Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENDIDIKAN KESEHATAN DAN PERUBAHAN PERILAKU

MATA KULIAH PROMOSI KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU :

Tut Wuri Prihatin, S.Kep, M.Kes

DISUSUN OLEH :

1. Evlin Nurul Aeni 1901009

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES KARYA HUSADA

SEMARANG

2019/2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani yaitu

Asclepius dan Higeia.Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagaiseorang
dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah
atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati pe
nyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik.

Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu danSeni:
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha
Pengorganisasian masyarakat “ untuk :

a. Perbaikan sanitasi lingkungan


b. Pemberantasan penyakit-penyakit menularc.
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangand.
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dinidan
pengobatan.
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhanhidup
yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan senimemelihara,
melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat.

Dari batasan kedua di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluasdari hanya
berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai
dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat. Untuk
itu perlu adanya pendidikan kesehatan agar kesehatan masyarakat dapat lebih ditingkatkan dandilak
sanakan oleh masyarakat. Oleh karena itu penulis ingin membahasnya dalam makalah ini dengan
judul “PENDIDIKAN DAN PERILAKU KESEHATAN”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembahasan yang akan penulis buat adalah sebagai berikut:.

1. Apa pengertian pendidikan kesehatan?


2. Apa saja prinsip-prinsip pendidikan kesehatan? 
3. Bagaimana ruang lingkup pendidikan kesehatan?
4. Apa saja metode dalam pendidikan kesehatan?
5. Apa saja alat bantu dan media yang dipakai dalam pendidikan kesehatan?
6. Apa pengertian perilaku kesehatan?
7. Bagaimana domain perilaku kesehatan?
8. Bagaimana perubahan-perubahan perilaku kesehatan?
9. Apa saja bentuk-bentuk perilaku kesehatan?

Tujuan
Untuk mengetahui pengertian pendidikan kesehatan, prinsip-prinsip pendidikan kesehatan, ruang
lingkup pendidikan kesehatan, metode dalam pendidikan Kesehatan, alat bantu dan media yang
dipakai dalam pendidikan Kesehatan, pengertian perilaku kesehatan, domain perilaku Kesehatan,
perubahan-perubahan perilaku Kesehatan, bentuk-bentuk perilaku kesehatan
II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Kesehatan

            Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol dam

memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang direncanakan untuk individu, kelompok atau

masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan-perubahan secara suka rela

dalam tingkah laku individu (Entjang, 1991)

            Wood dikutip dari Effendi (1997), memberikan pengertian pendidikan kesehatan

merupakan sejumlah pengalaman yang berpengaruh menguntungkan secara kebiasaan, sikap dan

pengetahuan ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan, masyarakat, dan bangsa.

Kesemuanya ini, dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya secara suka rela perilaku

yang akan meninhkatkan dna memelihara kesehatan.

            Menurut Stewart dikutip dari Effendi (1997), unsur program ksehatan dan kedoktern yang

didalamnya terkandung rencana untuk merubah perilaku perseorangan dan masyarakat dengan

tujuan untuk membantu tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan

peningkatan kesehatan.

            Menurut Ottawwa Charter (1986) yang dikutip dari Notoatmodjo S, memberikan pengertian

pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang

sempurna, baik fisik, mental dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal dan

mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial, budaya, dan

sebagainya).

            Dapat dirumuskan bahwa pengertian pendidikan kesehatan adalah upaya untuk

memengaruhi, dan atau memengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, agar

melaksanakan perilaku hidup sehat. Sedangkan secara operasional, pendidikan kesehatan


merupakan suatu kegiatan untuk memberikan dn atau meningkatkan pengetahuan, sikap, an

praktik masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri

(Notoatmodjo, 2003)

B. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan yang lain. Tetapi initidak sesuai
dengan kenyataannya. Dalam program-program pelayanan kesehatan kurangmelibatkan pendidikan
kesehatan. Meskipun sudah melibatkan namun kurang
memberikan bobot. Argument mereka adalah karena pendidikan kesehatan tidak segera dan jelasm
emperlihatkan hasil. Pendidikan kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi masyarakat, dan
yang mudah dilihat atau diukur. Pendidikan adalah merupakan “BehavioralInvestment” jangkan
panjang. Hasil investment pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian.
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangkamenengah
(intermediate impact) dari pendidikan kesehatan.

a.Peranan Pendidikan Kesehatan

  Ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepadaH.L.Blum.


Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadapstatus
kesehatan. Disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua. Pelayanan kesehatan, danketurunan
mempunyai andil kecil terhadap status kesehatan.

Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi 3faktor pokok
yakni :

1. Faktor-faktor prediposisi (predisposing factors)


2. Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors)
3. Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors)
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan pendidikan kesehatanadalah
melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu kelompok ataumasyarakat
sesuai dengan nila-nilai kesehatan. Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalahsuatu usaha ntuk
menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuaidengan tuntutan nilai-
nilai kesehatan

b.Konsep Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidangkesehatan.


Pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan.Konsep dasar
pendidikan adalah proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi
proses pertumbuhan, perkembangan, atauperubahan yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih mata
ng pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Berangkat dari suatu asumsi bahwa manusiasebag
ai makhluk social dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup didalam masyarakat selalu
memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa,lebih pandai, lebih
mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorangindividu, kelompok
atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan dari tidaktahu
menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu.Kegiatan belajar tiu
mempunyai ciri-ciri :

1) Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan diri pada individu, kelompok
ataumasyarakat yang sedang belajar, baik actual maupun potensial
2) Hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena kemampuan baru
yang berlaku untuk waktu yang relative lama
3) Perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan karena kebetulan
Bertolak dari konsep pendidikan, maka konsep pendidikan kesehatan itu juga
proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan
menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadimampu
dan lain sebagainya.

Pendidikan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu,kelompok atau
masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (Prilaku) nya/mereka untukmencapai
kesehatannya/mereka secara optimal. Batasan-batasan konsep pendidikan kesehatanyang sering
dijadikan acuan antara lain dari : Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO dan lainsebagainya.

c.Proses Pendidikan Kesehatan

Pokok dari pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Kegiatan belajar terdapat tiga persalan
pokok, yakni :

1. Persoalan masukan (input)


Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah menyangkut sasaran belajar(sasaran
didik) yaitu individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri
dengan berbagai latar belakangnya.
2. Persoalan proses
Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan
(prilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbale balik 
antara berbagai faktor, antara lain : subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator) meto
de danteknik belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari.
3. Keluaran (output)
Keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau
perubahan perilaku dari subjek belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam 4 kelompok besar, yakni :Faktor
materi (bahan mengajar), lingkungan, instrumental, dan subjek belajar. Faktorinstrumental ini terdiri
dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-
alat peraga, dan perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode belajar,
organisasi dansebagainya

C. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi antara lain

1. Dimensi sasaran pendidikanDari dimensi ini dapat di kelompokkan menjadi 3 yakni:


a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c. Pendidikan kesehatan masyrakat dengan sasarn masyarakat
2. Dimensi tempat pelaksanaanDapat berlangsung di berbagai tempat, misalnya:
a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid
b. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran pasien
ataukeluarga pasien, di Puskesmas dan sebagainya
c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan
yang bersangkuta
3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatanPendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan
lima tingkat pencegahan (five levels of presentation) dari leavel and clark, sebagai berikut:
a. Promosi kesehatan
Dalam tingkat ini pendidikan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan
hidup, perbaikan sanitasi lingkungan hygiene perorangan, dan sebagainya
b. Perlindungan khusus (Specifik Protection)
Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini
pendidikankesehatan sangat diperlukan terutama dinegara-negara berkembang. Hal ini
karena kesadaranmasyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan
terhadap penyakit pada dirinyamaupun pada anak-anaknya masih rendah
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera
Dikarenakan rendahnya pngetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit,maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi dalam masyarakat.
d. Pembatasan Cacad (Disability Limitation)
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang
bersangkutan cacadatau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga
diperlukan pada tahap ini.
e. Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit, seringkali seseorang tidak mau melakukan latihan-latihanuntuk
pemulihannya, untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan

D. Metode Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untukmenyampaikan
pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Adanya pesantersebut, masyarakat,
kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatanyang lebih baik. Dengan
kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibatterhadap perubahan perilaku
sasaran.

Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut mempunyaimasukan
(input) dan keluaran (output). Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu
proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidik atau
petugas yang melakukannya, dan alatalat bantu / alat peraga pendidikan. Agar tercapai suatuhasil
yang optimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis.

Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa (public).

a) Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini
digunakanuntuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada
suatuperubahan perilaku atau inovasi. Misalnya seorang ibu yang baru saja menjadi aksepto
r atau seorang ibuhamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja
memperolehmendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu ter
sebut menjadi akseptor yanglestari atau ibu hamil tersebut segera minta imunisasi maka
harus didekati perorangan. Dasardigunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena
setiap orang mempunyai masalahatau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut.Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :
1. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)
2. Interview (Wawancara)
b)  Metode Pendidikan Kelompok 
1) Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari
15 orang.Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain :
1. Ceramah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah :
 Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi
dari yang akandiceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan
diri dengan :
 Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi
kalau disusun dalam diagramatau skema.
 Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah singkat,
slide, transparan, soundsystem, dan sebagainya.
 Pelaksanaan
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah
tersebut dapatmenguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran
(dalam arti psikologis), penceramahdapat melakukan hal-hal sebagai
berikut :
 Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-
ragu dan gelisah.
 Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
 Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
 Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk.
 Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal mungkin.
2. Seminar 
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli
tentangsuatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat. Metode inihanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas.
2) Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok
kecil.Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain :
1. Diskusi Kelompok 
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi
dalamdiskusi maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga
mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya
dalam bentuk lingkaran atausegi empat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-
pancingan berupa pertanyaanpertanyaan atas kasus sehubungan dengan topik yang 
dibahas. Agar terjadidiskusi yang hidup, pemimpin kelompok harus mengarahkan
dan mengatur sedemikian rupasehingga semua orang dapat kesempatan berbicara
sehingga tidak menimbulkan dominasi darisalah seorang peserta.
2. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama
denganmetode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin
kelompok memancingdengan satu masalah kemudian tiap peserta memberikan
jawaban-jawaban atau tanggapan (cara pendapat).
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart
atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh
diberi komentar olehsiapa pun. baru setelah semua anggota mengeluarkan
pendapatnya, tiap anggota dapatmengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi.
3. Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang, 2 orang). Kemudian
dilontarkansuatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit, tiap 2
pasang bergabung menjadi 1.Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan
mencarikesimpulannya.Kemudiantiap2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang in
i bergabung lagi dengan pasangan lainnya dandemikian seterusnya akhirnya terjadi
diskusi seluruh kelas.
4. Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group)
kemudiandilontarkan suatu permasalahan sama / tidak dengan kelompok lain dan
masing-masingkelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan
dari tiap kelompok tersebutdan dicari kesimpulannya.
5. Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peranantertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas,
sebagaiperawatatau bidan dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pas
ien atau anggota masyarakat.Mereka meragakan misalnya bagaimana interaksi /
komunikasi sehari-hari dalam melaksanakantugas.
6. Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan diskusi
kelompok.Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan
seperti permainan monopoli.Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli
dengan menggunakan dadu, gaco(penunjuk arah), selain beberan atau papan main.
Beberapa orang menjadi pemain dan sebagianlagi berperan sebagai nama sumber.
c) Metode Pendidikan Massa (Public)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesankesehatan
yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka cara yang paling
tepat adalah pendekatan massa.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaranmasyarakat
terhadap suatu inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan perubahan
perilaku. Namun demikian bila sudah sampai berpengaruh terhadap perubahan perilaku
adalah wajar.Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung.
Biasanyamenggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara lain :
1. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, menteri
kesehatanatau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk
menyampaikan pesan- pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk
pendekatan massa. 
2. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio,
padahakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
3. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang
suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan pe
ndekatan pendidikan kesehatan massa. Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo" di televi
si pada waktuyang lalu.
4. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan
pendidikankesehatan massa.
5. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab
/konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan bentuk pendekatan
pendidikankesehatan massa.
6. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya adalah juga
bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo ke Posyandu"
E. Alat Bantu dan Media Pendidikan Kesehatan

1. Alat Bantu (peraga)

a. Pengertian
Yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidikdalam
menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran.
alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada
suatuobjek sehingga mempermudah persepsi.
Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam dan sekaligusmenggambarkan
tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut.
Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan
kesehatandapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan
orang tersebutdengan dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat lebih
mengerti faktakesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa
bernilainya kesehatanitu bagi kehidupan.
b. Faedah Alat Bantu Pendidikan
Secara terperinci, faedah alat peraga antara lain sebagai berikut :
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3) Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.
5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima
kepada oranglain.
7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan / informasi oleh para pendidik /
pelaku pendidikan.
8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
9) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan
akhirnyamemberikan pengertian yang lebih baik.
10) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima sesuatu
yang baru,manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa.
c. Macam-Macam Alat bantu Pendidikan
Pada garis besarnya, hanya ada 2 macam alat bantu pendidikan (alat peraga):
1) Alat Bantu Lihat (Visual Aids)Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi indera
mata (penglihatan) pada waktuterjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
 Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dansebagainya.
 Alat-alat yang tidak diproyeksikan :
1. Dua dimensi, gambar, peta, bagan, dan sebagainya.
2. Tiga dimensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.
2) Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids) Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi
inderapendengarpadawaktuproses penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misaln
ya piringan hitam, radio, pita suara, dansebagainya.
3) Alat Bantu Lihat-DengarSeperti televisi dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini
lebih dikenal denganAudio Visual Aids (AVA).Disamping pembagian tersebut, alat peraga
juga dapat dibedakan menjadi 2 macammenurut pembuatannya dan penggunaannya.
 Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip slide dan
sebagainya yangmemerlukan listrik dan proyektor
 Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan
setempat yangmudah diperoleh, seperti bambu, karton, kaleng bekas, kertas
koran, dan sebagainya. Beberapacontoh alat peraga yang sederhana yang dapat
dipergunakan di berbagai tempat, misalnya :
 Di rumah tangga seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda
yang nyata seperti buah- buahan, sayur-sayuran, dan sebagainya.
 Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan tulis, flipchart,
poster, leaflet, buku cerita bergambar, kotak gambar gulung, boneka
dan sebagainya.
 Di masyarakat umum, misalnya poster, spanduk, leaflet, fanel graph,
boneka wayang, dansebagainya.
Ciri-ciri alat peraga kesehatan yang sederhana antara lain :

 Mudah dibuat
 Bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal
 Mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat.
 Ditulis (digambar) dengan sederhana.
 Bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat.
 Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.
d. Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan
Menggunakan alat peraga harus didasari pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang
akandicapai alat peraga tersebut.
1) Individu atau kelompok.
2) Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dan
sebagainya.
3) Bahasa yang mereka gunakan.
4) Adat-istiadat serta kebiasaan.
5) Minat dan perhatian.
6) Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.Tempat
memasang (menggunakan) alat-alat peraga :
a) Didalam keluarga antara lain dalam kesempatan kunjungan rumah, waktu menolong
persalinan,merawat bayi atau menolong orang sakit dan sebagainya.
b) Di masyarakat, misalnya seperti pada waktu perayaan hari-hari besar, arisan-arisan,
pengajaran,dan sebagainya; serta dipasang juga di tempat-tempat umum yang
strategis.
c) Di instansi-instansi, antara lain puskesmas, rumah sakit, kantor-kantor, sekolah-
sekolah, dansebagainya.
Alat-alat peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh :
1. Petugas-petugas puskesmas / kesehatan.
2. Kader kesehatan.
3. Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
4. Pamong desa.
e. Merencanakan dan Menggunakan Alat Peraga
Sebelum mempergunakan alat peraga lain sebagai pengganti benda-benda asli,
perluditelaah terlebih dahulu apakah penggunaan benda-benda asli memungkinkan
atautidak.Sebaliknya kalau tidak ada benda-benda asli maka dibuatlah alat peraga dari
benda-benda pengganti

F. Pengertian Perilaku Kesehatan

                        Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang               berkaitan

dengan sakit dan penyakit, system pelayanan

kesehatan,       makanan,serta                         lingkungan. Bentuk     dari perilaku tersebut ada dua

yaitu pasif dan aktif. Perilaku        pasif merupakan respon internal dan hanya dapat dilihat oleh

diri sendiri sedangkan     perilaku aktif dapat dilihat oleh orang lain.    Masyarakat memiliki

beberapa macam             perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut umumnya dibagi menjadi

dua, yaitu            perilaku sehat dan perilaku sakit. Perilaku sehat yang dimaksud yaitu

perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya tersebut. Perilaku


sehat           mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari dari penyakit

dan             penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab masalah (perilaku preventif).

Contoh        dari perilaku sehat ini antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah

raga        secara teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur.

                        Yang kedua adalah perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit

atau telah terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan            atau pemecahan

masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian             pelayanan kesehatan

(health   seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-         tindakan yang diambil seseorang

bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh             kesembuhan melalui sarana pelayanan

kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.

                        Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat

yang         berhubungan   dengan kesehatan menjadi tiga, yaitu:

1.      Perilaku kesehatan : hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatannya. Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-tindakan yang

dapat mencegah penyakit.

2.      Perilaku sakit : segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang merasa sakit,

untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Contoh pengetahuan

individu untuk memperoleh keuntungan.

3.      Perilaku peran sakit : segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang

sakit untuk memperoleh kesehatan.

                        Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan           paradigma

sehat. Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah             sakit adalah

tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke        rumah sakit. Ini

adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek            kuratif dan rehabilitatif.
Sedangkan paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek   promotif dan preventif, berpandangan

bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan        lebih murah dibandingkan pengobatan.
E.Domain Perilaku Kesehatan

Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.Benyamin
Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam 3domain (ranah /
kawasan) meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.

Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalamtujuan
suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilakutersebut yang
terdiri dari a) ranah kognitif (cognitive domain) b) ranah afektif (affective domain)c) ranah
psikomotor (psychomotor domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :

1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge).


2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).
3. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi
pendidikanyang diberikan (practice).
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domainkognitif,
dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objekdi luarnya.

Menurut Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional kita, ketiga kawasan perilakuini disebut
cipta (kognisi), rasa (emosi) dan karsa (konasi). Tokoh pendidikan kita inimengajarkan bahwa tujuan
pendidikan adalah membentuk dan atau meningkatkan kemampuanmanusia yang mencakup cipta,
rasa dan karsa tersebut. Ketiga kemampuan tersebut harusdikembangkan bersama-sama secara
seimbang sehingga terbentuk manusia Indonesia seutuhnya(harmonis).

a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukanpenginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia,yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusiadiperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknyatindakan seseorang (overt behaviour).
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran)
2. Interest (merasa tertarik)
3. Evaluation (menimbang-nimbang)
4. Trial dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yangdikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dansikapnya terhadap stimulus. 
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perila
ku tidak selalu melewati tahapan-tahapan tersebut diatas.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
dimanadidasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut
akan bersifatlanggeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dankesadaran akan tidak berlangsung lam.

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

1. Tahu (Know)
2. Memahami (Comprehension)
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yangmenanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengantingkat-
tingkat tersebut diatas.

b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atauobjek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut
:
"An enduring system of positive or negative evaluations, emotional feelings and pro or
conectiontendencies will respect to social object" (Krech et al, 1982)
"An individual's social attitude is an syndrome of respons consistency with regard to
socialobjects." (Cambell, 1950)
"A mental and neural state of rediness, organized through expertence, exerting derective
ordynamic influence up on the individual's respons to all objects and situations with which it
isrelated". (Allpor, 1954)
"Attitute entails an existing predisposition to respons to social abjects which in interaction
with situational and other dispositional variables, guides and direct the obert behavior of the
individual." (Cardno, 1955)
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapatlangsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikapsecara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu.Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai
3 komponen pokok, yakni :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude).Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi
memegang peranan penting.Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari
berbagai tingkatan, yakni :

1. Menerima (Receiving)
2. Merespons (Responding)
3. Menghargai (Valuing)
4. Bertanggung Jawab (Responsible)
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsungdapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu
objek. Misalnya bagaimana pendapat anda tentang pelayanan dokter di Rumah Sakit Cipto ?

c. Praktek atau Tindakan (Practice)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan (overt behavior).
Untukterwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatukondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.Tingkat-Tingkat Prakteka)
1. Persepsi 
2. Respon Terpimpin (Giuded Respons)
3. Mekanisme (Mecanism)d
4. Adaptasi (Adaptation)
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancaraterhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan
yang lalu (recall).Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
mengobservasi tindakan ataukegiatan responden.

F.Perubahan-perubahan Perilaku

Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau penyuluhan kes
ehatansebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Banyak teori tentang
perubahan perilaku ini, antara lain akan diuraikan dibawah.

a. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)


Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantungkepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.
Artinya kualitasdari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya
berbicara sangatmenentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau
masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnyasama
dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses
belajar pada individu yang terdiri dari :
1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. 
2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti
stimulusini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindakdemi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebutmempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang
dapatmelebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan
organisme.Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan
penting.

b. Teori Festinger (Dissonance Theory)


Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini sebenarnyasama
dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan
cognitivedissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh
ketegangan diriyang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi
keseimbangan dalam diriindividu maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi dan
keadaan ini disebutconsonance (keseimbangan).
Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat 2 elemenkognisi
yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan,
pendapat,atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek dan
stimulus tersebutmenimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda / bertentangan
didalam diri individu sendirimaka terjadilah dissonance.
Sherwood dan Borrou merumuskan dissonance itu sebagai berikut :
Pentingnya stimulus x jumlah kognitif dissonance
Dissonance = --------------------------------------------------------
Pentingnya stimulus x jumlah kognitif consonance
Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang
akanmenyebabkan perubahan perilaku terjadi disebabkan karena adanya perbedaan jumlah
elemenkognitif yang seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang serta
sama-sama pentingnya. Hal ini akan menimbulkan konflik pada diri individu tersebut.
c. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung
kepadakebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan
perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan
orang tersebut.Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
1. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental 
2. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri
dalammenghadapi lingkungannya.
3. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.
4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunialuar
individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut
kebutuhannya.Oleh sebab itu didalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-
menerus dan berubahsecara relatif.

d. Teori Kurt Lewin


Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan
yangseimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan
penahan(restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan
antara keduakekuatan tersebut didalam diri seseorang.
Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni:
1. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat.
Kekuatan Pendorong – Meningkat
Perilaku Semula -----------------------------------------
Kekuatan Penahan
Perilaku Baru
2. Kekuatan-kekuatan penahan menurun.
Kekuatan Pendorong
Perilaku Semula -----------------------------------------
Kekuatan Penahan - Menurun
Perilaku Baru
3. Kekuatan pendorong meningkat 
Kekuatan Pendorong – Meningkat
Perilaku Semula -----------------------------------------
Kekuatan Penahan – Menurun
Perilaku Baru

G.Bentuk Perilaku

 Perilaku dapat diartikan suatu respons organism atau seseorang terhadap rangsangan(stimulus) dari
luar subjek tersebut. Respon ini ada 2 macam:

1. Bentuk pasif adalah respon internal, yangtejadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsungdapat terlihatoleh orang lain.misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan
engetahuan.Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit
tetentu, meskipunibu tersebut tidak membawa anaknya ke Puskesmas untuk diimunisasi.
Contoh lain seorang yangmenganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana
meskipun ia sendiri tidak ikutkeluarga berencana. Dari kedua contoh tersebut mereka telah
sama-sama telah mempunyai sikapyang positip untuk mendukung kegiatan tersebut
meskipun mereka sendiri belum melakukannya
2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya
daricontoh diatas si ibu telah membawa anaknya ke Puskesmas atau fasilitas lain
untuk imunisasidan pada kasus kedua dia sudah mengikuti program KB
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah merupakanrespons
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, dan disebut “covert
behavior”. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang

terhadap stimulus (practice) adalah merupakan “overt behavior 


III. PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalh diatas adalah sebagai berikut :

1.      Bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga

perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilia-nilai kesehatan.

2.      konsep pendidikan kesehatan adalah proses belajar pada individu, kelompok stsu msdyarakat dari

tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-

masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya.

3.      Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku menjadi 3 domain yaitu :

a.       Pengetahuan

b.      Sikap atau tanggapan

c.       Praktek

4.      Bentuk perilaku kesehatan :

a.       Pasif, artinya mengetahui namun belum melaksanakan

b.      Aktif, artinya mengetahui dan melaksanakannya serta dapat diobservasi

                 

3.2  Saran

      Saran yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa pendidikan kesehatan itu perlu untuk

diterapkan dalam masyarakat Indonesia. Dengan adanya pendidikan kesehatan, masyarakat

Indonesia dapat bertindak sesuai dengan ketentuan dalam kesehatan sehingga dapat mencegah

terjadinya penyakit-penyakit yang membahayakan diri sendiri.


      Meskipun hasilnya akan terlihat dalam beberapa tahun kedepan, namun pendidikan ini baik

adanya untuk membantu masyarakat Indonesia terlepas dari serangan penyakit serta terhindar

dari tindakan pencegahan yang membahayakan.

     
DAFTAR PUSTAKA

http://mhs.blog.ui.ac.id/putu01/2012/06/01/perilaku-masyarakat-terhadap-kesehatan/

http://luv2dentisha.wordpress.com/2010/05/08/domain-perilaku/

http://ciciimutblog.blogspot.com/2011/11/pendidikan-dan-perilaku/

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei.

Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

Anda mungkin juga menyukai