Disusun Oleh:
Fitri handayani
PO.62.20.1.18.052
i
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun untuk memenuhi persyaratan menempuh mata kuliah Karya Tulis Ilmiah
Oleh:
Fitri handayani
PO.62.20.1.18.052
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Anak.
Pembimbing I Pembimbing II
i
HALAMAN PENGESAHAN
Anak.
Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pada Seminar Karya Tulis Ilmiah.
Mengetahui Mengesahkan
Ketua Program Studi D-III Keperawatan Ketua Jurusan Keperawatan
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya. Apabila di
kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa karya tulis ilmiah ini hasil plagiasi, baik
sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
Fitri Handayani
NIM. PO.62.20.1.18.052
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas segala rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini dengan baik. Dalam penyusunannya penulis mendapatkan banyak
bimbingan dan dorongan penuh cinta dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini penulis
Palangkaraya.
Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing,
4. Ibu Ns. Maria M.Purba, S.Kep.,M.Med.Ed. Selaku Penguji Sidang Karya Tulis Ilmiah
saya.
5. Bapak Ns. Rikiy, S.Kep.,MPH. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
6. Terima kasih untuk Mamah dan Papah saya yang memberikan dukungan penuh serta
iv
7. Terima kasih buat teman-teman sekelas saya yaitu Rere, Reno, Vivik, Elin, Ayu,
Bintang, Dewi, Helda, Qonita, Rania, Nonik, Anna yang memberikan semangat dan
dukungan.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.
v
DAFTAR IS
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ix
ABSTRAK...............................................................................................................................1
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................2
A. Latar Belakang................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................6
C. Tujuan.............................................................................................................................6
1. Tujuan Umum..........................................................................................................6
2. Tujuan Khusus........................................................................................................6
BAB II. METODE....................................................................................................................8
A. Strategi Pencarian Literature..........................................................................................8
1. Protokol dan Registrasi...........................................................................................8
2. Database Pencarian...............................................................................................8
3. Kata Kunci...............................................................................................................8
B. Kriteria Inklusi dan Eksklusi............................................................................................9
C. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas............................................................................10
1. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi........................................................................10
2. Penilaian Kualitas..................................................................................................11
BAB III. HASIL PENCARIAN LITERATURE.......................................................................13
A. Karakteristik Study........................................................................................................13
B. Hubungan antara Riwayat Pemberian Imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG)
terhadap Angka Kejadian Tubercullosis pada Anak.....................................................15
1. Angka Kejadian TBC pada Anak..........................................................................15
2. Hubungan Riwayat Pemberian Imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG)
terhadap Angka Kejadian TBC pada Anak...........................................................16
BAB IV. PEMBAHASAN.......................................................................................................18
A. Angka Kejadian TBC pada Anak..................................................................................18
vi
B. Hubungan antara Riwayat Pemberian Imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG)
terhadap Angka Kejadian Tubercullosis pada Anak.....................................................19
BAB V. KESIMPULAN..........................................................................................................23
A. Kesimpulan....................................................................................................................23
B. Conflict Of Interest........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
LAMPIRAN ARTIKEL PENELITIAN.....................................................................................26
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................................................53
LEMBAR KONSULTASI.......................................................................................................54
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Judul Artikel Penelitian yang memenuhi cut off penelitian...................................11
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
ABSTRAK
Latar Belakang : Menurut WHO Global Tuberculosis Report, 2018; Indonesia merupakan salah
satu negara yang mempunyai beban tuberkulosis yang terbesar diantara 8 negara. Pada usia anak
(0-18 tahun) merupakan usia sangat rentan tertular penyakit tuberkulosis. Salah upaya
pengendalian kasus tuberkulosis adalah imunisasi BCG, berupa bakteri Mycobacterium bovis yang
dilemahkan yang bermanfaat untuk mencegah tuberkulosis dan Infeksi mikobakterium lainnya.
Tujuan Penulisan : Untuk mengetahui hubungan riwayat pemberian imunisasi BCG dengan angka
kejadian tuberkulosis pada anak, untuk mengidentifikasi angka kejadian TBC pada anak dan untuk
mengidentifikasi hubungan riwayat pemberian imunisasi bacillus calmette guerin (BCG) terhadap
angka kejadian TBC pada anak.
Metode : Penelurusan jurnal penelitian menggunakan mesin pencarian Research Gate dan Google
Cendikia, yang dicari dalam rentang tahun 2015-2020. Terdapat 3 peneitian yang diidentfikasi,
dengan desain peneltian kuantitatif dan metode cross sectional.
Hasil : Jurnal pertama dengan 188 sampel147 anak (78,2%) tidak menderita TBC, terdiri dari 35
anak yang tidak mendapatkan imunisasi BCG dan 112 anak lainnya mendapatkan imunisasi BCG.
Sedangkan 41 anak (21,8%) menderita TBC, diantaranya terdapat sebanyak 13 anak tidak
mendapatkan imunisasi BCG dan 28 anak lainnya mendapatkan imunisasi BCG dan menyatakan
tidak terdapat hubungan antara imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada balita.
Jurnal kedua dengan 143 responden, Sebanyak 88 responden yang diberikan vaksinasi BCG,
terdapat 37 responden mengalami tuberkulosis paru. Sedangkan responden yang tidak
mendapatkan vaksinasi BCG berjumlah 55 responden, terdapat 36 responden yang mengalami
tuberkulosis paru dan menyatakan ada hubungan antara pemberian vaksinasi BCG dengan
kejadian Tuberkulosis pada anak. Jurnal ketiga dengan 69 sampel, responden yang memiliki
riwayat imunisasi BCG pada anak yang menderita TB yaitu sebanyak 50 responden dan sebanyak
19 responden mengalami TB paru yang tidak memiliki riwayat imunisasi BCG dan menyatakan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat status imunisasi BCG dengan kejadian TB
pada anak.
Kesimpulan : Pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TBC tentu ada hubungan, karena BCG
diklaim memiliki manfaat untuk mencegah tuberkulosis dan Infeksi mikobakterium lainnya. Hasil
penelitian yang menyatakan bahwa anak yang tidak mendapatkan imunisasi BCG lebih rentan atau
memiliki risiko lebih besar untuk terkena TBC dibandingkan yang memiliki riwayat BCG. Walaupun
terdapat beberapa anak yang memiliki riwayat BCG tetapi masih terkena. Angka kejadian TBC
tidak hanya berpatokan pada pemberian imunisasi BCG saja tetapi juga dapat disebabkan
oleh beberapa kemungkinan faktor risiko lainnya. Faktor risiko terebut dapat berupa terpajan
dengan orang dewasa dengan TB aktif, tinggal di daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang
tidak sehat (higiene dan sanitasi yang tidak baik) dan tempat penampungan umum (panti asuhan,
penjara atau panti perawatan lain).
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang masih menjadi tantangan global yaitu salah satu penyakit dari 10 penyebab
menyerang paru dan sebagian menyerang di luar paru. Menurut WHO Global
Tuberculosis Report, 2018; Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai
beban tuberkulosis yang terbesar diantara 8 negara yaitu India (27%), China (9%),
Indonesia (8%), Philippina (6%), Pakistan (5%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%) dan
Afrika Selatan (3%). Secara global kasus baru tuberkulosis sebesar 6,4 juta, setara
dengan 64% dari insiden tuberkulosis (10,0 juta). Tuberkulosis tetap menjadi 10
dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2018 sebesar
566.623 kasus dan pada tahun 2017 yang sebesar 446.732 kasus. Jumlah kasus
tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar
yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi
Sedangkan perkiraan jumlah yang terduga menderita tuberkulosis pada tahun 2019
2
adalah sebesar 3.414.150 dari 268.074.565 jumlah penduduk seluruh provinsi di
Pada usia anak (0-18 tahun) merupakan usia sangat rentan tertular penyakit
Angka penularan dan bahaya penularan yang tinggi terdapat pada golongan umur 0-6
tahun dan golongan umur 7-14 tahun. Kasus tuberkulosis pada anak ditahun 2018
sebanyak 54.340 (10,62%) kasus, lalu pada tahun 2019 mengalami peningkatan
sebanyak 63.111 (11,98%) kasus TBC pada anak. Angka ini masih tergolong tinggi
kurangnya penelitian ilmiah, banyak yang tidak mengetahui akibat dari tuberkulosis
pada anak, dan berbagai hal lain (Aggrainin, 2020; Hardhana et al., 2019; IDAI, 2016;
tuberkulosis mulai bermunculan sejak lama. Imunisasi adalah salah satu bentuk
kekebalan/imunitas pada bayi (0-11 bulan) atau anak sehingga terhindar dari penyakit
untuk menekan angka kejadian kasus penyakit infeksi. Di Indonesia Imunisasi BCG
mulai berkembangan sejak tahun 1973, imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
merupakan imunisasi dasar yang artinya wajib didapatkan oleh bayi usia 1 bulan,
paling lambat sebelum usia 2 bulan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. BCG
Tingkat perlindungan yang diberikan vaksin BCG terhadap tuberkulosis paru berkisar
mulai dari 0 hingga 80%, sedangkan perlindungan terhadap meningitis tuberkulosis
dan tuberkulosis milier sekitar 86%. Hasil dari penelitian Mangtani, dkk (2017) di
tetap ada setidaknya selama 10 tahun untuk vaksinasi bayi pada populasi yang
berisiko tinggi untuk TB dan setidaknya untuk 20 tahun untuk vaksinasi usia sekolah
pada populasi berisiko rendah. Study terakhir di Amerika berhasil menemukan bahwa
efektivitas dosis tunggal BCG dapat bertahan hingga 50-60 tahun. Pemberian vaksin
bidan desa, dan posyandu, tempat praktik dokter. Dimana Fasyankes merupakan
anak. Vaksin BCG dikatakan efektif atau berhasil apabila seseorang tidak sedang
dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB,
4 dosis polio tetes dan 1 dosis campak/MR. Penentuan jenis imunisasi didasarkan
atas kajian ahli dan analisis epidemiologi atas penyakit-penyakit yang timbul.
Cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia dalam lima tahun terakhir selalu di
atas 85%, namun masih belum mencapai target Renstra Kementrian Kesehatan yang
ditentukan. Pada tahun 2018 imunisasi dasar lengkap di Indonesia sebesar 90,61%.
Angka ini sedikit di bawah target Renstra tahun 2018 sebesar 92,5%. Sedangkan
menurut provinsi, terdapat 13 provinsi yang mencapai target Renstra tahun 2018.
(Kemenkes RI, 2019). Di tahun 2018 data bayi yang melakukan imunisasi BCG
sebanyak 4.111.066 dari 4.810.130 jumlah bayi seluruh provinsi di Indonesia. Lalu
pada tahun 2019 sekitar 4.496.110 bayi yang diimunisasi BCG dari 4.766.842 jumlah
bayi seluruh provinsi di Indonesia, artinya ada sekitar 200.000-an bayi yang belum
mendapakan imunisasi BCG terdapat sebagian kecil 39 (33,4%) anak positif terkena
penyakit TB paru, dan sebagian besar 60 (66,4%) anak tidak menderita TB paru.
sedangkan dari 53 responden yang tidak di berikan imunisasi BCG terdapat 37 (70 %)
orang anak positif terkena penyakit TB paru dan 16 ( 30 %) orang anak tidak terkena
penyakit TB paru. Dari hasil penelitian di atas menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara pemberian BCG dengan kejadian penyakit TB paru pada anak.
didapatkan bahwa frekuensi responden yang memiliki riwayat imunisasi BCG pada
anak yang menderita TB ringan yaitu 48 responden (96,%), responden yang tidak
memiliki riwayat imunisasi BCG pada anak penderita TB berat yaitu 2 responden
(4%), responden yang tidak memiliki riwayat imunisasi BCG pada anak penderita TB
ringan yaitu 18 responden (94,7%), dan responden yang tidak memiliki riwayat
imunisasi BCG pada anak penderita TB berat yaitu 1 responden (5,3%). Hasil
antara riwayat status imunisasi BCG dengan kejadian TB pada anak (Febriyeni, 2017;
pada anak-anak, bahkan Indonesia menjadi Negara yang memilki beban tuberkulosis
ketiga terbesar didunia. Salah satu upaya pencegahan terhadap tuberkulosis yang
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan pemberian Imunisasi BCG kepada bayi (0-
11 bulan).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas mengenai angka kejadian TBC kian tahun
semakin meningkat termasuk angka kejadian TBC pada anak di tahun 2018 tercatat
54.340 kasus, lalu pada tahun 2019 kembali meningkat yaitu sebanyak 63.111 kasus.
pada anak. Hal tersebut menjadi ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk mengkaji
kejadian TBC. Oleh karena itu perlu untuk dilakukan rangkuman literatur/kajian hasil
penelitian yang telah dilakukan “Apakah terdapat hubungan antara riwayat pemberian
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan antara Riwayat Pemberian Imunisasi Bacillus Calmette
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Angka Kejadian TBC pada Anak.
b. Mengidentifikasi Hubungan Riwayat Pemberian Imunisasi Bacillus Calmette
hubungan riwayat pemberian BCG dengan angka kejadian TBC pada anak.
2. Database Pencarian
3. Kata Kunci
Pencarian artikel atau jurnal menggunakan kata kunci ( AND, OR, NOT or
Kata kunci dalam literature review ini disesuaikan dengan Medical Subject
8
Tabel 2.1 Kata Kunci Literature Review
Riwayat Imunisasi Bacillus Calmatte Guerin Angka Kejadian Tuberculosis Anak
Riwayat Imunisasi Bacillus Calmatte Guerin Angka Kejadian Tuberculosis
OR OR OR OR OR
Laporan
Vaksin BCG Manajemen Risiko TBC
Kasus
OR OR OR OR OR
Prevalensi
Strategi pencarian artikel pada proposal penelitian ini menggunakan format kerangka
jurnal pendukung KTI ini populasi yang ditetapkan oleh penulis adalah anak-
dalam topik penelitian yang sudah ditentukan. Berdasarkan judul serta jurnal
pendukung KTI ini intervensinya dilakukan pada anak dengan riwayat imunisasi
BCG.
yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan dalam literature review. Dari
publikasinya sebelum 2015 akan di eksklusi. Untuk bahasa yang akan di insklusi
adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, selain Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris akan di eksklusi oleh penulis. Tabel 2 berikut merupakan kriteria dalam
dengan Angka Kejadian TBC pada Anak mengikuti format PICOS. Kriteria tersebut
185 artikel penelitian sesuai kata kunci yang telah ditentukan. Artikel yang
terduplikasi dan tidak relevan dengan topik penelitian dihapus sehingga
dibuat dalam diagram alir berdasarkan PRISMA (Preferred Reporting Items for
2. Penilaian Kualitas
critical appraisal untuk memenuhi syarat dilakukan oleh penulis. Penilaian kriteria
diberi nilai ya, tidak, tidak jelas atau tidak berlaku. Pada setiap kriteria dengan
skor ya diberi satu poin dan nilai lainnya adalah nol. Setiap skor studi kemudian
dihitung dan dijumlahkan. Pada penelitian ini diambil 5 artikel penelitian dengan
nilai skor tertinggi yang dianggap memenuhi kriteria critical appraisal dengan nilai
titik cut off yang telah disepakati oleh peneliti. Pada penelitian ini nilai cut-off nya
adalah 50% dari total pertanyaan pada critical appraisal yang digunakan.
penelitian diperoleh artikel yang mencapai skor cut off 50% sebanyak 5 artikel
Tabel 2.3 Judul Artikel Penelitian yang memenuhi cut off penelitian
Skor
No Judul Penelitian
(Total Skor 10)
1. Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dengan Kejadian 7
Tuberkulosis Paru Pada Anak Balita Di RSUD Dr. Pirngadi Medan
(Siringoringo & Simanjuntak, 2017)
2. Hubungan antara Pemberian Vaksin BCG dengan Angka 7
Kejadian Tuberkulosis pada Anak di RSUD DR. H. Abdul Moeloek
(Sjahriani & Sari, 2018)
3. Hubungan Riwayat Status Imunisasi Bacille Callmete Guerin 7
(BCG) dengan kejadian Tuberkulosis (TB) pada anak di Badan
Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Cut Meuti Aceh Utara
Tahun 2015 (Nadhrati et al., 2015)
Berdasarkan tabel 2.3 diatas, dari hasil seleksi diperoleh tiga artikel yang
artikel dengan metode cross sectional tersebut akan dibahas dalam penelitian
TBC pada anak. Untuk selanjutnya hasil penelitian dari tiga artikel tersebut
A. Karakteristik Study
dengan Hubungan Pemberian BCG terhadap angka kejadian TBC pada anak,
sebanyak tiga jurnal penelitian yang memenuhi kriteria insklusi dan eksklusi (Gambar
1). Ketiga jurnal penelitian tersebut menggunakan desain study kuantitatif dengan
membahas tentang hubungan pemberian BCG dengan kejadian TBC pada anak.
wilayah Indonesia yaitu provinsi Lampung, Sumatera Utara dan Aceh Utara.
Responden dalam penelitian yang diulas oleh penulis adalah seluruh anak di Rumah
Sakit yang mengalami/pernah menderita TBC maupun yang tidak menderita TBC.
Responden dalam penelitian memiliki usia dalam rentang 0-18 tahun. Karakteristik
gender pada responden dalam penelitian hampir sama antara laki-laki dan
13
asli/data anak (78,2%) tidak menderita TBC, terdiri
sekunder) dari 35 anak yang tidak mendapatkan
Analisis : Chi-Square imunisasi BCG dan 112 anak lainnya
mendapatkan imunisasi BCG.
Sedangkan 41 anak (21,8%) menderita
TBC, diantaranya terdapat sebanyak 13
anak tidak mendapatkan imunisasi BCG
dan 28 anak lainnya mendapatkan
imunisasi BCG. Maka Ho ditolak yang
artinya tidak terdapat hubungan antara
imunisasi BCG dengan kejadian
tuberkulosis paru pada balita di RSUD
Dr. Pirngadi Medan tahun 2011-2015.
Insiden TB anak yang mendapat
imunisasi BCG berhubungan dengan
kualitas vaksin dan intensitas pemaparan
2. (Sjahriani Desain : Cross- Google
Berdasarkan hasil penelitian yang terdiri
& Sari, Studi Sectional Cendikia
dari 143 responden, terdapat. Sebanyak
2018) design
88 responden yang diberikan vaksinasi
Sampel : 143 BCG, terdapat 37 responden mengalami
responden tuberkulosis paru. Sedangkan responden
Variabel : Vaksin BCG yang tidak mendapatkan vaksinasi BCG
dan kejadian berjumlah 55 responden, terdapat 36
TB pada responden yang mengalami tuberkulosis
anak paru. Berdasarkan hasil penelitian,
Instrumen : Kuisioner menunjukkan p value 0,011 yang berarti
tertutup ada hubungan antara pemberian
(Lembaran vaksinasi BCG dengan kejadian
pertanyaan Tuberkulosis pada anak di RSUD Dr. H.
yang Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun
jawabannya 2016. Dalam penelitian ini kejadian TB
sudah disebabkan karena lingkungan rumah
disediakan) responden yang tidak sehat dan adanya
Analisis : Chi-Square riwayat kontak dengan penderita TBC
BTA positif.
3. (Nadhrati Desain : Cross- Berdasarkan hasil penelitian ini Research
et al., Studi Sectional menunjukan bahwa jumlah responden Gate
2015) design yang memiliki riwayat imunisasi BCG
Sampel : 69 sampel pada anak yang menderita TB yaitu
Variabel : Imunisasi sebanyak 50 responden dan sebanyak
BCG dan 19 responden mengalami TB paru yang
kejadian TB tidak memiliki riwayat imunisasi BCG. Ho
pada anak diterima yaitu tidak terdapat hubungan
Instrumen : Dokumentasi yang signifikan antara riwayat status
(Data yang imunisasi BCG dengan kejadian TB pada
berasal dari anak. Hasil penelitian ini menyimpulkan
dokumen asli bahwa meskipun anak telah
/ data mendapatkan imunisasi BCG, anak
sekunder) tersebut masih berpotensial untuk
Analisis : Fisher Excat terkena sakit TB.
14
B. Hubungan antara Riwayat Pemberian Imunisasi Bacillus Calmette Guerin
(BCG) terhadap Angka Kejadian Tubercullosis pada Anak.
jumlah balita yang terinfeksi TBC yaitu pada usia <1 tahun sebanyak 34,1%,
usia 1-2 tahun sebanyak 21,4% sedangkan usia 2-5 tahun merupakan usia yang
selulernya belum berkembang sempurna. Pada penelitian Sjahriani & Sari (2018)
terdapat 143 responden. Anak dengan usia 0-5 tahun sebanyak 71 dan pada
responden.
responden. Kejadian TB paru pada usia 0-5 tahun berjumlah 28 responden, usia
5-14 tahun sebanyak 41 responden dan pada usia 15-18 tahun tidak ada
tahun sebelumnya di BLUD RSU Cut Meutia, yaitu kasus TB ringan masih jauh
lebih banyak dibanding kasus TB berat. Jumlah persentase kasus TB pada anak
Dari ketiga jurnal diatas, dapat disimpulkan bahwa angka kejadian TBC
(2017) adalah anak dengan usia 2-5 tahun sebanyak 17 anak, sedangkan pada
penelitian Sjahriani & Sari (2018) angka kejadian terbanyak terdapat pada anak
usia 6-17 tahun sebanyak 72 anak, hanya saja dalam jurnal ini memiliki
kelemahan karena klasifikasi usia anak masih belum spesifik. Pada penelitian
Nadhrati, dkk (2015) angka kejadian terbanyak terdapat pada anak usia 5-14
menyatakan bahwa balita yang berobat ke Dr. Pirngadi Medan tahun 2011-2015
sebagian besar sudah mendapat imunisasi BCG sebanyak 74,5%. Balita yang
telah diimunisasi BCG berjumlah 140, terdiri dari 28 balita yang menderita TB
paru dan terdapat 112 balita yang tidak menderita TB paru. Sedangkan yang
tidak mendapatkan imunisasi BCG berjumlah 48 balita, terdiri dari 13 balita yang
menderita TB dan sebanyak 35 balita yang tidak menderita TB. Pada penelitian
Pada hasil penelitian Sjahriani & Sari (2018) dengan jumlah 143
anak yang tidak memiliki riwayat imunisasi BCG yang menderita TB ringan terdiri
dari 18 responden dan anak yang tidak memiliki riwayat imunisasi BCG yang
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular melalui udara (droplet) yang
dan sebagian menyerang di luar paru. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit
yang masih menjadi tantangan global yaitu salah satu penyakit dari 10 penyebab
tuberkulosis pada anak ditahun 2018 sebanyak 54.340 kasus, lalu pada tahun 2019
mengalami peningkatan sebanyak 63.111 kasus TBC pada anak. Pada tahun 2019 di
Indonesia angka kejadian tubercullosis berdasarkan jenis kelamin untuk usia 1-14
tahun adalah sebanyak 33.122 jumlah kasus pada laki-laki dan pada perempuan
sebanyak 29.989 kasus. Usia anak merupakan usia yang sangat rentan tertular
berat. Angka penularan dan bahaya penularan yang tinggi terdapat pada golongan
umur 0-6 tahun dan golongan umur 7-14 tahun. Hal ini dikarenakan kondisi maturitas
dari sistem imun pada anak (Hardhana et al., 2019;Kemenkes RI, 2019;
Kemenkes,2013).
responden, menunjukkan bahwa yang terinfeksi TB paru pada usia <1 tahun
sebanyak 34,1%, usia 1-2 tahun sebanyak 21,4% sedangkan usia 2-5 tahun
merupakan usia yang paling sering terinfeksi tuberkulosis yaitu sebanyak 41,5%.
Pada penelitian Sjahriani & Sari (2018) dari 143 responden, responden yang terkena
TB pada usia 0-5 tahun berjumlah 71 responden (49,7%), sedangkan pada usia 6-17
18
tahun sebanyak 72 responden (50,3%). Sedangkan pada hasil penelitian Hedya, dkk
(2015) menunjukan bahwa kejadian TB paru pada usia 0-5 tahun berjumlah 28
responden (40,6%), pada usia 5-14 tahun sebanyak 41 responden (59,4%) dan pada
Dari ketiga jurnal diatas, dapat disimpulkan bahwa angka kejadian TBC
terbanyak pada penelitian yang dilakukan oleh Siringoringo & Simanjuntak (2017)
adalah anak dengan usia 2-5 tahun sebanyak 17 anak, sedangkan pada penelitian
Sjahriani & Sari (2018) angka kejadian terbanyak terdapat pada anak usia 6-17 tahun
sebanyak 72 anak, hanya saja dalam jurnal ini memiliki kelemahan karena klasifikasi
usia anak masih belum spesifik. Pada penelitian Nadhrati, dkk (2015) angka kejadian
terbanyak terdapat pada anak usia 5-14 tahun sebanyak 41 anak. Berdasarkan hasil
telaah dari ketiga jurnal diatas, dapat disimpulkan. Angka kejadian TBC terbanyak
rata-rata terjadi pada anak dengan usia 1-14 tahun. Hal ini dikarenakan kondisi
maturitas dari sistem imun pada anak. Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan
WHO (2006) yang menyebutkan bahwa kasus TB anak terbanyak terjadi pada usia di
bawah 15 tahun.
untuk mencegah bahkan melindungi individu dari penyakit TBC. Sudah banyak
penelitian yang menunjukan hasil yang konsisten akan peranan BCG dalam proteksi
terhadap TBC. Berdasarkan buku IDAI (2010) mengatakan bahwa proteksi BCG
ditemukan hasil yang bervariasi antara 0% - 80%. Bukti kemampuan proteksi BCG
terhadap penyakit TBC pada anak tidak terlalu konsisten, tetapi ditemukan hasil yang
cukup baik berkisar 60% - 80%. Penelitian yang dilakukan oleh Zafar (2014) di
pemberian BCG dengan angka kejadian TBC, zafar juga menyatakan efektifitas
imunisasi BCG untuk mencegah TB primer bervariasi antara 0%–80%. Vaksin BCG
tidak dapat memproteksi secara penuh kemungkinan terjadi infeksi TB, sekitar 68,6%
yang diimunisasi BCG terinfeksi TB. Data meta-analisis dari 14 penelitian prospektif
penelitian dengan Nadhrati, dkk (2015) yaitu sama-sama menyatakan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pemberian imunisasi BCG dengan angka kejadian
TBC pada anak. Kedua penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian Kemalina &
Magdalena (2015) didapatkan tidak ada hubungan antara status imunisasi BCG
dengan sakit TB pada anak. Berbeda dengan hasil penelitian kedua jurnal diatas,
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sjahriani & Sari (2018) menunjukkan ada hubungan
antara pemberian vaksinasi BCG dengan kejadian Tuberkulosis pada anak di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2016. OR = 2,6 menunjukkan anak
yang tidak mendapatkan imunisasi BCG beresiko mengalami Tuberkulosis paru 2,6
kali lebih besar daripada yang mendapatkan imunisasi BCG. Didapatkan Convidence
Interval1,3-5,3 dengan selisih OR dan Upper 1,3 dan selisih OR dan Lower 2,7
menandakan bahwa tingkat kepercayaan pada penelitian ini adalah cukup rendah,
karena terdapatnya selisih yang signifikan antara Upper dan Lower terhadap OR.
Hasil penelitian Sjahriani & Sari (2018) sejalan dengan penelitian
imunisasi BCG memiliki risiko terkena penyakit TB paru sebanyak 2,59 kali lebih
besar dibandingkan anak yang telah mendapatkan imunisasi BCG. Pada hasil
penelitian yang dilakukan oleh Abbott, dkk (2018) di England, menyatakan bahwa
semua penyebab kematian, dengan beberapa bukti yang lebih lemah tentang
Berdasarkan hasil telaah ketiga jurnal diatas. Pada dua artikel jurnal penelitian
diatas menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan anatar riwayat pemberian
imuniasi BCG dengan angka kejadian TBC pada anak. Sedangkan terdapat satu
pemberian imuniasi BCG dengan angka kejadian TBC pada anak. Dengan jurnal
bahwa Vaksinasi BCG mungkin lebih bermanfaat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Walau terdapat dua penelitian yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara riwayat pemberian BCG dengan angka kejadian TBC pada anak,
tidak bisa kita pungkiri bahwa sesuai dengan penelitian serta pendapat ahli yang
imunisasi BCG masih berpotensial terkena TB. Dari pernyataan tersebut kita perlu
kembali membahas tentang manfaat dan efektifitas imunisasi BCG itu sendiri
Manfaat BCG sendiri telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, dengan proteksi
yang bervariasi antara 0-80%. Imunisasi BCG efektif untuk memberikan perlindungan
mencegah terkena TB dengan komplikasi lainnya yang lebih berat. Kejadian TBC
pada anak, baik yang sudah mendapatkan imunisasi BCG atau yang belum pernah
faktor risiko, yang artinya angka kejadian TBC tidak hanya berpatokan pada
pemberian imunisasi BCG saja tetapi juga dapat disebabkan oleh beberapa
kemungkinan faktor risiko lainnya. Faktor risiko terebut dapat berupa terpajan dengan
yang tidak sehat (higiene dan sanitasi yang tidak baik) dan tempat penampungan
umum (panti asuhan, penjara atau panti perawatan lain) yang terdapat pasien TB
A. Kesimpulan
Angka kejadian TBC pada anak di Indonesia ditahun 2018 sebanyak 54.340
kasus, yang meningkat pada tahun 2019 sebanyak 63.111 kasus TBC. Angka
kejadian TBC terbanyak pada penelitian yang dilakukan oleh Siringoringo &
Simanjuntak (2017) adalah anak dengan usia 2-5 tahun, sedangkan pada penelitian
Sjahriani & Sari (2018) angka kejadian terbanyak terdapat pada anak usia 6-17 tahun,
walaupun rentang usia pada penelitian ini tidak terlalu spesifik. Pada penelitian
Nadhrati, dkk (2015) angka kejadian terbanyak terdapat pada anak usia 5-14 tahun.
Hasil penelitian dari ketiga jurnal penelitian diatas mengenai angka kejadian TBC
pada anak sesuai dengan pendapat Kemenkes (2013) yang menyatakan bahwa pada
usia anak (0-18 tahun) merupakan usia sangat rentan tertular penyakit tuberkulosis
diberikan vaksin BCG terhadap tuberkulosis paru berkisar mulai dari 0 hingga 80%,
23
Pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TBC tentu ada hubungannya. Dari
telaah ketiga jurnal pendukung dan jurnal pembanding yang dibahas pada BAB IV
dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa anak yang tidak mendapatkan
imunisasi BCG lebih rentan atau memiliki risiko lebih besar untuk terkena TBC
dibandingkan yang memiliki riwayat BCG. Walaupun terdapat beberapa anak yang
memiliki riwayat BCG tetapi masih terkena. Imunisasi BCG tidak sepenuhnya
bertanggung jawab karena keefektifan imunisasi BCG sendiri memiliki proteksi 0-80%
dan juga imunisasi BCG dapat mencegah terjadinya TB yang leih berat/TB dengan
komplikasi lain. Angka kejadian TBC dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan
faktor risiko. Faktor risiko terebut dapat berupa terpajan dengan orang dewasa
dengan TB aktif, tinggal di daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat
(higiene dan sanitasi yang tidak baik), dan tempat penampungan umum (panti
asuhan, penjara atau panti perawatan lain) yang terdapat pasien TB dewasa dengan
aktif.
B. Conflict Of Interest
Abbott, S., Christensen, H., Lalor, M. K., Zenner, D., Campbell, C., Ramsay, M., & Brooks-
Pollock, E. (2018). Exploring the effects of BCG vaccination in patients diagnosed
with tuberculosis: Observational study using the Enhanced Tuberculosis Surveillance
system. BioRxiv. https://doi.org/10.1101/366476
Apriadisiregar, P. A., Gurning, F. P., Eliska, E., & Pratama, M. Y. (2018). Analysis of
Factors Associated with Pulmonary Tuberculosis Incidence of Children in Sibuhuan
General Hospital. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(3), 268.
https://doi.org/10.20473/jbe.v6i32018.268-275
Hardhana, B., Sibuea, F., Widiantini, W., Harpini, A., Susanti, M. I., Pangribowo, S.,
Aprianda, R., Indah, I. S., Sakti, S., Wahyudi, T., Habibi, H. A., Sari, D. M., Maslinda,
H., & Maula, R. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2019.
IDAI. (2010). Buku Ajar: RESPIROLOGI ANAK Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI .
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018] .
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Kementerian kesehatan Repubelik Indonesia. (2018). Data dan Informasi profil Kesehatan
Indonesia 2018.
Mangtani, P., Nguipdop-Djomo, P., Keogh, R. H., Trinder, L., Smith, P. G., Fine, P. E. M.,
Sterne, J., Abubakar, I., Vynnycky, E., Watson, J., Elliman, D., Lipman, M., &
Rodrigues, L. C. (2017). Observational study to estimate the changes in the
effectiveness of bacillus calmette-guérin (BCG) vaccination with time since
vaccination for preventing tuberculosis in the UK. Health Technology Assessment,
21(39), 5–53. https://doi.org/10.3310/hta21390
Nadhrati, H., Mauliza;, & Fitriany, J. (2015). Hubungan Riwayat Bacille Calmette-Guerin
25
(BCG) dengan Kejadian (TB) pada Anak di Badan Layanan Umum Rumah Sakit
Umum Cut Meutia Aceh Utara Tahun 2015. 3; number, 92.
https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/issue/view/78%0A
Nursalam. (2020). Penulisan Literature Review dan Systematic Review pada Pendidikan
Keperawatan/Kesehatan (Contoh). Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga.
Riani, R. E. S., & Machmud, P. B. (2018). Kasus Kontrol Hubungan Imunisasi BCG dengan
kejadian TB Paru pada anak tahun 2015-2016. Sari Pediatri, 19(6), 321.
https://doi.org/10.14238/sp19.6.2018.321-7
Sjahriani, T., & Sari, N. (2018). Hubungan antara Pemberian Vaksinisasi BCG dengan
Kejadian Tuberkulosis pada Anak di RSUD DR. H. Abdul Moelek. Jurnal Dunia
Kesmas, 7(4), 204–211.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/article/view/1087
WHO. (2018). WHO : Kasus TBC Indonesia 2017 Terbesar Ketiga Dunia . 2018.
Yustikarini, K., & Sidhartani, M. (2015). Faktor risiko sakit tuberkulosis pada anak yang
terinfeksi. Sari Pediatri, 17(16), 136–140.
Zafar, M. (2014). Prevelence of latent tuberculosis and associated risk factors in children
under 5 years of age in Karachi, Pakistan. The Journal of Association of Chest
Physicians, 2(1), 16. https://doi.org/10.4103/2320-8775.126504
LAMPIRAN ARTIKEL PENELITIAN
ARTIKEL PENELITIAN
ABSTRACT
ABSTRAK
Korespondensi: Tuberculosis is still a major health problem in the community. BCG vaccine
serves to prevent infection of tuberculosis in humans. Although there is a BCG
ridhopriptrijasa@gmail.com vaccine, but there are still incidences of tuberculosis in North Sumatra
Province, which is 422 cases of tuberculosis in children. This study aims to
determine whether there is a relationship between the provision of BCG
immunization with the incidence of pulmonary tuberculosis in children under
Diterima: Juni 2017 five in dr. Pirngadi Medan. This research is an analytic research with cross-
Direvisi: Agustus 2017 sectional design. The population of this study were children under five who
Disetujui: September 2017 came to the RSUD dr. Pirngadi Medan from January 2011 to December 2015.
This study used all members of the population and involved as many as 188
samples. Data analyzed by using chi-square test and got p-value = 0,305. This
states that Ho failed to be rejected, meaning there is no relationship between
the provision of BCG immunization with the incidence of pulmonary
tuberculosis in children under five in RSUD dr. Pirngadi Medan. There is no
relationship between BCG immunization with the incidence of pulmonary
tuberculosis in children under five in Dr. Pirngadi Medan.
26
PENDAHULUAN sekitar 86%.5,6
27
Hasil penelitian yang dilakukan Dewi dilakukandi RSUD Dr. Pirngadi Medan, pada
Maidika Ambarwati dan Feti Kumala bulan September 2016 sampai Oktober 2016.
Dewi tahun 2012, tentang hubungan Sampel pada penelitian ini adalah pasien anak
pemberian imunisasi BCG dengan yang berusia ≤ 5 tahun (tuberkulosis dan non-
kejadian tuberkulosis pada balita di tuberkulosis), anak yang memiliki rekam medis
wilayah kerja Puskesmas I Sokaraja yang lengkap, anak yang tidak menderita
Kecamatan Sokaraja, Kabupaten HIV/AIDS, anak yang memiliki gizi normal dan
Banyumas tahun 2012 menyimpulkan lebih, anak yang tidak memiliki riwayat terapi
bahwa terdapat hubungan antara kortikosteroid dan kemoterapi untuk penyakit
imunisasi BCG dengan kejadian kanker yang datang berobat ke RSUD Dr.
tuberkulosis pada anak.7Berbeda dengan Pirngadi Medan pada tahun 2011-2015. Jumlah
hasil penelitian yang dilakukan Rahmaya sampel adalah sebanyak 41 orang
Nova, Noor Yunida Triana, Gatri Asti Putri Hasil penelitian diuji dengan menggunakan
tahun 2013 tentang hubungan antara uji chi-square.
status imunisasi BCG dengan kejadian
tuberkulosis paru pada anak balita usia < HASIL PENELITIAN
5 tahun di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat (BPKM) Purwokerto, Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-
menyimpulkan bahwa tidak terdapat laki yaitu 56,1% lebih banyak menderita
hubungan antara imunisasi BCG dengan tuberkulosis paru dibandingkan jenis kelamin
tuberkulosis paru.8 perempuan 43,9.
Berdasarkan latar belakang masalah Pada tabel 2 menunjukkan bahwa usia 2-5
diatas, peneliti tertarik untuk melakukan tahun merupakan usia yang paling sering
penelitian hubungan antara pemberian terinfeksi tuberkulosis yaitu 41,5%. Pada tabel 3
imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) menunjukkan bahwa balita yang berobat ke Dr.
dengan kejadian tuberkulosis paru pada Pirngadi Medan tahun 2011-2015 sebagian
anak balita di RSUD Dr. Pirngadi Medan. besar sudah mendapat imunisasi BCG 74,5%.
Padatabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah balita
METODE yang terbanyak adalah balita yang tidak
menderita tuberkulosis paru yang telah
Penelitian ini adalah penelitian analitik mendapat imunisasi BCG yaitu 80% dan yang
dengan desain cross sectional, yang
terendah adalah balita yang menderita seperti merokok dan alkohol.
tuberkulosis paru yang belum imunisasi BCG Hasil penelitian ini yang menunjukkan usia 2
yaitu 27,1%. -5 tahun merupakan usia yang paling banyak
Berdasarkan tabel 4 uji chi-square, terkena tuberculosis paru. Menurut Kartasasmita
didapatkan nilai p value= 0,305 maka Ho gagal CB, faktor yang dapat menyebabkan
ditolakyang artinya tidak terdapat hubungan berkembangnya infeksi
antara imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis menjadi sakit tuberkulosis yang
tuberkulosis paru pada balita di RSUD Dr. pertama adalah usia. Anak berusia ≤ 5 tahun
Pirngadi Medan tahun 2011-2015. mempunyai risiko lebih besar mengalami
progresi infeksi menjadi sakit tuberkulosis,
PEMBAHASAN karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna, sedangkan imunitas yang diperlukan
Penelitian ini menunjukkan bahwa TB paru pada untuk penyakit tuberkulosis adalah imunitas
anak tidak dipengaruhi oleh status imunisasinya. seluler dan imunitas seluler tidak diturunkan
Berdasarkan penelitian ini didapati persentase
anak laki-laki lebih banyak menderita
tuberculosa paru, walaupun menurut Alessia
Stival dkk tahun 2014, menyatakan bahwa tidak
terdapat peranan jenis kelamin dalam kejadian
tuberkulosis pada anak, dimana tidak ada
perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin
laki-laki dengan perempuan pada kejadian
tuberkulosis pada anak dengan rasio 1:1, tetapi
setelah masa pubertas laki-laki lebih besar
resiko terkena tuberkulosis dibandingkan
perempuan disebabkan faktor resiko lainnya
28
melewati plasenta. Anak yang berusia < 1 tahun Paru Masyarakat (BKPM) Purwokerto yang
yang terinfeksi tuberkulosis memiliki risiko memperoleh nilai p value sebesar 0,500 yang
yang paling besar menderita tuberkulosis yaitu menunjukkan tidak ada hubungan antara
30- 40%, anak 1-2 tahun 10-20% dan 2-5 tahun pemberian imunisasi BCG dengan kejadian
5%. Akan tetapi, risiko ini akan berkurang tuberkulosis paru pada anak balita. 9Hasil
secara bertahap seiring dengan pertambahan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
usia.9 yang dilakukan oleh Muhammad Tarmizi tahun
Hasil penelitian ini menunjukkan 74,5% 2014 di Balai Kesehatan Paru Masyarakat
balita di RSUD dr. Pirngadi sudah mendapat (BKPM) Banda Aceh, dimana pada penelitian ini
imunisasi BCG. Berdasarkan data dari WHO sampel mencakup anak balita. Penelitian ini
estimasi cakupan imunisasi BCG di dunia tahun memperoleh p value sebesar 0,287 yang
2015 adalah sebesar 99,5%.10 Berdasarkan data menunjukkan tidak ada hubungan antara
Kementerian Kesehatan RI cakupan imunisasi pemberian imunisasi BCG dengan kejadian
BCG di Indonesia tahun 2015 sebesar 92,2% tuberkulosis paru.12
dan berdasarkan data Dinas Kesehatan Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan
Sumatera Utara cakupan imunisasi BCG tahun derajat imunitas, memberikan imunitas proteksi
2014 sebesar 96,83%.2,11 dengan menginduksi respon memori terhadap
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian patogen atau toksik tertentu dengan
yang dilakukan oleh Rahmaya N, Noor Yunida T menggunakan preparat antigen nonvirulensi
dan Gatri Asti P tahun 2013 di Balai Kesehatan atau nontoksik (vaksin).13
29
Tabel 2 Distribusi Balita Penderita Tuberkulosis Paru
di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011-2015 Berdasarkan Usia
Usia n %
(tahun) (orang)
< 1 tahun 10 24,4
1-2 tahun 14 34,1
2-5 tahun 17 41,5
Total 41 100
Tabel 4 Hubungan Antara Imunisasi BCG Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada
Balita di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011-2015
Kejadian tuberkulosis paru
Tuberkulosi Tidak
Total P
s paru rkulosis
paru
31
6. Wahab S, Julia M. Sistem Imun, Imunisasi & Penyakit Imun.
Dayana TM, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2013. hal.50-54
7. Nova R, Triana NY, Putri GA. Hubungan Antara Status Imunisasi
Bcg Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Anak Balita Usia
<5 Tahun Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BPKM)
Purwokerto. Viva Med. 2013; 6 (2).
8. Stival A, Chiappini E, Montagnani C, Orlandini E, Buzzoni C, Galli
L, dkk. Dimorfisme seksual pada kejadian tuberkulosis: kasus
anak-anak dibandingkan kasus orang dewasa di Tuscany dari
tahun 1997 sampai 2011. PLoS One [Internet]. 2014 [dikutip
2017 28 Januari]; 9 (9). Tersedia dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2
5255233
9. Kartasasmita CB, Basir D. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi
pertama Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010. hal. 162-167
10. WHO. Organisasi Kesehatan Dunia: Imunisasi, Vaksin Dan
Biologis. Penyakit yang dapat dicegah vaksin Sistem
pemantauan vaksin 2016 Ringkasan Waktu Seri Referensi
Global: BCG [Internet]. Organisasi Kesehatan Dunia. 2016
[dikutip 2016 Des 13]. Tersedia dari:
http://apps.who.int/immunization_monit
oring/globals
ummary/timeseries/tscoveragebcg.html
11. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Imunisasi Di Indonesia
[Internet]. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2016 [dikutip
2016 Des 13]. 1-11 hal. Tersedia dari:
http://www.depkes.go.id/resources/dow
nload/pusdati n/infodatin/InfoDatin-Imunisasi-
2016.pdf
12. Organisasi Kesehatan Dunia. Definisi dan Kerangka Pelaporan
Revisi Tuberkulosis 2013 [Internet]. Swiss: WHO; 2013 [dikutip
2016 Juli 11] .1-40 hal. Tersedia dari:
http://apps.who.int/iris/handle/10665/7
9199
13. Tarmizi M. Hubungan Sejarah Pemberian Imunisasi BCG
Dengan Kejadian Tuberkulosis Anak Di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat (BKPM) Banda Aceh. Edt Unsyiah [Internet]. 2014
[dikutip 2016 Nov 10]; Tersedia dari:
http://etd.unsyiah.ac.id/index.php?
p=show_detail&id= 19985
14. Said M, Boediman I. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi pertama
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010. hal. 252- 259
15. Rahajoe NN, Setiawati L. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi
pertama Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010. hal. 225-226
16.
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN VAKSINASI BCG DENGAN
KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA ANAK DI RSUD DR. H. ABDUL
MOELOEK
Tessa Sjahriani1, Neneng Sari1
ABSTRAK
Tuberkulosis atau TB adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Kasus Tuberkulosis pada anak berkisar 15% dari seluruh kasus
Tuberkulosis di dunia. Angka kematian Tuberkulosis pada anak mencapai 7%. Penyakit Tuberkulosis pada
anak-anak sering tidak terdiagnosis atau terlewatkan dianosisnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan antara pemberian vaksinasi BCG dengan kejadian Tuberkulosis pada anak di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2016.
Jenis penelitian ini merupakan survei analitik dengan menggunakan pendekatan studi “Cross
Sectional”. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2018. Subyek pada penelitian adalah seluruh
rekam medis TB usia 0-17 tahun di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek tahun 2016 sejumlah 143 (total populasi).
Hasil penelitian diolah dengan tahapan editing, scoring, coding, processing, dan cleaning, menggunakan
kuesioner dan analisis data Chi Square (derajat kemaknaan 95%).
Hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi yang tidak diimunisasi berjumlah 55 responden
(38,5%), yang menderita Tuberkulosis pulmonal berjumlah 73 responden (51%). Ada hubungan antara
pemberian vaksinasi BCG dengan kejadian Tuberkulosis pada anak di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2016 (p 0,011). Disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemberian vaksinasi BCG dengan
kejadian Tuberkulosis pada anak di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2016.
ABSTRACT
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain Karakteristik
Jumlah Presentase
penelitian observasi analitik cross- sectional. Responden
Jenis Kelamin
Tempat penelitian ini di RSUD Dr. H. Abdul
Laki-laki 71 49,7
Moeloek hospital Lampung pada tahun 2016. Perempuan 72 50,3
Umur
Populasi adalah seluruh rekam medis TB usia 0-17 0-5 tahun 71 49,7
tahun di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek tahun 2016 6-17 tahun 72 50,3
Vaksinasi BCG
sejumlah 143. Dalam penelitian ini menggunakan Imunisasi 88 61,5
teknik pengambilan sampel secara total populasi. Tidak Imunisasi 55 38,5
Tuberkulosis
Hasil penelitian diolah dengan tahapan editing, Tuberkulosis 73 51,0
scoring, coding, processing, dan cleaning, paru
Tuberkulosis 70 49,0
menggunakan kuesioner dan analisis data Chi
ekstra paru
Square (derajat kemaknaan 95%). Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan
Setelah pengolahan data, tahap selanjutnya distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin diketahui dari 143
adalah menganalisa data dengan menggunakan
responden didapatkan responden yang berjenis
aplikasi perangkat analisis statistik. Analisis yang kelamin perempuan sebanyak 72 responden
dilakukan pada penelitian ini terbagi 2 analisa yaitu (50,3%) lebih banyak dibandingkan dengan berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 71 responden
analisis univariat dan bivariat. Analisa univariat
(49,7%), berumur 6-17 tahun sebanyak 72
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan responden (50,3%) lebih banyak dibandingkan
karakteristik setiap variabel penelitian seperti jenis dengan umur 0-5 tahun yaitu sebanyak 71 responden
kelamin, umur, cakupan pemberian imunisasi BCG, (49,7%).
Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan
angka kejadian Tuberkulosis. distribusi frekuensi karakteristik responden
Analisis bivariat, data yang sudah berdasarkan Vaksinasi BCG diketahui dari 143
terkumpul selanjutnya diolah dengan menggunakan responden didapatkan responden yang mendapatkan
sistem komputerisasi SPSS. Data dianalisis dengan imunisasi sebanyak 88 responden (61,5%) lebih
bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk banyak dibandingkan responden yang tidak
imunisasi yaitu sebanyak 55 responden (38,5%).
Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan
distribusi frekuensi menurut Tuberkulosis Anak
diketahui dari 143 responden didapatkan responden
dengan Tuberkulosis paru sebanyak 73 responden
(51,0%) lebih banyak dibandingkan responden yang
Tuberkulosis ekstra paru yaitu sebanyak 70
responden (49,0%).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden menurut Standar Diagnosis Tuberkulosis Paru pada Anak di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tuberkulosis Tuberkulosis
Vaksinasi Total p
paru ekstra paru OR
BCG value
n % n % N %
Imunisasi 37 42 51 58 88 100 2,6
Tidak imunisasi 36 65,5 19 34,5 55 100 0,011
(1,3-5,3)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa imunisasi BCG. Dan didapatkan Convidence
dari 88 responden yang diberikan vaksinasi BCG, Interval1,3-5,3 dengan selisih OR dan Upper 1,3
sebanyak 37 responden (42%) mengalami dan selisih OR dan Lower 2,7 menandakan bahwa
Tuberkulosis paru, sedangkan dari 55 responden tingkat kepercayaan pada penelitian ini adalah
yang tidak mendapatkan vaksinasi BCG terdapat 36 cukup rendah, karena terdapatnya selisih yang
orang (65,5%) yang mengalami Tuberkulosis paru. p signifikan antara Upper dan Lower terhadap OR.
value 0,011 menunjukkan ada hubungan antara
pemberian vaksinasi BCG dengan kejadian
Tuberkulosis pada anak di RSUD Dr. H. Abdul PEMBAHASAN
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2016. OR = 2,6
menunjukkan anak yang tidak mendapatkan Vaksinasi BCG
imunisasi BCG beresiko mengalami Tuberkulosis Berdasarkan hasil penelitian responden
paru 2,6 kali lebih besar daripada yang mendapatkan yang diberikan imunisasi BCG berjumlah 88
responden (61,5%) sedangkan yang tidak
mendapatkan imunisasi berjumlah 55 respnden
(38,5%). Pemberian imunisasi BCG merupakan proteksi sekitar 86%. Hal ini menimbulkan hipotesis
bagian dari faktor imunisasi yang dianalisis untuk bahwa BCG melindungi terhadap penyebaran bakteri
memprediksi kejadian Tuberkulosis paru pada anak. secara hematogen, tetapi tidak mampu membatasi
Pemberian imunisasi BCG dapat melindungi anak pertumbuhan fokus yang terlokalisasi seperti pada
dari meningitis TB dan TB milier dengan derajat Tuberkulosis paru. BCG melindungi anak dari lepra
dengan perkiraan kemampuan proteksi bervariasi dari 1. Tuberkulosis paru BTA positif : bila sekurang-
20% di Birma sampai 80% di Uganda (Golden S. D., kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
Ribisl, K. M., 2015). BTA positif dan foto Rontgen dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis aktif.
Kejadian Tuberkulosis Paru 2. Tuberkulosis paru BTA negatif : bila pemeriksaan 3
Berdasarkan hasil penelitian dari
spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan
143 responden, responden yang menderita foto Rontgen dada menunjukkan gambaran
Tuberkulosis paru berjumlah 73 responden (51,0%), tuberkulosis aktif. Hal ini dikarenakan kejadian
sedangkan yang menderita Tuberkulosis ekstra paru tuberkulosis dipengaruhi oleh banyak faktor antara
berjumlah 70 responden (49%). Tuberkulosis paru lain : umur, jenis kelamin, imunisasi BCG, status
merupakan penyakit menular langsung yang gizi, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Air Susu
disebabkan M. Tuberkulosis yang menyerang paru. Ibu (ASI), pendidikan ibu, kebiasaan merokok
Bakteri ini berbentuk batang dan mempunyai sifat dalam keluarga.
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan
Hubungan antara Pemberian
sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA).
Vaksinasi BCG dengan Kejadian
Penderita Tuberkulosis BTA positif sebagai perantara Tuberkulosis pada Anak di RSUD
penyebaran penyakit melalui udara/droplet (percikan Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
ludah) pada waktu batuk dan bersin. Lampung tahun 2016
Imunisasi BCG adalah vaksinasi hidup yang
Tuberkulosis pada anak didasarkan atas gambaran
diberikan pada bayi untuk mencegah terjadinya
klinis, gambaran foto Rontgen dada dan uji Mantouk.
penyakit Tuberkulosis. Tuberkulosis berasal dari
Dengan memperhatikan riwayat kontak, tes Mantouk
strain bovinum M. Tuberculosis oleh Calmette dan
yang positif (diameter >10mm), gambaran foto
Guerin yang mengandung sebanyak 50.000-
Rontgen sugestif Tuberkulosis, terdapat reaksi
1.000.000 partikel/dosis (Golden S. D., Ribisl, K. M.,
kemerahan lebih cepat (dalam 3-7 hari)
2015). Pemberian imunisasi BCG merupakan bagian
setelahimunisasi BCG, batuk lebih dari 3 minggu,
dari faktor imunisasi yang dianalisis untuk
sakit dan demam lama atau berulang tanpa sebab
memprediksi kejadian tuberkulosis paru anak.
yang jelas, berat badan turun tanpa sebab yang jelas
Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 88
atau tidak naik dalam satu bulan meskipun sudah
responden yang diberikan vaksinasi BCG sebanyak
dengan penanganan gizi yang baik, serta gejala- 37 responden (42%) mengalami tuberkulosis paru,
gejala klinis spesifik (pada kelenjar limfe, otak, sedangkan dari 55 responden yang tidak diberikan
vaksinasi BCG terdapat 36 orang (65,5%) yang
tulang, dan lain-lain).
mengalami tuberkulosis paru. Hasil penelitian
Tuberkulosis paru yaitu tuberkulosis yang menyerang menunjukkan p value 0,011 yang bearti ada
jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput hubungan antara pemberian vaksinasi BCG dengan
kejadian Tuberkulosis pada anak di RSUD Dr. H.
paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2016.
tuberkulosis paru dibagi menjadi: Dengan demikian hipotesis penelitian diterima.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan tuberkulosis paru pada anak balita usia <5 tahun
penelitian Handayani (2013) tentang Hubungan disebabkan karena lingkungan rumah responden yang
antara Status Imunisasi BCG dengan Kejadian tidak sehat dan adanya riwayat kontak dengan
Tuberkulosis Paru pada Anak balita Usia <5 Tahun penderita tuberkulosis BTA positif. Tidak ada
di balai Kesehatan paru Masyarakat (BKPM hubungan antara Status Imunisasi BCG dengan
Purwokerto), yang menunjukkan kejadian Kejadian Tuberkulosis Paru pada Anak balita Usia <5
Tahun di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Mantouk positif, 93 responden (65,0%) dengan x-
(BKPM) Purwokerto (Handayani, 2013). ray positif, 134 responden (93,7%) dengan
Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis,
bakteriologis positif, 143 responden (100%) dengan
anak balita yang menderita 7Tuberkulosis paru
gejala klinis, yang mendapat vaksinasi BCG
sebagian besar sudah mendapatkan imunisasi BCG
sebanyak 88 responden (61,5%), menderita
yaitu sebanyak 88 responden (61,5%), terdapat 37
Tuberculosis paru sebanyak
orang (42,0%) yang mengalami Tuberkulosis paru.
73 responden (51,0%). Ada hubungan antara
Karena kebijakan Kementrian Kesehatan RI pada
pemberian vaksinasi BCG dengan kejadian
tahun 2014 bahwa anak yang lahir di RS dan fasilitas
Tuberkulosis pada anak di RSUD Dr. H. Abdul
kesehatan yang memadai imunisasi BCG diberikan
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2016 (p 0,011).
setelah lahir. Anak balita yang tidak diberikan
Bagi RS diperlukan untuk menggalakkan
imunisasi BCG didapatkan dari anak yang bertempat
tindakan preventif penyakit tuberkulosis melalui
tinggal jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai
penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan,
dan orang tua lupa atau tidak mengetahui informasi
maupun promosi kesehatan kepada masyarakat, dan
tentang imunisasi BCG terhadap anaknya yang
masyarakat agar memberikan imunisasi secara
seharusnya diberikan imunisasi BCG setelah lahir
lengkap kepada bayinya
atau sampai usia 2 bulan. Anak yang telah diberikan
imunisasi BCG (ada jaringan parut atau scar pada
DAFTAR PUSTAKA
lengan kanan) dan ternyata menderita tuberkulosis Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
paru, besar kemungkinan karena anak telah terinfeksi (Balitbangkes). 2014. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional
tuberkulosis sebelum diberikan imunisasi BCG atau tahun 2013. Jakarta.
anak menderita tuberkulosis paru karena faktor- Depkes RI, 2005. Pedoman Penyelenggraan
Imunisasi. Jakarta.
faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti, seperti Depkes RI, 2006. Modul Materi Dasar I Kebijakan
sttus gizi, BBLR, ASI, pendidikan ibu, dan kebiasaan Program Imunisasi. Direktorat Jenderal PP
dan PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan.
merokok dalam keluarga. Jakarta.
Berdasarkan hasil analisis bivariat ternyata Dinkes Kota Bandar Lampung, 2014. Laporan
anak balita yang tidak diberikan imunisasi BCG Angka TBC di Kota Bandar Lampung
sangat berperan terhadap kejadian tuberkulosis paru tahun 2014. Bandar Lampung.
pada anak balita. Hal ini dapat diinterpretasikan Golden S. D., Ribisl, K. M., 2015. BCG vaccine for
bahwa anak yang tidak diberikan imunisasi BCG Tuberculosis. Oxford Journal Vol. 18.
mampu meningkatkan kejadian Tuberkulosis paru Oxford University Press.
pada anak balita. Anak balita yang tidak diberikan
imunisasi BCG mempunyai kecenderungan
mengalami tuberkulosis paru sebesar 2,6 kali
dibandingkan anakbalita yang mendapatkan
imunisasi BCG. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa imunisasi BCG dapat mengurangi resiko
kejadian tuberkulosis paru pada anak balita.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan dalam penelitian ini, didapatkan 71
responden (49,7%) berjenis kelamin laki-laki
sedangkan, 78 responden (54,5%) dengan riwayat
kontak, 119 responden (83,2%) dengan tes
HUBUNGAN RIWAYAT STATUS IMUNISASI BACILLE
CALMETTE-GUÉRIN (BCG) DENGAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS (TB) PADA ANAK DI BADAN
LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM
CUT MEUTIA ACEH UTARA TAHUN 2015
Hedya Nadhrati Surura1, Mauliza2, Julia Fitriany3
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
2,3
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh
Abstrak
Tuberkulosis (TB) merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian padaanak-anak dan bayi di
seluruh dunia. Tingginya morbiditas TB pada orang dewasa mempengaruhi angka kesakitan TB
pada anak. Anak dengan infeksi TB akan mempengaruhi perkembangan dan status kesehatan
anak bahkan bisa menimbulkan kecacatan atau kematian. Upaya penurunan angka kesakitan
anak dari penyakit TB dapat dicegahmelalui imunisasi Bacille Calmette-Guérin (BCG). Imunisasi
BCG tidak dapat menghindari sepenuhnya dari sakit TB ringan, tetapi imunisasi BCG dapat
menghindari dari sakit TB berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat
imunisasi BCG dengan kejadian TB pada anak di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Umum (BLUD RSU) Cut Meutia Aceh Utara tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei
2015sampaiMaret 2016. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 69 responden yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis univariat didapatkan frekuensi responden yang terdapat
riwayat imunisasi BCG berjumlah 50 responden (72,5%) dan responden yang tidak terdapat
riwayat imunisasi BCG berjumlah 19 responden (27,5%). Gambaran sakit TB ringan berjumlah
66 responden (95,7%) dan TB berat berjumlah 3 responden (4,3%). Analisis bivariat hubungan
riwayat status imunisasi BCG dengan Kejadian TB pada anak menggunakan uji Fisher Exact.
Hasil uji Fisher Exact yaitu p = 1,000 (>α = 0,05) yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan
riwayat imunisasi BCG dengan kejadian TB pada anak di BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara
tahun 2015.
Abstract
Tuberculosis (TB) is one of the top ten causes of death in children and infants worldwide. High
morbidity rate of TB among the adult affect the mortality rate of TB among the children. The
children that already have TB will have affect the development and child’s health status and even
able to cause disability and death. The eradication of TB disease can be prevented by Bacille
Calmette-Guérin (BCG) immunization. BCG immunization can not completely prevent someone
from the mild TB, but it can prevent from severe TB. This study aimed to discover the relation
between the history of BCG immunization and the occurrence of TB in children at Badan Layanan
Umum Daerah Rumah Sakit Umum (BLUD RSU) Cut Meutia Aceh Utara 2015. This is a
descriptive-analytic study with cross sectional approach. The study conducted from May 2015 up
to March 2016. Total of the samples took part in this study are 69 respondents that already fulfill
the inclusion and exclusion criteria. The univariate analysis of the respondents frequency had a
history of BCG immunization was 50 respondents (72,5%) and respondents who do not had a
history of BCG immunization was 19 respondents (27,5%). Mild TB respondents amounted to 66
respondents (95,7%) and severe tuberculosis was 3 respondents (4,3%). The bivariate analysis of
relationship between the history of BCG immunization and the occurrence of TB in children using
the Fisher Exact test. The result of Fisher Exact test obtained that p = 1,000 (>α = 0,05), that
mean there is no relation significant between the history of BCG immunization and the occurrence
of TB in children at BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara 2015.
Keywords: Tuberculosis (TB), Immunization, Bacille Calmette-Guérin (BCG)
Pendahuluan
TB merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian pada anak-anak dan bayi di seluruh
dunia (KNCV, 2015). Data WHO secara global sejak tahun1990, angka kematian pada penderita
TB menurun 45% per 100.000 penduduk per tahun dan data tahun 2000 sampai 2013,
diperkirakan 37 juta jiwa diselamatkan melalui diagnosis dan pengobatan yang efektif. Data
WHO juga menyebutkan meskipun secara global angka kematian TB menurun, kasus TB masih
menjadi masalah kesehatan global utama dikarenakan penderita TB dapat terjadi pada semua
usia dan setiap satu penderita TB dewasa akan menularkan ke 10 sampai 15 orang lain setiap
tahunnya dengan sasaran kelompok usia produktif, ekonomi lemah, pendidikan rendah, serta
golongan pada orang yang memiliki sistem imun yang lemah atau yang belum sempurna seperti
pada anak-anak.
Tuberkulosis (TB) anak hampir selalu berasal dari penularan TB paru orang dewasa,
terutama pada anak yang tinggal bersama dengan penderita TB paru dewasa. Tuberkulosis (TB)
anak akan tetap menjadi permasalahan kesehatan di dunia selama insidensi TB paru dewasa
masih tinggi. Kasus TB pada anak sebagian besar terjadi di negara-negara TB endemik tetapi
prevalensinya belum diketahui (WHO, 2014).
Kasus TB anak di tahun 2012 Provinsi Aceh menyumbang sebanyak 1,8% dari seluruh
provinsi di Indonesia, tetapi angka tersebut merupakan terendah kedua setelah Sulawesi utara
(1,7%) (TB Indonesia, 2013).
Data rekam medik Badan Layanan Umum DaerahRumah Sakit Umum (BLUD RSU) Cut
Meutia Aceh Utara tahun 2014 menyebutkan TB kasus baru pada anak sebanyak 232 anak
dengan rentang usia 0 sampai 17 tahun dan rata-rata usia yang terkena penyakit TB ini 5 sampai
14 tahun.
Tingginya kasus TB di Provinsi Aceh tahun 2013 sampai tahun 2014, diperkirakan TB pada
anak juga meningkat. Data mengenai hal tersebut masih sedikit dilaporkan berhubung karena
anak tidak mempunyai gejala yang spesifik seperti halnya pada orang dewasa sehingga terkadang
tidak terdeteksi (Kemenkes, 2015).
Peningkatan kesehatan anak dapat dicapai diantaranya dengan program imunisasi.
Program imunisasi merupakan salah satu cara untuk meningkatan derajat kesehatan anak, yaitu
upaya penurunan angka kesakitan anak dari penyakit yang dapat dicegah atau meringankan
suatu penyakit dengan imunisasi, terutama pada penyakit TB anak yang merupakan penyakit
kompleks dan disebabkan oleh berbagai faktor meliputi imunisasi pasif, status imunisasi Bacille
Calmette-Guérin (BCG) dan status gizi. Risiko untuk terkena sakit TB tergantung pada sistem
pertahanan tubuh, salah satunya dengan imunisasi BCG yang dipengaruhi oleh umur, nutrisi,
virulensi kuman, dosis infeksi, genetik, dan penyakit lain (Herawati et al, 2005).
Rosental tahun 1961 (dikutip dalam Colditz tahun 1994, h. 698) menjelaskan
bahwa pemberian BCG dapat mengurangi morbiditas sampai 74%. Data WHO
menyebutkan
efikasi imunisasi BCG terhadap TB sebesar 0 sampai 80%. Uji coba di negara-negara
barat pada anak-anak dengan status gizi baik, membuktikan bahwa BCG memberikan
perlindungan terhadap TB sebesar 80% bila diberikan pada bayi sebelum mendapat
infeksi atau tuberkulin negatif.
Penelitian tentang efikasi BCG di Indonesia pernah dilakukan oleh Putrali dan
Gunadi tahun 1985 pada anak umur 0 sampai 12 bulan yang didiagnosis TB. Efektifitas
imunisasi BCG melindungi anak dari semua jenis TB adalah 37% dan 66% perlindungan
terhadap TB berat. Uji klinis vaksin BCG pada bayi baru lahir pernah dilakukan pada tahun
1992 oleh Isbagio et al. Imunisasi BCG ini diberikan pada bayi yang mempunyai berat badan
lahir ≥ 2.500 gram dan tes tuberkulin negatif. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui apakah
vaksin BCG yang dipakai di Indonesia cukup aman dan potensial. Hasil penelitian tersebut
mengatakan bahwa imunisasi dilaksanakan dengan sangat baik. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Maria et al tahun 2005 menyebutkan bahwa, pemberian imunisasi BCG tidak mempunyai
hubungan yang bermakna atau tidak ada hubungan antara pemberian imunisasi BCG dengan
penyakit TB pada anak.
Adanya perbedaan hasil penelitian sebelumnya mengenai terdapatnya kontradiksi manfaat
dan efektifitas dari imunisasi BCG pada penyakit TB anak tersebut menjadi ketertarikan
tersendiri dari peneliti untuk meneliti hubungan imunisasi BCG dengan kejadian TB pada anak di
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum (BLUD RSU) Cut Meutia Aceh Utara tahun
2015 berhubung angka kejadian TB pada anak masih merupakan salah satu angka kesakitan
tertinggi dari semua penyakit anak di tempat penelitian.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang
(cross sectional) dengan populasi dalam penelitian adalah semua pasien TB pada anak (usia 0
sampai 18 tahun) di BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara. Adapun Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 69 orang. Variabel Independennya adalah Imunisasi BCG dan kejadian TB pada anak
sebagai variabel dependen. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik
nonprobabilitas dengan metode pengambilan sampel penelitian ini adalah convenient sampling.
Untuk teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Pengumpulan data riwayat status
imunisasi BCG dan pengumpulan data TB pada anakdengan instrumen yang digunakan adalah
kartu imunisasi anak yang dibawa oleh keluarga penderita di BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara
atau tanda skar BCG pada anak tersebut dan buku rekam medikRumah Sakit Umum Cut Meutia
Aceh Utara.
Metode pengolahan data dalam penelitian ini adalah Editing, Entry,Cleaning,
Tabulating, dan Computingdengan menggunakan software statistic (SPSS). Untuk analisis data
penelitian ini menggunakan Analisis Univariatterhadap variabel TB pada anak di BLUD Cut
Meutia Aceh Utara tahun 2015 dan analisis Bivariatnya adalah untuk menghubungkan riwayat
status
imunisasi BCG dengan TB pada anak dengan menggunakan uji Fisher Exactdengan α = 0,05 atau
p < 0,05.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Analisis Univariat
a. Gambaran riwayat imunisasi BCG berdasarkan jenis kelamin dan klasifiksi usia
responden
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi riwayat Imunisasi BCG berdasarkan jenis
kelamin responden
Riwayat imunisasi BCG
Total %
Ya (%) Tidak (%)
Jenis kelamin
Laki-laki (L) 27 77,1 8 22,9 35 100
Perempuan (P) 23 67,6 11 32,4 34 100
Jumlah 50 72,5 19 27,5 69 100
Sumber: data primer dan sekunder diolah tahun 2016
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa responden yang mendapatkan
imunisasi BCG lebih banyak dibanding responden yang tidak mendapatkan
imunisasi tersebut dengan persentase mencapai 72,5% dan responden yang
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak mendapatkan imunisasi BCG dibanding
pada perempuan. Perlu diketahui bahwa meskipun hasil penelitian ini
menunjukkan angka persentase responden yang mendapat imunisasi BCG pada
penelitian ini cukup tinggi dan responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih
banyak mendapatkan imunisasi BCG dibanding responden berjenis kelamin
perempuan, namun hal ini tidak dapat dijadikan indikator mutlak dalam
menentukan persentase cakupan imunisasi BCG di Aceh Utara, kota
Lhokseumawe ataupun provinsi Aceh dikarenakan jumlah sampel yang sedikit
dan data mengenai jenis kelamin anak yang mendapat imunisasi BCG sampai saat
ini tidak dijumpai.
b. Gambaran klasifikasi TB pada responden
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kejadian TB pada responden
Kejadian TB Frekuensi Persentase (%)
TB ringan 66 95,7
Klasifikasi TB berat 3 4,3
Total 69 100,0
Sumber: data sekunder diolah tahun 2016
Hasil penelitian dari analisis univariat didapatkan bahwa dari 69 responden,
kejadian TB berdasarkan klasifikasi TB yaitu TB ringan berjumlah 66 responden
(95,7%), kemudian diikuti dengan TB berat berjumlah 3 responden (4,3%).
Kondisi ini tidak berbeda dengan tahun sebelumnya di BLUD RSU Cut Meutia,
yaitu kasus TB ringan masih jauh lebih banyak dibanding kasus TB berat. Jumlah
persentase kasus TB pada anak ini merupakan indikator dari perjalanan transmisi
M. tuberculosis di masyarakat sehingga sampai saat ini kasus TB pada orang
dewasa masih banyak dan beban kasus TB pada anak juga masih dikatakan
banyak (WHO, 2014).
c. Gambaran jenis TB pada responden
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi jenis TB pada responden
Jenis TB Frekuensi Persentase (%)
Limfadenitis TB 16 23,2
TB Paru 50 72,5
TB Tulang 2 2,9
TB Miliar 1 1,4
Total 69 100,0
Sumber: data primer dan sekunder diolah tahun 2016
Kejadian TB berdasarkan jenis TB yaitu penderita Limfadenitis TB
sebanyak 16 responden (23,2%), penderita TB paru yaitu 50 responden (72,5%),
penderita TB tulang yaitu 2 responden (2,9%), dan penderita TB miliar yaitu 1
responden (1,4%). Penelitian ini didapatkan bahwa kasus TB paru merupakan
kasus jenis TB terbanyak dari semua kasus TB pada anak. Kondisi ini sesuai
dengan penjelasan Alvarez (n.d.) bahwa diantara semua kasus TB pada anak
sebagian besar adalah kasus TB paru dengan persentase 75 sampai 80%.
d. Gambaran usia pada responden TB
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi usia pada responden TB
Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%)
0-5 28 40,6
5-14 41 59,4
14-18 0 0
Total 69 100,0
Sumber: data primer dan sekunder diolah tahun 2016
Kejadian TB anak berdasarkan usia yaitu usia 0 sampai 5 tahun berjumlah
28 responden (40,6%) dan frekuensi TB anak yang berusia 5 sampai 14 tahun
yaitu 41 responden (59,4%) dan frekuensi TB anak yang berusia 15 sampai 18
tahun tidak ada responden. Hal ini sesuai dengan pernyataan WHO (2006) yang
menyebutkan bahwa kasus TB anak terbanyak terjadi pada usia di bawah 15 tahun
dan pernyataan Kemenkes bahwa penyakit TB anak terjadi pada usia 0 sampai 14
tahun. Hal ini dikarenakan kondisi maturitas dari sistem imun pada anak
(Kemenkes, 2013).
e. Gambaran jenis kelamin pada responden TB
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi jenis kelamin responden TB pada responden
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 35 50,7
Perempuan 34 49,3
Total 69 100,0
Sumber: data sekunder diolah tahun 2016
Kejadian TB berdasarkan jenis kelamin yaitu penderita TB berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 35 responden (50,7%) dan frekuensi TB pada
anak yang berjenis kelamin perempuan yaitu 34 responden (49,3%). Data
mengenai kasus TB anak berdasarkan jenis kelamin sampai saat masih
sangat sedikit dikarenakan kurangnya pencatatan dan pelaporan kasus TB,
namun pada penelitian yang dilakukan oleh Budijono tahun 2012,
penderita TB pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.
Kondisi ini menurut Aditama tahun 2000 (dikutip dalam tesis Budijono
tahun 2012) disebabkan laki-laki mempunyai kebiasaan yang tidak sehat
dibanding perempuan. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada anak laki-laki
mempunyai aktivitas yang lebih banyak dan lebih agresif dibandingkan anak
perempuan sehingga memungkinkan anak laki-laki tersebut mempunyai kebiasaan
bermain diluar rumah dan membuat kondisi anak laki-laki tersebut lebih berisiko
untuk terpapar agen sumber penyakit atau terhirup udara yang tercemar oleh M.
tuberculosis.
f. Gambaran riwayat kontak TB dewasa pada responden TB
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi riwayat kontak TB dewasa pada responden
TB
Riwayat kontak TB t
o
Y Tidak t
a diketahui a
l
Klasifik
asi TB
TB 6
21 45
ringan 6
TB
2 1 3
berat
Total 6
23 46
9
% 1
33
66,7 0
,3
0
Jenis
kelamin
Laki- 2
14 9
laki 3
Peremp 4
21 25
uan 6
Total 6
35 34
9
% 1
50
49,3 0
,7
0
Sumber: data sekunder diolah tahun 2016
Kejadian TB berdasarkan kontak dengan penderita TB dewasa
yaitu responden yang diketahui mempunyai riwayat kontak TB orang
dewasa berjumlah 23 responden (33,3%) dan responden yang tidak
diketahui riwayat kontak TB orang dewasa yaitu 46 responden (66,7%).
Perlu diketahui bahwa responden yang tidak diketahui riwayat kontak TB
orang dewasa bukan berarti responden tersebut terbebas dari kontak TB
orang dewasa. Sebagian dari responden pada penelitian ini yang tidak
mengetahui ada atau titidaknya kontak TB pada orang dewasa tersebut
mempunyai salah seorang keluarga yang tinggal bersama dalam satu
rumah dengan riwayat batuk lama yang tak kunjung sembuh disertai
sputum berwarna kehijauan, batuk berdarah lebih dari satu kali, sesak
napas disertai batuk dan berkeringat setiap malam yang tidak diobati dan
enggan untuk berobat. Walakanou et al (2010) menyebutkan bahwa
penularan TB pada anak sebagian besar berasal dari kasus TB orang
dewasa dengan indeks dengan BTA positif. Kondisi ini bisa disimpulkan
bahwa anak yang menderita TB tidak terlepas dari sakit TB orang dewasa
dikarenakan TB pada orang dewasa dapat menularkan ke 10 sampai 15
orang lain setiap tahunnya dengan sasaran orang yang memiliki sistem
imun yang lemah atau yang belum sempurna seperti pada anak-anak
(Depkes, 2007).
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
riwayat status imunisasi BCG dengan kejadian TB pada anak di BLUD RSU Cut
Meutia Aceh Utara tahun 2015. Uji statistik yang digunakan dalam analisis ini
adalah uji Fisher Exact pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dengan cara
pembacaan hasil menggunakan “Exact Sig. 2-sided”.
Tabel 5.7 Hubungan riwayat status imunisasi BCG dengan kejadian TB pada anak
di BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara tahun 2015
Kejadian TB
TB TB Total % P value
% %
ringan berat
Riwayat Ya 48 96 2 4 50 100
imunisasi
Tidak 18 94,7 1 5,3 19 100 1,000
BCG
Sabangau
Email : fitri.handayanipky@gmail.com
Status Keluarga : Anak ke-1 dari 3 bersaudara
Riwayat Pendidikan :
TUGAS AKHIR
13 9 BAB III 1. Kalau bisa pada bab III ikuti alur judul
nya
Novem 2. Kerangka sistematika penulisan ikuti dan
ber sesuaikan dengan tujuan khusus
2020 Adakah template dalam
penyusunan bab III ... kalau
ada kirimkan ke bp template
tersebut
14 16 BAB 1. Untuk bab I dan II (proposal) yang sudah
di acc oleh penguji, segera mintakan
Desem III- tanda tangan dengan ketua penguji,
penguji I, & penguji 2 ... kemudian di
ber BAB V jilid
2020 2. Diperbaiki sesuai dengan saran (file saya
kirimkan) terutama pada bab III
TUGAS AKHIR
Pembimbing I
9 6 BAB I- Silakan cek kembali kesalahan
Oktober BAB II penulisan yang masih ada.
2020 Pada dasarnya ibu ACC,
silakan persiapkan ujian:
1. Hapus semua comment saran, warna di
tulisan dari pembimbing.
2. Silakan kontrak waktu dengan ke-3
penguji.
3. Tanyakan kepada setiap penguji, apakah
berupa file/soft copy atau hard copy
untuk diserahkan.
4. WAJIB serahkan file/soft copy atau
hard copy (sesuai poin no. 3 diatas),
kepada setiap penguji maksimal 1 hari
sebelum ujian.
5. Kelengkapan lainnya, silakan lihat buku
panduan.
1 14 Proposa Saran dari penguji dan
0 Oktober l pembimbing
2020
1. TK point A dihapus
2. Pada kriteria insklusi dan eksklusi di
bagian bahasa (ubah menjadi bahasa
indonesia dan bahasa inggris)