OLEH :
c. Fleksi
Dengan majunya kepala maka kepala mendapat tahanan dari cervix,
dinding panggul atau dasar panggul sehingga terjadi fleksi. Keuntungan :
ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir : diameter suboccipito
bregmatica (9.5) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm).
Ukuran-ukuran diameter kepala bayi yang menentukan di antaranya :
a. suboksipito-bregmatikus (+ 9.50 cm) : pada persalinan presentasi belakang
kepala.
b. oksipito-frontalis (+ 11.75 cm) : pada persalinan presentasi puncak kepala
c. oksipito-mentalis (+ 13.50 cm) : pada persalinan presentasi dahi
d. submento-bregmatikus (+ 9.50 cm) : pada persalinan presentasi muka
e. bi-parietalis (-+ 9.50 cm) : ukuran terbesar melintang dari kepala
f. bi-temporalis (+ 8.00 cm) : ukuran antara os temporalis kiri dan kanan
d. Putaran Paksi dalam
Bagian terendah memutar ke depan ke bawah symphisis
Merupakan usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan
lahir (bidang tengah & PBP) meletakkan pada ukuran muka belakang PBP
Terjadi bersamaan dengan majunya kepala
Rotasi muka-belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar
panggul.
Sebab-sebab putaran paksi dalam
Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari
kepala
Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m.
levator ani kiri dan kanan
Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.
e. Extensi
Defleksi kepala
Karena sumbu PBP mengarah ke depan ke atas
Kekuatan pd kepala : mendesak ke bawah & tahanan dasar panggul
sehingga terjadi kekuatan ke arah depan atas.
Setelah sub occiput tertahan pada pinggir bawah symphisis sebagai
hypomoclion maka lahir lewat perineum : occiput, muka, dagu.
f. Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah punggung anak,
untuk menghilangkan torsi akibat putaran paksi dalam
Ukuran bahu menempatkan pada ukuran muka-belakang PBP
g. Ekspulsi
Bahu depan sampai di bawah symphisis & menjadi hypomoclion untuk
kelahiran bahu belakang
Bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah
dengan paksi jalan lahir
4. KLASIFIKASI
a. Persalinan spontan : bila persalinan seluruhnya dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan : bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar yaitu alat
forceps, vacum, dan sectio caesarea
c. Persalinan anjuran : bila kekuatan untuk persalinan diambilkan dari luar
dengan jalan rangsangan yaitu : dengan induksi, amniotomi, dan lain-lain.
(Manuaba, 2010)
5. MANIFESTASI KLINIS
Penipisan dan pembukaan serviks
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit)
Cairan lender bercampur darah (“show”) melalui vagina
(Depkes RI, 2008)
6. TAHAP-TAHAP PERSALINAN
a. KALA I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap.Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan.(Manuaba, 2010).
Kala I persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif (Depkes RI,
2008).
Fase laten dalam kala I persalinan :
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
Fase aktif dalam kala I persalinan :
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan terus meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm.
Terjadi penurunan bagian terbawah janin
b. KALA II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi (Kurniawati dkk, 2009).
Tanda dan gejala kala II persalinan, yaitu sebagai berikut:
Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vaginanya
Perineum terlihat menonjol
Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Lamanya kala II (sejak pembukaan lengkap sampai lahir), rata-rata berlangsung
50 menit untuk primigravida dan 30 menit pada multigravida, tetapi hal ini dapat
sangat bervariasi (Manuaba, 2010). Kemampuan ibu untuk menggunakan otot-otot
abdomennya dan posisi bagian presentasi berpengaruh pada durasi kala II .
Beberapa proses kala II persalinan yaitu:
1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik.
2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluaran cairan
secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan karena tertekannya pleksus Frankenhauser.
4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga
terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai hipomoglion
berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala
seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala
terhadap punggung.
6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan
jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan di bawah dagu, ditarik curam ke
bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk melahirkan
bahu belakang, setelah kedua bahu lahir ketika dikait untuk melahirkan sisa
badan, bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban (Manuaba, 2010).
c. KALA III
Kala III adalah Periode waktu yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada
saat plasenta seluruhnya sudah dilahirkan.Pada kala III, otot uterus
(miometrium)berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian
lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah
uterus atau ke dalam vagina. Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu perubahan
bentuk uterus (uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan
fundus berada di atas pusat), tali pusat memanjang, semburan darah mendadak
dan singkat (Depkes RI, 2008).
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis. Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah
utama yaitu :
a. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
c. Masase fundus uteri
d. KALA IV
Kala IV (observasi) dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya syok hipovolemia pada ibu yang dapat mengancam
jiwa.Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu. Observasi dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan
postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi
uterus dan terjadinya pendarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc. 7 pokok penting yang harus diperhatikan
pada kala 4 :
1) Kontraksi uterus harus baik
2) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) Kandung kencing harus kosong,
5) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6) Resume keadaan umum bayi meliputi Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan,
dan pernapasan)
7) Resume keadaan umum ibu
7. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Umur kehamilan 37-40 minggu
Bayi segera menangis
Mengisap ASI dengan baik,
Tidak ada cacat bawaan
Berat badan 2500 – 4000 gram
Panjang badan 48 – 52 cm
Lingkar dada 30 – 38 cm
Lingkar kepala 33 – 35 cm
Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun sampai
40 x/menit.
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan
diliputi verniks caeseosa.
Genitalia;
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
Refleks moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan
tangan seperti memeluk.
Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka
akan menggenggam.
Eliminasi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam, pertama mekonium
berwarna kecoklatan(Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2010)
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pada Ibu
1) Kala I :
Nilai keadaan umum, tingkat kegelisahan, warna konjungtiva, kebersihan,
status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
Kaji tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi
lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
Minta pasien mengosongkan kandung kemih
Lakukan pemeriksaan dalam mengenai pendataran servik
Lakukan pemeriksaan dalam mengenaipembukaan servik
Lakukan pemeriksaan dalam mengenaiposisi servik
Lakukan pemeriksaan dalam mengenaimasuknya kepala
Lakukan pemeriksaan dalam mengenailetak bagian-bagian anak dan posisi
janin
2) Kala II :
Kaji kemungkinan terjadi distensi kandung kemih.
Lakukan pemeriksaan dalam mengenaipembukaan servik, servik
mengalami dilatasi penuh(10cm)
Kaji peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
3) Kala III :
Kondisi umum ibu
Tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh), status mental klien.
Inspeksi
Perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah melahirkan
plasenta.
Palpasi
Tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun sesudah
pengeluaran plasenta.
4) Kala IV :
Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilikus
Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan hanya
beberapa bekuan kecil
Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
Payudara lunak dengan puting tegang
b. Pada Bayi Baru Lahir (BBL)
1) Pemeriksaan APGAR
Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan menggunakan nilai
Apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia
atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas
(respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi
terhadap rangsangan (respone to stimuli) yaitu dengan memasukkan kateter ke
lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan. Setiap penilaian diberi angka 0,
1, dan 2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal
(vigorous baby = nilai Apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai Apgar 4-6)
atau bayi menderita asfiksia berat (nilai apgar 0-3). Bila nilai Apgar dalam 2
menit tidak mencapai nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih
lanjut oleh karena bila bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit,
kemungkinan terjadinya gejala-gejala neurologik lanjutan dikemudian hari
lebih besar. Berhubungan dengan itu, penilaian menurut Apgar dilakukan
selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit (Wiknjosastro dkk,
2007:248-249).
0 1 2 Nilai
Apgar
(NA)
Appearance Badan merah, Seluruh tubuh
Pucat
(warna kulit) ekstrimitas biru kemerah-merahan
Pulse rate
Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
(frekuensi nadi)
Grimace (reaksi Sedikit gerakan
Tidak ada Menangis kuat
rangsangan) mimic (grimace)
Activity (tonus Ekstrimitas dalam
Tidak ada Gerakan aktif
otot) sedikit fleksi
Respiration Lemah/tidak
Tidak ada Baik, menangis
(pernafasan) teratur
Jumlah
Catatan :
NA 1 menit 7-10 : normal tidak perlu resusitasi
NA 1 menit 4-6 : asfiksia sedang bag dan mask ventilation
NA 1 menit 0-3 :asfiksia beratlakukan intubasi
2) Pengkajian Fisik
a) Kepala dan Wajah
- Kepala :
Inspeksi : bentuk kepala, keadaan fontanel, apakah ada molase, caput
succadenum dan chepal hematoma, perdarahan atau kelainan lainnya.
Palpasi : Sutura kepala, benjolan pada kepala, pemeriksaan Lingkar
kepala bayi
- Mata :
Inspeksi : reaksi pupil, sclera, konjungtiva, gerakan mata bayi, tidak ada
kotoran/sekret
- Mulut :
Inspeksi : bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada bagian yang
terbelah, lidahnya rata dan simetris
Palpasi : adanya refleks isap dan menelan, rooting
b) Kulit
Inspeksi kulit: adanya veniks kaseosa, milia (bintik keputihan yang khas
terlihat pada hidung , dahi, dan pipi), lanugo (rambut halus yang melapisi
janin), deskuamasi (pelepasan kulit yang secara normal terjadi selama 2-4
minggu pertama kehidupan), eritema toksikum (alergi kemerahan yang
terlihat sebagai bercak-bercak kemerahan pada kulit bayi normal), warna
keseluruhan tubuh bayi (merah muda, kebiruan, atau ikterik)
c) Dada
Inspeksi : gerakan dinding dada, frekuensi pernapasan
Palpasi : periksa lingkar dada
Auskultasi : bunyi napas dan bunyi jantung
d) Abdomen
Inspeksi : bentuk perut bayi, tali pusat bayi (tidak ada perdarahan,
pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat atau kemerahan
sekitar tali pusat)
Palpasi : Benjolan, pembengkakan, periksa lingkar perut
e) Genetalia dan anus:
Inspeksi : Periksa jenis kelamin, raba alat kelamin luar (pada perempuan
kadang terlihat cairan vagina berwarna putih atau kemerahan dan pada
laki-laki terdapat lubang pada ujung penis), adanya lubang anus pada bayi,
periksa adanya mekonium.
Palpasi : teraba testis di skrotum
f) Ekstremitas :
Inspeksi : Periksa adanya refleks moro, graps, bentuk kaki simetris, dan
jumlah jari pada kaki.
Palpasi : Pengukuran lingkar lengan atas
g) Pemeriksaan lainnya
Timbang berat badan bayi, panjang badan bayi, nadi, dan suhu tubuh bayi.
3) Refleks – Refleks Fisiologis
(Sumber : Hamilton, 1995)
No Refleks Deskripsi Timbul dan durasi
1 Refleks Pelindung
Moro Rangsangan mendadak yang Pada saat lahir,
menyebabkan lengan terangkat ke hilang sekitar usia 2
atas dan ke bawah, terkejut, dan bulan
rileksasi dengan lambat
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya
gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
c. Pemeriksaan darah
2) Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran
dari janin, plasenta dan uterus.
3) Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ,
daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4) Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi
jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus
kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat
gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama.
1. PENGKAJIAN
Pada Ibu
a. Aktivitas/istirahat
Melaporkan kelelahan
Melaporkan ketidak mampuan dorongan sendiri/terelaksasi
Lingkaran hitam diatas mata.
b. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat (5-10 mmHg)
c. Integritas ego
Dapat merasa kehilangan control/sebaliknya
d. Eliminasi
Keinginan untuk defikasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih.
e. Nyeri/ketidak nyamanan.
Dapat merintih/menangis selama kontraksi
Melaporkan rasaterbakar/meregang pada perineum
Kaki dapatbergetar selama upaya mendorong
Kontraksi kuat terjadi 1.5-2 menit
f. Pernafasaan
Peningkatan frekwensi pernafaasan
g. Seksualitas
Servik dilatasi penuh(10 cm)
Peningkatan pendarahan pervaginam
Membrane mungkin rupture bila masih utuh
Peningkatan pengeluaran cairan amnion selam kontraksi
Pada bayi
3 Risiko asfiksia berhubungan Setelah dilakukan asuhan NIC Label : resusitation fetus
dengan kurangnya pendidikan keperawatan selama …x…jam Monitoring DJJ
tentang keselamatan diharapkan tidak terjadi asfiksia Atur posisi ibu dengan memberikan posisi
dengan kriteria hasil : lateral atau posisi ‘hand and knee’
NOC Label : Fetal status : Pantau TTV ibu
intrapartum Tenangkan ibu dan berikan dukungan
Air ketuban berwarna jernih personal
DJJ dbn (120-160 kali/menit) Hentikan pemberian oksitosin bila perlu
NOC Label : Newborn Adaption NIC Label : Newborn Care
Skor APGAR dalam rentang Bersihkan jalan napas dari mucus setelah
normal (>7) lahir
HR dbn : 120-160 kali/menit NIC Label : newborn monitoring
RR dbn : 30-60 kali/menit Lakukan evaluasi apgar dalam waktu 1
Warna kulit kemerahan sampai 5 menit setelah lahir
Monitoring suhu tubuh bayi sampai stabil
Monitoring heart rate bayi
Monitoring warna bayi
Monitoring tanda dan gejala
hiperbilirubinemia
Monitoring tali pusar
4. EVALUASI
No Diagnose Keperawatan Evaluasi
1 Kesiapan meningkatkan proses Klien siap melaksanakan proses persalinan dengan kriteria hasil :
kehamilan-melahirkan ditandai NOC Label : Maternal Status : Intrapartum
dengan proaktif dalam proses Kesadaran : compos mentis
kehamilan-melahirkan, Ada dorongan meneran
melaporkan gaya hidup yang Ada tekanan pada anus
sesuai dengan persalinan Perineum menonjol
(hygiene, diet, tidur, latihan
Vulva dan vaginan terbuka
fisik, berespon secara tepat
NOC Label Fetal Status : Intrapartum :
terhadap awitan persalinan),
DJJ : 120-160 x/mnt
memakai teknik yang sesuai
Warna air ketuban jernih
untuk kala persalinan.
Presentasi kepala
NOC Label : Newborn adaption
Skor APGAR dbn (>7)
Reflek menyusu/menghisap (sucking reflek) baik
BB lahir dbn (2500-4000 gram)
Suhu tubuh bayi dbn (36,5-37,5oC)
2 Risiko deficit volume cairan Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan, dengan criteria hasil:
berhubungan dengan NOC Label : Blood loss severity
berhubungan dengan
Perdarahan yang nampak berkurang
perdarahan , dehidrasi
Perdarahan vagina berkurang
NOC Label : Hydration
Tekanan darah klien normal (sistolik 100-130 mmHg, diastolik : 70-80 mmHg)
3 Risiko asfiksia berhubungan NOC Label : Fetal status : intrapartum
dengan kurangnya pendidikan Air ketuban berwarna jernih
tentang keselamatan DJJ dbn (120-160 kali/menit)
NOC Label : Newborn Adaption
Skor APGAR dalam rentang normal (>7)
HR dbn : 120-160 kali/menit
RR dbn : 30-60 kali/menit
Warna kulit kemerahan
KALA III
1. PENGKAJIAN
Aktivitas/istirahat
Sirkulasi
Makanan/cairan
Nyeri/ketidaknyamanan
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menetukan adanya robekan atau
laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat
memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk
globular.
Ibu
Bayi
3 Risiko kekurangan volume Tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan kriteria :
cairan berhubungan dengan NOC Label: Fluid Balance
pengeluaran cairan melalui rute Tekanan darah normal (100-120/70-80 mmhg)
normal: keluarnya darah dari Nadi normal (60-100x/mnt)
vagina akibat robekan bekas
Urin output normal (1cc/kgBB/jam)
tempat placenta
1 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan NIC Label >>Pain management
agen cedera fisik (trauma pada keperawatan selama ….x…jam Lakukan pengkajian nyeri secara
jalan lahir) ditandai dengan klien diharapkan nyeri klien terkontrol komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
mengeluh nyeri dengan skala dengan kriteria hasil : onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri 3, klien tampak meringis, atau keparahan, dan factor presipitasi
NOC label>>Pain Level
klien tampak gelisah. Observasi ekspresi nonverbal klien sebagai
Melaporkan skala nyeri
tanda ketidaknyamanan
berkurang
Ajarkan menggunakan teknik
Melaporkan lama episode nyeri
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
berkurang
Berikan informasi untuk meningkatkan
Jarang menunjukkan ekspresi
pengetahuan dan respon keluarga terhadap
terhadap nyeri
nyeri
NOC label >> Pain Control
Monitor kepuasan klien terhadap
Indikator management nyeri
NIC Label >>Analgesic administrasion
Mengenali onset nyeri
Kaji lokasi, karakteristik, kualitas, derajat
(consistenly) keparahan sebelum medikasi
Mendemonstrasikan teknik Cek jenis obat, dosis, dan frekuensi
terapeutik nonfarmakologi seperti pemberian analgesic sesuai resep
relaksasi, distraksi, dll Monitor vital sign sebelum dan setelah
(consistenly) memberikan obat
Melaporkan nyeri terkontrol
(consistenly)
Menggunakan analgesic jika
dianjurkan (consistenly)
2 Risiko infeksi berhubungan Setelah diberikan asuhan NIC Label: Postpartal care
dengan pertahanan tubuh primer keperawatan selama …x…jam Memantau tanda-tanda vital klien.
inadekuat (trauma pada jalan diharapkan infeksi tidak terjadi Memantau tanda-tanda infeksi
lahir). dengan kriteria hasil: Cek kandung kemih pasien sebelum
NOC Label: Infection Severity postpartum
TTV klien Normal (Suhu tubuh: Monitor karakteristik , jumlah, baudan
36 - 37,5oC, TD: 110-120/80-90 adanya bekuan darah pada lokea
mmHg, RR: 16-20 x/mnt, N:
NIC Label: Infection Control
60-100 x/mnt)
Mempertahankan teknik isolasi
NOC Label: Tissue Integrity: skin &
Anjurkan pasiententang teknikmencuci
mucous membranes
tanganyang tepat
Jaringan perfusi klien normal Mencuci tangansebelum dan
Keadaan Membran mukosa baik sesudahsetiap kegiatanperawatan pasien
Memastikan teknik perawatan luka yang
NOC Label: Self-care: Hygiene
tepat
Mencuci tangan yang benar Menginstruksikan pasien untuk
Memelihara kebersihan tubuh meminum antibiotik yang disarankan
dokter
Noc Label: Risk Control:
Infectious Process NIC Label: Perineal Care
3 Ketidakefektifan pemberian ASI Setelah diberikan asuhan NIC Label: breastfeeding assistance
berhubungan dengan kegagalan keperawatan selama …x…jam Monitor kemampuan bayi untuk
menyusui ditandai dengan diharapkan pemberian ASI kembali mengisap
ketidakadekuatan suplai ASI, efektif dengan kriteria hasil: Memantau kemampuan bayi saat
proses pemberian ASI tidak NOC Label: mencari puting dengan benar
memuaskan, bayi menangis Breastfeedingestablishment : infant Menginstruksikan ibu untuk
dalam jam pertama setelah Bayi terdengar menelan saat memantau bayi saat mengisap
menyusu. menyusu
NIC LABEL: Sleep Enhancement
Memegang tepat daerah
areolar Kaji pola tidur klien atau pola aktivitas
Kepuasan bayi setelah klien
menyusui
Jelaskan pentingnya tidur adekuat
NOC Label: breastfeeding
selama menyusui.
establishment : Maternal
Adanya reflek keluarnya air Pantau dan catat pola tidur klien dan
susu saat menyusui jumlah waktu tidur klien
Asupan cairan ibu terpenuhi
Monitor pola tidur klien, dan catat
Menggunakan dukungan
keadaan fisik (apnea saat tidur,
keluarga
obstruksi jalan nafas, nyeri, frekuensi
NOC Label: breastfeeding
urin) dan psikososial (ketakutan atau
maintenance
cemas) dan kondisi yang dapat
Penggunaan teknik untuk
mengganggu tidur
mencegah nyeri pada
payudara Instruksikan pasien untuk melakukan
Adanya kepuasan dengan relaksasi otot atau kegiatan
proses menyusui nonfarmakologi sebelum tidur atau
sesudahnya
Merekomendasikankepadakliententang
perawatan putting yang diperlukan.
Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Norma (APN), Asuhan Esensial, Pencegahan dan
Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi.
Dochterman, Joanne McCloskey & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Intervention
Classification.USA : Mosby.
Mansjoer, A. 2007.Kapita Selekta Kedokteran. Jilid Satu. Edisi Ketiga, Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.
Manuaba, I.B. Gde. 2004. PenuntunKepaniteraanKlinikObstetri&GinekologiEdisi 2.
Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification. USA : Mosby
NANDA. 2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta :
EGC
Price, S.A. dan Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Volume 2. Edisi 6,Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. dan Bare, B. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Volume 2.Edisi 8, Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua Cetakan Keempat. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.