A. PENDIDIKAN KESEHATAN
Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang
program – program kesehatan yang lain. Akan tetapi, pengakuan ini tidak didukung oleh kenyataannya.
Artinya, dalam program – program pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan, tetapi
kurang memberikan bobot. Argumentasi mereka adalah karena pendidikan kesehatan itu tidak segera dan
jelas memperlihatkan hasil. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan itu tidak membawa manfaat bagi
masyarakat dan tidak mudah dilihat atau diukur. Hal ini memang benar karena merupakan ‘ behavioral
investmen’ jangka panjang. Hasil investasi pendidikan kesehatan baru dapat beberapa tahun kemudian.
Dalam waktu yang pendek ( immediate impact) pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Sedangkan peningkatan pengatahuan saja belum akan
berpengaruh langsung terhadap indikator kesehatan.
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (
intermediate impact ) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada
meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran ( outcome ) pendidikan kesehatan. Hal ini
berbeda dengan program kesehatan yang lain, terutama program pengobatan yang dapat langsung
memberikan hasil ( immediate impact ) terhadap penurunan angka kesakitan.
Kemudian berturut – turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua, pelayanan
kesehatan. Bagaimana proporsi pengaruh factor – factor tersebut terhadap status kesehatan di
negara – negara berkembang, terutama Indonesia, belum ada penelitian. Apabila dilakukan
penelitian mungkin hasilnya berbeda – beda tergantung masyarakatnya.
Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa mausia sebagai makhluk sosia dalam
kehidupannya unuk mencapai kelebihan ( lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tau
dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau
masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Kegiatan proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Seseoarang
adapat dikatakan belajar apabila dalam dirinya teradi perubahan, dar tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak dapat menegrjakan menjadi dapat menegerjakan sesuatu. Namun demikian, tidak
semua perubahan semacam itu terjadi dapat berjalan. Perubahan ini terjadi bukan hasil proses
belajar, tetapi karena proses kematangan.kegiatan belajar mempunyai cirri- cirri :
Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok atau
masyarakat yang sedang belajar, baik actual maupun potensial. Cirri kedua dari hasil belajar
adalah bahwa perubahan tersebut didapatka karena kemampuan baru yang berlaku untuk
waktu yang relative lama. Cirri ketiga adalah bahwa perubahan terjadi karena usaha yang
didasari bukan karena kebetulan.
Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan kesehatan itu juga
proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dan tidak tahu tentang nilai
kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah – masalah kesehatannya
sendiri menjadi mampu, fan lain sebagainya.
Disamping konsep pendidikan kesehatan tersebut, para ahli pendidikan kesehatan juga telah
mencoba membuat batasan tentang pendidikan kesehatan yang berbeda – beda, sesuai dengan
konsep mereka masing – masing tentang pendidikan. Batasan – batasan yang sering dijadikan
acuan antara lain dari : Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO, dan sebagainya.
Perbedaan pendidikan dan promosi kesehatan hanya pada penekanan saja. Apabila
pendidikan kesehatan dalam mencapai perubahan perilaku masyarakat ditekan pada factor
predisposisi perilaku, dengan pemberian informasi atau peningkatan pengetahuan dan sikap.
Sedangkan promosi kesehatan upaya perubahan perilaku hidup sehat masyarakat, tidak hanya
ditujukan kepada factor predisposisi atau peningkatan pengetahuan dan sikap saja, tetapi juga
terhadap factor yang lain, yakni “enabling” ( pemungkin) dan “ reinforcing” (penguat).
Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan, tidak terlepas dari sejarah
praktik dan praksis pendidikan kesehtan masyarakat di Indonesia maupun di negara – negara
berkembang lainnya. Praksis pendidikan kesehatan pada umumnya terlalu menekankan
perubahan perilaku masyarakat, dengan memberikan informasi atau penyuluhan kesehatan
melalui berbagai media dan tekhnilogi pendidikan dengan harapan masyarakat akan
berperilaku hidup sehat tersebut sangat lamban, sehingga dampaknya terhadap pendidikan
kesehatan masyarakar sangat kecil. Oleh sebab itu dengan penggunaan promosi kesehatan
sebagai revitalisasi pendidikan kesehatan ini akan lebih baik lagi praktik dan hasilnya.
1. Dimensi sasarana.
a. Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individual
d. Pendidikan kesehatan di tempat – tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan.
Dalam program ini imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindunagan khusus ini
pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama di negara – negara berkembang.
d. Diagnosis dini dan pengobatan segera ( early diagnosis and promt treatment )
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit,
maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain,
mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapatmengakibatkan orng yang bersangkutan cacat
mengalami ketidakmampuan.
e. Rehabilitatif ( rehabilitation )
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang – kadang orng menjadi cacat. Untuk
memulihkan cacatnya tersebut kadang – kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan –
latihan yang dianjurkan.
a. Komunikasi
Komunikasi (terutama komunikasi kesehatan) paralel dengan pendidikan (promosi
kesehatan). Karena komunikasi merupakan kegiatan untuk mengondisikan faktor –
faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan
dan penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negatif tentang penyakit, makanan,
lingkungan dan sebagainya, mereka tidak berperilaku sesuai dengan nilai – nilai
kesehatan.untuk itu diperlukan komunikasi dan informasi – informasi tentang kesehatan.
b. Dinamika kelompok
Dinamika kelompok adalah salah satu metode pendidikan kesehatan yang efektif untuk
menyampaikan kesehatan kepada sasaran pendidikan. Oleh sebab itu, dinamika
kelompok diperlukan juga dalam mengondisikan faktor – faktor predisposisi perilaku
kesehatan, dan harus dikuasai oleh setiap petugas kesehatan.
Dalam rangka pendidikan kesehatan, pemasaran sosial diperlukan untuk intervensi dalam
faktor- faktor pendukung dan pendorong dalam perubahan perilaku masyarakat.
f. Pengembangan organisasi
Semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis dan tingkatnya pada dasarnya adalah
pendidik kesehatan ( Health Educator ). Untuk itu maka petugas kesehatan harus
mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai – nilai kesehatan. Demikian pula
petugas lain atau tokoh masyarakat, juga merupakan panutan perilaku dalam ( termasuk
) perilaku kesehatan. Oleh sebab itu mereka harus mempunyai sikap dan perilaku positif.
Untuk mencapai hal tersebut, petugas kesehatan dan para petugas lain harus memperoleh
pendidikan dan pelatihan khusus tentang kesehatan atau pendidikan kesehatan dan ilmu
perilaku. Maka dari itu, mahasiswa kesehatan harus memperoleh keterampilan
pendidikan dan pelatihan.
Fungsi media dalam pendidikan adalah sebagai alat peraga untuk menyampaikan
informasi tentang kesehatan. Oleh sebab itu mahasiswa kesehatan mahasiswa harus
menguasai teknik – teknik pengembangan media.
k. Sosiologi kesehatan
Petugas kesehatan juga perlu mendalami tentang aspek – aspek sosial masyarkat dan
oleh karenanya mereka harus menguasai sosiologi, terutama sosiologi kesehatanl.
l. Psikologi.
Psikologi merupakan dasar dari ilmu perilaku untuk memahami perilaku individu,
kelompok, maupun masyarakat, maka tidak lepas dari mempelajari psikologi.
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat, dan kelompok atau individu
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya
pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan kata
lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku sasaran.
Dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan
yaknik perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor- faktor yang
mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga metode
materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat – alat
bantu/alat peraga. Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor- faktor tersebut
haru bekerjasama secara harmonis. Hal ini berarti bahwa masukan (sasaran pendidikan )
tertentu harus menggunakan cara tertentu pula, materi juga harus disesuaikan dengan
sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan diseesuaikan. Untuk sasaran kelompok,
metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Untuk sasaran
massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya.
b. Kelompok kecil.
1. Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara
peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan
pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga
diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
Alat peraga yang complicated ( rumit ), seperti film, filmstrip, slide, yang memerlukan listrik
dan proyektor
Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan – bahan setempat yang
mudah diperoleh : bambu, karton, kaleng bekas, kertas koran, dsb. Beberapa contoh alat peraga
yang dapat digunakan di berbagai tempat :
• Dirumah tangga seperti leaflet, model buku bergambar, dan benda –benda yang nyata.
• Dikantor dan sekolah seperti papan tulis, flipcart, poster , buku cerita, boneka
• Dimasyarakat, poste, spanduk ,leaflet, flanelgraph.
Ciri – ciri alat peraga kesehatan yang sederhana :
• Mudah dibuat
• Bahan- bahannya dapat diperoleh dari bahan – bahan lokal
• Mencerminkan kebiasaan, kehidupan , dan kepercayaan setempat
• Ditulis ( digambar dengan sederhana )
• Bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat setempat
• Memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.
2. Media Elektronik
F. PERILAKU KESEHATAN
1. Konsep Perilaku
Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil
hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respons). Ia membagi respons menjadi 2
b. Operant Respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan berkembang
diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau
reinforcer, karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah
dilakukan oleh organisme. Oleh karena itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau
memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan. Contoh : Apabila seorang anak
belajar atau telah melakukan suatu perbuatan, kemudian memperoleh hadiah, maka ia akan
menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata
lain, responsnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.
2. Perilaku Kesehatan
Yaitu suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup
4 (empat) :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia merespons, baik
pasif (mengetahui, mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya maupun di luar
dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit
tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkatan-
tingkatan pencegahan penyakit, misalnya : perilaku pencegahan penyakit (health prevention
behavior), adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya : tidur dengan
kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi,dll. Persepsi adalah sebagai
pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra.
Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health
behavior) sebagai berikut :
1. Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk juga
tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan,
sanitasi, dan sebagainya.
2. Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang individu yang merasakan sakit, untuk merasakan merasakan dan mengenal keadaan
kesehatannya atau rasa sakit, termasuk kemampuan atau pengetahuan individu untuk
mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakuakan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini
disamping berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap
orang lain, terutama anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab
terhadap kesehatannya.
3. Bentuk Perilaku
Secara lebih operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang
terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons berbentuk 2 (dua) macam :
a. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak
secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misal tanggapan atau sikap batin dan
pengetahuan. Misalnya ; seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu mencegah suatu penyakit
tertentu, meski ia tak membawa anaknya ke puskesmas, seseorang yang menganjurkan orang
lain untuk ber-KB, meski ia tidak ikut KB. Dari contoh di atas ibu itu telah tahu guna imunisasi
dan orang tersebut punya sikap positif mendukung KB, meski mereka sendiri belum melakukan
secara konkret terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih
terselubung (covert behavior).
b. Bentuk aktif, yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya pada
kedua contoh di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi dan orang
pada kasus kedua sudah ikut KB dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena itu
perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut ”overt behavior”.
a. Menurut Bloom
1. Perilku kognitif (kesadaran, pengetahuan)
2. Afektif (emosi )
3. Psikomotor (gerakan, tindakan)
c. Ahli-ahli lain
a. Knowledge (pengetahuan), yaitu hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan (rasa, lihat, dengar, raba, bau) terhadap suatu obyek tertentu.
b. Attitude (sikap), yaitu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau obyek. Ahli lain menyatakan kesiapan/kesediaan seseorang untuk bertindak.
c. Practice (tindakan/praktik). Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Sikap ibu yang positif
terhadap imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas
imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor
fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari fihak lain, misal suami atau istri, orang
tua atau mertua, sangat penting untuk mendukung praktek keluarga berencana.
Kesehatan merupakan hasil interksi berbagai faktor, baik faktktot internal maupun
eksternal. Faktor eksternal terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari
berbagai faktor, antara lain sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik,
ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Secara garis besar, faktor – faktor yang
mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok, maupun masyarakat, dikelompokkan
menjadi 4 ( Blum, 1974 ). Berdasarkan urutan besarnya pengaruh terhadap kesehatan
teresebut adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, lingkungan,
dsb.
2. Perilaku
3. Pelayanan kesehatan
4. Hereditas ( keturunan )
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat sangat diperlukan pendidikan
kesehatan. Pendidikan masyarakat akan diberikan atau di informasikan oleh tenaga
kesehatan . Oleh sebab itu seluruh tenaga kesehatan hendaknya dapat melakukan
kegiatan tersebut, seperti memberikan penyuluhan kepada masyarakat,memberikan
bimbingan atau pelatihan kepada kader – kader di dalam ruang lingkup masyarakat.
Dengan adanya pendidikan kesehatan dalam masyarakat hendaknya akan mempengaruhi
atau merubah sikap dan perilaku masyarakat tersebut yaitu (PHBS).
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
pemakalah mohon saran agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pemakalah dan pembaca.