buruk
d. Tips : Siapkan tisu di saku, untuk diberikan kepada pasien
bila pasien menangis.
2. Privasi pasien
a. Penyampaian kabar buruk tidak boleh dilakukan di tempat
yang ramai atau banyak orang
b. Penyampaian di lakukan ditempat yang tertutup seperti
ruang praktek atau dengan menutup tirai di sekeliling tempat
tidur
3. Melibatkan pendamping
a. Untuk menghindari kesalahan kurang baik yang dapat
muncul bila pasien dan dokter di tempat tertutup (untuk
menjaga privasi), di perlukan selalu pendamping .
b. Memperkenalkan pendamping kepada pasien
c. Yang dapat menjadi pendamping yaitu keluarga terdekat
yang ditunjuk oleh pasien atau pihak lain yang menjadi wali
atau yang bertanggung jawab atas pasien kalau kondisi
pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri
secara langsung (satu orang saja, apabila terlalu banyak
dapat menyulitkan dokter untuk menangani emosidan
persepsi banyak orang sekaligus) atau perawat yang ikut
terlibat menangani pasien tersebut.
4. Posisi duduk
a. Posisi pasien dan dokter atau member kabar buruk
sebaiknya setara dalam posisi duduk supaya dapat
menghilangkan kesan bahwa pemberi informasi berkuasa
atas pasien dan memojokkan pasien
b. Sebaiknya penghalang fisik seperti meja dihindari.duduk di
tepi tempat tidur pasien jauh lebih baik
15
5. Mendengarkan secara aktif
Sebelum menyampaikan kabar buruk, pemberi informasi
mempersiapkan kemampuan mendengarkan, secara perinci
meliputi:
a. Tidak memotong kata – kata pasien atau berbicara
tumpang tindih dengan pasien
b. Mengulangi kata-kata pasien atau memberikan tanggapan
untuk menunjukkan pemahaman terhadap apa yang ingin
disampaikan pasien
6. Afailebility
a. Dokter atau pemberi informasi harus ada ditempat mulai
awal hingga akhir penyampaikan kabar buruk
b. Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi seperti
sms, telepon, tamu dan lain-lain
b.Patien’s Perceptin
16
1. Menggunakan bahasa yang sama dan menghindari istilah
medis
2. Bila bahasa pasien berbeda dapat dibantu penerjemah yang
kompeten :
a. Penerjemah mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang
digunakan pasien
b. Penerjemah mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang
digumnakan dokter
c. Penerjemah dapat mengemas istilah medis kedalam bahasa
yang dimengerti pasien
d. Penerjemah bukan merupakan keluarga pasien
3. Menyampaikan informasi sedikit demi sedidkit (bertahap)
a. Menyampaikan informasi dengan intonasi yang jelas namun
lembut, tempo yang tidak terlalu cepat dengan jeda untuk
memberi kesempatan pada pasien dalam mencerna kalimat
yang diterima
b. Setiap menyampaikan sepenggal informasi , nilai ekspresi dan
tanggapan pasien. Pasien diberi waktu untuk bertanya
ataupun mengekspresikan emosinya
c. Bila kondisi pasien tampak memungkinkan untuk menerima
informasi tahapselanjutnya, maka penyampaikan informasi di
lanjutkan
d. Bila pasien tampak sangat terguncang dan tidak
memungkinkan untuk menerima lebih banyak informasi lagi,
penyampaikan ulang kabar buruk dipertimbangkan diberikan
di lain waktu sambil mempersiapkan pasien.
e. Explore emotion and empphatize
Expresi dan emosi pasien diamati dan dinilai sejauh mana
kondisinya, kondisi emosi tersebut dimengerti, bukan mengerti apa
yang dirasakan pasien namun lebih pada dapatmemahami bahwa apa
yang dirasakan pasien saat ini adalah suatu yang dapat dimaklumi
f. Summarize and strategies
Di akhir percakapan, percakapan diulang kembali secara keseluruhan :
1. Menyimpulkan “ kabar buruk” yang tadinya disampaikan secara
bertahap (sedikit- sedikit)
17
2. Menyimpulkan tanggapan yang diberikan pasien selama kabar
buruk disampaikan (tunjukkan bahwa dokter mendengarkan dan
mengerti apa yang disampaikan pasien)
3. Pasien diberi kesempatan bertannya
4. Memberikan feed back
5. Percakapan yang ada harus terdokumentasi dalam rekam medis
pasien dengan jelas :
a. Informasi yang telah dikatakan atau disampaikan dan kepada
siapa
b. Istilah yang diguanakan ( tumor, massa dan lain-lain)
c. Informasi spesifik mengenai pilihan terapi dan prognosis
d. Mendiskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk
yang telah di sampaikan pada pasien, mengajak pasien ikut
serta( pro aktif) dalam medikasi terhadap dirinya.
9. Pemberian edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien
yang membutuhkaninformasi dan edukasi lebih dari satu sub unit PKRS
yaitu pelayanan Medis (Dokter penanggung jawab pelayan atau dokter
jaga), keperawatan (perawat dan bidan), Gizi, rehabilitasi medis,
Farmasi, pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit
(PPIRS),customer Service, administrasi, rekam medis dan petugas
penunjang medis lainnya.
Kolaborasi tim dilakukan pada kasus kebidanan, pasca melahirkan, dan
perawatan bayi baru lahir. Dan juga kasus- kasus yang lain yaitu
penanganan penyakit kronis seperti diabetes mellitus, penyakit jantung,
obesitas, arthritis, ashma dan kasus – kasus bedah.
10.Edukator memiliki pengetahuan tentang materi yang akan diberikan,
memiliki raspatidan ketrampilan berkomunikasi secara efektif. Dalam hal
ini edukator harus berkompotendalam bidangnya.
11. Edukator perlu membina hubungan yang baik dengan pasien atau
keluarga agar tercipta rasa percaya terhadap peran edukator dalam
membantu mereka.
18
2. Bahan audovisual
Materi ini tidak tersedia secara mudah untuk digunakan di rumah
kecuali disiarkan diradio atau televisi
3. Bahan lainnya.
Sumber dari bahan materi ini adalah peralatan-peralatan dan materi-
materi yang digunakan pelayanan kesehatan untuk peningkatan
pengajaran
19
2. Pembiayaan
a. Mengembangkan dan menghasilkan bahan materi membutuhkan
banyak waktu dan dana.
b. Taksiran yang akurat dari biaya pengembangan materi promosi
kesehatan menjadi bagian dari proses perencanaan sehingga
pembiayaaan dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari
keseluruhan perencanaan dan program alokasi sumber daya.
4. Desain
a. Membuat ringkasan
Ringkasan menjelaskan secara rinci maksud bahan materi pendidikan
kesehatan, kepada siapa ditunjukkan, dan informasi apa yang harus
dimasukkan.
b. Menulis teks
Penerima edukasi yang berpotensial harus dapat mengingat ketika
teks telah ditulis.Dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang
sesuai.Kalimat yang pendek dengan tertulis harus diperiksa kembali
kemudahan membacanya.
c. Ilustrasi
Ilustrasi, bagan dan diagram dapat digunakan dalam segala jenis
materi dan edukasi, jugadapat mengasah kepahaman dan
meningkatkan pembelajaran.Banyak penerima edukator yang mampu
mengingat dengan lebih baik jika materi disajikan dalam bentuk
gambar-gambar atau diagram.
d. Pengaturan Letak atau Urutan
20
Bahan yang menarik disajikan dalam urutan logis, dan tidak hanya
akan meningkatkanminat pengguna tetapi juga berkonstribusi
terhadap pemahaman dan pembelajaran selanjutnya. Pada semua
jenis materi, kunci dari informasi harus diringkas dan diulang secara
berkala untuk meningkatkan pemahaman pengguna dan membantu
mereka agar focus pada bagian yang paling penting.
e. Menguji Hasil
Pengujian hasil materi harus sering dilakukan dengan melibatkan
ulasan pengamat dan pengujian oleh penerima edukai.
f. Perbaikan (edit)
Pada setiap tahap semua materi harus diperbaiki secara hati-hati,
memeriksa materi dan mengubah yang perlu saja sehingga pesan
dapat disampaikan dan orang lain mengerti apa yang dimaksudnya.
g. Pengadaan (memperbanyak hasil)
Penyalinan merupakan langkah yang mudah untuk memperbanyak
hasil dalam nilai yang sedikit. Untuk selebaran yang banyak
pencetakan akan lebih mudah dilakukan dengan menggunakan alat
bantu seperti mesin fotocopi.
h. Evaluasi
Evaluasi materi harus dilakukan untuk menentukan keefektifian,dalam
membantu orang-orang dalam memahani dan belajar tentang
informasi yang baru. Agar materi yang akan disampaikan kedepannya
menjadi lebih baik dengan melihat acuan dari hasil evaluasi
sebelumnya.
21
BAB IV
DOKUMENTASI
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi
formulir informasi dan edukasi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan
pasien atau keluarga pasien.Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga
pasien sudah diberikan informasi dan edukasi yang benar.
22
14. Catatan perintah atau komunikasi lisan lewat telepon antar petugas medis (perawat
konsultasi ke dokter atau konsultasi antar dokter) menggunakan formula SBAR
dicatat dalam Rekam Medis Pasien (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).
23
BAB V
PENUTUP
Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi kepada Pasien dan Keluarga ini
dijadikan sebagai acuan standar dalam pelaksanaan pemberian informasi atau
pendidikan kepada pasien dan keluarga di RSIA Fatma Bojonegoro dan dapat
dikembangkan sesuai kebutuhan informasi dan edukasi serta sasaran penyampaian
informasi dan edukasi yang akan dilaksanakan.
24